Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MANAJEMEN NYERI

Disusun Oleh:
Frengky nabuasa

Dosen Pengampu:
Martalina Limbong, SKp., MKep.

AKADEMI KEPERAWATAN SURYA NUSANTARA


PEMATANGSIANTAR TAHUN AJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
kasih karunia- Nya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan. Makalah
dengan judul “MANAJEMEN NYERI” dibuat dalam rangka memenuhi tugas
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 Lanjutan. Terima kasih kami
ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan
makalah ini baik secara moril maupun materil. Terimakasih saya ucapkan juga
kepada dosen mata kuliah keperawatan medikal bedal lanjutan 1 yaitu
Martalina Limbong, SKp., M.Kep. Yang telah memberi saya kesempatan
membuat makalah ini sebagai model pembelajaran penambahan pengetahuan.

Besar harapan saya makalah ini dapat memberi kontribusi dalam


pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat
bagi pembaca dan masyarakat luas nantinya. Sebagai penyusun, saya
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan akhir kata
saya ucapkan terima kasih.

Pematangsiantar, 12 desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3
A. Defenisi................................................................................................3
B. Etiologi Nyeri......................................................................................4
C. Patofisiologi Nyeri...............................................................................4
D. Klasifikasi Nyeri..................................................................................6
E. Mekanisme Neurofisiologik Nyeri......................................................8
F. Faktor Yang Meningkatkan atau Menurunkan Sensivitas Nyeri.........8
G. Asuhan Keperawatan Nyeri Kronis.....................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................12
B. Saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius,
protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius, epikritik) misalnya:
sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan.

Nyeri adalah hasil kerusakan struktural, bukan saja tanggapansensorik


dari suatu proses nosisepsi, tetapi juga merupakan tanggapan emosional
(psikologik) yang didasari atas pengalaman termasuk pengalaman nyeri
sebelumnya. Persepsi nyeri menjadi sangat subjektif tergantung kondisi emosi
dan pengalaman emosional sebelumnya.

Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan fenomena yang seringkali


dijumpai pada setiap pekerjaanInsidens dan beratnya gangguan NPB lebih
sering ditemukan pada pekerja wanita. Tujuan penelitian iniadalah untuk
mengidentifikasi duduk statis sebagai faktor risiko terjadinya risiko NPB.
Penelitian inimenggunakan rancangan kasus-kontrol tidak berpadanan yang
dilakukan pada bulan Februari-Maret 2003pada pekerja perempuan kaset-
video di Pabrik X dengan total sampel sebanyak 298 subyek (82 kasus dan216
kontrol).

Kasus adalah pekerja perempuan yang pernah NPB atau sedang


menderita NPB akibat kerjadalam kurun waktu tiga bulan terakhir, nyeri
bersifat intermitten, dengan nyeri tekan pada regio paralumbalatau glutea dan
tes Lasque negatif. Ditemukan bahwa pekerja yang duduk statis 91-300 menit

1
mempunyairisiko timbulnya NPB 2,35 kali lebih besar bila dibandingkan
dengan pekerja yang duduk statis 5-90 menit{Rasio Odds suaian (RO)=2,35;
95% Interval Keyakinan (IK)=1,35-4,11}. Indeks massa tubuh kurus
jugaterbukti merupakan faktor risiko timbulnya NPB (OR=2,2; IK 95%=1,20-
4,00). Faktor umur, paritas,olahraga, pekerjaan, relaksasi, dan sikap duduk
tidak terbukti berkaitan dengan NPB.Kata kunci : Nyeri punggung bawah,
duduk statis, pekerja perempuan

B. RUMUSAN MASALAHAN
1. Apa defenisi nyeri?
2. Apa saja klasifikasi nyeri?
3. Apa etiologi nyeri?
4. Bagaimana patofisiologi nyeri?
5. Bagaimana Mekanisme Neurofisiologik Nyeri?
6. Apa saja Faktor Yang Meningkatkan Atau Menurunkan Sensivitas Nyeri?
7. Bagaimana Asuahan Keperawatan Nyeri Kronis?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui apa defenisi nyeri.
2. Mengetahui apa saja klasifikasi nyeri.
3. Mengetahui apa etiologi nyeri.
4. Mengidentifikasi bagaimana patofisiologi nyeri
5. Mekanisme Neurofisiologik Nyeri
6. Faktor Yang Meningkatkan Atau Menurunkan Sensivitas Nyeri
7. Mengetahui bagaimana asuahan keperawatan nyeri kronis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan
dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit
manapun.

