Pembimbing :
Disusun oleh :
Juliatika
201820401011120
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. EKTIMA
I.DEFINISI
Ektima merupakan ulkus superfisial dengan krusta diatasnya yang disebabkan karena
infeksi oleh Streptococcus. Ektima tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning dan
biasanya berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma
1I. EPIDEMIOLOGI
Semua kalangan umur, jenis kelamin, dan ras bisa terkena, terutama anak-anak,
Di Indonesia sendiri belum terdapat laporan akurat tentang infeksi kulit dan
bakteri penyebab. Ektima dapat diamati di segala usia atau jenis kelamin dan biasa
didapatkan pada orang-orang dengan malnutrisi. Dari data yang dikumpulkan di Divisi
Kulit anak, Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin RSCM, memperlihatkan ektima
termasuk dalam 5 besar jenis infeksi pioderma yang sering dijumpai pada anak.(4)
II. ETIOLOGI
Staphylococcus aureus dan atau kedua-duanya dapat terisolasi pada kultur. Infeksi
orang sehat memiliki kolonisasi Staphylococcus aureus dibeberapa bagian tubuh seperti
aksila, perineum, faring, dan tangan. Faktor predisposisi dari kolonisasi Staphylococcus
aureus pada pioderma dapat menginvasi aliran darah, replikasi bakteri, dan menyebabkan
II.DIAGNOSIS
Penegakan Diagnosis pada Ektima dapat dilakukan dengan temuan klinis dan
1. Manifestasi Klinis
ditungkai bawah, yaitu tempat yang relatif mendapat banyak trauma. Jika
krusta diangkat ternyata lekat dan dampak ulkus yang dangkal.(1) Lesi ektima
dapat berkembang dari pioderma primer, penyakit kulit, atau trauma yang
diabetes dan gagal ginjal. Lesi ektima juga muncul pada kaki yang lain, lengan, dan tangan. (2)
Gambar 2 : Ektima(8)
2. Temuan Laboratorium
Streptococcus group A
glomerulonefritis.(7)
IV.DIAGNOSIS BANDING
Folikulitis
hanya mengenai ostium, tapi dapat meluas sedikit kebawahnya yang disebabkan oleh
Staphylococcus koagulase positif. Dapat juga terjadi sebagai akibat kontak dengan
zat-zat kimia tertentu. Pada folikulitis terlihat pustul folikuler kecil dan berbentuk
kubah, sering ditembus oleh rambut halus. Krusta tipis tipis dapat menutupi muara
Ektima gangrenosum(8)
penyakit yang sangat melemahkan kulit. Penyakit ini ditandai dengan infiltrasi
neutrofil dan kerusakan pada jaringan yang biasanya terjadi berhubungan dengan
dengan bentuk yang iregular, ulkus dengan warna biru merah yang biasanya
Impetigo krustosa
dua bentuk klinis, yaitu bulosa dan non bulosa. Persamaan impetigo dengan ektima
anak, berlokasi di muka dan dasarnya ialah erosi. Sebaliknya ektima terdapat baik
pada anak maupun dewasa, tempat predileksinya di tungkai bawah, dan dasarnya
ialah ulkus.(1,8)
Gambar 4 : Impetigo krustosa (8)
V. PENATALAKSANAAN
terdapat sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotik. Kalau banyak, juga
Mandi Tiap hari. Sabun batang Benzoyl Peroxyde. Mengecek tanda dan gejala
Impetigo di seluruh anggota keluarga.Ethanol atao Isoprophil gel untuk tangan dan
2. Terapi Topikal
Terapi topikal yang dapat diberikan berupa desinfektan topikal atau ointment seperti
asam fusidat.(3) Mupirocin dan retapaminolen dapat sangat efektif dalam mengeliminasi
kedua S. Aureus, termasuk MRSA, dari daerah sekitar dan pada lesi kutaneus. Gunakan
dua kali sehari pada kulit lesi dan daerah sekitarnya 5-10hari.6
Sedangkan Salep Mupirocin digunakan untuk terapi infeksi kulit yang sering
sisebabkan oleh bakteri stafilokok atau streptokok baik pada dewasa maupun pada anak-
3. Antibiotik oral
respon lambat pada antibiotik topikal. Antibiotik yang dipilih ialah golongan
penisilin, atau apapun antibiotik yang dipilih haruslah dapat menanggulangi kedua
VII.PROGNOSIS
B.FURUNKEL
1. DEFINISI
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya.
Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari satu tempat disebut
furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain akibat iritasi,
kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya
peradangan pada folikel rambut di kulit (folikulitis), kemudian menyebar kejaringan
sekitarnya. Karbunkel adalah satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh
Staphylococcus aureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan
dibawahnya termasuk lemak bawah kulit.
