Anda di halaman 1dari 26

Laporan kasus

EKTIMA

Oleh:
RIYANI RADIYUS
10101028
Pembimbing :
Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK

KKS BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD. BANGKINANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul EKTIMA yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS
Ilmu Kulit dan Kelamin. Terima kasih penulis ucapkan kepada dokter
pembimbing yaitu dr. Imawan Hardiman, Sp.KK yang telah bersedia
membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat
kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.

Bangkinang,20 Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I

: PENDAHULUAN
4

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
5

2.1 Definisi
5
2.2 Epidemiologi
5
2.3 Etiologi
5
2.4 Patogenesis
6
2.5 Manifestasi klinis
7
2.6 Penegakan diagnosis
8
2.7 Pemeriksaan penunjang
9
2.8 Diagnosis banding
10
2.9 Penatalaksanaan
11
2.10 Prognosis
ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

13
2.11 Pionikia
13
BAB III

: LAPORAN KASUS
19

DAFTAR PUSTAKA
25

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ektima merupakan penyakit kulit berupa ulkus yang paling sering terjadi
pada orang-orang yang sering bepergian (traveler). Pada suatu studi kasus di
Perancis, ditemukan bahwa dari 60 orang wisatawan, 35 orang (58%) diantaranya
mendapatkan infeksi bakteri, dimana bakteri terbanyak yang ditemukan yaitu

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Staphylococcus aureus dan Streptococcus B-hemolyticus group A yang


merupakan penyebab dari penyakit kulit impetigo dan ektima.
Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya disebabkan
olehStreptococcus

-hemolyticus.

Penyebab

lainnya

bisa Staphylococcus

aureus atau kombinasi dari keduanya. Menyerang epidermis dan dermis


membentuk ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat
pada tungkai bawah.
Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus,
Streptococcus, atau oleh kedua-duanya. Faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit ini adalah hygiene yang kurang, menurunnya
daya tahan tubuh, atau jika telah ada penyakit lain di kulit.
Streptococcus merupakan organisme yang biasanya menyebabkan infeksi
pada ektima. Gambaran ektima mirip dengan impetigo, namun kerusakan dan
daya invasifnya pada kulit lebih dalam daripada impetigo. Infeksi diawali pada
lesi yang disebabkan karena trauma pada kulit, misalnya, ekskoriasi, varicella atau
gigitan serangga. Lesi pada ektima awalnya mirip dengan impetigo, berupa
vesikel atau pustul. Kemudian langsung ditutupi dengan krusta yang lebih keras
dan tebal daripada krusta pada impetigo, dan ketika dikerok nampak lesi punched
out berupa ulkus yang dalam dan biasanya berisi pus

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 1,2
Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya disebabkan oleh
Streptococcus -hemolyticus. Penyebab lainnya bisa Staphylococcus aureus atau
kombinasi dari keduanya. Menyerang epidermis dan dermis membentuk ulkus
dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai bawah
2.2 Epidemiologi 1
Insiden ektima di seluruh dunia tepatnya tidak diketahui. Frekuensi
terjadinya ektima berdasarkan umur biasanya terdapat pada anak-anak dan orang
tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin (pria dan wanita sama). Pada anakanak kebanyakan terjadi pada umur 6 bulan sampai 18 tahun.
Dari hasil penelitian epidemiologi didapatkan bahwa tingkat kebersihan
dari pasien dan kondisi kehidupan sehari-harinya merupakan penyebab yang
paling terpenting untuk perbedaan angka serangan, beratnya lesi, dan dampak
sistemik yang didapatkan pada pasien ektima.
Ektima merupakan penyakit kulit berupa ulkus yang paling sering terjadi
pada orang-orang yang sering bepergian (traveler). Pada suatu studi kasus di
Perancis, ditemukan bahwa dari 60 orang wisatawan, 35 orang (58%) diantaranya
mendapatkan infeksi bakteri, dimana bakteri terbanyak yang ditemukan
yaitu Staphylococcus aureusdan Streptococcus B-hemolyticus grup A yang
merupakan penyebab dari penyakit kulit impetigo dan ektima. Dari studi kasus
ini pula, ditemukan bahwa kebanyakan wisatawan yang datang dengan ektima
memiliki riwayat gigitan serangga (73%).
2.3

