Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

NYERI MUSKULOSKELETAL

Pembimbing:

dr. Risma Karlina Prabawati, Sp.S

Oleh :

Juliatika

201820401011120

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

i
LEMBAR

PENGESAHAN

REFERAT

NYERI

MUSKULOSKELETAL

Referat dengan judul Nyeri Muskuloskeletal telah diperiksa dan disetujui sebagai

salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di

Stase Elektif.

Malang, 28 November 2019

Pembimbing

dr. Risma Karlina Prabawati, Sp.S

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, penulis telah menyelesaikan penulisan responsi dengan judul Nyeri

Muskuloskeletal.

Penulisan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

pada program pendidikan profesi dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh dokter pembimbing

khususnya kepada dr. Risma Karlina Prabawati, Sp.S selaku pembimbing, dan

semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tinjauan pustakaan ini.

Tulisan tinjauan kepustakaan ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan

kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan

kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Wassalamualaikum WR.WB.

Malang, 28 November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

1 BAB 1 ............................................................................................................. 1

2 BAB 2 ............................................................................................................. 1

2.1 Definisi ..................................................................................................... 3

2.2 Etiologi ..................................................................................................... 3

2.3 Patofisiologi.............................................................................................. 4

2.4 Klasifikasi ................................................................................................. 7

2.5 Diagnosis ................................................................................................ 10

2.6 Tatalaksana ............................................................................................. 12

2.7 Kesimpulan .............................................. Error! Bookmark not defined.

3 BAB 3 ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iv
1 BAB 1

PENDAHULUAN

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang

digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman

sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas

(ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien,

intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau

difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif

dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga

berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom (Meliala,

2004).

Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif, sama halnya saat seseorang

mencium bau harum atau busuk, mengecap manis atau asin, yang kesemuanya

merupakan persepsi panca indera dan dirasakan manusia sejak lahir. Walau

demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera, karena stimulus nyeri

merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau yang berpotensi

menyebabkan kerusakan jaringan (Meliala, 2004).

Bagi dokter, nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan. Selain itu

nyeri merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika berobat kedokter.

Banyak institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda vital kelima (fifth vital

sign), dan mengelompokkannya bersama tandatanda klasik seprti: suhu, nadi, dan

tekanan darah. Milton mengatakan “Pain is perfect miserie, the worst / of evil.

1
And excessive, overture / All patience”. Sudah menjadi kewajaran bahwa manusia

sejak awal berupaya sedemikian untuk mengerti tentang nyeri dan mencoba

mengatasinya (Bonica & Loeser, 2001).


2 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan

jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri

adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam

intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien,

intermiten, persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri

adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam

suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output

otonom (Meliala, 2004).

2.2 Etiologi

 Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (aktual atau potensial) organ.

Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat adanya cedera, penyakit atau

pembedahan terhadap salah satu atau beberapa organ.

 Nyeri neuropatik, disebabkan oleh suatu kelainan di sepanjang suatu jalur saraf. Suatu kelainan

akan mengganggu sinyal saraf, yang kemudian akan diartikan secara salah oleh otak. Nyeri

neuropatik bisa menyebabkan suatu sakit dalam atau rasa terbakar dan rasa lainnya (misalnya

hipersensitivitas terhadap sentuhan). Infeksi (misalnya Herpes zoster) bisa menyebabkan

peradangan sehingga terjadi neuralgia post-herpetic. Neuralgia post-herpetik merupakan rasa

terbakar yang menahun.

Berdasarkan penyebabnya:
- Truma (bedah, jebakan saraf, CRPS, amputasi, cedera medula spinalis dll.)

- Infeksi (herpes zoster, HIV, tabes dorsalis, lepra dll.)

- Toksin (obat mis. Kemoterapi, logam berat, zat organik dll.)

- Keganasan (kompresif, infiltratif, paraneoplastik, metaplastik)

- Autoimun (sklerosis multiple).

- Kompresi (stenosis spinalis, CTS, Radikulopati)

- Gangguan metabolic (DM, uremia, porfiria dll.)

- Kelainan vaskular (stroke)

- Genetik

- Lain-lain (ALS, siringomielia dll.)

 Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikologis. Gangguan ini lebih mengarah

pada gangguan psikologis dari pada gangguan organ. Pasien yang menderita memang benar-

benar mengalaminya. Nyeri ini umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenik seperti cemas dan

takut timbul pada pasien.