II. Epidemiologi
Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik yang
menunjukkan prevalensi furunkel. Furunkel umumnya terjadi pada anak- anak, remaja
sampai dewasa muda frekuensi terjadinya antara pria dan wanita.
III. Etiologi
Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi, tekanan, gesekan,
hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor yang lain, sehingga kerusakan
dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya Staphylococcus aureus maupun bakteri
penyebab lainnya. Penularannya dapat melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita.
Furunkulosis dapat menjadi kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol,
malnutrisi, diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan
diabetes mellitus.
IV. Patogenesis
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora residen
pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran hidung. Predileksi
terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Bakteri tersebut masuk
melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit. Selanjutnya, bakteri tersebut
berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host terhadap infeksi S.aureus adalah
pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi.
Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau
peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang
dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan
inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan sel
kulit yang mati.
Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan dari penyakit
furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat membesar kemudian
membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut. Kemudian pada tempat rambut keluar
tampak bintik-bintik putih sebagai mata bisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi
abses yang akan memecah melalui lokus minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga
rambut menjadi rontok atau terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk
fistel. Karena adanya mikrolesi baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman masuk
ke dalam kulit. Beberapa faktor eksogen yang mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu,
musim panas (karena produksi keringat berlebih), kebersihan dan hygiene yang kurang,
lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan faktor endogen yang mempengaruhi timbulnya
furunkel yaitu, diabetes, obesitas, hiperhidrosis, anemia, dan stres emosional.
V.
Gejala Klinis
Mula-mula nodul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut, kemudian
menjadi pustule dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus keluar dengan
meninggalkan sikatriks. Awal juga dapat berupa macula eritematosa lentikular setempat,
kemudian menjadi nodula lentikular setempat, kemudian menjadi nodula lentikuler-numular
berbentuk kerucut.
Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya di hidung dan
lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang, seperti panas badan,
malaise, mual. Furunkel dapat timbul di banyak tempat dan dapat sering kambuh. Predileksi
dari furunkel yaitu pada muka, leher, lengan, pergelangan tangan, jari-jari tangan, pantat, dan
daerah anogenital.
VI. Diagnosa
Anamnesa
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul tersebut
meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise.
Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi setelah kira-
kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal (single follicular orifices).
Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler
pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi.
Pemeriksaan Penunjang
a. Kista Epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari furunkel adalah kista epidermal yang
mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba
menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari sehingga
dapat menjadi diagnosa banding furunkel. Diagnosa banding ini dapat disingkirkan
berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada tempat yang sama, terdapatnya
orificium kista yang terlihat jelas dan penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa
seperti keju yang berbau tidak sedap sedangkan pada furunkel mengeluarkan material
purulen.
b. Hidradenitis Suppurativa
C. Sporotrikosis
Merupakan kelainan jamur sistemik, timbul benjolan-benjolan yang berjejer sesuai dengan aliran
limfe, pada perabaan terasa kenyal dan terdapat nyeri tekan.
d. Blastomikosis
e. Skrofuloderma
Biasanya berbentuk lonjong, livid, dan ditemukan jembatan-jembatan kulit (skin bridges).
VIII. Penatalaksanaan
Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya dirawat
inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres dengan solusio
sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium fusidat atau framycetine
sulfat kassa steril. Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib
diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik diberikan selama
tujuh sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur
bakteri terhadap sensitivitas antibiotik.
Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA) dapat
diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain adalah tetrasiklin, namun obat
ini berbahaya untuk anak-anak. Terapi pilihan untuk golongan penicilinase-resistant penicillin
adalah dicloxacilin Pada penderita yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan
eritromisin. Pada orang yang alergi terhadap β-lactam antibiotic dapat diberikan vancomisin.
Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi. Higiene kulit harus
ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat diberikan kompres salep
iktiol 5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus,
harus dilakukan pengobatan yang tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya rekurensi.
Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang. Lesi
yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi. Pasien dengan furunkel yang
berulang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih komplek
IX. Prognosis
Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi
kurang baik apabila terjadi rekurensi. Umumnya pasien mengalami resolusi, setelah
mendapatkan terapi yang tepat dan adekuat. Beberapa pasien mengalami komplikasi
bakteremia dan bermetastasis ke organ lain. Beberapa pasien mengalami rekurensi, terutama
pada penderita dengan penderita dengan penurunan kekebalan tubuh.
