Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Atas Pioderma


Inosensia Diajeng Kusumo,Kenny
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Pioderma adalah infeksi kulit piogenik yang sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus grup A. Diagnosis umumnya
ditegakkan melalui tampilan klinis. Tata laksana meliputi antibiotik disertai insisi dan drainase bila perlu. Terapi antibiotik secara empiris
disesuaikan dengan derajat keparahan penyakit.

Kata kunci: Antibiotik, pioderma, Staphylococcus aureus, Streptococcus

ABSTRACT
Pyoderma is pyogenic skin infection and commonly caused by Staphylococcus aureus and group A Streptococcus. Diagnosis can be established
by its clinical features. Treatment consists of antimicrobial therapy accompanied with incision and drainage as indicated. Antimicrobial therapy
is given empirically and adjusted depending on severity of the disease. Inosensia Diajeng Kusumo, Kenny. Review of Pyoderma

Keywords: Antibiotics, pyoderma, Staphylococcus aureus, Streptococcus

PENDAHULUAN disebabkan oleh S. aureus. Bakteri ini lain usia (di atas 65 tahun), terpapar orang
Pioderma merupakan infeksi kulit oleh merupakan flora normal kulit, namun bisa yang sedang terinfeksi MRSA, pemakaian
bakteri piogenik; yang paling sering yaitu menjadi patogen; bisa ditularkan melalui antibiotik sebelumnya, trauma kulit, nasal,
Staphylococcus sp. atau Streptococcus sp.1 kontak kulit atau benda.1 atau rektum, tempat tinggal padat penghuni,
Infeksi bakteri ini masih menjadi masalah penitipan anak, penyakit kulit kronis, riwayat
kesehatan yang menyebabkan morbiditas S. aureus menjadi penyebab paling sering hospitalisasi, atau penyakit kronis.3
bagi anak-anak dan dewasa. Sampai saat ini pioderma dan infeksi kulit serta jaringan
belum ada studi epidemiologi prevalensi lunak.1,3,4 S. aureus biasanya berkolonisasi di Patogenesis
pioderma skala besar.2 area nares anterior pada 30% populasi.4 Sekitar Patogenesis infeksi S. aureus melibatkan banyak
60% orang sehat menjadi karier intermiten faktor virulensi yang akan meningkatkan
Spektrum klinis infeksi bakteri dipengaruhi S. aureus di tempat tertentu, seperti area kolonisasi bakteri dan menyerang sistem
oleh hubungan patogen dan pejamu, seperti inguinal, aksila, sekitar rektum, hidung, faring, imunitas pejamu, antara lain:1
faktor virulensi patogen, faktor intrinsik dan mukosa rektum, sehingga cuci tangan „„ S. aureus dapat mensekresikan toksin
pejamu, status nutrisi pejamu, imunitas menjadi faktor penting untuk mencegah berbentuk pori yang mampu melisiskan
pejamu, integritas kulit, dan faktor lingkungan, infeksi.1,2 Faktor predisposisi kolonisasi S. neutrofil dan makrofag
seperti cuaca panas atau lembap.1 Infeksi aureus, yaitu dermatitis atopik, diabetes „„ S. aureus memproduksi superantigen
bakteri (pioderma) primer terjadi jika infeksi melitus, insufisiensi renal dengan dialisis, yang bersifat enterotoksin. Superantigen
seperti impetigo, ektima, selulitis muncul pengguna narkoba dengan jarum suntik, ini dapat mengaktifkan sel T nonspesifik
pada kulit normal. Sedangkan infeksi bakteri gangguan hati, gangguan imunitas termasuk tanpa memerlukan presentasi antigen
sekunder terjadi pada kelainan kulit yang HIV.1 terlebih dahulu, sehingga bisa
sudah ada seperti pada dermatitis atopik, menyebabkan sepsis, demam tinggi,
dermatofitosis, dan skabies.2 Resistensi antibiotik sering terjadi pada hipotensi, dan disfungsi multiorgan.
kasus infeksi S. aureus.1 Methicillin-resistant „„ S. aureus menghambat neutrofil dengan
Pada tinjauan pioderma ini akan dibahas S. aureus (MRSA) menjadi patogen penting menginhibisi kemotaksis neutrofil dan
infeksi Staphylococcus dan Streptococcus, pada infeksi didapat dari komunitas ataupun memproduksi faktor virulensi yang
manifestasi klinis, diagnosis, tata laksana, serta rumah sakit. Infeksi MRSA bisa dicurigai menghambat kerja neutrofil.
komplikasi pioderma. dari profil resistensi setempat, kasus tidak
respons dengan pengobatan methicillin- Manifestasi Klinis
INFEKSI STAPHYLOCOCCUS sensitive S. aureus (MSSA), dan memiliki faktor Impetigo
Infeksi Stafilokokus pada kulit paling sering predisposisi.3 Faktor predisposisi MRSA antara Impetigo dibagi menjadi jenis nonbulosa
Alamat Korespondensi email: inosensiadiajeng@gmail.com

