FILOSOFIS
Bentuk perlindungan pemerintah dalam memenuhi hak setiap warga negara terhadap
pelayanan yang diberikan fasilitas kesehatan secara layak (UUD 1945, pasal 28 dan
34).
SOSIOLOGIS
Survei menggunakan standar akreditasi menjadi satu kesatuan sebagai upaya
peningkatan mutu dan berfokus pada keselamatan pasien dan masyarakat.
YURIDIS
1) UU: 44 / 2009 tentang Rumah Sakit pasal 40 ayat 1 dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun
sekali.
2) PMK: 46 / 2015 tentang akreditasi FKTP pasal 3, Puskesmas, Klinik pratama,
Tempat praktek mandiri dokter , Tempat praktek mandiri dokter gigi wajib
terakreditasi.
3) PMK: 411/ 2012 pasal 6 b tentang laboratorium klinik mempunyai kewajiban untuk
mengikuti akreditasi laboratorium.
4) PMK: 99/ 2015 perubahan PMK: 71/ 2013 tentang JKN persyaratan kerjasama
dengan BPJS harus telah terakreditasi.
SISTEM TATA KELOLA KINERJA DAN MUTU VIA AKREDITASI
PUSKESMAS
MELIPUTI :
1. PARADIGMA SEHAT
2. PERTANGGUNG JAWABAN WILAYAH
3. KEMANDIRIAN MASYARAKAT
4. PEMERATAAN
5. TEHNOLOGI TEPAT GUNA
6. KETERPADUAN DAN KESINAMBUNGAN
PATIENT SAFETY
ASUHAN PASIEN LEBIH AMAN MELIPUTI :
7. Assessment risiko
8. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
9. Pelaporan dan analisis insiden
10. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk
meminimalisir timbulnya risiko
11. Mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
KASUBBAG TU
SISTEMPELAYANAN
SISTEM PELAYANANHARUS
HARUSMENJAMIN
MENJAMIN
1. ASUHAN PASIEN LEBIH AMAN, MELALUI UPAYA ASESMEN RISIKO, IDENTIFIKASI
DAN PENGELOLAAN RISIKO PASIEN;
2. PELAPORAN DAN ANALISIS INSIDEN, KEMAMPUAN BELAJAR DARI INSIDEN, DAN
TINDAK LANJUTNYA; DAN
3. IMPLEMENTASI SOLUSI UNTUK MEMINIMALKAN TIMBULNYA RISIKO DAN
MENCEGAH TERJADINYA CEDERA YANG DISEBABKAN OLEH KESALAHAN AKIBAT
MELAKSANAKAN SUATU TINDAKAN ATAU TIDAK MENGAMBIL TINDAKAN YANG
SEHARUSNYA DIAMBIL.
AGAR KESELAMATAN PASIEN DAPAT TERJAGA
MAKA SISTEM PELAYANAN HARUS MENERAPKAN :
2 MENDIDIK PASIEN DAN KELUARGA Kriteria 7.4.3:Rencana layanan terpadu disusun secara komprehensif oleh tim
kesehatan antar profesi dengan kejelasan tanggung jawab dari masing-
masing anggotanya.
EP 7: Rencana layanan yang disusun juga memuat pendidikan/penyuluhan pasien.
3 KESELAMATAN PASIEN DAN Seluruh Bab 9: Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien
KESINAMBUNGAN PELAYANAN
8
Standar Keselamatan Pasien dalam
Standar akreditasi
7
No STANDAR KP STANDAR AKREDITASI
4 PENGGUNAAN METODA-METODA PENINGKATAN Bab 3,6,9
KINERJA UNTUK MELAKUKAN EVALUASI DAN
PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN
5 PERAN KEPEMIMPINAN DALAM Kriteria 9.2.1:Fungsi dan proses layanan klinis yang utama
MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN diidentifikasi dan diprioritaskan dalam upaya perbaikan mutu layanan
klinis dan menjamin keselamatan.
EP 5:Kepala Puskesmas bersama dengan tenaga klinis menyusun rencana
perbaikan pelayanan prioritas yang ditetapkan dengan sasaran yang
jelas
EP 6Kepala Puskesmas bersama dengan tenaga klinis melaksanakan
kegiatan perbaikan pelayanan klinis sesuai dengan rencana
9
Standar Keselamatan Pasien dalam
Standar akreditasi
7
No STANDAR KP STANDAR AKREDITASI
6 MENDIDIK STAF TENTANG KESELAMATAN • Standar Bab 9 Kriteria 9.2.1: Mutu layanan klinis dan keselamatan dipahami
PASIEN dan didefinisikan dengan baik oleh semua pihak yang berkepentingan.
EP 2: Terdapat dokumentasi tentang komitmen dan pemahaman terhadap
peningkatan mutu dan keselamatan secara berkesinambungan ditingkatkan
dalam organisasi
EP 3: Setiap tenaga klinis dan manajemen memahami pentingnya
peningkatan mutu dan keselamatan dalam layanan klinis
7 KOMUNIKASI MERUPAKAN KUNCI BAGI STAF • Kriteria 7.1.3. Hak dan Kewajiban Pasien, keluarga,…..dipertimbangkan dalam
UNTUK MENCAPAI KESELAMATAN PASIEN pelayanan
EP 1: Hak dan kewajiban pasien/keluarga diinformasikan selama proses
pendaftaran dengan cara dan bahasa yang dipahami oleh pasien
dan/keluarga
• Kriteria 7.1.4. Tahapan pelayanan klinis diinformasikan kepada pasien untuk
menjamin kesinambungan pelayanan.
