Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

NYERI

Disusun Oleh :
1. Ratu Riang Jaga Prj (P17324119042)
2. Resti Fuji Adawiyah (P17324119043)
3. Roudhoh Rusfani Putri H (P17324119045)
4. Salma Mahfudzoh Tiaswara P (P17324119059)
5. Shifa Wilandha Susetyo (P17324119060)
6. Yuska Maudy Auliya (P17324119069)
7. Zeralita Ageng Nur Anisa (P17324119070)

POLTEKKES BANDUNG
KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
dan kuasa-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah berjudul “” dengan lancar
tanpa kendala yang berarti.Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurah
limpah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabat, dan kita
selaku umatnya.
Penulisan makalah mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ini
tidak terlepas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang
terlibat dalam penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dalam
pembuatannya. Sehingga penulis membutuhkan saran dan kritik yang
mengandung untuk memperbaiki makalah ini.

Bandung, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................
A. Pengertian Nyeri........................................................................................
B. Tipe Nyeri .................................................................................................
C. Fisiologis Nyeri .........................................................................................
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ...............................................
E. Metoda/Cara Menilai Tingkat Nyeri .........................................................
F. Manajemen Nyeri Farmakologi dan Non Farmakologi ............................
BAB III PENUTUP .............................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat
seseorang merasa nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari
rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah
suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial,
atau yang di gambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Meliala &
Suryamihaja, 2017).
Menurut Potter & Perry (2006), nyeri merupakan pengalan pribadi
yang diperlihatkan dengan cara berbeda pada setiap individu. Setiap
individu memiliki pengalaman nyeri dengan skala tertentu. Nyeri bersifat
subyektif dan dipersiapkan individu berdasarkan pengalamannya. Nyeri
menjadi alasan paling umum seseorang mencari perawatan kesehatan
karena merasakan terganggu dan menyulitkan mereka. Nyeri secara serius
jika tidak ditangani dapat menyebabkan ketidakmampuan dan imobilisasi
pada individu, sehingga kondisi tersebut akan merusak kemampuan
individu untuk melakukan aktifitas perawatan diri, menyebabkan isolasi
sosial, depresi serta perubahan konsep diri (Potter & Perry, 2006)dengan
menggunakan pengetahuannya dapat mengatasi masalah nyeri baik secara
mandiri maupun kolaboratif dengan pendekatan farmakologi. Pendekatan
farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri
terutama untuk nyeri yang hebat yang berlangsung berjam-jam atau
bahkan berhari-hari. Tetapi farmakologi seperti obat-obatan analgenik atau
pereda nyeri memiliki efek samping seperti depresi, sedasi, mual, muntah,
dan konstipasi.
Perawat
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah intervensi perawatan kepada pasien yang mengalami
nyeri ?
2. Sampai manakah tingkat pengetahuan perawat tentang nyeri ?
3. Bagaimana perawat mengaplikasikan manajemen nyeri?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang nyeri
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan manajemen nyeri
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosan sesuai dengan masalah
nyeri yang ditemukan pada pasien
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nyer
Nyeri adalah pengalaman sensorik danemosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial
atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakantersebut. Nyeri adalah
suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat
berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti
terbakar, tajam), durasi (transien,intermiten,persisten), dan penyebaran
(superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah
suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang
digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan
reflex menghindar dan perubahan output otonom (Meliala,2004).
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif, sama halnya saat
seseorang mencium bau harum atau busuk, mengecap manis atau asin,
yang kesemuanya merupakan persepsi panca indera dan dirasakan manusia
sejak lahir. Walau demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera,
karena stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan
jaringan atau yang berpotensi menyebabkan kerusakan
jaringan(Meliala,200.
Bagi dokter, nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan.
Selain itu nyeri merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika
berobat kedokter. Banyak institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda
vital kelima (fifth vital sign), dan mengelompokkannya bersama tanda-
tanda klasik seprti : suhu, nadi, dan tekanan darah. Milton mengatakan
“Pain is perfect miserie, the worst /of evil. And excessive, overture / All
patience”. Sudah menjadi kewajaran bahwa manusia sejak awal berupaya
sedemikian untuk mengerti tentang nyeri dan mencoba mengatasinya
(Bonica & Loeser, 2001).
B. Tipe Nyeri
Jenis nyeri dapat dinyatakan dalam beberapa hal, seperti:
berdasarkan mekanisme nyeri, berdasarkan kemunculan nyeri dan
berdasarkan klasifikasi nyeri wajah.
1. Berdasarkan Mekanisme Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :
a. Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena
stimulasi singkat yang tidak merusak jaringan,
misalnya pukulan ringan akan menimbulkan
nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri sederhana
adalah terdapatnya korelasi positif antara
kuatnya stimuli dan persepsi nyeri, seperti
semakin kuat stimuli maka semakin berat nyeri
yang dialami
b. Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena
stimuli yang sangat kuat sehingga merusak
jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami
inflamasi dan menyebabkan fungsi berbagai
komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang
mengalami inflamasi mengeluarkan berbagai
mediator inflamasi, seperti: bradikinin,
leukotrin, prostaglandin, purin dan sitokin yang
dapat mengaktivasi atau mensensitisasi
nosiseptor secara langsung maupun tidak
langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan
nyeri, sedangkan sensitisasi nosiseptor
menyebabkan hiperalgesia. Meskipun nyeri
merupakan salah satu gejala utama dari proses
inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak
mengeluhkan nyeri terus menerus. Kebanyakan
pasien mengeluhkan nyeri bila jaringan atau
organ yang berlesi mendapat stimuli, misalnya:
sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau
saat makan, sendi yang sakit semakin hebat bila
digerakkan.
c. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului
dan disebabkan adanya disfungsi primer ataupun
lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma,
kompresi, keracunan toksin atau gangguan
metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan
khususnya pada Serabut Saraf Aferen (SSA)
atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan
normal dipertahankan secara aktif oleh
keseimbangan antara neuron dengan
lingkungannya, sehingga menimbulkan
gangguan keseimbangan. Gangguan
keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan
molekuler sehingga aktivasi SSA (mekanisme
perifer) menjadi abnormal yang selanjutnya
menyebabkan gangguan fungsi sentral
(mekanisme sentral).
2. Berdasarkan Kemunculan Nyeri
Menurut The International Association for the
Study of Pain (IASP), nyeri dapat dibedakan menjadi 2
jenis yaitu :
a. Nyeri akut, nyeri yang biasanya
berhubungan dengan kejadian atau
kondisi yang dapat dideteksi dengan
mudah. Nyeri akut merupakan suatu
gejala biologis yang merespon stimuli
nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena
terjadinya kerusakan jaringan tubuh
akibat penyakit atau trauma. Nyeri ini
biasanya berlangsung sementara,
kemudian akan mereda bila terjadi
penurunan intensitas stimulus pada
nosiseptor dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu.Contoh nyeri akut
ialah nyeri akibat kecelakaan atau nyeri
pasca bedah.
b. Nyeri kronik, nyeri yang dapat
berhubungan ataupun tidak dengan
fenomena patofisiologik yang dapat
diidentifikasi dengan mudah,
berlangsung dalam periode yang lama
dan merupakan proses dari suatu
penyakit. Nyeri kronik berhubungan
dengan kelainan patologis yang telah
berlangsung terus menerus atau menetap
setelah terjadi penyembuhan penyakit
atau trauma dan biasanya tidak
terlokalisir dengan jelas. Nyeri wajah
atipikal adalah salah satu nyeri kronik.
3. Berdasarkan Klasifikasi Nyeri Wajah
Nyeri pada wajah ataupun rongga mulut dapat
diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :
a. Nyeri somatik, nyeri yang dapat
dihasilkan dari stimulasi reseptor-
reseptor neural ataupun saraf-saraf
periferal. Jika stimulasi bermula dari
bagian superfisial tubuh, karakteristik
klinisnya, seperti: nyeri dengan kualitas
menstimulasi, lokalisasi nyeri yang tepat,
adanya hubungan yang akurat antara
tempat lesi dan sumber nyeri serta cara
menghilangkan nyeri yang temporer
dengan aplikasi anestesi topikal. Jika
stimulasi bermula dari bagian dalam
tubuh, karakteristik klinisnya, seperti:
nyeri dengan kualitas mendepresikan,
lokalisasi beragam dari nyeri yang
menyebar, lokasi dari nyeri bisa ataupun
tidak berhubungan dengan tempat lesi,
sering menunjukkan efek-efek sekunder
dari perangsangan pusat.
b. Nyeri neurogenik, nyeri yang dihasilkan
dalam sistem sarafnya sendiri, reseptor
saraf atau ataupun stimulasi serabut yang
tidak diperlukan. Karakteristik klinis dari
nyeri neurogenik, yaitu: nyeri seperti
membakar dengan kualitas
menstimulasikan, lokalisasi baik, adanya
hubungan yang tertutup diantara lokasi
dari nyeri dan lesu, pengantaran nyeri
mungkin dengan gejala-gejala sensorik,
motorik, dan autonomik.
c. Nyeri psikogenik, nyeri yang dapat
memunculkan intensifikasi nyeri somatik
atau neurogenik dan juga merupakan
suatu manifestasi psikoneurotik.
Karakteristik dari nyeri psikogenik,
seperti: lokasi nyeri selalu tidak
mempunyai hubungan dengan suatu
penyebab yang mungkin, tindakan klinis
dan respon pada pengobatan mungkin
non fisiologis, tidak diharapkan dan
tidak biasa. Nyeri wajah Atipikal adalah
salah satu nyeri psikogenik.
C. Fisiologis Nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral,
eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi.
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat
empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen
menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls
nosiseptif.
Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu
serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal
terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar
nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor,
juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang
tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator
inflamasi.
Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju
kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik
menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima
aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis
medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron
spinal.
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula
spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor
opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis.
Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks
frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan
medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses
inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok)
sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi
merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi,
aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah
organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh
yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial
merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis,
reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak
bermiyelin dari syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006).
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel
penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan
orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan
antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.
Anakanak kesulitan untuk memahami nyeri dan
beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat
menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai
kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan
mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri
kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
Usia mempunyai peranan yang pentingdalam
mempersepsikan dan mengekspresikan rasa nyeri. Pasien
dewasa muda memiliki respon yangberbeda terhadap nyeri
dibandingkan pada lansia.Menurut Prawani (2008),orang
tua membutuhkan intensitas lebihtinggi dari rangsangan
nyeridibandingkan orang usia muda.Padapasien dewasa tua
menganggap bahwanyeri merupakan komponen
alamiahyang harus mereka terima dari responpenuaan,
sehingga keluhan seringdiabaikan. Biasanya kondisi nyeri
hebatpada dewasa muda dapat dirasakansebagai keluhan
ringan pada dewasa tua.Penjelasan di atas memberikan
gambaranpada penelitian ini bahwa dapatdisimpulkan
intensitas nyeri terkaitdengan usia didominasi atau lebih
banyakdisebabkan oleh kesalahan persepsi,emosi yang
labil, prasangka, dan sikapdefensif, sehingga individu
menutupisensasi nyeri yang sebenarnya dirasakan.
2. Jenis Kelamin
Menurut Anggriani (2015),
perbedaan jenis kelamin yang menunjukkan bahwawanita
lebih nyeri dari laki-laki ini dapatdipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu laki-laki memiliki sensitifitas yang lebihrendah
dibandingkan wanita atau kurangmerasakan nyeri dan
wanita kurangtoleransi terhadap stimulus nyeri daripada
laki-laki. Saat mengalami nyeripengobatan ditemukan lebih
sedikit padaperempuan, perempuan lebih
sukamengkomunikasikan rasa sakitnya,sedangkan laki-laki
menerima analgesikopioid lebih sering sebagai
pengobatanuntuk nyeri (Lukman, 2011).