CDK-303/ vol. 49 no. 4 th. 2022 207


TINJAUAN PUSTAKA

(krustosa) dan bulosa; sekitar 70% kasus awalnya dimulai dengan kemerahan dan proksimal atau lateral dari kulit dan jaringan
impetigo jenis nonbulosa gatal lalu muncul 1-2 pustul yang bisa pecah sekitar kuku. Jika tidak diobati akan menjadi
saat mencukur atau membasuh wajah, infeksi abses.1-3
Impetigo nonbulosa paling sering disebabkan meluas dari pustul yang pecah tersebut. Jika
oleh S. aureus, namun bisa juga oleh group tidak diobati infeksi akan bertambah dalam INFEKSI STREPTOCOCCUS
A Streptoccocus atau keduanya. Impetigo dan kronis, bisa meninggalkan skar atrofi Group A Streptococcus (GAS) (seperti
nonbulosa paling sering terjadi pada anak- dikelilingi krusta dan pustul.1,2 Streptoccocus pyogenes) merupakan salah satu
anak, namun bisa juga pada dewasa. Impetigo penyebab infeksi kulit purulen (pioderma).
nonbulosa sering terjadi di wajah terutama Furunkel Infeksi kulit jarang disebabkan oleh non-group
sekitar lubang hidung (nares anterior) dan Furunkel merupakan nodus inflamasi yang A Streptococcus. Infeksi Streptococcus bisa
ekstremitas yang mengalami trauma. Lesi lebih dalam, terjadi di sekitar folikel rambut. menyerang kulit superfisial (impetigo, ektima,
awalnya berupa papul eritematosa yang Nodus bersifat keras, nyeri, berada pada intertrigo) ataupun lebih invasif (erisipelas,
kemudian menjadi vesikel dan pustul yang folikel rambut. Beberapa hari kemudian nodus selulitis).1
pecah membentuk krusta kekuningan seperti membesar menjadi lebih nyeri dan fluktuatif.
madu dengan dasar kulit eritema.5,6 Nodus pecah berisi pus mengandung Secara global, WHO memperkirakan sekitar
material nekrotik. Jika pus sudah keluar, nyeri 100 juta kasus infeksi superfisial akibat GAS
Impetigo bulosa disebabkan oleh S. aureus akan berkurang, edema dan eritema akan dan lebih dari 600 juta kasus faringitis setiap
strain memproduksi toksin eksfoliatif yang membaik. Furunkel bisa berupa lesi soliter tahun. GAS menular melalui droplet atau
membelah desmoglein 1 pada epidermis, atau multipel. Lokasi yang sering mengalami kolonisasi pada saluran napas atas. Sumber
sehingga terbentuk kumpulan bula, vesikel, furunkel yaitu area berambut, area lipatan, infeksi lainnya yaitu dari pasien infeksi kulit
dan atau pustul. Impetigo bulosa bisa terjadi oklusif, lembap.1,5,6 akibat GAS seperti impetigo atau luka
pada anak usia di bawah 2 tahun. Bula terinfeksi.1
bersifat tipis dan mudah pecah, kemudian Karbunkel
membentuk krusta dan erosi menjadi Karbunkel merupakan lesi inflamasi yang Patogenesis
menjadi kolaret. Pemeriksaan Nikolsky sign lebih dalam, luas, dan infiltratif dari furunkel. Pioderma yang disebabkan oleh infeksi
tidak ditemukan. Limfadenopati regional bisa Furunkel multipel bergabung membentuk Streptococcus hampir seluruhnya disebabkan
ditemukan pada kasus impetigo yang lama karbunkel. Lesi eritema dan berindurasi, oleh infeksi GAS. Faktor risiko infeksi GAS