Etilologi 1,2,3
Ektima merupakan pioderma ulseratif pada kulit yang umumnya

disebabkan olehStreptococcus -hemolyticus grup A. Status bakteriologi dari


ektima pada dasarnya mirip dengan Impetigo. Keduanya dianggap sebaga

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

infeksi Streptococcus,

karena

pada

banyak

kasus

didapatkan

kultur

murni Streptococcus pyogenes.


Ini didasarkan pada isolasi Streptococcus dan Staphylococcus dan dari
beberapa Staphylococcus saja.

Streptococcus

-hemolyticus

grup

A dapat

menyebabkan lesi atau menginfeksi secara sekunder lesi yang sudah ada
sebelumnya. Adanya kerusakan jaringan (seperti ekskoriasi, gigitan serangga,
dermatitis) dan keadaan imunokompromis (seperti diabetes dan neutropenia)
merupakan predisposisi pada pasien untuk timbulnya ektima. Penyebaran
infeksi Streptococcus pada kulit diperbesar oleh kondisi lingkungan yang padat
dan hygiene yang buruk.
2.4 Patogenesis 1,3,6
Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama dari infeksi kulit dan
sistemik. Seperti halnya Staphylococcus aureus, Streptococcus sp. Juga terkenal
sebagai bakteri patogen untuk kulit. Streptococcus Grup A, B, C, D, dan G
merupakan bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada manusia.
Kandungan M-protein pada bakteri ini menyebabkan bakteri ini resisten terhadap
fagositosis.Staphylococcusaureus dan Staphylococcus pyogenes menghasilkan beb
erapatoksin yangdapat menyebabkan kerusakan lokal atau gejala sistemik. Gejala
sistemik dan lokal dimediasi oleh superantigens (SA). Antigen ini bekerja dengan
cara berikatan langsung

pada molekul HLA-DR (Mayor Histocompability

Complex II (MHC II)) padaantigen-presenting cell tanpa adanya proses antigen.


Walaupun biasanya antigen konvensional memerlukan interaksi dengan kelima
elemen dari kompleks reseptor sel T, superantigen hanya memerlukan interaksi
dengan variabel dari pita B.
Aktivasi

non spesifik dari sel T menyebabkan pelepasan masif Tumor

NecrosisFactor- (TNF-),Interleukin-1 (IL-1), dan Interleukin-6 (IL-6) dari


makrofag.
Sitokin ini menyebabkangejala klinis berupa demam, ruam erythematous,
hipotensi, dan cedera jaringan. Faktor host seperti immunosuppresi, terapi
glukokortikoid, dan atopic memainkan peranan penting dalam pathogenesis dari

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

infeksi Staphylococcus. Adanya trauma ataupun inflamasi dari jaringan (luka


bedah, luka bakar, trauma, dermatitis, benda asing) juga menjadi faktor yang
berpengaruh pada pathogenesis dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini.
2.5 Manifestasi Klinis 1,2,6
Penyakit ini dimulai dengan suatu vesikel atau pustul di atas kulit yang
eritematosa, membesar dan pecah (diameter 0,5 3 cm) dan beberapa hari
kemudianterbentuk krusta tebal dan kering yang sukar dilepas dari dasarnya.
Biasanya terdapat kurang lebih 10 lesi yang muncul. Bila krusta terlepas,
tertinggal ulkus superficial dengan gambaran punched out appearance atau
berbentuk cawan dengan dasar merah dan tepi meninggi. Lesi cenderung menjadi
sembuh setelah beberapa minggu dan meninggalkan sikatriks. Biasanya lesi dapat
ditemukan pada daerah ekstremitas bawah, wajah dan ketiak.

