Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Impetigo krustosa merupakan salah satu bagian dari impetigo.
Impetigo krustosa adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
Streptococcus β hemolyticus group A. Impetigo krustosa merupakan
infeksi superfisial epidermis yang sangat menular, paling sering
menyerang anak-anak usia 2-5 tahun, meskipun dapat terjadi pada semua
kelompok umur. Di antara anak-anak, impetigo merupakan infeksi kulit
bakteri yang paling umum.3,6

2.2. Epidemiologi
Impetigo adalah infeksi yang sangat menular melalui kontak
langsung. Insiden impetigo paling besar selama waktu musim panas
karena kontak yang erat di antara anak-anak. Di daerah tropis
Streptococcus β hemolyticus group A menyebabkan impetigo, dan di
daerah beriklim sedang juga dapat menyebabkan faringitis. Hal ini
terdapat hubungan antara kejadian impetigo dengan faringitis dan juga
beberapa kasus banyak ditemukan riwayat infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) sebelumnya. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan dan
laki-laki sama dan untuk usia sekitar 2-5 tahun ada juga yang
menyebutkan dibawah 6 tahun.2,5
Prevalensi impetigo di dunia cukup tinggi, dimana kondisi suhu
yang hangat dan lembab dikombinasikan dengan sering terkena
gangguan kulit melalui gigitan serangga mendukung perkembangannya
sepanjang tahun di iklim tropis. Pada keadaan tertentu seperti memiliki
riwayat infeksi saluran pernapasan atas dapat memicu terjadinya
impetigo krustosa pada anak. Angka kejadian impetigo krustosa lebih
sering dibandingkan dengan impetigo bulosa. Impetigo krustosa terjadi
lebih dari 70% kasus impetigo di dunia.1,5

3
4

Selain menyerang anak-anak, terdapat penelitian yang


menyebutkan bahwa, impetigo lebih sering terjadi pada tunawisma dan
pasien yang menerima transplantasi organ. Setelah dilakukan observasi
kembali dan didapatkan hasil bahwa, impetigo sangat sering pada tahun
pertama setelah transplantasi, dengan puncaknya pada bulan ketiga.2
Impetigo krustosa dapat terjadi pada kulit normal atau
impetiginisasi dapat muncul pada penyakit kulit lainnya, seperti
dermatitis atopik, dermatitis kontak, gigitan serangga, pedikulosis, dan
kudis. Malnutrisi dan kebersihan yang buruk adalah faktor predisposisi.
Impetigo krustosa sering terjadi di daerah wajah biasanya daerah sekitar
lubang hidung dan mulut. Lokasi yang paling umum terdapat lesi adalah
kepala dan leher (65,4%), diikuti oleh ekstremitas atas (19,6%) dan
trunkus dan ekstremitas bawah (masing-masing 7,5%)1,2,5

2.3. Etiologi
Impetigo krustosa adalah infeksi yang sangat menular, kontak
langsung menjadi cara penularan utama. Pasien dengan impetigo dapat
menyebarkan infeksi kepada orang-orang dalam kontak dekat setelah
eksoriasi daerah yang terinfeksi. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran
infeksi dengan cepat, sebagian besar di sekolah dasar, taman kanak-
kanak dan pusat penitipan anak. Beberapa kasus dapat didahului dengan
gigitan serangga, tungau atau trauma terlebih dahulu. Pada dewasa,
impetigo dapat ditularkan melalui kontak dengan anak-anak atau oleh
media seperti berbagi perangkat perawatan kecantikan, di toko tukang
cukur, di salon kecantikan dan lain-lain.2
Impetigo krustosa diakibatkan oleh bakteri, yaitu Streptococcus β
hemolyticus group A. Streptococcus β hemolyticus group A merupakan
bakteri gram positif, yang reservoirnya adalah selaput lendir manusia dan
permukaan kulit, menyebabkan serangkaian infeksi yang melibatkan
saluran pernapasan dan jaringan lunak, mulai dari yang ringan sampai
yang parah. Selain itu, ia memulai dua sekuel nonsuppuratif, yaitu
demam rematik akut dan GNAPS.2
5

2.4. Patofisiologi
Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit
normal sebagai portal of entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak
langsung dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier.
Kuman tersebut berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan
terbentuknya lesi dalam satu sampai dua minggu. Cara infeksi pada
impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi sekunder.1,3
a. Infeksi Primer
Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman
menyebar dari hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian
berkembang menjadi lesi pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit
wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau ekstremitas setelah
trauma.3,6
b. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain
sebelumnya (impetiginisasi) seperti dermatitis atopik, dermatitis statis,
psoariasis vulgaris, SLE kronik, pioderma gangrenosum, herpes
simpleks, varisela, herpes zoster, pedikulosis, skabies, infeksi jamur
dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka goresan, dan luka bakar,
dapat terjadi pada semua umur.3,6
Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan
robekan pada epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut
menghasilkan suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat
dan membentuk suatu infeksi impetigo krustosa. Keluhan biasanya gatal
dan nyeri. Impetigo krustosa sangat menular, berkembang dengan cepat
melalui kontak langsung dari orang ke orang. Impetigo banyak terjadi
pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber
infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak
lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh, sedangkan pada dewasa
sumbernya yaitu tukang cukur, salon kecantikan, kolam renang, dan dari
anak-anak yang telah terinfeksi.2,3,7
6