tidak diobati. Gejala penyerta lainnya biasanya dan pustul multipel muncul di permukaan, pada kulit adalah adanya kolonisasi GAS
tidak ada.1,5,6 terhubung antar folikel rambut. Lesi akan pada nasofaring dan kulit, higienitas buruk,
berubah menjadi kuning keabuan di bagian kemiskinan, dan tempat tinggal kumuh.
Pada biopsi kulit bisa ditemukan akumulasi tengah, terbentuk jaringan granulasi menjadi Adanya penyakit kulit penyerta lain juga
neutrofil di bawah stratum korneum dengan skar permanen.1,5,6 Predileksinya di tengkuk meningkatkan risiko infeksi GAS pada kulit.1
sedikit sel akantotik bulat. Bakteri gram positif leher, punggung, dan paha. Lesi terasa sangat
kokus banyak ditemukan. Pada bentuk bula, nyeri. Demam dan lemas sering menjadi Pada permukaan sel GAS terdapat protein M
lapisan tipis stratum korneum menjadi atap gejala penyerta.1 yang merupakan faktor virulensi utama dari
dari bula berisi sel inflamasi dan bakteri.1-3 GAS. Protein M adalah protein multifungsional
Abses yang dapat menghambat berbagai respons
Folikulitis Abses kulit dan subkutan sering terjadi imun dari tubuh. Protein M dapat memicu
Folikulitis merupakan pioderma pada folikel pada infeksi folikel rambut seperti folikulitis, respons inflamasi melalui interaksi dengan
rambut; terbagi atas jenis superfisial dan furunkel, karbunkel. Abses juga bisa terjadi TLR2 pada monosit, yang menginduksi
profunda. Folikulitis superfisial biasa disebut pada trauma, benda asing, luka bakar. produksi sitokin proinflamasi seperti IL-6, IL-
impetigo Bockhart. Kelainan kulit awalnya berupa nodul eritema 1β, dan TNF-α.1
yang kemudian makin membesar berisi pus.
Penanda khas folikulitis oleh Staphylococcus, Pada pasien dengan abses harus dipikirkan Manifestasi Klinis
yaitu lesi pustular berbentuk kubah yang kemungkinan MRSA.1,6 Ektima
muncul di ostium folikel rambut. Predileksinya Ektima merupakan suatu lesi ulseratif, paling
pada area kulit berambut biasanya kulit Paronikia sering akibat infeksi Streptococcus, lebih
kepala, wajah, aksila, pungung belakang, Paronikia merupakan inflamasi kulit sekitar jarang akibat Staphylococcus. Kelainan kulit
lipatan inguinal, gluteus, ekstensor lengan kuku. Faktor predisposisinya terlepasnya awal berupa vesikel kemudian membesar
dan tungkai. Pustul bisa nyeri atau tidak kutikula dari nail plate akibat trauma. Bakteri dan dalam beberapa hari menjadi krusta.
nyeri, atau gatal dan berkelompok pada area penyebab pada kasus paronikia akut adalah Ketika krusta dihilangkan, di bagian dasar kulit
berambut.1,5,6 S. aureus. Penyebab lain paronikia antara lain terdapat ulkus dangkal dengan tepi meninggi.
S. pyogenes, Pseudomonas, Proteus, bakteri Lesi disertai nyeri. Limfadenopati regional juga
Sycosis barbae merupakan contoh folikulitis anaerob. Kasus kronis biasanya disebabkan sering terjadi.1,2
profunda dengan inflamasi perifolikular oleh Candida albicans. Manifestasi klinis
di area janggut dan bibir atas. Penyakit ini berupa kemerahan, edema, dan nyeri pada