EP 2: Sejak awal pasien/keluarga memperoleh informasi dan paham terhadap
tahapan dan prosedur pelayanan klinis
10
Reduksi risiko pasien cedera dari jatuh
PASIEN
KESELAMATANDI
KESELAMATAN DI PENGUNJUNG
KESELAMATAN DI
FASYANKES
FASYANKES
FASYANKES
PROCESS OF
CARE NON
ERROR
ADVERSE EVENT
PASIEN
PASIEN CEDERA Tidak dapat dicegah
TERPAPAR
(Unpreventable) Unpreventable
TUJUAN UTAMA AKREDITASI PUSKESMAS
REGULASI EKSTERNAL
8. Peraturan Perundangan
9. Pedoman Kementerian Kesehatan
10. Pedoman Dinas Kesehatan
11. Pedoman Organisasi Profesi
Kebijakan
Pedoman / panduan
Kerangka acuan
SOP
Yan U K P
Manual / pedoman mutu
dan keselamatan pasien
Yan U K M
KEBIJAKAN KEPALA PUSKESMAS
IMPLEMENTASI
REKAM IMPLEMENTASI
Proses manajemen risiko
A. Menetapkan lingkup
Manajemen risiko
Kajian risiko (risk assessment)
B. Identifikasi risiko
Monitoring,
Komunikasi audit
dan dan
Konsultasi C. Analisis risiko Tinjauan
pd (review)
stakeholders Dukungan
D. Evaluasi risiko internal
tdk
ya
Tindakan/treatment
terhadap
risiko
Frequent (sangat sering
terjadi)
PROBABILITY Probable (sering terjadi)
Possible (mungkin terjadi)
Unlikely (jarang terjadi)
Rare (sangat jarang terjadi)
EXTREEME RISK
SEVERITY HIGH RISK
ASSESSMENT MODERATE RISK
LOW RISK
Ekstreem (katatrospik)
DAMPAK Mayor
Moderate
(SEVERITY) Minor
Minimal (tak significant)
DAMPAK RISIKO (SEVERITY)
TINGKAT
DESKRIPSI DAMPAK
RISK
1 MINIMAL Tak ada cidera
2 MINOR Cidera ringan, misal: luka lecet. Dapat diatasi dengan P3K
3 MODERATE Cidera sedang misal: luka robek.
Berkurangnya fungsi motorik/ sensorik/ psikologis atau intelektual
(reversibel), tak berhubungan dengan penyakit
Setiapkasus yang memperpanjang perawatan
4 MAYOR Cidera luas / berat misal: cacat, lumpuh
Kehiilangan fungsi motorik/ sensorik/ psikologis/ intelektual (irreversible),
tak berhubungan dengan penyakit mendasarinya
5 EKSTREEM Kematian yang tak berhubungan dengan perjalanan penyakit mendasarinya
PROBABILITAS (FREKUENSI)
TINGKAT
RISK FREKUENSI KEJADIAN AKTUAL
5 FREQUENT Sangat sering terjadi ( tiap minggu / bulan )
4 PROBABLE Sering terjadi ( beberapa kali / tahun )
3 POSSIBLE Mungkin terjadi ( 1 – 2 tahun / kali )
2 UNLIKELY Jarang terjadi ( > 2 tahun - <5 tahun / kali )
1 RARE Sangat jarang terjadi ( > 5 tahun / kali )
RISK GRADING MATRIX
POTENCIAL CONCEQUENCES
FREKUENSI
LIKELIHOOD Tak signifikan (1) Minor (2) Moderate (3) Mayor (4) Katastropik (5)
MERAH
KTD KUNING
RISK
GRADING BIRU
KNC / KTC
HIJAU
INVESTIGASI
INVESTIGASI
SEDERHANA
SEDERHANA
LANGKAH – LANGKAH ANALISA AKAR MASALAH
3 Mengumpulkan data
5 Mengidentifikasi masalah
6 Analisis informasi
2. PELAJARI KEJADIAN
3. ANALISIS SEBAB
MEMPELAJARI KEJADIAN
1. Menentukan masalah
2. Mengumpulkan bukti – bukti yang nyata
3. Melakukan wawancara
4. Meneliti lingkungan kejadian
5. Menggambarkan rantai - rantai terjadi kejadian
6. Mengenali faktor – faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kejadian
(faktor yang terkait langsung dan faktor yang menunjang terjadinya kejadian)
7. Mengenali kejadian yang mengawali ( trigger )
RCA ( ROOT CAUSE ANALYSIS )
( Kategori Kuning / Merah)
ANALISIS SEBAB
1. Melakukan analisis dengan menggunakan pohon masalah / diagram tulang ikan
untuk mengetahui kegiatan / kondisi yang menyebabkan timbul kejadian
2. Lanjutkan hingga dapat dikenali sistem yang melatar belakangi timbulnya
kejadian / sampai tidak beralasan lagi untuk melanjutkan
3. Mengidentifikasi akar penyebab:
a) Faktor manusia : kelalaian, Incompetence, sistem pengelolaan SDM
termasuk reward sistem
b) Sistem break down, sistem failure, sistem incopability, sistem pengendalian,
sumber daya (fasilitas dn peralatan) dan manajemen sumber
daya
4. Rumuskan pernyataan akar masalah
RCA ( ROOT CAUSE ANALYSIS )
( Kategori Kuning / Merah)
SUSUN RENCANA TINDAKAN
1. Menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi penyebab yang di
identifikasi dan dapat diterima oleh pihak terkait dengan kejadian
2. Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab kejadian dan
pengukuran untuk dinilai efektifitas tindakan terhadap akar penyebab
3. Dapatkan persetujuan dari pimpinan dalam organisasi
LAMANYA WAKTU
TUNGGU DI APOTIK
LINGKUNGAN /SARANA
Masalah Lamanya
waktu tunggu
di apotik
Root
cause
INVESTIGASI SEDERHANA
Penyebab langsung insiden : .....
Penyebab yang melatar belakangi / akar masalah insiden : .....
Rekomendasi : .... Penanggung jawab : .... Tanggal: ....