Infeksi Streptococcus β hemolyticus group A diketahui bahwa


bakteri tersebut dapat menyebabkan pembelahan dan menyebar luas ke
dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler.
Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin
meskipun fungsinya adalah sebagai enzim Streptococcus dapat
menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin,
toksin eksfoliatif, toksin dan enterotoksin. Bakteri Streptococcus β
hemolyticus group A menghasilkan racun yang dapat menyebabkan
Impetigo menyebar ke area lainnya. Toksin ini menyerang protein yang
membantu mengikat sel-sel kulit. Ketika protein rusak, bakteri akan
sangat cepat menyebar. Enzim yang dikeluarkan oleh Streptococcus akan
merusak struktur kulit dan adanya rasa gatal dapat menyebabkan
terbentuknya lesi pada kulit.9

2.5. Manifestasi Klinis


Impetigo krustosa biasanya tidak disertai gejala umum, hanya
terdapat pada anak. Tempat predileksi di wajah, yakni di sekitar lubang
hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut.
Kelainan kulit dapat berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah
sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat ialah krusta tebal
berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi dibawahnya.
Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Krusta
kuning keemasan sering terlihat pada impetigo tetapi tidak bersifat
patognomonik. Ukuran lesi 1 - 3 cm.6,7
7

Gambar 1. Impetigo krustosa di sekitar lubang hidung dan mulut pada


anak- anak7

Awalnya dapat berupa satu makula eritema atau dapat berupa


papula yang dengan cepat menjadi vesikel. Vesikel pecah dengan mudah
dan terbentuk erosi, dan isinya mengering untuk membentuk krusta
berwarna khas madu yang mungkin bersifat pruritik. Impetigo sering
menyebar ke daerah sekitarnya dengan autoinokulasi. Infeksi ini
cenderung mempengaruhi area yang mengalami trauma, seperti pada
daerah ekstremitas atau wajah. Resolusi spontan tanpa jaringan parut
biasanya terjadi dalam beberapa minggu jika infeksi dibiarkan tidak
diobati.3
Penyembuhan sentral sering terlihat jika lesi muncul selama
beberapa minggu. Susunan lesi tersebar diskret dan apabila tanpa
diberikan terapi, lesi dapat menjadi konfluens; lesi satelit dapat terjadi
secara autoinokulasi. Impetiginisasi sekunder berbagai dermatosis sering
terjadi. Pada dermatitis, kulit rentan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri
atau dinamakan dengan impetiginosa.7,8
8

2.6. Diagnosis
Diagnosis impetigo krustosa ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan mengidentifikasi tanda dan gejala yang ada dan
dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang seperti ditemukan
leukositosis pada pemeriksaan pewarnaan Gram atau kultur bakteri.7

2.7. Diagnosis Banding


1. Impetigo Bullosa
Pada impetigo bullosa, lesi dari vesikel bisa menjadi bulla
mengandung cairan bening berwarna kuning atau agak keruh,
terdapat eritema di sekitarnya, timbul pada kulit yang tampak
normal. Jika atap bulla dihilangkan, terdapat erosi dangkal. Bisa
dijumpai koleret dan dasarnya masih eritematosa. Terjadi pada
dewasa dan anak-anak. Transmisi melalui kontak.
2. Varicella
Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia.
Vesikel dinding tipis dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan
menyebar ke wajah dan ekstremitas) yang kemudian ruptur
membentuk krusta (lesi berbagai stadium).6
3. Herpes zoster
Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi
krusta. Umumnya terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati.
Lesi unilateral akibat virus mengenai dermatom kulit.6
4. Ektima
Lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus yang menetap selama
beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila
menginfeksi dermis.6
5. Dermatitis atopi
Lesi pruritus kronis atau kambuh dan kulit kering yang tidak normal
likenifikasi lentur sering terjadi pada orang dewasa; keterlibatan
wajah dan ekstensor sering terjadi pada anak-anak.3
9

6. Dermatitis kontak
Daerah pruritus dengan menangis pada kulit yang peka yang
bersentuhan dengan haptens.
7. Kandidiasis
Papula eritematosa atau plak merah dan lembab; tidak seperti
impetigo, penyakit ini biasanya terbatas pada permukaan mukosa
dan daerah intertriginosa.1
8. Gigitan serangga
Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.6
9. Skabies
Papul yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela
jari, gatal pada malam hari.6

