Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH

IMPETIGO,PEDEKULITIS

DISUSUN OLEH :

1. EMILIANA

2. INDRAWATI RANGGA

3. JELITA ROMBE KAPPIN

4. LINDA MIRIN

5. YUFITA EELISABET BUBUN DATU

AKPER RANTEPAO TANAH TORAJA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
pertolongannya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang di tentukan denga
makakah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH IMPETIGO,
PEDIKULITIS” makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kuliah kami, maka dari itu
terbentuknya makalah ini untuk kita sama-sama belajar betapa pentingnya asuhan keperawatan
pada masalah impetigo.

Saya selaku penulis mewakili kelompok mohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan kami baik dalam perkataan maupun penulisan. Kami juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada orang-orang terdekat yang sudaah memberikan dukungan yang positif serta
dukungan yang mendorong serta semangat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan waktu yang telah di tentukan, maka dari itu kami ucapkan terimakasih atas support serta
dukungan yang baik untuk kami. Sekian dan terimakasih.

Makale,20 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kulit karena infeksi bakteri yang sering terdapat pada bayi disebut
pioderma. Pioderma disebabkan oleh bakteri gram positif staphyllococcus, terutama S.
aureus dan streptococcus atau keduanya. Faktor predisposisinya yaitu higiene yang
kurang, menurunnya daya tahan tubuh mengidap penyakit menahun, kurang gizi,
keganasan atau kanker dan sebagainya  atau adanya penyakit lain di kulit yang
menyebabkan fungsi perlindungan kulit terganggu.
Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Selain disebabkan oleh
bakteri gram positif seperti pada pioderma, dapat pula disebabkan oleh bakteri gram
negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, E. coli
dan klebsiella. Seperti yang dijelaskan sebelumnya Penyebab yang umum ialah bakteri
gram positif, yakni streptokokus dan stafilokokus.
Terdapat beberapa jenis pioderma salah satunya yaitu impetigo. Impetigo, yaitu
merupakan salah satu bentuk pioderma yang paling sering menyerang anak-anak,
terutamaakibat kuarangnya kebersihan tubuh dan dapat pula  muncul di bagian tubuh
manapun setelah terjadi cidera pada kulit, seperti luka maupun pada infeksi virus herpes
simpleks.
Paling sering ditemukan di wajah, lengan dan tungkai. Pada dewasa, impetigo
bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya. Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu
infeksi saluran pernafasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya).
Impetigo terjadi di seluruh Negara di dunia dan angka kejadiannya selalu meningkat dari
tahun ke tahun. Di Amerika Serikat Impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang
dijumpai pada klinik anak dan terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada
daerah tenggara Amerika . Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun
sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan
impetigo krustosa .
Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk
lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak
atau juga pada tempat dengan hygiene buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk .

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uaraian pada latar belakang diatas maka masalah yang dapat diambil
adalah “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Penyakit impetigo

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa/i memahami dan
mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan impetigo
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikam makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
1. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan impetigo
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien impetigo
3. Menetukan intervensi keperawatan.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien impetigo
5. Membuat evaluasi keperawatan pada pasien impetigo
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