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : An.A
Umur : 2 tahun
Berat badan : 10 kg
Suku/ Bangsa :-
Status :-
Alamat : malang
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Luka dilutut
Orang tua pasien mengatakan ada Luka dilutu kanan anaknya sejak
seminggu yang lalu, Awalnya kecil seperti bintil dan hanya satu, lalu
gatal, tidak demam, dan hanya dilutut saja, sudah diobati dengan salep
gentamisin namun tidak ada perubahan. Dan riwayat pengobatan puyer dari
bidan.
lainnya (-)
e. Riwayat Sosial
Kesadaran/GCS : CM/456
Status Generalis
Status Dermatologi
Efloresensi : terdapat punched out lession dasar eritematosa batas tegas, tepi
ulkus meninggi daerah sekitar ulkus tertutup krusta berwarna kuning kecoklatan.
2.5 Resume
Pasien An,A laki-laki, usia 2 tahun diantar oleh Orang tuanya bahwa mengeluh
ada Luka dilutu kanan anaknya sejak seminggu yang lalu, Awalnya kecil seperti
bintil dan hanya satu, lalu semakin melebar dan banyak, Nyeri kadang-kadang
saat disentuh, tidak gatal, tidak demam, dan hanya dilutut saja, sudah diobati
dengan salep gentamisin namun tidak ada perubahan. Dan riwayat pengobatan
status dermatologi, pada region genu terdapat punched out lession dasar eritematosa
batas tegas, tepi ulkus meninggi daerah sekitar ulkus tertutup krusta berwarna kuning
kecoklatan.
Dan disekitar ditemukan pustula dengan dasar eritematosa, batas tegas, bentuk
2.5 Diagnosis
1. ektima
2. furunkulosis
1. Impetigo krustosa
2. karbunkel
2.7 Planning
Diagnosis
Gram
kultur
Terapi
Non medikamentosa:
Medikamentosa
Monitoring
Edukasi
bakteri
Memberitahu pasien untuk tidak menggaruk lesi
dan mencuci pakaian yang bersih, dan selalu memakai alas kaki saat
2.8 Prognosis
PEMBAHASAN
Pasien Tn. S, laki-laki, usia 66 tahun datang gatal di kaki kanan dan kiri sejak sekitar
3 atau 4 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasakan muncul bercak merah di daerah
punggung kaki dengan ukuran awalnya kecil hingga sebesar sekarang diikuti dengan rasa
gatal. Keluhan dirasakan hilang timbul, dirasakan semakin berat saat sedang stress dan saat
malam hari, saat terkena keringat rasa gatal tidak bertambah. Saat pasien sibuk karena banyak
pekerjaan keluhan berkurang karena lupa dengan rasa gatalnya. Keluhan tidak dirasakan pada
anggota tubuh lainnya. Pasien sudah menggunakan beberapa obat antara lain : miconazole,
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis yaitu
ektima ( impetigo ulseratif) karena pada kasus ini berdasarkan terjadi pada anak-anak, predileksi
pada daerah extremitas bawah ,dari gejala yg timbul tidak gejala konstitusional, dan diagnosis
kedua dari pasien tersebut adanya infeksi dari bakteri lain dan ditegakkan dengan anamesis
. Gejala yang muncul sesuai dengan teori yaitu keluhan luka dilutunya timbul awalnya
berupa bintil semakin lama makin banyak dan merah kadang nyeri dirasakan. Pada luka
tampak adanya nanah yang sudah pecah, dan dasarnya merah. Serta dapat dipicu oleh
beberapa factor salah satunya pasien sering main diluar rumah bermain ditanah. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan lesi yang khas punhed out dan ulkus yang meninggi
tertutup krustosa kuning kecoklatan, dan disekitarnya terdapat pustule yang multiple di
extremitas bawah (lutut kanan) yang merupakan salah satu lokasi predileksi terjadinya
ektima.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah gram untuk mengetahui penyebab
bakterinya..
Tatalaksana pada untuk mengatasi infeksi bakteri dan dilakukan pengompresan Nacl
Prognosis penyakit ini bergantung pada hygine pasien dan kepatuhan dalam minum
Natahusada EC, et al., editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan
2. Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Superficial and
Cutaneous Infections and Pyodermas. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller A, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7th ed. USA:
5. Davis Loretta. Ecthyma. [online] 2009 [cited 2011 Juli 28]:[1 screen]. Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com
6. Wolfff K, Johnson R. In: Wolfff K, Johnson R, editors. Fitzpatrick's Color Atlas &
Synopsis of Clinical Dermatology 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2009. p. 598-604.
7. Dennis L, Alan L, Henry F, Chambers E. Practice Guidelines for the Diagnosis and
[serial online] 2008. December [cited 2014 November 21] : Volume 80 / 432. Available
from: http://www.ifd.org.
Dermatotherapy Update. Banten, Kerjasama PERDOSKI dan Balai Penerbit FKUI: 2013.hal
91-3.
10. Berman, Kevin. Ecthyma. [updated 15 Mey 28] [accessed: 24 November 2011].