2.3 Patofisiologi

Rangsang nyeri diterima oleh nosiseptor di kulit dan viscera yang dipicu oleh

rangsangan yang tidak berbahaya dengan intensitas tinggi (peregangan, suhu), serta oleh

lesi jaringan. Sel yang nekrotik akan melepaskan K+ dan protein intrasel. Peningkatan

konsentrasi K+ ekstrasel akan mendepolarisasi nosiseptor, sedangkan protein pada keadaan

tertentu, organisme yang menginfiltrasi dapat mengakibatkan inflamasi. Akibatnya,

mediator penyebab nyeri akan dilepaskan. Leukotrien, prostatglandin E2, dan histamine

akan mensensitisasi nosiseptor sehingga rangsangan, baik yang kurang berbahaya maupun

yang berada di bawah ambang bahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau

allodinia).
Lesi jaringan juga mengaktifkan pembekuan darah sehingga melepaskan bradikinin

dan serotonin. Jika terdapat penyumbatan pembuluh darah, akan terjadi iskemia dan

penimbunan K+ dan H+ ekstrasel yang akan semakin mengaktifkan nosiseptor yang telah

tersensitasi. Mediator histamin, bradikinin, dan prostatglandin E2 memiliki efek vasodilator

dan meningkatkan permeabilitas vaskular. Hal ini menyebabkan edema local, peningkatan

tekanan jaringan, dan perangsangan nosiseptor. Perangsangan nosiseptor melepaskan

substansi peptide P (SP) dan peptide yang berhubungan dengan gen kalsitonin (CGRP),

yang meningkatkan respon inflamasi dan menyebabkan vasodilatasi serta meningkatkan

permeabilitas vaskular.

Vasokonstriksi (karena serotonin), yang diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga

berperan dalam serangan migren (sakit kepala hebat yang berulang, sering kali unilateral

dan berhubungan dengan disfungsi neurologis, paling tidak sebagian disebabkan oleh

gangguan vasomotor serebral (gambar 2).


3 Gambar 2. Patofisilogi Nyeri Perifer (Silbernagl , 2000)

Neuroregulator Nyeri

Neuroregulator atau substansi yang berperan dalam transmisi stimulus saraf

dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu neurotransmitter dan neuromodulator.

Neurotransmitter mengirimkan impuls-impuls elektrik melewati rongga sinaps antara

dua serabut saraf, dan dapat bersifat menghambat atau dapat mengeksitasi. Sedangkan

neuromodulator dipercaya bekerja secara tidak langsung dengan meningkatkan atau

menurunkan efek partokular neurotransmitter.

Beberapa neuroregulator yang berperan dalam penghantaran impuls nyeri antara

lain adalah:

1. Neurotransmiter

a. Substansi P (Peptida)
- Ditemukan pada neuron nyeri di kornu dorsalis (peptide eksitator) berfungsi

untuk menstranmisi impuls nyeri dai perifer ke otak dan dapat menyebabkan

vasodilatasi dan edema.

b. Serotonin

- Dilepaskan oleh batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat transmisi

nyeri.

c. Prostaglandin

- Dibangkitkan dari pemecahan pospolipid di membrane sel, dipercaya dapat

meningkatkan sensitivitas terhadap sel.

2. Neuromodulator

a. Endorfin (morfin endogen)

Merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh dan diaktivasi oleh

daya stress dan nyeri. Terdapat pada otak, spinal, dan traktus gastrointestinal. Berfungsi

memberi efek analgesik

b. Bradikinin

Dilepaskan dari plasma dan pecah disekitar pembuluh darah pada daerah yang

mengalami cedera. Bekerja pada reseptor saraf perifer, menyebabkan peningkatan

stimulus nyeri yang bekerja pada sel, menyebabkan reaksi berantai sehingga terjadi

pelepasan prostaglandin.

3.1 Klasifikasi

 Klasifikasi Nyeri

Berdasarkan waktu kejadianya maka nyeri dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Nyeri akut

2. Nyeri kronik

Perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada tabel 1.


 Tabel 1. Karasteristik Nyeri Akut dan Kronis

Karasteristik Nyeri akut Nyeri kronis

Tujuan Memperingatkan Tidak ada

adanya cedera atau

masalah

Awitan Mendadak Terus- menerus

atau intermiten

Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat

Durasi Durasi singkat (dari Durasi lama (enam

beberapa detik bulan atau lebih)

hingga enam bulan)

Respon otonom Konsisten dengan Tidak ada respon

respon simpatis : otonom

 Frekuensi jantung

meningkat

 Volume sekuncup

meningkat

 Tekanan darah

meningkat

 Dilatasi pupil

 Tegangan otot

meningkat

 Penurunan

motilitas GIT
 Mulut kering

Komponen Anxiety  Depresi

psikologis  Mudah marah

 Menarik diri,

isolasi

Respon lainnya -  Tidur terganggu

 Libido menurun

 Nafsu makan

menurun

Pada praktek klinis sehari-hari kita mengenal beberapa macam nyeri :

Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (aktual atau

potensial) organ. Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat adanya

cedera, penyakit atau pembedahan terhadap salah satu atau beberapa organ.

