EKTIMA
Oleh:
RIYANI RADIYUS
10101028
Pembimbing :
Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul EKTIMA yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS
Ilmu Kulit dan Kelamin. Terima kasih penulis ucapkan kepada dokter
pembimbing yaitu dr. Imawan Hardiman, Sp.KK yang telah bersedia
membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat
kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
: PENDAHULUAN
4
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Definisi
5
2.2 Epidemiologi
5
2.3 Etiologi
5
2.4 Patogenesis
6
2.5 Manifestasi klinis
7
2.6 Penegakan diagnosis
8
2.7 Pemeriksaan penunjang
9
2.8 Diagnosis banding
10
2.9 Penatalaksanaan
11
2.10 Prognosis
ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG
13
2.11 Pionikia
13
BAB III
: LAPORAN KASUS
19
DAFTAR PUSTAKA
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ektima merupakan penyakit kulit berupa ulkus yang paling sering terjadi
pada orang-orang yang sering bepergian (traveler). Pada suatu studi kasus di
Perancis, ditemukan bahwa dari 60 orang wisatawan, 35 orang (58%) diantaranya
mendapatkan infeksi bakteri, dimana bakteri terbanyak yang ditemukan yaitu
-hemolyticus.
Penyebab
lainnya
bisa Staphylococcus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 1,2
Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya disebabkan oleh
Streptococcus -hemolyticus. Penyebab lainnya bisa Staphylococcus aureus atau
kombinasi dari keduanya. Menyerang epidermis dan dermis membentuk ulkus
dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai bawah
2.2 Epidemiologi 1
Insiden ektima di seluruh dunia tepatnya tidak diketahui. Frekuensi
terjadinya ektima berdasarkan umur biasanya terdapat pada anak-anak dan orang
tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin (pria dan wanita sama). Pada anakanak kebanyakan terjadi pada umur 6 bulan sampai 18 tahun.
Dari hasil penelitian epidemiologi didapatkan bahwa tingkat kebersihan
dari pasien dan kondisi kehidupan sehari-harinya merupakan penyebab yang
paling terpenting untuk perbedaan angka serangan, beratnya lesi, dan dampak
sistemik yang didapatkan pada pasien ektima.
Ektima merupakan penyakit kulit berupa ulkus yang paling sering terjadi
pada orang-orang yang sering bepergian (traveler). Pada suatu studi kasus di
Perancis, ditemukan bahwa dari 60 orang wisatawan, 35 orang (58%) diantaranya
mendapatkan infeksi bakteri, dimana bakteri terbanyak yang ditemukan
yaitu Staphylococcus aureusdan Streptococcus B-hemolyticus grup A yang
merupakan penyebab dari penyakit kulit impetigo dan ektima. Dari studi kasus
ini pula, ditemukan bahwa kebanyakan wisatawan yang datang dengan ektima
memiliki riwayat gigitan serangga (73%).
2.3
Etilologi 1,2,3
Ektima merupakan pioderma ulseratif pada kulit yang umumnya
infeksi Streptococcus,
karena
pada
banyak
kasus
didapatkan
kultur
Streptococcus
-hemolyticus
grup
A dapat
menyebabkan lesi atau menginfeksi secara sekunder lesi yang sudah ada
sebelumnya. Adanya kerusakan jaringan (seperti ekskoriasi, gigitan serangga,
dermatitis) dan keadaan imunokompromis (seperti diabetes dan neutropenia)
merupakan predisposisi pada pasien untuk timbulnya ektima. Penyebaran
infeksi Streptococcus pada kulit diperbesar oleh kondisi lingkungan yang padat
dan hygiene yang buruk.
2.4 Patogenesis 1,3,6
Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama dari infeksi kulit dan
sistemik. Seperti halnya Staphylococcus aureus, Streptococcus sp. Juga terkenal
sebagai bakteri patogen untuk kulit. Streptococcus Grup A, B, C, D, dan G
merupakan bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada manusia.
Kandungan M-protein pada bakteri ini menyebabkan bakteri ini resisten terhadap
fagositosis.Staphylococcusaureus dan Staphylococcus pyogenes menghasilkan beb
erapatoksin yangdapat menyebabkan kerusakan lokal atau gejala sistemik. Gejala
sistemik dan lokal dimediasi oleh superantigens (SA). Antigen ini bekerja dengan
cara berikatan langsung
Gambar 3: Ektima. Ulkus dengan krusta tebal pada tungkai pasien yang
menderita diabetes dan gagal ginjal
Gambar 6 : Pada Lesi ektima yang diangkat krustanya akan terlihat ulkus yang
dangkal
2.7 Pemeriksaan Penunjang 2,4,5,6
Pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu biopsi kulit dengan
jaringan dalam untuk pewarnaan gram dan kultur. Selain itu, juga dapat dilakukan
pemeriksaan histopatologi.