Tindakan yang akan Penanggung jawab : .... Tanggal: ....
dilakukan : ....
Kepala Unit : .......
Nama : ..... Tanggal mulai investigasi : ......
Tanda tangan : ..... Tanggal selesai investigasi : ......
Manajemen risiko Investigasi lengkap : ya / tidak tanggal: ......
Diperlukan investigasi lebih lanjut : ya / tidak
Investigasi setelah grading ulang : hijau / kuning /
merah.
Contoh. TABEL REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAKAN
AKAR TINDAKAN TINGKAT PIC WAKTU SUMBER BUKTI TANDA
MASALAH REKOMENDASI DAYA YANG PENYELESAI TANGAN
(INDIVIDU/ TIM/ DIBUTUHKAN AN
FKTP
PENJABARAN MASALAH MELALUI “ WHY “
Contoh:
MASALAH KONSULTAN TIDAK MEMERIKSA PASIEN DI RUANGAN
(PRE OP)
1. Mengapa konsultan tidak memeriksa pasien ? Karena dokter konsultan tidak dihubungi oleh
perawat
2. Mengapa perawat tidak menghubungi konsultan ? Karena perawat sibuk
3. Mengapa sibuk ? Karena sedang menangani 2 pasien gawat yang lain
yaitu perdarahan dan cardiac arrest
4. Mengapa tidak ada perawat lain dalam shift itu ? Karena tenaga hanya 2 orang dan beban kerja yang
tinggi dan masalah seperti ini sudah sering terjadi
5. Mengapa hanya 2 orang ? Karena kebijakan Kepala FKTP untuk efisiensi
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ( FMEA )
UNIT KERJA : FARMASI
1. BENTUK TIM FMEA : Ketua .....
Anggota 1 ......
Anggota 2 ......
Anggota 3 ......
2. DISKRIPSI PERAN MASING – MASING : ( Ketua dan Anggota ) ...... ?
3. JADWAL KEGIATAN TIM : ..... ?
4. ALUR PROSES YANG SEKARANG : ....... ? ( Lihat slide berikutnya )
5. IDENTIFIKASI FAILURE MODES : “ contoh pelayanan obat di Puskesmas”
No Tahapan kegiatan pada alur Failure modes
proses
1 Menerima resep Salah identitas. Resep tertukar
2 Membaca resep Resep tak dapat dibaca. Salah membaca resep. Salah identitas.
Salah menghitung umur
3 Telaah resep Salah menganalisis. Interaksi obat
4 Menyiapkan obat Salah menganbil obat
6. MATRIKS FMEA
RESEP DITERIMA
MENYIAPKAN OBAT
MENYERAHKAN OBAT
YA
TIDAK
TIDAK
1. URUTKAN FAILURE UNTUK MENILAI RPN DARI YANG TINGGI KE YANG RENDAH
2. HITUNG KOMULATIF NILAI PROSENTASE
3. PERHATIKAN NILAI KOMULATIF SAMPAI DENGAN 80 %, MAKA PADA NILAI KOMULATIF 80 %
TERSEBUT KITA TETAPKAN DENGAN “ CUT OFF POINT “
MODUS KEGAGALAN /
KESALAHAN RPN KOMULATIF PROSENTASE KOMULATIF
FMEA RCA
PROAKTIF REAKTIF
- Proses spesifik - Kejadian spesifik
Diagram alur proses Diagram kronologis
“ Apa yang bisa terjadi “ “ Apa yang telah terjadi “
Fokus pada potensi kegagalan proses Fokus pada kegagalan sistem
suatu sistem
Mencegah kegagalan sebelum terjadi Mencegah kegagalan muncul kembali
MENENTUKAN AREA PRIORITAS
UNIT KERJA HIGH RISK HIGH COST HIGH PROBLEM TOTAL URUTAN
VOLUME PRONE PRIORITAS
Gawat 10 7 4 4 25 III
Darurat
Rawat Jalan 5 5 8 4 22 VI
Farmasi 9 8 8 5 30 I
Laboratorium 9 8 8 4 29 II
Rawat Inap 6 7 5 6 24 IV
Pendaftaran 6 4 8 5 23 V
AREA HIGH RISK HIGH VOLUME HIGH COST PROBLEM PRONE
PRIORIT
AS NILAI BOBOT SKOR NILAI BOBOT SKOR NILAI BOBOT SKOR NILAI BOBOT SKOR TOTAL
50
CONTOH MANAJEMEN RISIKO
IDENTIFIKASI TINDAKAN YANG REKOMENDASI PENANGGUNG
BAGIAN DAMPAK SKORING
RISIKO SUDAH ADA TINDAKAN JAWAB
Kegawatan Probabilitas Nilai hazard
Pendaftaran Tak melakukan Salah masuk 1 2 2 Menanyakan Melibatkan Petugas
update data ruang kunjungan keluarga pasien pendaftaran
pasien misal: pemeriksaan. RM terakhir . Lakukan
umur, alamat lebih dari 1 pada crosscheck ulang
1 pasien kembali identitas
pasien yang ada
Kelelahan terjadi Memperparah 1 4 4 Memisahkan Nomor urut Petugas
pada pasien kesehatan lansia pasien umum pasien lansia pendaftaran
lansia dan lansia didahulukan
Identitas yang RM > 1 pada 1 1 3 3 Dalam identifikasi Melibatkan Petugas
berbeda pada 1 pasien wajib keluarga pasien pendaftaran
pasien menyertakan KTP
/ BPJS
Farmasi Identitas pasien Salah 2 3 6 Konfirmasi ke Menyampaiakan Petugas obat
tidak lengkap memberikan obat petugas yang masalah saat
memberi resep lokmin
Nama pasien Salah 3 3 9 Meastikan dan Monev layanan Petugas obat
mirip memberikan obat konfirmasi nama, obat
alamat TTD
Laboratorium Identitas pasien Salah dalam 2 4 8 Konfirmasi pada Menambahkan Petugas
pada form penyampaian petugas pengirim SOP konfirmasi laboratorium
pemintaan lab hasil form permintaan
tak lengkap laboratorium
Tertusuk jarum Tertular penyakit 4 2 8 Menyiapkan Kolaborasi dng Petugas
dan terpapar safety box / Poli membuat laboratorium
cairan menggunakan SOP tertusuk
APD jarum
CONTOH MANAJEMEN RISIKO ( lanjutan )
5.1.1
5.1.2
Hak & Kewajiban Pasien
Pendaftaran
• Jenis pelayanan
• Jadwal pelayanan
Identifikasi
• Proses-alur Pendaftaran
Pasien
• Proses-alur Pelayanan
(SKP 1)
• Sarana yang tersedia
• Kerjasama rujukan
• Hak dan kewajiban
pasien
5.2.1. Proses Kajian Awal Pelaksanaan asuhan Koordinasi
SOAP
5.2.13 Isi
Hak & Kewajiban Pasien Kajian Prosedur
awal
Singkatan yang
digunakan
Kode Diagnosis Kode tindakan Singkatan yg tidak
boleh
Pelayanan
pendaftaran Pelayanan Pelayanan
Farmasi
Rawat jalan/ penunjang
Gawat darurat
PMK : 11 / 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
PASAL 1 AYAT 1
Suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi : assessment
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampun belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil
AYAT 2
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan / berpotensi mengakibatkan cidera yang dapat
dicegah pada pasien
Penerapan PMK No 11/2017 tentang
Keselamatan Pasien di Fasyankes &
Hubungannya Dengan Akreditasi Puskesmas