Nyeri adalah merupakan sensasi tidak enak dan merupakan tanda


penting terhadap adanya gangguan fisiologis (Smeltzer, S. C.& Bare, B. G.
2002).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial
(Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau
potensial menyebabkan kerusakan jaringan (Perry & Potter, 2005).

Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanisfestasikan


sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman
dan fantasi luka(Carpenito, 2007).

Menurut Herdman, T. Heather (2012), Nyeri didefinisikan sebagai


suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya.

3
B. Etiologi Nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab
yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik
misalnya, penyebab adalah trauma (mekanik, thermal, kimiawi maupun
elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain.
1. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka.
2. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas atau dingin.
3. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.Trauma
elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri
4. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau
metastase.
5. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptorakibat ada nya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan
dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri.
6. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan
bukan karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan
pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula psychogenic
pain.

C. Patofisiologi Nyeri
Reseptor untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor ini peka
terhadap rangsang mekanis, suhu, listrik atau kimiawi yang menyebabkan

4
terlepasnya bahan kimia ion hidrogen, ion kalium, ion polipeptida, histamin
dan prostaglandinuntuk kemudian dapat bekerja merangsang nosiseptor.
Distribusi nosiseptor bervariasi di seluruh tubuh, dengan jumlah terbesar
terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot rangka dan
sendi.

Impuls rasa nyeri yang berasal dari nosiseptor akan disalurkan ke


susunan saraf pusat afferent melalui dua serat syaraf, yaitu: Tipe syaraf
bermyelin (A-Delta fiber) atau dikenal dengan jalur nyeri cepat dan tipe syaraf
tak bermyelin (C fiber) atau dikenal dengan jalur nyeri lambat. Kemudian
akan timbul emosi serta perasaan yang tidak menyenangkan sehingga timbul
rasa nyeri dan reaksi menghindar.11,12Persepsi nyeri dalam tubuh diatur oleh
substansi yang dinamakan neuroregulator.

Neuroregulator ini mempunyai aksi rangsang dan aksi hambat.


Substansi P adalah salah satu contoh neurotansmiter dengan aksi merangsang.
Ini mengakibatkan pembentukan aksi potensial, yang menyebabkan hantaran
impuls dan mengakibatkan pasien merasakan nyeri. Serotonin adalah salah
satu contoh neurotransmiter dengan aksi menghambat. Serotonin mengurangi
efek dari impuls nyeri.

Substansi kimia lainnya mempunyai efek inhibitor terhadap transmisi


nyeri adalah endorfin dan enkafelin. Substansi ini bersifat seperti morfin yang
diproduksi oleh tubuh. Endorfin dan enkafelin ditemukan dalam konsentrasi
yang tinggi dalam sistem syaraf pusat. Kadar endorfin dan enkafelin setiap
individu berbeda. Kadar endorfin ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
ansietas.

Hal ini akan berpengaruh juga terhadap perasaan nyeri seseorang.


Walaupun stimulusnya sama, setiap orang akan merasakan nyeri yang

5
berbeda. Individu yang mempunyai kadar endorfin yang banyak akan
merasakan nyeri yang lebih ringan daripada mereka yang mempunyai kadar
endorfin yang sedikit. 13Antara suatu stimulus noksius sampai dirasakannya
sebagai persepsinyeri terdapat 4 rangkaian elektrofisiologik. Seluruh
rangkaian tersebut disebut peristiwa nosisepsi yang dimulai dengan:
1. Proses Tranduksi Suatu stimuli kuat dirubah menjadi suatu aktifitas
listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (reseptor meisner, merkel,
corpusculum paccini, golgi mazoni).
2. Proses Transmisi Penyaluran impuls melalui saraf sensoris sebagai
lanjutan proses transduksi melalui serabut saraf A-delta dan serabut C dari
perifer ke medullaspinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi
sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus spinothalamikus yang
selanjutnya disalurkan ke daerah somatosensoris di korteks serebri dimana
isyarat tersebut diterjemahkan.
3. Proses modulasiAdalah proses terjadinya interaksi antara sistem
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang
masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan proses asenden yang
dikontrol oleh otak.
4. Proses Persepsi Adalahhasil akhir proses interaksikompleks dari
proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang diterjemahkan oleh daerah
somato sensorik kortes serebri menghasilkan suatu perasaan subyektif sebagai
persepsi nyeri.