I.
A. Pengertian
1. Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis
kulit.
2. Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan
paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis,
Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites.
B. Klasifikasi
Jenis impetigo yaitu :
1. Impetigo krustosa/ contagiosa (tanpa gelembung cairan, dengan
krusta/keropeng/koreng).
Impetigo krustosa hanya terdapat pada anak-anak, paling sering muncul di muka,
yaitu di sekitar hidung dan mulut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang
cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal
berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi dibawahnya. Jenis ini
biasanya berawal dari luka warna merah pada wajah anak, dan paling sering di
sekitar hidung dan mulut. Luka ini cepat pecah, berair dan bernanah, yang akhirnya
membentuk kulit kering berwarna kecoklatan. Bekas impetigo ini bisa hilang dan tak
menyebabkan kulit seperti parut. Luka ini bisa saja terasa gatal tapi tak terasa sakit.
Impetigo jenis ini juga jarang menimbulkan demam pada anak, tapi ada
kemungkinan menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening pada area yang
terinfeksi. Dan karena impetigo sangat mudah menular, makanya jangan menyentuh
atau menggaruk luka karena dapat menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
2. Bullous impetigo (dengan gelembung berisi cairan)
Impetigo jenis ini utamanya menyerang bayi dan anak di bawah usia 2 tahun.
Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Impetigo bulosa terdapat pada
anak dan juga pada orang dewasa, paling sering muncul di ketiak, dada, dan
punggung.
Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula. Kadang-kadang waktu penderita
datang berobat, vesikel atau bula telah pecah. Impetigo ini meski tak terasa sakit,
tapi menyebabkan kulit melepuh berisi cairan. Bagian tubuh yang diserang
seringkali badan, lengan dan kaki. Kulit di sekitar luka biasanya berwarna merah
dan gatal tapi tak terasa sakit. Luka akibat infeksi ini dapat berubah menjadi koreng
dan sembuhnya lebih lama ketimbang serangan impetigo jenis lain.
C. Etiologi
Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik
Streptococcus (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan pathogen primer
pada impetigo bulosa dan ecthyma.
D. Patofisiologi
Infeksi Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik Streptococcus dimana kita
ketahui bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit akibat kemampuannya
mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi
beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain
berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat
menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin
eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. Bakteri
staphylococus menghasilkan racun yang dapat menyebabkan impetigo menyebar ke area
lainnya. Toxin ini menyerang protein yang membantu mengikat sel-sel kulit. Ketika
protein ini rusak, bakteri akan sangat cepat menyebar. Enzim yang dikeluarkan oleh
Stapylococus akan merusak struktur kulit dan adnya rasa gatal dapat
menyebabkan  terbentuknya lesi pada kulit.
Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, kemudian
berubah menjadi bula atau vesikel. Pada Impetigo contagiosa Awalnya berupa warna
kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm)
yang berukuran 2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan
kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya, sekret seropurulen
kuning kecoklatan yang kemudian mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis.
Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan
sekret, sehingga krusta akan kembali menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan
menyebar di bagian tengah. Kemudian pada Bullous impetigo bula yang timbul secara
tiba tiba pada kulit yang sehat dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit)
merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor),
bervariasi dari miliar sampai lentikular dengan dinding yang tebal, dapat bertahan
selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat menimbulkan krusta yang berwarna coklat,
datar dan tipis.

E. Faktor Predisposisi
Adapun factor predisposisi dari impetigo yaitu :
1. Kontak langsung dengan pasien impetigo
2. Kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo
3. Cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab
4. Kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit seperti gulat
5. Pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopic.

F. Manifestasi Klinik
1. Impetigo Krustosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah, terutama sekitar
lubang hidung dan mulut, karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut.
Tempat lain yang mungkin terkena, yaitu anggota gerak (kecuali telapak tangan dan
kaki), dan badan, tetapi umumnya terbatas, walaupun penyebaran luas dapat
terjadi .Biasanya mengenai anak yang belum sekolah. Gatal dan rasa tidak nyaman
dapat terjadi, tetapi tidak disertai gejala konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe
regional lebih sering disebabkan oleh Streptococcus. Kelainan kulit didahului oleh
makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm.

Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan
meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal
berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu (honey
colour).
Lesi akan melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit disekitarnya. Lesi tersebut
akan bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah
menyebar secara autoinokulasi.
2. Impetigo Bulosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung..
Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi
cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit
sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang
berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan
gambaran “collarette” pada pinggirnya.
Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan
memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan
karena sangat rapuh.
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai
dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat lokal atau
tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang lembab, lipatan
kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di
dekat lesi . Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah,
diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.
G. Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk
menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative. Bisa
dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan antara
Staphylococcus dan Streptococcus .
H. Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopi: keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama (kronik) dan
kulit kering; penebalan pada lipatan kulit terutama pada dewasa (likenifikasi); pada
anak seringkali melibatkan daerah wajah atau tangan bagian dalam.
2. Candidiasis (infeksi jamur candida): papul merah, basah; umumnya di daerah
selaput lender atau daerah lipatan.
3. Dermatitis kontak: gatal pada daerah sensitive yang kontak dengan zat-zat yang
mengiritasi.
4. Diskoid lupus eritematus: lesi datar(plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel
rambut.
5. Ektima: lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan dinding)
dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila
infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis).
6. Herpes simpleks: vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi
lecet tertutupi oleh krusta, biasanya pada bibir dan kulit.
7. Gigitan serangga: Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.
8. Skabies: Papula yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari,
gatal pada malam hari.
9. Varisela: Vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan,
kaki, dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa
tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.
I. Komplikasi
Sebenarnya impetigo tidaklah berbahaya, tapi kadang infeksi ini menyebabkan
komplikasi serius meski jarang terjadi, Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam
2 minggu walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal/ Poststreptococcal
glomerulonephritis (PSGN) pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien
terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotic. Gejala
berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga terdapat urine seperti warna
teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul.
Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang
paru-paru (pneumonia), selulitis (merupakan infeksi serius yang menyerang jaringan di
bawah kulit dan dapat menyebar ke kelenjar getah bening serta memasuki aliran darah,
Jika tak ditangani, cellulitis dapat mengancam jiwa), psoriasis, Staphylococcal scalded
skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening serta Infeksi
methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), kulit parut berubah warna terang
atau gelap.
J. Penatalaksanaan
1. Rendam bagian kulit yang sakit dalam air sabun selama 15-20 menit. Lakukan 2-3
kali sehari untuk melunturkan kerak pada kulit.
2. Gunakan sabun obat seperti Betadin. Anda dapat membelinya di apotek. Gosoklah
kulit sakit yang mengering.
3. Oleskan salep obat seperti polysporin pada kulit yang sakit. Lakukan 2-3 kali sehari
setelah kerak pada kulit hilang. Anda dapat membeli polysporin di apotek.
4. Tutup kulit yang sakit dengan perban yang bersih. Jangan biarkan anak menyentuh
atau menggaruknya.
5. Lakukan beberapa hal berikut ini untuk menghentikan penyebaran impetigo.
a. Cuci tangan Anda dengan sabun setelah menyentuh kulit anak Anda yang sakit
atau pakaian maupun handuknya.
b. Cuci tangan anak Anda sampai bersih. Potong pendek kuku tangan anak Anda.
c. Jaga agar tangan anak Anda tidak menyentuh hidungnya.
d. Simpan pakaian, handuk, dan barang-barang anak Anda terpisah dengan anggota
keluarga yang lain. Cucilah dengan sabun dan air panas.
6. Segera hubungi dokter jika:
a. Menurut Anda anak Anda terjangkit ipetigo.
b. Kulit yang sakit semakin meluas.
c. Kulit yang sakit menjalar ke bagian tubuh yang lain.
d. Anak Anda tampak sakit.
e. Anak Anda mengalami pembengkakan atau sakit pada persendian, termasuk siku
dan lutut.
Ada pun terapi yang dapat diberikan dari segi perawatan yaitu :
1. Terapi nonmedikamentosa
a. Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit,
disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah
b. Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup
daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak
c. Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh
d. Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum
suntik untuk mencegah penyebaran local
e. Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada
impetigo krustosa.
f. Lakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di bawah
2. Terapi medikamentosa
1. Terapi topical
Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya
krusta sedikit dilepaskan baru kemudian diberi salep antibiotik. Pada
pengobatan topikal impetigo bulosa bisa dilakukan dengan pemberian
antiseptik atau salap antibiotik .
K. Pencegahan
Tindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya :
1. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan
pasien, terutama apabila terkena luka
2. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita
3. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan
pada orang lain, setelah digunakan pasien
4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat
mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
5. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek
dan bersih
6. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
7. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang
lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau
pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.
8. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang
terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.
KONSEP DASAR ASKEP