2.8. Komplikasi
Glomerulonefritis Akut Post Streptokokus (GNAPS) merupakan
komplikasi serius yang mempengaruhi antara 1% dan 5% pasien dengan
impetugo krustosa. Pengobatan dengan antibiotik tidak dianggap
memiliki efek pada risiko GNAPS. Demam rematik tampaknya tidak
berpotensi menjadi komplikasi impetigo. Pada pasien dengan gagal ginjal
kronis, terutama pada penerima dialisis dan transplantasi, impetigo dapat
memperumit kondisi.3

2.9. Tatalaksana
1. Non Medikamentosa
Pada pasien dengan impetigo, lesi harus dijaga kebersihannya,
dicuci dengan sabun dan air hangat dan krusta harus dilepaskan.
Dapat digunakan cairan salin NaCl 0,9% atau yang mengandung zat
antiseptik Seperti Triclosan, Chlorhexidine dan Povidone Iodine
7,5%.
10

2. Medikamentosa
a. Antibiotik Topikal
Antibiotik topikal adalah pengobatan pilihan untuk sebagian
besar kasus impetigo. Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap
antibiotik. Keuntungan dari antibiotik topikal adalah fakta bahwa itu
hanya diterapkan di daerah yang dibutuhkan, dengan cara ini
meminimalkan resistensi terhadap antibiotik dan menghindari
gastrointestinal dan efek samping sistemik lainnya. Uji klinis telah
menunjukkan bahwa pemberian antibiotik selama tujuh hari lebih
efektif diberikan untuk penyembuhan impetigo.1,2,6
Di antara kelemahan antibiotik topikal adalah reaksi alergi
lokal dan kesulitan dengan aplikasi ke daerah-daerah seperti mulut
dan kelopak mata. Jenis antibiotik topikal yang direkomendasikan
untuk impetigo, antara lain Mupirocin 2% krim atau salep
(Bactroban), Retapamulin 1% salep (Altabax) dan Asam Fusidik.6

Tabel 1. Dosis dan Lama Penatalaksanaan Impetigo


Antibiotik Dosis dan Lama Penatalaksanaan
Topikal
Mupirocin salp 2% 3x1/hari, selama 7 sampai 10 hari.
Oral
Amoxicillin/clavulanate Dewasa: 250-500 mg, 2x1 tab/hari,
selama 10 hari
Anak: 90 mg/kgBB/hari, 2x1/hari,
selama 10 hari
Cephalexin Dewasa: 250-500 mg, 4x1 tab/hari,
selama 10 hari
Anak: 90 mg/kgBB/hari, 2-4x1/hari,
selama 10 hari
Dicloxacillin Dewasa: 250-500 mg, 4x1 tab/hari,
selama 10 hari
Anak: 90 mg/kgBB/hari, 2-4x1/hari,
11

selama 10 hari

b. Antibiotik Sistemik
Terapi antibiotik oral dapat digunakan jika terapi topikal tidak
berhasil, atau dapat digunakan pada impetigo dengan bula besar.
Pilihan pengobatan antara lain amoksisilin/klavulanat, sefaleksin,
klindamisin, dikloksasilin, doksisiklin, minocycline, pristinamycin
dan trimethoprim/sulfamethoxazole. Perawatan tujuh hari biasanya
cukup, tetapi dapat diperpanjang jika respon klinis tidak memadai
dan setelah konfirmasi kerentanan antibakteri. Masih dipertanyakan
antibiotik oral mana yang lebih disukai. Penelitian telah
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat
penyembuhan antara antibiotik oral dan topikal.2
Agen antimikroba sistemik diindikasikan ketika ada
keterlibatan struktur yang lebih dalam (jaringan subkutan, fasia otot),
demam, limfadenopati, faringitis, infeksi di dekat rongga mulut,
infeksi pada kulit kepala dan/atau lesi yang banyak (lebih dari lima).
Spektrum antibiotik yang dipilih harus mencakup stafilokokus dan
streptokokus, baik untuk impetigo bulosa maupun untuk impetigo
berkrusta. Jadi, penisilin benzathine atau yang sensitif terhadap
penisilinin tidak diindikasikan dalam pengobatan impetigo.1

2.10. Prognosis
Tidak ada studi prognostik yang sahih mengenai prognosis
impetigo yang tersedia. Menurut dua ulasan non sistematik akhir-akhir
ini, impetigo biasanya sembuh tanpa gejala sisa dalam dua minggu jika
tidak diobati. Angka kesembuhan tujuh hari dalam suatu penelitian
berkisar antara 0% hingga 42%. Orang dewasa sepertinya memiliki risiko
komplikasi yang lebih tinggi.2

Anda mungkin juga menyukai