CDK-303/ vol. 49 no. 4 th. 2022 208


TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Algoritma tata laksana pioderma1

CDK-303/ vol. 49 no. 4 th. 2022 209


TINJAUAN PUSTAKA

Erisipelas pada kasus sederhana. Pada kasus infeksi luas, Resistensi antibiotik menjadi tantangan pada
Erisipelas merupakan infeksi kulit disertai pasien imunokompromais dan pasien dengan penatalaksanaan infeksi Staphyloccocus,
keterlibatan sistem limfatik di kulit. Nama demam dan neutropenia, bisa dilakukan biopsi seperti pada kasus hospital-acquired MRSA
lainnya adalah St. Anthony’s fire. Predileksi kulit dan pemeriksaan dengan pewarnaan (HA-MRSA) atau community-acquired MRSA
erisipelas terjadi di wajah dan tungkai. mikroorganisme bersamaan dengan kultur (CA-MRSA).1 Jika dicurigai infeksi CA-MRSA,
Faktor predisposisinya seperti trauma minor, dan sensitivitas bakteri.1 Histologi furunkel terapi inisial bisa doxycycline (dewasa: 100 mg
insufisiensi vena, ulkus stasis, dermatosis menunjukkan PMN padat di dermis dan lemak 2 kali sehari; tidak direkomendasikan untuk
inflamasi, infeksi dermatofita, gigitan serangga, subkutan. Pada karbunkel terdapat abses anak usia di bawah 8 tahun), clindamycin
dan luka operasi. Erisipelas sering terjadi pada multipel yang terpisah oleh trabekula jaringan (dewasa: 300-450 mg 3-4 kali per hari; anak
bayi, anak-anak, dan orang tua.1,5,6 ikat di lapisan dermis (khususnya di sepanjang : 20-40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi)
folikel rambut).1 atau TMP-SMX (dewasa: 800/160 mg 2 kali
Erupsi kulit bervariasi mulai dari hiperemis sehari; anak 8-12 mg/kg/hari mengikuti
transien diikuti dengan deskuamasi sampai Pencitraan seperti USG bisa dilakukan sebagai dosis trimethoprim, 2 kali sehari).1,7,8 CA-MRSA
inflamasi yang lebih berat dengan adanya guiding untuk aspirasi. Pemeriksaan radiologi harus dicurigai pada semua pasien dengan
vesikel atau bula. Erupsi kulit awalnya berupa seperti X-ray, CT scan, MRI bisa dilakukan untuk infeksi purulen berat. vancomycin atau agen
bercak kemerahan yang makin melebar. melihat kedalaman infeksi dan pada kasus parenteral sistemik lain (seperti daptomycin,
Kelainan kulit erisipelas yaitu eritema, bengkak, dengan kecurigaan osteomielitis. 1 linezolid, atau ceftraoline) yang memiliki sifat
nyeri, dan berbatas tegas. Gejala penyerta lain anti-CA-MRSA bisa diberikan.1,2,8
bisa berupa demam dan malaise. Limfangitis TATA LAKSANA
dan pembesaran nodus limfa juga bisa Tata laksana infeksi Staphylococcus Pada kasus furunkel, karbunkel, dan
ditemukan. Pada hasil laboratorium ditemukan berdasarkan manifestasi klinis, ukuran lesi, abses sederhana bisa dilakukan insisi dan
leukositosis, peningkatan C-reactive protein, dan derajat keparahan. Pada infeksi ringan, drainase. Terapi tambahan antibiotik sama
dan peningkatan laju endap darah (LED).1,2 pasien tampak sakit ringan, tidak demam, seperti antibiotik yang disebutkan di atas.1,7
hemodinamik stabil, tanpa komorbid. Infeksi Antibiotik sebaiknya diberikan selama 7-14
Selulitis sedang dengan ukuran lesi cukup luas, hari, dilanjutkan hingga tampak perbaikan
Selulitis merupakan inflamasi supuratif yang bisa disertai demam, namun hemodinamik inflamasi. Pemilihan antibiotik bisa berganti
terjadi subkutan. Inflamasi bersifat akut masih stabil. Infeksi berat disertai demam, sesuai hasil sensitivitas kultur.1,7