A. Pengkajian
1. Identitas pasien (Mencakup: Nama, Jenis Kelamin, Umur, Suku, Agama, Pekerjaan,
Alamat)
2. Keluhan UtamA
Luka garukan di regio lumbal posterior dekstra
3. Riwayat Penyakit Sekarang.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga.
Ada atau tidak yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
6. Riwayat Alergi.
Kaji apakah ada riwayat alergi makanan atau obat atau jenis alergi lainnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan cedera mekanik (garukan
pada kulit yang gatal)
2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan Daya tahan tubuh menurun.
3. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
4. Gangguan termoregulasi brhubungan dengan proses peradangan

C. Intervensi Keperawatan
Dx.I Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan cedera mekanik (garukan
pada kulit yang gatal)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Selama 2 x 24 jam diharapkan
lapisan kulit klien terlihat normal
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan
alami
d. Perfusi jaringan baik

Intervensi
a. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
R/ Baju yang longgar akan mengurangi gesekan baju pada kulit yang mengalami
lesi
b. Potong kuku dan jaga kebersihan tangan klien
R/ kuku yang pendek akan mengurangi garukan pada impetigo dan menghindari
keparahan terjadinya lesi
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
R/ kulit yang bersih dan kering akan mengurangi penyebaran atau
perkembangbiakan dari bakteri
d. Monitor kulit akan adanya kemerahan
R/ untuk mengetahui perkembangan penyakit dan keefektifan tindakan yang telah
dilakukan
e. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun (antiseptic)
R/ air hangat akan mengurangi ruam dan membunuh bakteri. Sabun anti septic
dapat mengurangi atau membunuh bakteri pada kulit.
f. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic topical pada klien
R/ antibiotic topical dapat memtus atau menghambat dari pertumbuhan bakteri stap
dan kolaborasi dapat mmempercepat proses pemulihan
g. Berikan pengetahuan pada klien agar jangan menggaruk lukanya
R/ pengetahuan pasien pada proses pengobatan dapat mempercepat keberhasilan
proses keperawatan
h. Jelaskan pembatasan diet. Contoh untuk menghindari alergi kulit terhadap makanan
R/ Proritus dapat menyebabkan kerusakan kulit
Dx.2 Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan Daya tahan tubuh menurun
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
tidak terjadi resiko infeksi
Kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Menunjukkan perilaku hidup sehat
d. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan

intervensi:

1. Monitor tanda dan gejala infeksi


2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah meninggalkan pasien
5. Pertahankan lingkngan aseptic selama pengobatan berlangsung
6. Berikan perawatan kulit pada area epidermis
7. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan dan panas
8. Inspeksi kondisi luka
9. Berikan terapi anibiotik bila perlu

Dx 3 Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses peradangan


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pasien  mempelihatkan tidak adanya tanda- tanda nyeri (0- 10).
Kriteria Hasil :
1. TTV dalam batas normal
2. Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih
3. Klien tampak rileks

Intervensi:

