Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

DINAS KESEHATAN
UPTD P U S K E S M A S B A W A N G 1
Alamat: Jl Raya Bawang Km 06 Bawang  (0286) 597009
email: puskesmas_bawang1@yahoo.co.id Banjarnegara 53471

PEDOMAN KESEHATAN JIWA


PAND/UKPP/003/02/2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dan dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU
No 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).
Masalah kesehatan jiwa di keluarga dan masyarakat semakin meningkat,
terlihat dari banyaknya tindak kekerasan (KDRT), kenakalan remaja (anak
jalanan, kecanduan game, tawuran), penyalahgunaan narkoba, bahkan begitu
mudahnya melakukan tindakan bunuh diri. Kurangnya pengetahuan, akses
yang sulit dijangkau dan keterbatasan tenaga kesehatan jiwa merupakan
beberapa penyebab gangguan jiwa tidak terdeteksi di keluarga dan masyarakat.
Masalah kesehatan jiwa memiliki ruang lingkup yang luas dan menimbulkan
beban yang besar bagi masyarakat. Terdapat beragam gangguan kejiwaan yang
sesungguhnya dialami oleh masyarakat, bukan hanya gangguan politik, namun
gangguan cemas, depresi dan gangguan jiwa yang tampil dalam bentuk berbagai
keluhan fisik.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai
agar tercapai pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat, maka
dikembangkan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang sudah ada dan merupakan ujung tombak dari sistem pelayanan
kesehatan yaitu Puskesmas. Di Puskesmas Bawang 1 pelayanan kesehatan jiwa
telah dikembangkan sejak tahun 2011 bersama dokter umum, perawat, bidan
dan tenaga kesehatan lainnya.
Integrasi pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan dasar adalah
pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh dokter umum, perawat, bidan
atau tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas secara terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan dasar. Oleh karena itu sembari dengan dilakukannya
pemeriksaan fisik juga dilakukan deteksi dini dan penangganan masalah
kesehatan jiwa . Selain pelayanan sehari-hari dalam pelayanan kesehatan dasar
di Puskesmas Bawang 1 dilakukan pengobatan secara rutin setiap bulan oleh
dokter umum. Program kesehatan jiwa Puskesmas Bawang 1 juga melakukan
penyuluhan khusus kesehatan jiwa dan kunjungan rumah untuk pasien dengan
gangguan jiwa.
Dalam melaksanakan kegiatan dan pelayanan tersebut petugas kesehatan
Puskesmas Bawang 1 mempunyai tata nilai yang harus dilakukan setiap
kegiatan yang berhubungan dengan program kesehatan jiwa. Dan tata nilai yang
digunakan adalah Profesional, Aman, Santun, Tanggap, Inovatif. Dengan adanya
tata nilai diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan jiwa pada pasien
gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Bawang 1.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman penyelenggaraan program kesehatan jiwa
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman tentang indicator kinerja program kesehatan jiwa
b. Sebagai pedoman tentang sumber daya manusia di program kesehatan
jiwa
c. Sebagai pedoman tentang logistic di Program kesehatan jiwa
d. Sebagai pedoman tentang teknis atau tata cara pemenuhan standar
program kesehatan jiwa

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman kesehatan jiwa adalah:
1. Kepala UPTD Puskesmas Bawang 1
2. Penanggungjawab Upaya Kesehatan Masyarakat
3. Penanggungjawab Upaya Kesehatan Perorangan
4. Koordinator Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
5. Pengelola Program Kesehatan Jiwa
6. Lintas program dan lintas sector terkait
7. Puskesmas dan jaringannya (Pustu, PKD/PKK)

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup dari Pedoman Kesehatan Jiwa :
a. Tata laksana pasien kesehatan jiwa
b. Tata laksana program kesehatan jiwa
c. Skrinning
d. Penyuluhan
e. Follow up kunjungan rumah

E. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam tatalaksana pasien dan program pencegahan dan
pengendalian kesehatan jiwa adala :
a. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimanas eorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya.
b. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, social, pertumbuhan dan perkembangan dan/
atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.
c. Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat (ODGJ) adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan
perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
d. Upaya Kesehatan jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat
Kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan
masyarakat dengan pendekatan promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitative yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau
masyarakat.
e. Deteksi dini kesehatan jiwa adalah upaya penemuan kasus gangguan
jiwa secara dini oleh tenaga Kesehatan yang dilaksanakan secara
terintegrasi dengan pelayanan dasar lainnya di puskesmas
f. Diagnosis dan penatalaksanaan adalah salah satu cara untuk
menentukan jenis gangguan jiwa dan tata cara pengobatannya
g. Pemantuan pengobatan adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien
h. Pemberdayaan masyarakat tentang kesehatan jiwa adalah cara untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah Kesehatan jiwa
i. Kunjungan rumah pasien jiwa adalah kegiatan untuk mendata serta
memonitoring kondisi ODGJ dalam kaitannya dengan tingkat gangguan
kejiwaan yang diderita
j. Penyuluhan peorangan, kelompok dan masyarakat adalah bentuk usaha
Pendidikan non formal kepada perorangan, kelompok dan masyarakat
dengan media promotif
k. Rujukan kesehatan jiwa adalah kegiatan yang melayani kasus gangguan
jiwa dilayanan kesehatan primer termasuk dilingkungan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal
l. Pengelolaan logistic termasuk pencatatan dan pelaporan adalah kegiatan
untuk mengetahui laporan pengelolaan obat, dan untuk mengetahui
pencatatan obat serta perbekalan obat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Perencanaan ketenagaan dalam program pengendalian penyakit
kesehatan jiwa ditujukan untuk memastikan ketersediaannya kebutuhan tenaga
terlatih demi terselenggaranya kegiatan program pengendalian penyakit
kesehatan jiwa disuatu faskes pelaksana. Perencanaan ketenagaan berpedoman
pada standart kebutuhan minimal baik dalam jumlah dan jenis tenaga terlatih
ang dibutuhkan.
Puskesmas Bawang 1 yang dalam pogram pengendalian penyakit
kesehatan jiwa belum memiliki tenaga terlatih demi terselenggaranya kegiatan
programpengendalian penyakit kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas
Bawang 1.
Kualifikasi sumber daya mausia dalam program kesehatan jiwa adalah
pemegang program sebagai penanggung jawab keehatan jiwa dan bekerjasama
dengan dokter umum, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya. Dan dokter
umum yang bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Tenaga terlatih kesehatan jiwa
NO NAMA KETERANGAN
1. dr. Liana Dewi Belum terlatih kesehatan jiwa
2. dr. Rani Puspa W Sudah terlatih kesehatan jiwa
3. Ageng Dwi Noveta H, Amd Keb Sudah terlatih kesehatan jiwa

2. Petugas kesehatan yang melaksanakan program kesehatan jiwa dibagi


pada tiap wilayah yaitu :

NO NAMA DESA PETUGAS PELAKSANA KETERANGAN


1. PUCANG Catur Fida R Perawat
Jumirah Bidan
2. GEMURUH Perawat
Sumiyati Bidan
3. BLAMBANGAN Perawat
Linda Darma Bidan
4. BANDINGAN Retno Perawat
Ririn Ferina Bidan
5. MANTRIANOM Perawat
Hidayati Zulfa Bidan
6. BAWANG Yoyon Perawat
Linda Rubiyati Bidan
7 BINORONG Eko Setyo Wibowo Perawat
Saras Widyaningrum Bidan
8 JOHO Martina Prihatini Bidan
Ana Sofiatun Bidan

C. Jadual Kegiatan
NO JENIS KEGIATAN LOKASI WAKTU PELAKSANA
1. Promosi kesehatan Wilayah kerja Senin- Sabtu Penanggung
jiwa Puskesmas jawab program
Bawang 1 kesehatan jiwa
dan promkes
2. Deteksi dini dan Puskesmas Senin- Sabtu Rawat jalan
pengobatan pasien Bawang 1
dengan gangguan
jiwa

3. Kunjungan pasien Wilayah kerja Senin- Sabtu Perawat, bidan


jiwa Puskesmas kelurahan/desa
Bawang 1
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
1. Ruang/Poli Umum
2. Ketersediaan obat kesehatan jiwa
3. Alat fiksasi
4. Formulir pencatatan dan pelaporan kesehatan jiwa
5. Barang cetakan, seperti : poster
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Masalah kesehatan jiwa di keluarga dan masyarakat semakin
meningkat terlihat dari banyaknya tindak kekerasan (KDRT), kenakalan
remaja (anak jalanan, kecanduan game, tawuran), penyalahgunaan narkoba
bahkan begitu mudahnya melakukan tindakan bunuh diri. Kurangnya
pengetahuan, akses yang sulit dijangkau dan keterbatasan tenaga kesehatan
jiwa merupakan beberapa penyebab gangguan jiwa tidak terdeteksi di
keluarga masyarakat.
Upaya-upaya untuk penanggulangan kesehatan jiwa di Puskesmas Bawang
1:
1. Pelayanan pasien dengan gangguan jiwa