pada dermis dan subkutan. Lesi selulitis hemodinamik tidak stabil, infeksi meluas
bersifat nyeri, eritema, edema, dan hangat. hingga jaringan lebih dalam hingga sistemik. Komplikasi
Selulitis yang tidak diobati dengan tepat Pada kasus impetigo, krusta yang masih Infeksi kulit S. aureus dapat menyebabkan
bisa menyebabkan infeksi berat (sepsis, lengket dan menempel harus dibersihkan selulitis, limfangitis, dan bakteremia
gangren) terutama pada pasien diabetes, dengan dicuci menggunakan sabun.1 apabila tidak diobati, yang kemudian
imunodefisiensi, lanjut usia. Sebagian besar dapat menyebabkan infeksi S. aureus di
selulitis disebabkan oleh infeksi bakteri; 75% Untuk kasus infeksi ringan dan bersifat lokal berbagai organ dan jaringan tubuh, seperti
oleh Streptococcus.1,5,6 dapat diberikan antibiotik topikal. Terapi osteomielitis, artritis septik, abses organ,
antibiotik topikal yang bisa diberikan, yaitu endokarditis, pneumonia, dan sepsis. Lesi
DIAGNOSIS krim fusidic acid atau mupirocin 2% yang dioles sekitar bibir dan hidung meningkatkan
Diagnosis pioderma biasanya melalui 2 kali sehari selama 5-7 hari.1,7 risiko penyebaran infeksi ke sinus kavernosa.
tampilan klinis. Pewarnaan Gram dan kultur Makin berat infeksi, risiko penyebaran infeksi
pus atau eksudat direkomendasikan untuk Jika infeksi sangat luas atau disertai tanda ke bagian tubuh lain makin meningkat.
mengetahui penyebab infeksi S. aureus selulitis atau infeksi sistemik, serta pasien Eksotoksin yang diproduksi S. aureus juga
(termasuk MRSA) dan/atau GAS. Kasus seperti imunokompromais, bisa diberikan antibiotik dapat memicu SSSS (staphyloccocal scalded
impetigo, folikulitis, ektima sederhana bisa sistemik.1,7 Antibiotik yang direkomendasikan skin syndrome) dan sindrom syok toksik. SSSS
diberi terapi empiris tanpa pemeriksaan pada pioderma, yaitu dicloxacillin (dewasa: lebih rentan terjadi pada bayi, dewasa dengan
penunjang. Untuk furunkel besar, karbunkel, 250 – 500 mg 4 kali per hari, jarang diberikan kondisi immunocompromized, dan penurunan
abses direkomendasikan dilakukan kultur pus pada pasien anak) atau cephalexin (dewasa: fungsi ginjal.1,9,10
dari insisi dan drainase. Pada pewarnaan Gram 500 mg 4 kali per hari; anak 50-100 mg/kg/hari
ditemukan gram positif kokus bergerombol dibagi dalam 3-4 kali per hari). Secara umum, Infeksi kulit superfisial disebabkan GAS
(kluster) pada infeksi S. aureus dan kokus pemberian antibiotik kurang lebih selama 7 dapat menjadi invasif dan menyebabkan
berantai pada infeksi GAS. Pada kasus dengan hari. Pada pasien alergi penicillin atau β-lactam erisipelas, selulitis, gangren, dan fasiitis
gejala infeksi sistemik, hasil kultur dan bisa diberikan erythromycin (dewasa 250 – 500 nektrotikan. Sekuele pada kulit antara lain
sensitivitas antibiotik membantu mengurangi mg 4 kali per hari; anak 40 mg/kg/hari dibagi eritema nodosum, eritema multiforme, dan
komplikasi. Kultur darah bisa dilakukan pada 3-4 kali per hari). Antibiotik lain pada anak, eritema marginatum. Demam scarlet, toxic
pasien dengan tanda sepsis atau bakteremia.1 yaitu amoxicillin + clavulanic acid (25 mg/kg/ streptococcal syndromes, glomerulonefritis
hari dibagi 3 kali sehari) atau clindamycin (15 post-streptokokus, demam rematik, dan
Secara umum, biopsi kulit tidak dilakukan mg/kg/hari 3-4 kali per hari).1,7 penyakit jantung rematik juga dapat terjadi