Nyeri neuropatik, disebabkan oleh suatu kelainan di sepanjang suatu jalur saraf. suatu

kelainan akan mengganggu sinyal saraf, yang kemudian akan diartikan secara salah

oleh otak. Nyeri neuropatik bisa menyebabkan suatu sakit dalam atau rasa terbakar dan

rasa lainnya (misalnya hipersensitivitas terhadap sentuhan). infeksi (misalnya Herpes

zoster) bisa menyebabkan peradangan sehingga terjadi neuralgia post-herpetic.

neuralgia post-herpetik merupakan rasa terbakar yang menahun.


Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikologis. Gangguan ini lebih

mengarah pada gangguan psikologis dari pada gangguan organ. Pasien yang menderita

memang benar-benar mengalaminya. Nyeri ini umumnya terjadi ketika efek-efek

psikogenik seperti cemas dan takut timbul pada pasien.

3.2 Diagnosis

4 Diagnosis Nyeri Neuropati

Diagnosis nyeri neuropati meliputi :

5 Anamnesis.

Hal-hal yang perlu dilakukan :

1. Menentukan jenis nyeri :nyeri neuropati atau bukan ? ini dapat diketahui dengan

melihat symptom/kualitas nyeri dan mekanisme timbulnya (infeksi, kelainan

metabolik, kompresi, iskemia dll.)

2. Asesmen

i. Apakah nyeri timbula spontan atau dicetuskan

ii. Sifat nyeri : menusuk, panas, hiperalgesia, alodinia ?

iii. Perjalanan penyakit (awal, hilang timbul atau tidak, paroksismal)

iv. Adakah faktor yang memperberat dan memperingan nyeri ?

v. Intensitas nyeri (dengan menggunakan skala Numeric pain intensity scale

(NPIS), Visual analog scale (VAS), Faces pain rating scale (FPRS).

vi. Rasa nyeri seperti tersengat listrik.

6 Pemeriksaan Fisik Umum

 Keadaan umum

 Tanda vital

 Ada tidaknya kelainan sistemik


 Ekspresi wajah.

7 Pemeriksaan Fisik Neurologik

 Pemeriksaan saraf kranialis

 Pemeriksaan motorik (kekuatan , postur, cara berjalan, range of movement

(ROM).

 Pemeriksaan sensorik : defisit sensorik disamping nyeri,suhu, getar, posisi dan

raba

 Fungsi otonom : keringat, vasomotor

Status lokalis perlu juga diperiksa untuk menetukan ada tidaknya luka, massa, nyeri

tekan dan nyeri gerak.


8 Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan untuk menentukan alodinia dan hiperalgesia

9 Pemeriksaan Penunjang

Tidak rutin dilakukan tergantung kasus yang dihadapi. Peperiksaan

penunjang yang umumnya diperlukan adalah :

 Radiologi : foto polos, Ct scan, MRI, Sken tulang

 Neurofisiologik : EMG, NCV, evoked potensials, EEG

Laboratorium :darah, petanda tumor (tumor marker)

9.1 Tatalaksana

1. Latihan Fisik

Terapi dengan latihan fisik menunjukkan perbaikan yang signifikan

pada keluhan nyeri, fungsi dan kualitas hidup untuk nyeri bahu, lutut,

punggung dan nyeri di beberapa tempat sekaligus. Bentuk latihan fisik

bisa disesuaikan dengan keluhan dan bisa mengadopsi kegiatan yang biasa

dilakukan sehari-hari sebagai bentuk latihan fisik.

2. Terapi Farmakologis

a. Oral dan Topikal

Penggunaan obat analgesik dari golongan NSAID dan opioid

secara umum efektif dalam mengatasi rasa nyeri, tapi dalam beberapa

penelitian efek ini hanya bertahan dalam jangka pendek. NSAID

topikal efektif untuk pengobatan pada pasien dengan eksaserbasi

jangka pendek atau serangan akut nyeri lokal, seperti strain, sprain atau

sports injuries. Aplikasi gel topikal ketoprofen, ibuprofen, diklofenak


dan piroxicam 2-3 kali sehari terbukti efektif mengurangi nyeri dengan

efek samping yang sebanding dengan plasebo (Schug dan Ahmad,

2017).