1. Kaji intensitas, lokasi dan faktor yang mempercepat atau meringankan


nyeri
R/: rasa sakit yang hebat menandakan adanya nyeri
2. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
R/: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot
3. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
R/:relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.
4. Atur periode istirahat tanpa terganggu
R/ tindakan ini meningkatka, kesehatan, kesejahteraan dan peningkatan
tingkat energi yang penting untuk mengurangi nyeri
5. Rencanakan aktivitas distraksi bersama pasien seperti membaca,
menonton televise
R/ membantunya memfokuskan pada masalah yang tidak ada
hubungannya dengan nyeri
6. Gunakan teknik panas & dingin sesuai anjuran
R/ untuk meminimalkan atau mengurangi nyeri
7. Berikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri. Pantau adanya
reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat. Sekitar 30 – 40 mnt setelah
pemberian obat, minta pasien untuk menilai kembali nyerinya dengan
skala 1 – 10.
R/ menentukan keefektifan obat.
8. Kolaborasi pemberian analgetik.
R/ membantu mengurangi nyeri
Dx 4 : hipertermi b/d reaksi inflamasi
Tujuan :
Setelah melakukan tindakan perawatan klien dapat mengurangi fakor –
factor penghambat tidur, klien dapat tidur dengan nyenyak
Intervensi Keperawatan :
1. Diskusi pola dan kebutuhan tidur
R/ Gangguan pola tidur mengakibatkan gangguan kognitif
2. Anjurkan klien untuk mandi air hangat sebelum tidur.
R/ Air hangat meningkatkan sirkulasi pada sendi yang mengalami
inflamasi dan merilekskan otot.
3. Anjurkan keseimbangan aktivitas dan istirahat
R/ Latihan fisik regular juga tampak membantu dalam mengontrol
gejala fibrositas
4. Anjurkan posisi sendi yang tepat
R/ Posisi tepat dapat membantu mencegah nyeri selama tidur dan
terjaga
5. Tetapkan siklus tidur dimana pasien tidur di malam hari dan
terbangun di siang hari dengan sedikit periode istirahat sesuai
kebutuhan
R/  Istirahat adekuat dan tidur dapat meningkatkan status emosional.
6. Restorasi pola umum adalah priotitas pada pemakaian stimulan yang
kurang tidur
R/  Peningkatan stimulus eksternal dan meningkatkan relaksasi
diprioritaskan pada waktu tidur, mendorong di lakukannya rutinitas
sebelum tidur
 
7. Pasien mungkin perlu ditenangkan untuk dapat tetap beristirahat.
Sediakan kesempatan untuk menghirup udara segar, latihan ringan,
minuman tanpa kafein, lingkungan yang dapat ditoleransi pasien
R/  Meningkatkan rasa ngantuk / keinginan untuk tidur
8. Kolaborasi berikan analgesic sedative saat tidur sesuai indikatornya
9. Kolaborasi berikan cairan IV sesuai yang di anjurkan
R/ tindakan ini menghindari kehilangan air natrium klorida yang
berlebihan

D. Implementasi
Sesuai dengan intervensi
E. Evaluasi
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Impetigo adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Stafilokokus aureus, Streptokokus
grup A, atau kombinasi keduanya. Ada 2 jenis impetigo yaitu impetigo bulosa dan
impetigo non-bulosa.Pengobatan impetigo adalah dengan antibiotik (dapat berupa salep
atau antibiotik oral).Menjaga kebersihan tubuh merupakan cara terbaik untuk mencegah
terjadinya impetigo pada anak.
Dalam asuhan keperawatan, pengkajian yang diberikan pada klien dengan gangguan
impetigo lebih difokuskan pada gejala integumen dengan manifestasi yang muncul
berupa lesi, eritem, adanya sekret dan krusta tebal berwarna kekuningan.dengan
masalah keperawatan yang muncul berupa Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan lesi dan cedera mekanik (garukan pada kulit yang gatal) Resiko penyebaran
infeksi berhubungan dengan Daya tahan tubuh menurun, dengan adanya masalah
masalah keperawatan diatas, perawat mampu merencanakan dan memberikan tindakan
mandiri keperawatan secara optimal. Sehingga masalah masalah keperawatan teratasi
dengan hasil yang memuaskan.
B. Saran
1. Diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan diatas, dan
dapat mengaplikasikannya dalam lingkungan masyarakat sehingga dapat mencegah
terjadinya impetigo.
2. Diharpakan agar terus menambah wawasan khususnya dalam bidang keperawatan
3. Diharapakan dapat memberikan masukan, baik dalam proses penyusunan maupun
dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan makalah
kedepanya.
4. klien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas
5. Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan bekurangnya kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai