DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BATANGHARI
Jl. Kapten Harun No. 21 Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur Kode Pos : 38141
Email : puskesmasbatanghari@gmail.com Telp (0725) 48115
KERANGKA ACUAN
PELAYANAN KESEHATAN JIWA DAN NAPZA
TAHUN 2020
A. PENDAHULUAN
Masalah Kesehatan jiwa merupakan masalah yang ada disetiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah jiwa
dan napza yang tidak tertangani, hubungan dengan penyakit jiwa juga tinggi pada negara maju
dan penyalahgunaan NAPZA.
Menurut undang-undang republik indonesia nomor 18 tahu 2014, kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi bagi komunitasnya
Seseorang dengan gangguan jiwa berhadapan dengan stigma, diskriminasi dan
marginalisasi. Stigma dapat mengakibatkan penderita tidak mencari pengobatan yang
sebenarnya sangat mereka butuhkan atau mereka akan mendapatkan pelayanan yang bermutu
rendah. Marginalisasi dan diskriminasi dapat meningkatkan risiko kekerasan pada hak-hak
individu, hak politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Pasien dengan gangguan jiwa berat sering memiliki gejala yang dapat menjadi ancaman,
baik terhadap keluarga, diri sendiri, maupun orang lain. Keluarga dan masyarakat di sekitar
lingkungannya cenderung melakukan tindakan paksa untuk mengurangi atau membatasi
ancaman tadi. Bentuk pemaksaan itu dapat berupa pemasungan, yaitu mengikat tangan
dan/atau kaki dengan rantai atau seutas tali atau menguncinya pada sebuah batang kayu, atau
mengurungnya dalam sebuah ruangan yang sangat sempit. Pembatasan gerak ini atau
pemasungan acapkali juga disertai dengan penelantaran termasuk kebutuhan hidupnya yang
sangat mendasar tidak diperhatikan. Kebutuhan makan minum, buang air besar dan buang
kecil, kebersihan diri dan berpakaian yang pantas menjadi sangat sulit ia dapatkan. Pada
kondisi ini sebenarnya penderita gangguan jiwa yang dipasung adalah individu terlantar dan
miskin, yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah.
Pemasungan di Indonesia telah dilarang sejak tahun 1977 dengan surat Menteri Dalam
Negeri No: PEM.29/6/15 tanggal 11 Nopember 1977. Surat ini ditujukan kepada Gubernur
seluruh Indonesia yang meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan pemasungan
terhadap penderita gangguan jiwa dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
menyerahkan perawatan penderita di Rumah Sakit Jiwa. Hal ini juga agar diinstruksikan
kepada para Camat dan Kepala-Kepala Desa agar secara aktif mengambil prakarsa dan
langkah-langkah dalam hal penanggulangan pasien yang ada di daerah masing-masing.
1
Upaya kesehatan jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa
yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh pemerintah daerah, dan / masyarakat.
B. LATAR BELAKANG
Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik,
mental, sosial, pertumbuhan, dan perkembangan, dan / kualitas hidup sehingga memiliki
resiko mengalami gangguan jiwa.
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau
perubahan perilaku yang bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia
Survei data kesehatan jiwa di masyarakat, pelatihan kesehatan jiwa, penyediaan obat-
obatan esensial untuk gangguan jiwa, pengembangan program sesuai kebutuhan daerah
setempat, penggunaan posyandu, pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa dan dukungan
pemerintah baik daerah maupun pusat baik dalam hal anggaran maupun kegiatan, adalah hal
yang harus dipertimbangkan dalam mengintergrasikan pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan
primer.
Pelayanan Kesehatan jiwa di wilayah kerja Batanghari berdasarkan Riskesdas seharusnya
mencapai angka 44 jiwa. Pada pelaksanaannya saat ini belum tercapai pelayanan sedemikian
diharapkan. Pelayanan yang diharapkan terbagi pada 9 desa yang merupakan wilayah kerja
puskesmas Batanghari yaitu Buana Sakti 4 jiwa, Balai Kencono 6 jiwa, Rejo Agung 4 jiwa,
Adiwarno 5 jiwa, Nampirejo jiwa, Banarjoyo 6 jiwa, Telogorejo 3 jiwa, Sumberrejo 7,
Purwodadi Mekar 3 jiwa.
Selain sasaran yang menjadi indicator capaian adalah pelayanan Kesehatan jiwa yang
sesuai standar pelayanan minimal. Perlu ada pemantauan minum obat, fungsi hidup sehari-hari
guna menghindari ancaman bagi lingkungan sekitar dan diri sendiri.
Ha rmonis hubungannya
R amah pegawainya
I ndah lingkungannya
3.
resiko kasus keswa - Melakukan pendataan dengan mendiagnosa
pasien ODGJ
- Melakukan skrining Kesehatan jiwa dan
status mental pada pasien terduga ODGJ
Melakukan Rujukan jika maupun pada ODGJ
diperlukan - Melakukan pemeriksaan ODGJ dengan
4.
wawancara psikiatri
- Memastikan indikasi rawat inap seperti
mengancam keamanan diri sendiri ataupun
orang lain
- Menghubungi pusat rujukan untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan dan
memastikan ketersediaan tempat
- Melakukan rujukan ODGJ dengan
didampingi perawat tersertifikasi Kesehatan
jiwa
4
G. PERAN LINTAS SEKTOR DAN LINTAS PROGRAM
1. Lintas Program
- PTM
- Lansia
- Pelayanan Usia Sekolah
- Pelayanan remaja
- Pelayanan Ibu Hamil dan Bersalin
2. Lintas Sektor
- Kader
- Pemangku kebijakan kecamatan dan desa
H. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah orang dengan gangguan jiwa berat (skizofrenia dan psikotik
akut), gangguan mental emosional, orang dengan penyalahgunaan NAPZA
Bulan
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pemeriksaan kesehatan jiwa
(landasan PMK no 4 tahun
2019)
2. Melakukan konseling pasien
dan keluarga Keswa
3. Kunjungan rumah faktor resiko
kasus keswa
5
J. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi dilaksanakan setiap bulan. Pelaksana kegiatan adalah penanggung jawab program
dan kader keswa. Pelaporan dibuat setelah selesai dan laporan ditunjukkan kepada kepala
UPTD Puskesmas dan ketua PJ UKM
Pencatatan dan pelaporan kegiatan ini dilakukan setiap kali kunjungan. Pencatatan berupa
hasil data tiap bulan sekaligus memberikan hasilnya berupa pelaporan ke Dinas Kesehatan
Lampung Timur. Evaluasi dilakukan setiap bulan oleh pelaksana program. Pada saat
kunjungan, petugas selalu membuat dokumentasi kegiatan yang dilakukan.
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Batanghari Pelaksana Program