PMK No 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
KESELAMATAN PASIEN
terwujudnya
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
• Pasal 5:
Ayat 1. Setiap Faskes wajib menyelenggarakan keselamatan pasien
Ayat 2. Pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan:
a. Standar keselamatan pasien
b. Sasaran keselamatan pasien
c. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
• Ayat 3:
• Asuhan pasien lebih aman
• Pelaporan dan analisis insiden
• Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera
Standar Keselamatan Pasien:
– Hak pasien
– Pendidikan bagi pasien dan keluarga
– Keselamatan pasien dalam
kesinambungan pelayanan
– Penggunaan metod peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan
peningkatan keselamatan pasien
– Peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien
– Pendidikan staf tentang keselamatan
pasien
– Komunikasi merupakan kunci bagi staf
untuk mencapai keselamatan pasien
Sasaran Keselamatan Pasien:
• Identifikasi pasien dengan benar
• Komunikasi efektif
• Meningkatkan keamanan obat yang
harus diwaspadai
• Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
• Mengurangi risiko infeksi akibat
perawatan kesehatan
• Mengurangi risiko cedera pasien
akibat terjatuh
• 7 langkah menunju keselamatan pasien:
– Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
– Memimpin dan mendukung staf
– Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
– Mengembangkan sistem pelaporan
– Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
– Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
– Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien
• Pasal 6:
– merupakan hak pasien dan
keluarganya untuk mendapatkan
informasi tentang diagnosis dan
tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan, dan
perkiraan biaya pengobatan
– Kriteria standar hak pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
• harus ada dokter penanggung jawab
pelayanan;
• rencana pelayanan dibuat oleh dokter
penanggung jawab pelayanan; dan
• penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya
dilakukan oleh dokter penanggung
jawab pelayanan.
• Pasal 16 ayat 2:
– Penanganan Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui pembentukan tim Keselamatan Pasien yang ditetapkan oleh pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai pelaksana kegiatan penanganan Insiden.
• Pasal 17 ayat 1 & 2:
– (1) Tim Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) bertanggung
jawab langsung kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
– (2) Keanggotaan Tim Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas unsur manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan unsur klinisi di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Sistem Keselamatan Pasien
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan kajian
hal yang potensial bermasalah
7 LANGKAH KESELAMATAN PASIEN
Sosialisasi pelaksanaan
identifikasi pasien.
Kepatuhan melaksanakan
identifikasi pasien
DOKTER Perawat memberi salam, tersenyum, menjaga kenyamanan dan bersikap saling
menghormati serta bersikap profesional
Perawat menjawab segera panggilan telpon
Perawat mengenalkan diri
PERAWAT Perawat memberi salam, tersenyum, menjaga kenyamanan dan sikap sling
menghormati
Perawat selalu siap untuk memberikan bantuan
STANDAR MUTU INPUT
No STANDAR MUTU PUSKESMAS
1 LOKASI Tiap Kecamatan, mudah dijangkau, sesuai rasio penduduk dan tata
ruang daerah
2 BANGUNAN Permanen, terpisah dari tempat tinggal / unit kerja lain
3 RUANG Tersedia ruangan sesuai jenis pelayanan
4 PRASARANA Tersedia, terpelihara, berfungsi dan lancar pemberian layanan
kesehatan
5 PERALATAN Tersedia, terpelihara, berfungsi alat-alat medis / non medis biar lancar
layanan kesehatan
6 KETENAGAAN Memenuhi jenis dan jumlah sesuai PMK: 75 / 2014 (Ka pkm, Drg/ dr,
tenaga lain)
7 PENGORGANISSIAN Ada struktur organisasi
Kejelasan tugas dan wewenag dan garis komunikasi
8 PENGELOLAAN Dilakukan secara profesional sesuai perundangan yang berlaku
KEUANGAN
STANDAR MUTU PROSES LAYANAN KLINIS
No STANDAR MUTU PROSES LAYANAN KLINIS PUSKESMAS
1 Proses pendaftaran Ada prosedur pendaftaran yang dipahami petugas dan pasien
2 Pengkajian Ada prosedur kajian awal pasien paripurna ( anamnesis,
pemeriksaan fisik, penunjang dan kajian sosial)
3 Keputusan layanan klinis Diputuskan sesuai kajian dan ketersediaan sarana dan alat
4 Rencana layanan klinis Disusun komprehensif dengan persetujuan pasien
5 Rencana rujukan Ada prosedur rujukan, fasilitas rujukan dan fasilitas kesehatan
tujuan rujukan
6 Pelaksanaan layanan Ada pedoman layanan dan memperhatikan kebutuhan dan hak
pasien selama layanan
7 Pendidikan / konseling Pasien / keluarga mendapat pendidikan dan konseling dengan
jelas mudah dipahami
8 Makanan dan terapi nutrisi Pemberian variasi makanan sesuai kondisi dan status gizi pasien
9 Pemulangan / tindak lanjut Ada prosedur pemulangan dan tindaklanjut dan menjamin
pasien/ keluarga paham prosedur
STANDAR MUTU PENUNJANG LAYANAN KLINIS PUSKESMAS
3. Ada SOP yang dilanggar ( tindakan yang tak aman / unsafe action )
K3 terkait dengan lingkungan Jadi ciri khas KP adalah : ada asuhan / kontak
profesional yang salah/ kesalahan dalam memberi
asuhan (tidak mengikuti SOP), korbannya hanya
pasien
Tidakhanya
Tidak hanyadengan KerjaKeras,
denganKerja Keras,tetapi
tetapiperlu Kerja
perluKerja
Cerdas dan Kerja Ikhlas
Cerdas dan Kerja Ikhlas
CONTOH FORMULIR KEPUASAN PELANGGAN
PUSKESMAS : .........