D. Klasifikasi Nyeri

Menurut Smeltzer (2001), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Nyeri akut 

6
Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau
cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini
benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa
yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi
dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan
dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam
bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut
dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
enam bulan.

7
2. Nyeri kronik 

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap


sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan
yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting
bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya
menjadi masalah dengan sendirinya.

Berdasarkan proses terjadinya, nyeri dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu:

3. Nyeri nosiseptif

Nyeri nosiseptif terjadi bila ada kerusakan atau cedera pada jaringan tubuh Anda.
Cedera yang menyebabkan nyeri nosiseptif meliputi memar, luka bakar, patah
tulang, dan nyeri yang disebabkan oleh keseleo.

4. Nyeri psikogenik.

Nyeri psikogenik yakni nyeri yang dipengaruhi oleh faktor psikologis. Beberapa
jenis gangguan mental atau emosional dapat menyebabkan, memperberat, atau
memperpanjang rasa nyeri jenis ini.

5. Nyeri neuropatik.

Sedangkan nyeri neuropatik timbul karena adanya kelainan pada saraf. Seseorang
yang mengalami nyeri jenis ini akan merasakan sensasi perih di sepanjang
jalur saraf yang terkena atau merasakan kebas atau mati rasa.

8
E. Mekanisme Neurofisiologik Nyeri

Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah


stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai sistem noniseptik. Sensivitas dari komponen
sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara
individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Lebih jauh lagi, suatu
stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada waktu
lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis kronis dan nyeri pascaoperatif sering
terasa lebih parah pada malam hari (Smeltzer, 2002).

Salah satu neuromodulator nyeri adalah endorfin (morfin endogen),


merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh yang terdapat
pada otak, spinal dan traktus gastrointestinal yang memberi efek analgesik,
pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis
antara nyeri perifer dan neuron yang menuju ke otak tempat seharusnya untuk
substansi nyeri, pada saat tersebut endorfin akan memblokir lepasnya
substansi nyeri tersebut (Tamsuri, 2007).

F. Faktor Yang Meningkatkan Atau Menurunkan Sensivitas Nyeri

Menurut Smeltzer, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah :

1. Pengalaman masa lalu 

Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan


nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding

9
dengan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang,
bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman
individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap
peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.

2. Ansietas 

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali


meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu
perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan
ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Paice (1991) melaporkan
suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini
mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat
memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau
menghilangkan nyeri.

3. Budaya 

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu


mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi
terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri
diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi
makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan
yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).

G. Asuhan Keperawatan Nyeri Kronis


 Pengkajian
Pengumpulan Data
1) Keluhan utama  

10
Keluhan yang paling dirasakan klien Klien mengatakan nyeri
P : Paliatif : Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
Q : Qualitatif : Seperti apa, tajam, tumpul, atau tersayat
R : Regio : Daerah perjalan nyeri  
S : Severe : Keparahan atau intensitas nyeri
T : Time : Lama waktu serangan atau frequensi nyeri
2) Riwayak penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit masa lalu
4) Riwayat penyalit keluarga
5) psikologis
 Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernafasan
Perilaku : Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi dan Expresi wajah.