⮚ Pasien datang kelayanan di Puskesmas Bawang 1 : ruang pemeriksaan

umum, ruang KIA, KB dan Imunisasi, Ruang Komunikasi Informasi


dan Edukasi (KIE) di screening dengan konseling untuk menentukan
diagnosa :
a. Penyakit fisik asli
b. Penyakit fisik disertai dengan keluhan psikis
c. Penyakit psikis

⮚ Apakah dari hasil diagnosa (b dan c) lebih menjurus lagi ke masalah

jiwa maka perlu penangganan khusus

⮚ Pendekatan terapi kepada keluarga yang mendampingi untuk mencari

penyebab masalah yang diderita keluarga pasien

⮚ Pendataan dan rtl dengan keluarga selanjutnya

⮚ Pengobatandan rujukan bila diperlukan.

2. Kunjungan rumah pada pasien penderita gangguan jiwa

⮚ Petugas melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa

⮚ Pendekatan pada keluarga dan pasien dengan gangguan jiwa


⮚ Memberikan penyuluhan

⮚ Melakukan pemantauan status pengobatan pasien gangguan jiwa

⮚ Mengambil data dan mencatat hasil kunjungan rumah pada pasien

gangguan jiwa

⮚ Memberikan rujukan apabila diperlukan

3. Penyuluhan/sosialisasi kesehatan jiwa

⮚ Mengundang peserta penyuluhan : masyarakat, kader, pemangku

kepentingan dengan program jiwa

⮚ Materi penyuluhan tentang kesehatan jiwa

⮚ Tanya jawab antara pemberi materi dengan peserta

⮚ Testimoni dari peserta mengenai keadaan yang ditemui

dilingkungannya yang berhubungan dengan kesehatan jiwa

⮚ Hasil dokumentasi dan notulen

4. Deteksi dini keluarga sehat jiwa

⮚ Mengundang kader untuk dibekali materi deteksi dini kesehatan jiwa

⮚ Pemberian materi kesehatan jiwa melaui pertemuan pada kader

kesehatan jiwa

⮚ Membagikan form deteksi dini keluarga dan form rekapitulasi

⮚ Melakukan pendataan pada setiap rumah

⮚ Rekapitulasi, pelaporan dan evaluasi pada penanggung jawab program

jiwa.
5. Pemberdayaan masyarakat tentang kesehatan jiwa

⮚ Mengundang kader untuk dibekali mater deteksi dini kesehatan jiwa

⮚ Pemberian materi kesehatan jiwa melalui pertemuan pada kader

kesehatan jiwa
⮚ Pelatihan kader kesehatan jiwa.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam penanggulangan kesehatan jiwa di
Puskesmas Bawang 1 adalah
1. Penyuluhan

❖ Mengadakan pertemuan dengan jejaring maupun jaringan untuk

menyamakan persepsi tentang pengendalian kesehatan jiwa di wilayah


Puskesmas Bawang 1

❖ Penyuluhan kesehatan dengan tema kesehatan jiwa dilakukan di

semua desa oleh masing-masing perawat/bides/binwil

❖ Pendataan dan penyuluhan rumah sehat dilakukan setiap tahun

2. Pengobatan sesuai standart


3. Pendampingan kepada pasien kesehatan jiwa dan keluarga oleh petugas
kesehatan.

C. Langkah Kegiatan
1. Mencari pedoman eksternal untuk kegiatan program kesehatan jiwa
2. Membuat pedoman intrtnal program kesehatan jiwa
3. Membuat kerangka acuan kegiatan
4. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP)
5. Melaksanakan kegiatan sesuai SOP yang sudah disusun
6. Memonitor pelaksanaan kegiatan (waktu, tempat, metode, dll)
7. Melaporkan hasil kegiatan promosi kesehatan kepada penanggung
jawab UKM Puskesmas dan diteruskan kepada Kepala Puskesmas
8. Melakukan evaluasi program kesehatan jiwa setiap bulan sesuai format
PKP dan disampaikan oleh penanggung jawab UKM Puskesmas saat
minilokakarya di Puskesmas
9. Menyampaikan capaian program kesehatan jiwa kepada lintas sektor
pada saat minilokakarya lintas sektor setiap tribulan.
BAB V
LOGISTIK

Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan (logistik kesehatan jiwa)


merupakan bagian terpenting dalam keberhasilan program penanggulangan
kesehatan jiwa. Pengelolaan ketersediaan logistik kesehatan jiwa merupakan
suatu rangkaian kegiatan untuk menjamin agar logistik program
penanggulangan kesehatan jiwa tersedia di setiap layanan pada saat dibutuhkan
dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Kegiatan pengelolaan logistik
program penanggulangan kesehatan jiwa dilakukan mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian sampai dengan penggunaan serta
adanya sistem manajemen pendukung.
Pengelolaan logistik program penanggulangan kesehatan jiwa dilakukan
pada setiap tingkat pelaksana program penanggulangan kesehatan jiwa yaitu
mulai dari tingkat pusat, Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupatan sampai ditingkat
Fasyankes baik Rumah Sakit, Puskesmas maupun fasyankes lainnya yang
melaksanakan pelayanan pasien kesehatan jiwa.
Logistik obat kesehatan jiwa adalah semua jenis obat yang digunakan
untuk mengobati pasien kesehatan jiwa. Logistik non obat adalah semua jenis
bahan dan alat kesehatan selain obat kesehatan jiwa yang digunakan untuk
mendukung tatalaksana pasien kesehatan jiwa.
Perencanaan merupakan langkah awal dari kegiatan pengelolaan ogistik
dan merupakan salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan.
Perencanaan dilaksanakan dengan melakukan perhitungan kebutuhan logistik
sesuai dengan jenis (spesifikasi) dan jumlah yang dibutuhkan setelah
melakukan evaluasi dan analisa ketersediaan dari setiap jenis logistik.
Tujuan dari perencanaan logistik kesehatan jiwa adalah tersusunnya
rencana kebutuhan logistik kesehatan jiwa sesuai dengan jenis (spesifikasi) dan
jumlah yang dibutuhkan serta tersedia pada saat dibutuhkan.
Perencanaan dilakukan secara Bottom Up Planing yaitu dari tingkat
pelaksana paling rendah (faskes) ketingkat diatasnya yaitu Dinas Kesehatan
Kabupaten dan seterusnya. Sedangkan untuk pengusulan hasil perencanaan
tersebut dilakukan mulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten berdasarkan hasil
rekapitulasi kebutuhan seluruh faskesnya.
Penyusunan perencanaan logistik disusun setiap tahun dan diusulkan
secara berjenjang dari Kabupaten ke Provinsi kemudian ke Pusat sesuai jadwal
perencanaan dan pengusulan yang ditentukan/ disepakati.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program


kesehatan jiwa perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga angka
kejadian KTD (Kejadian Tidak Diinginkan) dapat dicegah sedini mungkin.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam


terhadap kesehatan, terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar
gedung yang dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja , cara
kerja, alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah
yang ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan
pengendalian resikko dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah
yang ditimbulkan akibat pekerjaan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan kesehatan jiwa, setiap Puskesmas


harus memiliki :
1. Sumber Daya Manusia
Kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 perawat /
petugas kesehatan jiwa dan 1 dokter kesehatan jiwa.
2. Sarana dan Prasarana
a. Alat fiksasi
Alat fiksasi ini sangat dipergunakan untuk pasien yang melakukan
kekerasan / resiko menciderai yang selanjutnya akan dirujuk ke
rumah sakit jiwa.
b. Obat-obatan
Logistik obat tersedia di Puskesmas untuk penderita kesehatan
jiwa. Tatalaksana program kesehatan jiwa harus dilakukan sesuai
kebijakan dan SOP yang dibuat.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas


sektor terkait dalam pelaksanaan dan pembinaan program kesehatan jiwa
dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan program kesehatan jiwa tergantung pada
komitmen yang kuat dari pihak terkait dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor resiko
dalam penanggulangan kesehatan jiwa, sehingga dapat menurunkan
angka kesakitan penyakit kesehatan jiwa.

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Bawang1 Pelaksana Jiwa

dr Liana Dewi Ageng Dwi Noveta Hapsari


NIP 197307052002122004 NIP
198505022017042007

Anda mungkin juga menyukai