CDK-303/ vol. 49 no. 4 th. 2022 210


TINJAUAN PUSTAKA

setelah infeksi kulit akibat GAS. Pada pasien Staphylococcus aureus atau group A penyakit. Tata laksana antibiotik empiris dapat
anak, dapat terjadi komplikasi langka berupa Streptococcus. Manifestasi klinis pioderma dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan
psoriasis gutata.1,10 berupa folikulitis, furunkel, karbunkel, penunjang, kemudian disesuaikan
impetigo, ektima, erisipelas, dan selulitis. berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan
SIMPULAN Diagnosis dapat ditegakkan melalui tampilan sensitivitas.
Pioderma umumnya disebabkan infeksi klinis. Terapi disesuaikan dengan keparahan

DAFTAR PUSTAKA
1. Miller Lloyd S. Superficial cutaneous infections and pyodermas. In: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al. Fitzpatrick’s dermatology.
9th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2019 .pp. 2719-40
2. Benson C, Paul M. Staphylococcal and streptococcal pyodermas. In: Tyring S, Lupi O, Hengge U. Tropical dermatology. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier; 2016 .pp. 243-51
3. James W, Elston D, Treat J, Rosenbach M, Micheletti R. Andrews’ diseases of the skin. 13th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019 .pp. 252-63
4. Sakr A, Bregeon F, Mege JL, Rolain JM, Blin O. Staphylococcus aureus nasal colonization: An update on mechanism, epidemiology, risk factors, and subsequent
infections. Front Microbiol. 2018;9:2419
5. Sukumaran V, Senanayake S. Bacterial skin and soft tissue infections. Austral Prescr. 2016;39(5):159-63
6. Ramakrishnan K, Salinas RC, Higuita NIA. Skin and soft tissue infections. Am Fam Physician 2015;92(6):474-83
7. Golan Y. Current treatment options for acute skin and skin-structure infections. Clin Infect Dis. 2019;68(3):206-12
8. Bukharie HA. A review of community-acquired methicillin-resistant Staphylococcus aureus for primary care physicians. J Family Community Med. 2010;17(3):117-20
9. Otto M. Staphylococcus aureus toxins. Curr Opin Microbiol. 2014;0:32-7
10. Suaya JA, Eisenberg DF, Fang C, Miller LG. Skin and soft tissue infections and associated complications among commercially insured patients aged 0-64 years with
and without diabetes in the US. PLoS One 2013;8(4):e60057

CDK-303/ vol. 49 no. 4 th. 2022 211

Anda mungkin juga menyukai