Diagnosa Rencana
Keperawatan/ keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan ❖ Pain Level, ▪ Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan: ❖ pain control, komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri (biologi, ❖ comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
kimia, fisik, Setelah dilakukan dan faktor presipitasi
psikologis), tinfakan ▪ Observasi reaksi nonverbal dari
kerusakan jaringan keperawatan ketidaknyamanan
selama …. Pasien ▪ Bantu pasien dan keluarga untuk
DS: tidak mengalami mencari dan menemukan dukungan
- Laporan secara verbal nyeri, dengan ▪ Kontrol lingkungan yang dapat

11
DO: kriteria hasil: mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Posisi untuk menahan ●Mampu mengontrol ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri nyeri (tahu penyebab ▪ Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu ▪ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik menentukan intervensi
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk ▪ Ajarkan tentang teknik non
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, farmakologi: napas dala, relaksasi,
menyeringai) mencari bantuan) distraksi, kompres hangat/ dingin
- Terfokus pada diri sendiri ●Melaporkan bahwa ▪ Berikan analgetik untuk mengurangi
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan nyeri: ……...
(penurunan persepsi menggunakan ▪ Tingkatkan istirahat
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri ▪ Berikan informasi tentang nyeri seperti
berpikir, penurunan ●Mampu mengenali nyeri penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
interaksi dengan orang (skala, intensitas, berkurang dan antisipasi
dan lingkungan) frekuensi dan tanda ketidaknyamanan dari prosedur
- Tingkah laku distraksi, nyeri) ▪ Monitor vital sign sebelum dan sesudah
contoh : jalan-jalan, ●Menyatakan rasa pemberian analgesik pertama kali
menemui orang lain nyaman setelah nyeri
dan/atau aktivitas, berkurang
aktivitas berulang-ulang) ●Tanda vital dalam
- Respon autonom (seperti rentang normal
diaphoresis, perubahan ●Tidak mengalami
tekanan darah, perubahan gangguan tidur
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif

12
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

 Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
merespon rangsangan nyeri diantaranya :
 Hilangnya perasaan nyeri
 Menurunnya intensitas nyeri
 Adanya respon fisiologis yang baik
 Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory, emosional,
kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul
pada pasien yang sedang mengalami nyeri. (The IASP, dalam Parrot,2002).
Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin
ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau
pain relief. Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan
rasa nyaman bagi pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi
dan non farmakologi.

B.SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman
dan pengetahuan kita tentang Manajemen nyeri. Saya selaku penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi, Terima Kasih

14
DAFTAR PUSTAKA

Samara, Diana, Bastaman Basuki, and Jofizal Jannis. "Duduk statis sebagai faktor
risiko terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja perempuan." Universa
Medicina 24.2 (2005): 73-79.
Samara, D., Basuki, B., & Jannis, J. (2005). Duduk statis sebagai faktor risiko
terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja perempuan. Universa
Medicina, 24(2), 73-79.
SAMARA, Diana; BASUKI, Bastaman; JANNIS, Jofizal. Duduk statis sebagai
faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja perempuan.
Universa Medicina, 2005, 24.2: 73-79.

Yudiyanta, Novita Khoirunnisa, and Ratih Wahyu Novitasari. "Assessment


nyeri." Jurnal CDK 226 (2015).
Yudiyanta, N. K., & Novitasari, R. W. (2015). Assessment nyeri. Jurnal CDK,
226.
YUDIYANTA, Novita Khoirunnisa; NOVITASARI, Ratih Wahyu. Assessment
nyeri. Jurnal CDK, 2015, 226.

Rachmawati, Imami Nur. "Analisis teori nyeri: Keseimbangan antara analgesik


dan efek samping." Jurnal Keperawatan Indonesia 12.2 (2008): 129-136.
Rachmawati, I. N. (2008). Analisis teori nyeri: Keseimbangan antara analgesik
dan efek samping. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2), 129-136.
RACHMAWATI, Imami Nur. Analisis teori nyeri: Keseimbangan antara
analgesik dan efek samping. Jurnal Keperawatan Indonesia, 2008, 12.2: 129-
136.

iii
Parrot T. 2002. Pain Management In Primary-Care Medical Practice. In: Tollison
CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed.
Philadelpia, PA: Lippincott Williams & Wilkins.

Prasetyo Nian Sigit. (2010).Konsep dan proses Keperawatan Nyeri.Jakarta :


Graha Ilmu

iii

Anda mungkin juga menyukai