HARI / TANGGAL: ....... NO: ........ BULAN: ............ TAHUN: ...........
I. Apakah anda puas dengan pelayanan yang kami berikan : a). Puas b). Tidak puas
II. Jika anda puas / tidak puas , dimana hal tersebut anda rasakan :
1). Pendaftaran 2). Poli umum 3). Poli gigi 4). UGD 5). Rawat inap 6). KIA / KB 7). PONED
8). Laboratorium 9). Farmasi
III. Hal apa yang membuat anda Puas / Tidak puas :
1. PETUGAS: a). Ramah a). Tidak ramah
b). Tanggap b) Tidak tanggap
c). Terampil c). Tidak terampil
d). Memberikan penjelasan yang cukup d). Kurang memberikan penjelasan
2. RUANGAN: a). Bersih dan rapi a). Kurang bersih dan kotor
b). Ventilasi cukup baik b). Pengab
c). Wangi c). Berbau
IV. Berapa lama waktu menunggu pelayanan di pendaftaran :
1). < 10 menit 2). 10 – 30 menit 3). 30 – 60 menit 4). > 60 menit
V. Berapa lama waktu menunggu di unit pelayanan :
1). < 5 menit 2). 5 – 30 menit 3). 30 – 60 menit 4). > 60 menit
VI. Silahkan berikan masukan anda agar kami dapat bekerja lebih baik lagi : ..........
( F0RMULIR SEDERHANA KEPUASAN PASIEN : PERMENPAN RB : 14 / 2017 )
REKAPITULASI SURVEI KEPUASAN PELANGGAN
TAHUN :
BULAN :
7.6.2 pelaksanaan layanan gawat darurat dan berisiko tinggi dipandu kebijakan
dan prosedur
Pokok pikiran : kasus – kasus gawat darurat / berisiko tinggi perlu identifikasi,
kejelasan SK dan SOP layanan 24 jam.
Kasus – kasus berisiko tinggi mungkin terjadi penularan baik untuk petugas /
pasien lain sesuai panduan PMK: 27 / 2017 tentang pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi ( PPI ) ( panduan klinis )
DAFTAR KASUS RISTI yang bisa ditangani puskesmas, termasuk PONED
KEPMEN LHK : 56 / 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI
FASYANKES
PASAL 1
PASAL 1
5. LIMBAH INFEKSIUS : adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan
6. LIMBAH PATOLOGIS : adalah limbah berupa buangan selama
kegiatan operasi , otopsi dan / atau prosedur medis lainnya termasuk
jaringan, organ, bagian tubuh, cairan tubuh dan / atau spesimen
beserta kemasannya
7. LIMBAH SITOTOKSIK : adalah limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk
kemoterapi kanker yang mempunyai kemempuan untuk membunuh
dan / atau menghambat pertumbuhan sel hidup
KEPMEN LHK : 56 / 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI
FASYANKES
PASAL 4
LIMBAH B3 MELIPUTI:
a) Dengan karakteristik infeksius
b) Benda tajam
c) Patologis
d) Bahan kimia kadalwarsa, tumpahan atau sisa kemasan
e) Radioaktif
f) Farmasi
g) Sitotoksik
h) Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi
i) Tabung gas atau kontainer bertekanan
KEPMEN LHK : 56 / 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI
FASYANKES
PASAL 7
PENETAPAN KRITERIA
RE AUDIT
ANALISA DATA
PENETAPAN KRITERIA
RE AUDIT
ANALISA DATA
KRITERIA : adalah bukti yang diperlukan dan yang harus ada, bahwa pasien telah diberikan pelayanan
pada taraf yang seoptimal mungkin Diagnosa, Terapi, Tindakan, Reaksi pasien, atau peristiwa –
peristiwa lain yang ada kaitannya dengan penyakit / kondisi yang berhubungan dengan judul audit
medik.
PENETAPAN KRITERIA
RE AUDIT
ANALISA DATA
VARIABEL :
Variabel untuk melihat apakah ada pola dalam mutu pelayanan yang di berikan pada pasien :
Dokter
Kelas perawatan
Asal bangsal
Umur pasien
PENETAPAN KRITERIA
RE AUDIT
ANALISA DATA
PENYEBAB MASALAH
6. MANAJEMEN ( FASILITAS, ALAT, KEBIJAKAN )
7. STAF / BAGIAN PELAYANAN MEDIK
8. ANGGOTA SMF / INDIVIDUAL
9. PELAYANAN MEDIK KHUSUS ( LABORATORIUM, X RAY, ANESTESI )
10. UNIT / PELAYANAN KEPERAWATAN
11. PERAWAT / INDIVIDUAL
12. PELAYANAN TERAPI BUKAN OLEH DOKTER
13. KONDISI / KETIDAK TAATAN PAIEN
14. FAKTOR MASYARAKAT
15. PERLU PENYELIDIKAN LEBIH LANJUT
PEMILIHAN TOPIK
PENETAPAN KRITERIA
RE AUDIT
ANALISA DATA
PENETAPAN KRITERIA
RE AUDIT
ANALISA DATA
Peraturan konsil kedokteran Indonesia no: 11 / 2012 tentang standar kompetensi dokter Indonesia
ADA 4 TINGKAT:
TINGKAT KEMAMPUAN I : MENGENALI dan MENJELASKAN
Mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit dan mengetahui cara yang paling tepat
untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut.
Selanjutnya menentukan rujukan paling tepat bagi pasien
Mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
Peraturan konsil kedokteran Indonesia no: 11 / 2012 tentang standar kompetensi dokter Indonesia
ADA 4 TINGKAT:
TINGKAT KEMAMPUAN IV
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profesiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai intersip / pendidikan kedokteran
berkelanjutan (PKB).
Beberapa penyakit merupakan kumpulan-kumpulan berdasarkan :
1. Penyakit yang prevalensinya cukup tinggi
2. Penyakit dengan risiko tinggi
3. Penyakit yang membutuhkan biaya tinggi
TIME : Jika di golongkan kondisi kronis atau melewati Golden time standart
COMORBIDITY : ada keluhan / gejala penyakit lain yang memperberat kondisi pasien
MASALAH KESEHATAN
TB penyakit menular langsung
Sebagian besar kuman TB menyerang paru
Indonesia merupakan negara yang termasuk 5 besar dari 22 negara di dunia
dengan beban TB
Kontribusi TB di Indonesia sebesar 5,8 %
Saat ini timbul kedaruratan baru dalam penaggulangan TB yaitu Reisten obat
(Multi Drug Resistence = MDR)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH : limfositosis / monositosis, LED meningkat, Hb menurun
MIKROSKOP : BTA + , kultur kuman dari spesimen sputum sewaktu – pagi – sewaktu
UNTUK TB NON PARU : dari bilas lambung, cairan cerbrospinal , cairan pleura /
biopsi jaringan
RONTGEN : foto thorax PA - laleral / top lodortik
TB umumnya di apex paru, gambaran : bercak-bercak awan dengan batas tak jelas,
bila jelas berbentuk tuberkuloma.
Cavitas ( gambaran cincin berdinding tipis )
Pleuritis ( penebalan pleura ) , Efusi pleura ( sudut kosto frenikus tumpul )
TB PARU DEWASA
ICPC-2 : A 70 TBC
ICD-10 : A 15 RESPIRATORY TUBERCULOSIS, BACTERIOLOGI CALLY AND
HISTOLOGICALY CONFIRMED
TINGKAT KEMAMPUAN 4A
2) Semua pasien batuk produktif yang berlangsung > 2 minggu yang tidak jelas
penyebabnya harus di evaluasi untuk TB
8. Rekam medis tentang terapi, respon bakteriologik dan efek samping harus
tercatat dan tersimpan
TB PARU DEWASA
ICPC-2 : A 70 TBC
ICD-10 : A 15 RESPIRATORY TUBERCULOSIS, BACTERIOLOGI CALLY AND
HISTOLOGICALY CONFIRMED
TINGKAT KEMAMPUAN 4A
KRITERIA RUJUKAN
4) Pasien sputum BTA ( - ) , klinis ( + ), tak menunjukkan perbaikkan setelah terapi
dalam jangka waktu tertentu
5) Pasien sputum ( - ), klinis ( - ) / meragukan
6) Pasien sputum ( + ), setelah jangka waktu tertentu
7) TB dengan komplikasi / keadaan khusus TB ( TB dengan comorbid )
8) Suspect TB – MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB - MDR
TB PARU DEWASA
ICPC-2 : A 70 TBC
ICD-10 : A 15 RESPIRATORY TUBERCULOSIS, BACTERIOLOGICALLY AND
HISTOLOGICALLY CONFIRMED
TINGKAT KEMAMPUAN 4A
PROGNOSIS
1) SEMBUH
2) Pengobatan lengkap : tidak ada instruksi pemeriksaan apusan dahak ulang / foto
thorax
3) MENINGGAL
5) Gagal : pemeriksaan sputum tetap BTA ( + ) atau kembali jadi ( + ) pada bulan ke
5 atau selama terapi
TINGKAT KEMAMPUAN A 4
MASALAH KESEHATAN
GE adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus ditandai dengan diare
dengan frekuensi 3 kali/ lebih dalam waktu 24 jam.
Diare lebih dari 30 hari disebut kronis.
WHO: diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi
dapat pula berlangsung sampai 14 hari.
Diare persisten adalah episode diare yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi
dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta kondisi ini
menyebabkanmalnutrisi dan beresiko tinggi menyebabkan kematian.
GE lebih sering terjadi pad anak-anak karena daya tahan tubuh belum optimal.
Diare merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
pada anak dibawah umur 5 tahun di seluruh dunia yaitu mencapai 1 milyar kesakitan
dan 3 juta kematian tiap tahun
Penyebab GE antara lain: Infeksi, Malabsorpsi, Keracunan, Allergi makanan,
Psikologis pasien
Infeksi yang menyebabkan GE akibat Etamuba Histolitika disebut disentri, bila
disebabkan Giardia lambia disebut Giardiasis, bila oleh Vibrio cholera disebut Kolera.
Anamnesa ( Subjective )
BAB lembek / cair , dapat bercampur darah / lendir dengan frekuensi 3 kali / lebih
dalam 24 jam. Dapat disertai tak nyaman di perut (kembung ) , mual, muntah,
tenessmus.
Volume bisa besar menunjukkan berasal dari usus kecil
Volume bisa kecil menunjukkan berasal dari usus besar
Bila disertai demam diduga infeksi
Bila dimulai dari makanan ( higiene kurang ) maka GE karena infeksi.
Riwayat berpergian ke daerah wabah diare
Riwayat intoleransi laktosa (bayi)
Konsumsi makanan iritatif
Diet cola
Obat-obatan seperti laksatif, Magnesium hidroksida, Magnesium sitrat, Obat jantung
Quinidine, Obat gaut (Kolkisin), Diuretika )furosemid, tiazid), Toksin (arsenik,
organofosfat, insektisida, Kafein, Metil xantine, Agen endokrin (preparat penggantan
tirosid), Miprosatal, Mesalamin, Antikolinesterase, Obat-obatan diet.
Kondisi imunokompromais (HIV/ AIDS) dan Demam tifoid.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG SEDERHANA (OBJECTIVE)
PEMERIKSAAN FISIK
1. BB, Suhu, Frekuensi denyut jantung, Respirasi, Tekanan darah
2. Tanda – tanda utama dehidrasi : Kesadaran, Rasa haus, Turgor kulit abdomen
ubun - ubun besar cekung, mata cekung, bibir,
mukosa, lidah kering / basah
3. Respirasi cepat indikasi asidosis metabolik
4. Bising usus lemah / tak ada hipokalemia
5. Ekstremitas: perfusi dan capilary refil menentukan derajad dehidrasi
KLINIS SKOR
1. Rasa haus / muntah 1
2. Sistolik 60 – 90 1
3. Sistolik < 60 2
4. Frekuensi nadi > 120 X / menit 1
5. Kesadaran apati 1
6. Somnolen, Spoor / koma 2
7. Frekuensi nafas > 30 X / menit 1
8. Fasies cholerica 2
9. Vox cholerica 2
10.Turgor kulit menurun 1
11.Washer women’s hand 1
12.Ekstremitas dingin 1
13.Sianosis 2
14.Umur 50 – 60 tahun - 1
15.Umur > 60 tahun - 2
PENEGAKAN DIAGNOSA ( ASSESSMENT )
DIAGNOSE KLINIS:
Berdasarkan Anamnesis, Pemeriksaan fisik ( Hipovolemik )
Pemeiksaan penunjang
DD :
Demam tifoid, Kriptosporidia ( pada pasien HIV ), Kolitis pseudomembran
TERAPI :
1. Berikan cairan dan diet
a) Pasien tidak dipuasakan
b) Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktose transien
c) Hindari alkohol, kafein karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus
d) Makan yang tidak mengandung gas dan mudah dicerna
2. Obat anti diare
3. Obat anti mikroba
APABILA TERJADI DEHIDRASI
BJ plasma – 1,025
RUMUS DEFISIT CAIRAN = X BB X 4 ml
0,001
SKOR
KEBUTUHAN CAIRAN = X 10 % X Kg BB X 1 liter
15
RUJUKAN, KRITERIA
3. Tanda – tanda dehidrasi berat
4. Penurunan kesadaran
5. Nyeri perut signifikan
6. Tidak dapat minum oralit
7. Tidak ada infus set dan cairan infus
KEPATUHAN PENGGUNAAN FORMULARIUM NAIONAL ( FORNAS )
Area Klinis
Kategori Indikator Kepatuhan dalam pelaksanaan pelayanan
Perspektif Proses bisnis internal
Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan
kefarmasian berbasis mutu dan keselamatan pasien
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien JKN
Tujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien
JKN
Definisi Operasional Kepatuhan penggunaan formularium nasional Resep oleh
dokter dengan formularium nasional untuk pasien JKN
Frekuensi Pengumpulan Bulanan
Data
Numerator Jumlah item Resep pelayanan sesuai formularium
nasional
Denominator Jumlah total iten Resep
KEPATUHAN PENGGUNAAN FORMULARIUM NAIONAL ( FORNAS )
Area Klinis
Kategori Indikator Kepatuhan dalam pelaksanaan pelayann
Perspektif Proses bisnis internal
Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan
kefarmasian berbasis mutu dan keselamatan pasien
dalam pencegahan kesalahan obat
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien rawat inap
Tujuan Menurunkn kesalahan peresepan
Definisi Operasional Jumlah kesalahan yng terjadi dalam tahap peresepan
yang dapat teridentifikasi sebelum pasien terpapar akibat
dari kesalahan tersebut.