Pasien usia lanjut dengan nyeri muskuloskeletal kronis, terapi

opioid hanya direkomendasikan dengan sangat hati-hati dan ketika

semua alternatif yang lebih aman terbukti tidak efektif dan tidak cocok

(Schug dan Ahmad, 2017). Pemakaian obat-obat ini harus dipikirkan

kembali untuk kemungkinan efek sampingnya berupa perdarahan

gastrointestinal dan opioid-induced hyperalgesia.

b. Injeksi

Injeksi kortikosteroid diketahui efektif untuk mengurangi nyeri lutut

sedang sampai berat secara jangka pendek. Sementara pada beberapa

penelitian injeksi ini tidak menunjukkan hasil yang efektif pada nyeri
leher atau tulang belakang. Secara umum, untuk jangka panjang terapi

farmakologis dengan injeksi ini tidak lebih efektif dibandingkan

dengan terapi non-farmakologi seperti latihan fisik.

c. Alat Bantu

Alat – alat bantu yang biasa digunakan adalah korset penyangga tulang

belakang, cervical collars, orthotic, dan lainnya.

d. Terapi lainnya

Terapi lainnya meliputi akupuntur, ultrasound, TENS, laser, dan

penggunaan panas atau dingin superfisial.

e. Intervensi Psikososial

Penting bagi pasien untuk mendapatkan support dari lingkungannya

untuk bisa mengurangi rasa nyerinya. Pasien juga perlu untuk

meyakinkan dirinya untuk bisa menghadapi rasa nyerinya dengan baik.

(Babatunde et.al., 2017).


10 BAB 3

KESIMPULAN

Nyeri muskuloskeletal disebabkan oleh kondisi tulang, otot, hubungan antara

tulang dan otot (tendon, ligamen, dan jaringan penghubung), dan sendi.

Konsekuensi dari rasa nyeri meliputi kehilangan keleluasaan mobilitas, oleh

karena itu nyeri muskuloskeletal menjadi penyebab umum terjadinya disabilitas.

Nyeri didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan yang

disampaikan ke otak oleh neuron sensorik. Ketidaknyamanan menandakan cedera

aktual atau potensial bagi tubuh. Namun, rasa sakit lebih dari sensasi atau

kesadaran fisik rasa sakit; itu juga termasuk persepsi, interpretasi subjektif dari

ketidaknyamanan.

Secara khusus patofisiologi dari nyeri muskuloskeletal tidak sepenuhnya

jelas, tetapi diduga melibatkan inflamasi, fibrosis, degradasi jaringan,

neurotransmitter dan gangguan neurosensori.

Penting untuk dilakukan penilaian klinis menyeluruh dan investigasi

mengenai penyakit yang mendasari melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang.

Tatalaksana biasanya dilakukan secara multimodal, tidak berdiri sendiri. Meliputi

non farmakologis seperti latihan fisik, akupuntur, ultrasound, TENS, dan

farmakologis dengan topikal dan oral NSAID dan opioid. Injeksi

direkomendasikan hanya pada kasus tertentu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bonica, J.J., Loeser, J.D., 2001. History of Pain Concepts and Therapies, In:

Loeser J.D., et al (eds)

Meliala, L. 2004. Nyeri Keluhan yang Terabaikan: Konsep Dahulu, Sekarang, dan

yang Akan Datang. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Babatunde, Opeyemi O., Joanne L. J., Daniella A. V., Jonathan C. H., Nadine E.

F, dan Joanne P., 2017, Effective Treatment Options For Musculoskeletal

Pain In Primary Care: A Systematic Overview Of Current Evidence,

PLOS ONE 12(6).

Bukhori, E. (2010) ‘Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan Dengan Terjadinya

Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) Pada Tukang Angkat Beban

Pnambang Emas Di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Tahun’, pp.

1–93.

Schug, S.A., dan Ahmad Afifi M.A., 2017, Acute and Chronic Musculoskeletal

Pain Pharmacological Management, Medicine Today, Vol. 18, Number 1.

pp. 14-20.

Hardianto; Trisnawati, E. and Rossa, I. (2015) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Keluhan MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) Pada

Karyawan Bank X’, Jumantik, 2(2). doi:

http://dx.doi.org/10.29406/jjum.v2i2.328.

16

Anda mungkin juga menyukai