Gambar 1: Lesi tipikal ektima pada ektremitas bawah

Gambar 2: Tahapan ektima. Lesi dimulai sebagai sebuah pustule yang


kemudian pecah membentuk ulkus.

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Gambar 3: Ektima. Ulkus dengan krusta tebal pada tungkai pasien yang
menderita diabetes dan gagal ginjal

Gambar 4: Ektima pada aksila


2.6 Penegakan diagnosis 1,5,6
Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan luka pada anggota gerak bawah.
Pasien biasanya menderita diabetes dan orang tua yang tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
Anamnesis ektima, antara lain:
1. Keluhan utama. Pasien datang dengan keluhan berupa luka.
2. Durasi. Ektima terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma berulang,
3.

seperti gigitan serangga.


Lokasi. Ektima terjadi pada lokasi yang relatif sering trauma berulang,

seperti tungkai bawah.


4. Perkembangan lesi. Awalnya lesi berupa pustul kemudian pecah
membentuk ulkus yang tertutupi krusta
5. Riwayat penyakit sebelumnya. Misalnya, Diabetes melitus dapat
menyebabkan penyembuhan luka yang lama.
Pemeriksaan fisik
Effloresensi ektima berupa awalnya berupa pustul kemudian pecah membentuk
ulkus yang tertutupi krusta.

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Gambar 5 : Krusta coklat berlapis lapis pada ektima

Gambar 6 : Pada Lesi ektima yang diangkat krustanya akan terlihat ulkus yang
dangkal
2.7 Pemeriksaan Penunjang 2,4,5,6
Pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu biopsi kulit dengan
jaringan dalam untuk pewarnaan gram dan kultur. Selain itu, juga dapat dilakukan
pemeriksaan histopatologi.
Gambaran histopatologi didapatkan peradangan dalam yang diinfeksi
kokus, dengan infiltrasi PMN dan pembentukan abses mulai dari folikel
pilosebasea. Pada dermis, ujung pembuluh darah melebar dan terdapat sebukan sel
PMN. Infiltrasi granulomatous perivaskuler yang dalam dan superficial terjadi
dengan edema endotel. Krusta yang berat menutupi permukaan dari ulkus pada
ektima.

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Gambar 7: Pioderma
Neutrofil tersebar pada dasar ulserasi
2.8 Diagnosis Banding 2,5,6
Diagnosis banding ektima, antara lain:
1.Folikulitis
Didiagnosis banding dengan ektima sebab predileksi biasanya di tungkai
bawah dengan kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa. Perbedaannya,
pada folikulitis, di tengah papul atau pustul terdapat rambut dan biasanya
multipel.

Gambar 8: Folikulitis superfisialis. Pustul multiple terlihat pada daerah


jenggot.
2.Impetigo krustosa
Didiagnosa banding dengan ektima karena memberikan gambaran
Effloresensi yang hampir sama berupa lesi yang ditutupi krusta. Bedanya, pada
impetigo krustosa lesi biasanya lebih dangkal, krustanya lebih mudah diangkat,
dan tempat predileksinya biasanya pada wajah dan punggung serta terdapat pada
anak-anak sedangkan pada ektima lesi biasanya lebih dalam berupa ulkus,
krustanya lebih sulit diangkat dan tempat predileksinya biasanya pada tungkai
bawah serta bisa terdapat pada usia dewasa muda.

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Gambar 9: Impetigo. Eritema dan krusta pada seluruh daerah centrofacial

Gambar 10: Impetigo. Terlihat erosi, krusta, dan blister ruptur


2.9 Penatalaksanaan 1,3,4
Penatalaksanaan ektima, antara lain:
1. Nonfarmakologi
Memperbaiki higiene dan kebersihan
2. Farmakologi
Pengobatan farmakologi bertujuan mengurangi morbiditas dan mencegah
komplikasi
a. Sistemik
Pengobatan sistemik digunakan jika infeksinya luas. Pengobatan sistemik
dibagi menjadi pengoatan lini pertama dan pengobatan lini kedua.
1) Pengobatan lini pertama (golongan Penisilin)
Dewasa: Dikloksasilin 4 x 250 - 500 mg selama 5 - 7 hari.

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

2)

b.

Anak : 5 - 15 mg/kgBB/dosis, 3 - 4 kali/hari.


Amoksisilin + Asam klavulanat 3 x 25 mg/kgBB
Sefaleksin 40 - 50 mg/kgBB/hari selama 10 hari
Pengobatan lini kedua (golongan Makrolid)
Azitromisin 1 x 500 mg, kemudian 1 x 250 mg selama 4 hari
Klindamisin 15 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari
Dewasa: Eritomisin 4 x 250 - 500 mg selama 5 - 7 hari.
Anak : 12,5 - 50 mg/kgBB/dosis, 4 kali/hari.
Topikal
Pengobatan topikal digunakan jika infeksi terlokalisir, tetapi jika luas maka

digunakan pengobatan sistemik. Neomisin, Asam fusidat 2%, Mupirosin, dan


Basitrasin merupakan antibiotik yang dapat digunakan secara topikal.
Neomisin merupakan obat topikal yang stabil dan efektif yang tidak
digunakan secara sistemik, yang menyebabkan reaksi kulit minimal, dan memiliki
angka resistensi bakteri yang rendah sehingga menjadi terapi antibiotik lokal yang
valid. Neomisin dapat larut dalam air dan memiliki kestabilan terhadap perubahan
suhu. Neomisin memiliki efek bakterisidal secara in vitro yang bekerja spektrum
luas gram negatif dan gram positif. Efek samping neomisin berupa kerusakan
ginjal dan ketulian timbul pada pemberian secara parenteral sehingga saat ini
penggunaannya secara topical dan oral.

Jika lesi sedikit : salap kloramfenikol 2%


Jika lesi luas diberi antibiotik sistemik
Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikulus 1:10000 untuk

melunakkan krusta dan membersihkan debris


3. Edukasi
Memberi pengertian kepada pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan
badan dan lingkungan untuk mencegah timbulnya dan penularan penyakit kulit.

2.10 Prognosis1
Ektima sembuh secara perlahan, tetapi biasanya meninggalkan jaringan
parut (skar).
2.11 Pionikia6

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

1. Definisi
Radang disekitar kuku oleh piokokus
2. Etiologi
Staphylococcus aureus dan/atau streptococcus B hemolyticus
3. Gejala klinis
Penyakit ini didahului trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat
tanda-tanda radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku (nail plate)
dapat terbentuk abses subungual.
4. Pengobatan
Kompres dengan larutan antiseptik dan berikan antibiotik sistemik. Jika
terjadi abses subungual kuku diekstraksi.

Gambar 11. Pionikia

Perbedaan desinfektan dan antiseptik :


Desinfektan
Antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk Substansi kimia yang dipakai pada
mencegah

terjadinya

infeksi

atau permukaan jaringan hidup seperti kulit

pencemaran jasad renik seperti bakteri atau selaput lendir untuk mencegah

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

dan virus, juga untuk membunuh atau pertumbuhan mikroorganisme dengan


menurunkan jumlah mikroorganisme menghalangi
atau

kuman

Disinfektan

penyakit

lainnya. Beberapa

digunakan

atau
antiseptik

merusaknya.
merupakan

untuk germisida, yaitu mampu membunuh

membunuh mikroorganisme pada benda mikroba, dan ada pula yang hanya
mati.contohnya yaitu klorheksidin.

mencegah atau menunda pertumbuhan


mikroba tersebut. Contohnya : alkohol
dan rivanol

Jenis-jenis cairan kompres :