Gambaran histopatologi didapatkan peradangan dalam yang diinfeksi
kokus, dengan infiltrasi PMN dan pembentukan abses mulai dari folikel
pilosebasea. Pada dermis, ujung pembuluh darah melebar dan terdapat sebukan sel
PMN. Infiltrasi granulomatous perivaskuler yang dalam dan superficial terjadi
dengan edema endotel. Krusta yang berat menutupi permukaan dari ulkus pada
ektima.
Gambar 7: Pioderma
Neutrofil tersebar pada dasar ulserasi
2.8 Diagnosis Banding 2,5,6
Diagnosis banding ektima, antara lain:
1.Folikulitis
Didiagnosis banding dengan ektima sebab predileksi biasanya di tungkai
bawah dengan kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa. Perbedaannya,
pada folikulitis, di tengah papul atau pustul terdapat rambut dan biasanya
multipel.
2)
b.
2.10 Prognosis1
Ektima sembuh secara perlahan, tetapi biasanya meninggalkan jaringan
parut (skar).
2.11 Pionikia6
1. Definisi
Radang disekitar kuku oleh piokokus
2. Etiologi
Staphylococcus aureus dan/atau streptococcus B hemolyticus
3. Gejala klinis
Penyakit ini didahului trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat
tanda-tanda radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku (nail plate)
dapat terbentuk abses subungual.
4. Pengobatan
Kompres dengan larutan antiseptik dan berikan antibiotik sistemik. Jika
terjadi abses subungual kuku diekstraksi.
terjadinya
infeksi
pencemaran jasad renik seperti bakteri atau selaput lendir untuk mencegah
kuman
Disinfektan
penyakit
lainnya. Beberapa
digunakan
atau
antiseptik
merusaknya.
merupakan
membunuh mikroorganisme pada benda mikroba, dan ada pula yang hanya
mati.contohnya yaitu klorheksidin.
Rasa : Asin
Fungsi Sodium :
- Untuk mempertahankan osonolaritas plasma
- Generasi dan transmisi potensial aksi
- Mempertahankan elektronetralisa (kenetralan elektrolit)
- Fungsi normal dari aktifitas fisiologik tubuh
Fungsi Klorida :
- Mempertahankan keseimbangan asam-basa
- Mempertahankan elektrinetralitas plasma
- Formasi asam Hidrolik
Fungsi cairan NaCl dalam perawatan luka :
- Sebagai pelarut/pengencer
- Untuk membersihkan luka
- Sebagai cairan infus
- Sebagai cairan humidifer pada tabung O2
- Untuk irigasi kulit
- Untuk mengatur keseimbangan asam-basa
7. Asam salisilat 1:1000
Asam salisilat dalam konsentrasi 1:1000 dapat digunakan untuk kompres dan
bersifat antiseptik R/ As. Salicycum 1:1000 sol 2500 cc fl No. I Suc atau Sue 1dd
applic kompres pada luka tiap 15 menit.
8. Asam asetat 5% berbau tidak sedap, efektif terhadap
pseudomonas
9. Rivanol memiliki kelebihan sebagai deodoran tetapi dapat
mewarnai pakaian atau seprai
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
: An.Dirga Ananda
Pendidikan
: TK
Umur
: 5 tahun 10 bulan
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: laki-laki
Suku
: Melayu
Pekerjaan
: Pelajar
No.MR
: --
Alamat
: Pulau birandang
Tanggal
: 20-1-2015
Gambar : ektima
Gambar : pionikia
3. Kelainan mukosa
4. Kelainan Mata
5. Kelainan kuku
6.
7.
3.4
3.5
manis kiri
Kelainan Rambut : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan KGB
: Tidak ditemukan pembesaran KGB
Pemeriksaan Penunjang : kultur bakteri
Resume
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan
gatal-gatal dan perih pada kedua lutut, siku kanan,
belakang tumit kiri, tampak seperti luka lecet dan berdarah
akibat garukan yang teralalu sering, keluhan dirasakan
sejak 3 minggu yang lalu.
Awalnya pasien mengeluhkan timbul bintik-bintik
putih dikulit, karna merasa sangat gatal pasien menggaruk
hingga lecet dan berdarah. Malam hari pasien sering
demam. Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat, tidak
ada riwayat kontak dengan bahan atau zat iritan yang
mengiritasi kulit pasien, tidak ada riwayat trauma. Pasien
pernah mengalami kelainan kulit seperti ini yang terlihat
kemerahan dikulit bokong akibat pemakaian popok saat
berusia 2 bulan. Tidak ada anggota keluarga pasien yang
memiliki
keluhan
serupa,
tidak
ada
riwayat
alergi
3.8 Penatalaksanaan
1. Umum
- 4 kali/hari.
Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikulus 1:10000
3.9 Prognosis
1. Quo ad sanam : Bonam
2. Quo ad vitam
: Bonam
3. Quo ad functionam
: Bonam
4. Quo ad kosmetikum : dubia ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.
2. Siregar, RS. Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi
kedua. Jakarta: EGC; 2013
3. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit. Makassar: Percetakan
LKiS, 2013
4. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosis dan Terapi
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Denpasar. 2010
5. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of the Skin
Clinical Dermatology. Eleventh Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2011.
6. Djuanda, Adhi. Pioderma. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2011.