Kesalahan peresepan obat yang dimaksud adalah
kesalahan yang teridentifikasi pada verifikasi Resep oleh
bagian farmasi meliputi : benar pasien, benar obat, benar
dosis, benar rute, benar waktu pemberian, tak ada
Frekuensi Pengumpulan duplikasi,
Bulanan tak ada interaksi obat
Data
Numerator Jumlah lembar Resep teridentifikasi kesalahan setelah
KEJADIAN NYARIS CIDERA PERESEPAN OBAT (MEDICATION ERROR)
C D
P
C
PENINGKATAN KUALITAS SECARA TERUS
P D MENERUS & BERKESINAMBUNGAN
C A MELALUI SIKLUS PDCA
A P P D
C A
C D P D
A
D
Siklus PDCA ibarat mesin yang terus
bergerak untuk mencapai tujuan perbaikan
dan peningkatan mutu dengan berupaya
mencapai indikator-indikator mutu secara
Kementerian Kesehatan Republik Indonesiabertahap dan terus menerus
3/2/2018 16
154
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 09/22/2020
1. IDENTIFIKASI HASIL PENYELENGGARAAN UPAYA
1. LAKSANAKAN UPAYA PENYELESAIAN MASALAH,
PUSKESMAS, UMPAN BALIK PELANGGAN
2. DESKRIPSIKAN PROSES PENYELENGGARAAN LAKUKAN TRIAL/UJI COBA
PELAYANAN YG BERJALAN SAAT INI
3. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS UNTUK 2. MELAKUKAN RENCANA YANG TELAH
MENENTUKAN GAP MASALAH DITETAPKAN SEBELUMNYA SESEGERA
PLAN 4. ANALISIS AKAR MASALAH MUNGKIN. DO
5. IDENTIFIKASI PELUANG PENINGKATAN MUTU
6. MENCARI DAN MEMILIH PENYELESAIAN MASALAH .
3. MEMANTAU PROSES PELAKSANAANNYA
7. MEMBAUT RENCANA SOLUSI
PERMASALAHAN/PERBAIKAN KUALITAS
AKREDITASI ADALAH
PROSES PERBAIKAN
MUTU DAN KINERJA
SECARA BERTAHAP &
BERKESINAMBUNGAN
SKEMA UPAYA PENINGKATAN MUTU FASYANKES
mutu
Target 2
Menjaga mutu
International/national
standard
A P
AKREDITASI
M’HARUSKAN C D Target 1
MELAKUKAN
PERBAIKAN Perbaikan mutu
MUTU
A P
baseline
C D
C
Pendampingan
Q
I
C
S
Q
u
I
r
v
Pendampingan
e
i
C AKREDITASI
Pendampingan
Q
I
C
Q
I
AKREDITASI
1 2 3 4 5 6
TAHUN
Akreditasi Jangan Hanya Sebagai
Tujuan
TERAKREDITRASI TERAKREDITRASI
Saat
Penilaian
3 6
TAHUN
Akreditasi Sebagai Upaya Peningkatan
Mutu Berkesinambungan
AKREDITASI
AKREDITASI
TAHUN 1 2 3 4 5 6
LASA ( LOOK ALIKE SOUND ALIKE / NORUM (NAMA OBAT RUPA UCAPAN MIRIP)
hidraALAzine hidrOXYzine
ceREBYx ceLEBRex
vinBLASTine vinCRIStine
chlorproPAMIDE chloproMAZINE
glipiZIde glYBURIde
DAUNOrubicine dOXOrubicine
A DATA PASIEN
1. NAMA :
2. NO MR :
3. UMUR :
4. KELOMPOK UMUR : 0 – 6 Bulan 1 Bulan – 1 Tahun
1 Tahun – 5 Tahun
5 Tahun – 15 Tahun
15 Tahun – 30 Tahun
30 Tahun – 65 Tahun
> 65 Tahun
5. JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI PEREMPUAN
6. BIAYA PASIEN : Pribadi Asuransi Swasta
Pemerintah Perusahaan
BPJS Lain-Lain : . . . . . . . .
7. TANGGAL MASUK FAS YAN KES : ............................. JAM : ............................
B. RINCIAN KEJADIAN
1. TANGGAL DAN WAKTU INSIDEN : Tanggal : Jam :
2. INSIDEN :
3. KRONOLOGI :
4. JENIS INSIDEN : KNC KTC KPC KTD / SENTINEL
5. ORANG PERTAMA KALI YANG MELAPORKAN INSIDEN
a) KARYAWAN: Dokter/ Perawat/ Petugas Lain
b) Pasien
c) Keluarga/ Pendamping Pasien
d) Pengunjung
e) Lain-Lain (SEBUTKAN) : . . . . . . . .
6. INSIDEN TERJADI PADA : Pasien ........................ Lain-Lain (SEBUTKAN): .......
MISAL: KARYAWAN/ PENGUNJUNG/ PENDAMPING/ KELUARGA PASIEN.
Lapor ke Tim PM & KP FKTP/ Unit KP Fas Yan Kes Lain
7. INSIDEN MENYANGKUT PASIEN
a) Pasien rawat inap
b) Pasien Gawat Darurat
c) Pasien rawat jalan
d) Lain-Lain (SEBUTKAN): . . . . . . . .
8. TEMPAT INSIDEN : LOKASI KEJADIAN (SEBUTKAN TEMPAT
PASIEN BERADA) . . . .
9. INSIDEN TERJADI PADA PASIEN : UMUM/ GIGI/ UGD/ KIA-IMUNISASI/ PONED/
LAB
10. UNIT KERJA PENYEBAB : (SEBUTKAN) . . . . . .
11. AKIBAT INSIDEN TERHADAP PASIEN :
a) Kematian
b) Cedera berat (IRREVERSIBEL)
c) Cedera sedang (REVERSIBEL)
d) Cedera ringan
e) TIDAK Cedera
12. TINDAKAN YANG DILAKUKAN SEGERA SETELAH KEJADIAN & HASILNYA: . . . . . . . .
13. TINDAKAN DILAKUKAN OLEH :
a) TIM : terdiri atas: . . . . . . .
b) Dokter
c) Doker gigi
d) Perawat / Bidan
e) Petugas Lainnya (sebutkan) . . . . . . . . . .
14. APAKAH KEJADIAN YANG SAMA PERNAH TERJADI DI UNIT KERJA LAIN : YA / TIDAK
APABILA : YA. Isi dibawah ini: Kapan ? dan LANGKAH / TINDAKAN apa yang telah diambil pada
UNIT KERJA tersebut untuk MENCEGAH terulangnya kejadian yang sama: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.................
PEMBUAT LAPORAN PENERIMA LAPORAN
....... .........
PARAF PARAF
...... .....