1. Kalium Permanganat (Pk)
Permanganas kalikus 1:5000 atau 1:10000. Kalau dermatosis akut dan
eksudatif kasih 1:10000. PK 1:5000 untuk ulkus yang eksudatif. PK memiliki sifat
antiseptik lemah. Dalam konsentrasi tinggi bersifat astringen dan kausatif. PK bisa
dalam bentuk cairan, tapi bisa juga dibuat dalam bentuk serbuk. Kan susah tuh
orang awam bikin PK 1:10000 dari serbuk jadi kita bilang PK ditaburkan ke
dalam air biasa sampai berubah warnanya jadi pink itu lebih kurang 1:10000. R/
Permanganas kalicus 1:10000 250 cc Sue 2 dd applic kompres pada luka tiap 15
menit selama 1 jam
Nama Obat : PK (Kalium Permanganat)
Bau : Tidak berbau
Warna : Ungu tua
Kompisisi :
Kalium Permanganat (KMnO4)
Konsentrasi bila 1 : 1000
1 gr PK : 1 Liter air
Gunanya :
- Kompres luka
- Menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri busuk
- Irigasi kandung kemih yang terinfeksi
ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

- Untuk pembilasan akhir pada vulva dan penis hygiene


Kontra indikasi : Dapat menimbulkan kepedihan Kalium Permanganat dapat larut
dalam air. Dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri pembusuk
yang dapat disebabkan dari udara bebas, bakteri ini dapat dimatikan oleh kalium
permanganat dengan memperhatikan perbandingan yang sesuai dengan jumlah
materi organik yang ada. Dalam penyiraman vagina/penis dalam tindakan
vagina/penis hygiene dengan konsentrasi antara 1 : 1000 s/d 1 : 5000. Bila larutan
ini kuat yaitu dengan perbandingan lebih dari 1 : 5000 dapat menimbulkan
kepedihan.
2. Betadine
Suatu larutan organik dari bahan aktif Polivinil-Pirolidon, yang merupakan
kompleks Iodine yang larut dalam air.
Fungsi : Sebagai desinfektan dan anti septik lokal yang juga dapat membunuh
jamur, virus, Protozoa dan spora.
Bau: Khas,tidak menyengat.
Warna: Hitam-kekuning-kuningan.
Komposisi :Mundidone (Polyvinyl pyrolidone Iodine murni)
Konsentrasi:
-BetadineGargle1%-kumur-kumur
-Betadine skin cleaner 7,5%
- Betadine solution 10%
- Betadine ointment 10%
- Betadine vag. Douche 10%
- Betadine vaginal GCL 10%
- Betadine shampoo 4%
Perhatian : Larutan povidium yodium tidak untuk diminum atau ditelan, atau juga
untuk mencuci mata.
Side effect : Dapat menimbullkan metabolilk asidosis bila povidium yodium
digunakan pada luka bakar yang luas, diare-bila terminum.
3. Hidrogen Peroksida (H2O2)
Bau : Merangsang (menyengat) dan kecut.

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Warna : Bening kebiruan.


Komposisi :
- H2O (air)
- O2 (oksigen)
Bila bersentuhan dengan tubuh pada jaringan luka atau mukosa, maka akan terjadi
pengelupasan O2 karena adanya enzim katalase dalam sel.
Konsentrasi :
- Untuk desinfektan dan mencuci luka 0,3% - 6%
- Untuk sterilisasi 6% - 25%
- Larutan H2O2 yang biasa dipakai (standar) 3%
Gunanya :
- Sebagai antiseptik yang non toxid
- Desinfektan luka dan borok
Problem dan efek samping :
- Akan merusak jaringan yang baru
- Berbahaya digunakan pada rongga tertutup
Misal : Abses = H2O2 akan melepas gas yang masuk ke dalam pembuluh darah.
- Penggunaan pada mukosa akan menimbulkan iritasi-bintik hitam pada lidah.
4. Yodium Tincture
Nama obat : Yodium Tincture
Bau : Khas, menyengat
Warna: Coklat
Komposisi dan Konsentrasi :
- 2,4% Sodium iodide
- 2% Iodide
- alkohol Etyl 46%
Gunanya :
- Sebagai desinfektan
- Sebagai antiseptik
- Dipakai sebagai obat luar
Kontra indikasi :

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

- Hypersensitif terhadap Iodine


- Dapat menimbulkan iritasi
- Jauhkan pemakaian rutin
5. Mercurochrome
Warna : Merah
Bau : Khas
Komposisi :
- Mercurochrome 2%
- Aqua Destilata 98%
- Dilarutkan dalam alkohol
Gunanya :
- Untuk merawat luka-luka kecil
- Untuk mengeringkan luka
- Untuk menghentikan darah pada luka tergores/kecil
Kerugian :
- Menyebabkan parut
- Bukan merupakan anti bakterial/anti septik
Pelaksanaan : Olesi luka dengan menggunakan peralatan yang tidak mudah
menempel pada luka untuk mencegah pengotoran luka.
6. Larutan Nacl
Bau : Tidak berbau
Warna : Bening
Kompisisi :
- Natrium
- Klorida
- Air
Pada cairan NaCl 0,9% yang biasa digunakan di sarana kesehatan, CRS,
Puskesmas terdiri dari :
- Air : 500 ml
- Sodium/Natrium : 150 mm/L
- Klorida : 150mm/L

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Rasa : Asin
Fungsi Sodium :
- Untuk mempertahankan osonolaritas plasma
- Generasi dan transmisi potensial aksi
- Mempertahankan elektronetralisa (kenetralan elektrolit)
- Fungsi normal dari aktifitas fisiologik tubuh
Fungsi Klorida :
- Mempertahankan keseimbangan asam-basa
- Mempertahankan elektrinetralitas plasma
- Formasi asam Hidrolik
Fungsi cairan NaCl dalam perawatan luka :
- Sebagai pelarut/pengencer
- Untuk membersihkan luka
- Sebagai cairan infus
- Sebagai cairan humidifer pada tabung O2
- Untuk irigasi kulit
- Untuk mengatur keseimbangan asam-basa
7. Asam salisilat 1:1000
Asam salisilat dalam konsentrasi 1:1000 dapat digunakan untuk kompres dan
bersifat antiseptik R/ As. Salicycum 1:1000 sol 2500 cc fl No. I Suc atau Sue 1dd
applic kompres pada luka tiap 15 menit.
8. Asam asetat 5% berbau tidak sedap, efektif terhadap
pseudomonas
9. Rivanol memiliki kelebihan sebagai deodoran tetapi dapat
mewarnai pakaian atau seprai
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama

: An.Dirga Ananda

Pendidikan

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

: TK

Umur

: 5 tahun 10 bulan

Agama

: Islam

Jenis kelamin

: laki-laki

Suku

: Melayu

Pekerjaan

: Pelajar

No.MR

: --

Alamat

: Pulau birandang

Tanggal

: 20-1-2015

Status perkawinan: Belum Menikah


3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan
gatal-gatal dan perih pada kedua lutut, siku kanan,
belakang tumit kiri, tampak seperti luka lecet dan berdarah
akibat garukan yang teralalu sering, keluhan dirasakan
sejak 3 minggu yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan
gatal-gatal dan perih pada kedua lutut, siku kanan,
belakang tumit kiri, tampak seperti luka lecet dan berdarah
akibat garukan yang teralalu sering, keluhan dirasakan
sejak 3 minggu yang lalu.
Awalnya pasien mengeluhkan timbul bintik-bintik
putih dikulit, karna merasa sangat gatal pasien menggaruk
hingga lecet dan berdarah. Malam hari pasien sering
demam. Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat, tidak
ada riwayat kontak dengan bahan atau zat iritan yang
mengiritasi kulit pasien, tidak ada riwayat trauma.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami kelainan kulit seperti ini
yang terlihat kemerahan dikulit bokong akibat pemakaian
popok saat berusia 2 bulan
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki
keluhan serupa, tidak ada riwayat alergi dikeluarga,tidak
ada riwayat atopi
5. Riwayat Pengobatan
ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Pasien pernah berobat diklinik dokter junaidi dan


diberikan obat untuk gatal-gatal berupa pil berwarna putih
dan salap.
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalisata
a. Keadaan umum
: Baik
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Tekanan darah
: Tidak diperiksa
d. Nadi
: Tidak diperiksa
e. Nafas
: Tidak diperiksa
f. Suhu
: Tidak diperiksa
g. Keadaan gizi
: Baik
h. Pemeriksaan thorax
: Tidak diperiksa
i. Pemeriksaan abdomen : Tidak diperiksa
2. Status Dermatologis
a. Lokasi
: Regio poplitea dextra & sinistra, cubitalis dextra,
calcanea sinistra
b. Distribusi
: Diskret
c. Bentuk
: Bulat
d. Susunan
: Sirsinar
e. Batas
: Sirkumskrip
f. Ukuran
: Numular-plakat
g. Efloresensi
: Papul eritema, edema, erosi, ekskoriasi, ulkus, pus,
krusta, skuama, likenifikasi

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Gambar : ektima

Gambar : pionikia

3. Kelainan mukosa
4. Kelainan Mata

: Tidak ditemukan kelainan


: Tidak ditemukan kelainan

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

5. Kelainan kuku
6.
7.
3.4
3.5

: tampak kekuningan kuku dijari tengah dan jari

manis kiri
Kelainan Rambut : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan KGB
: Tidak ditemukan pembesaran KGB
Pemeriksaan Penunjang : kultur bakteri
Resume
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan
gatal-gatal dan perih pada kedua lutut, siku kanan,
belakang tumit kiri, tampak seperti luka lecet dan berdarah
akibat garukan yang teralalu sering, keluhan dirasakan
sejak 3 minggu yang lalu.
Awalnya pasien mengeluhkan timbul bintik-bintik
putih dikulit, karna merasa sangat gatal pasien menggaruk
hingga lecet dan berdarah. Malam hari pasien sering
demam. Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat, tidak
ada riwayat kontak dengan bahan atau zat iritan yang
mengiritasi kulit pasien, tidak ada riwayat trauma. Pasien
pernah mengalami kelainan kulit seperti ini yang terlihat
kemerahan dikulit bokong akibat pemakaian popok saat
berusia 2 bulan. Tidak ada anggota keluarga pasien yang
memiliki

keluhan

serupa,

tidak

ada

riwayat

alergi

dikeluarga,tidak ada riwayat atopi. Pasien pernah berobat


diklinik dokter junaidi dan diberikan obat untuk gatal-gatal
berupa pil berwarna putih dan salap.
3.6 Diagnosis Kerja
Ektima & Pionikia
3.7 Diagnosis Banding
Folikulitis
Impetigo krustosa

3.8 Penatalaksanaan
1. Umum

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Memberi pengertian kepada pasien tentang pentingnya menjaga


kebersihan badan dan lingkungan untuk mencegah timbulnya dan

penularan penyakit kulit.


Jangan menggaruk lesi
2. Khusus
Antibiotik lini pertama (penisilin) : Dikloksasilin 5 - 15 mg/kgBB/dosis, 3

- 4 kali/hari.
Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikulus 1:10000
3.9 Prognosis
1. Quo ad sanam : Bonam
2. Quo ad vitam
: Bonam
3. Quo ad functionam
: Bonam
4. Quo ad kosmetikum : dubia ad Bonam

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.
2. Siregar, RS. Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi
kedua. Jakarta: EGC; 2013
3. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit. Makassar: Percetakan
LKiS, 2013
4. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosis dan Terapi
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Denpasar. 2010
5. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of the Skin
Clinical Dermatology. Eleventh Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2011.
6. Djuanda, Adhi. Pioderma. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2011.

ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Anda mungkin juga menyukai