3. Tingkat Pendidikan
Dalam kamus besar bahasa Indonesiapendidikan
merupakan proses perubahansikap dan tingkah laku
seseorang dalamusaha mendewasakan diri manusiamelalui
upaya pengajaran dan latihan.Hal tersebut berhubungan
dengan strategikoping yaitu konsekuensi masing-
masingindividu untuk menilai suatu keadaan.Menurut
Notoadmodjo (2010), tingkatpendidikan adalah salah satu
faktor yangmenentukan terhadap terjadinyaperubahan
perilaku, dimana semakintinggi tingkat pendidikan
seseorang inimenyebabkan semakin banyak bahan,materi
dan pengetahuan yang dimilikiuntuk mencapai perubahan
tingkah lakuyang baik.Menurut lukman (2011),responden
yang berpendidikan tinggilebih mampu menggunakan
pemahamanmereka dalam merespon kejadian secaraadaptif
dibandingkan kelopok respondenyang berpendidikan
rendah.
4. Pengalaman
Seringkali individu yang lebih berpengalaman
dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu
tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan
diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit
mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda
sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini
hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui
ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang
tidak adekuat. Cara seseorang berespon terhadap nyeri
adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang
kehidupannya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat
Universitas Sumatera Utara saja menetap dan tidak
terselesaikan, seperti padda nyeri berkepanjangan atau
kronis dan persisten. Efek yang tidak diinginkan yang
diakibatkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan
pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman
masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi
dengan tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit
ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu
mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer & Bare, 2002).
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah cara yangdilakukan
untuk merubah lingkungan,situasi atau menyelesaikan
masalah yangsedang dirasakan atau dihadapinya(Dewi,
2017). Berhasil atau tidaknyastrategi koping yang
digunakan pasiendapat mempengaruhi intensitas nyeriyang
dirasakannya. Setiap individu dalammenghadapi masalah
akan selalu bereaksipositif atau negatif, perbedaan ini
akanmempengaruhi dalam penilaianmekanisme koping
yang digunakanseorang pasien dalam menghadapimasalah
nyeri yang dialaminya (Kemp,2010).
6. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap,tindakan dan
penerimaan keluargaterhadap
anggotanya(McWilliams,Higgins, Dick, & Verrier,
2014).Anggota keluarga memandang bahwaorang yang
bersifat mendukung selalusiap memberikan pertolongan
danbantuan jika diperlukan. Jenis dukunganyang diberikan
keluarga untukmengurangi nyeri pasien itu sendiriadalah
dukungan informasional, dimanakeluarga memberikan
nasehat, saran,dukungan jasmani maupun rohani(Setiadi,
2008).
E. Metoda/Cara Menilai Tingkat Nyeri
F. Manajemen Nyeri Farmakologi dan Non Farmakologi
1. Farmakologi
a. Massage
Merupakan manipulasi yang dilakukan pada
jaringan lunak yang bertujuan untuk mengatasi
masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi.
Pijatan dilakukan dengan penekanan
terhadap jaringan lunak baik secara tersturuktur
ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran,
dilakukan menggunakan bantuan media ataupun
tidak.
Beberapa teknik masasge yang dapat
dilakukan untuk distraksi adalah sebagai berikut:
1) Remasan, usapan otot bahu dan remas secara
bersamaan.
2) Selang-seling tangan. memijat punggung
dengan tekanan pendek, cepat dan
bergantian tangan.
3) Gesekan. Memijat punggung ibu jari,
gerakannya memutar sepanjang tulang
punggung dari sacrum ke bahu.
4) Eflurasi. Memijat punggung dengan kedua
tangan, tekanan lebih halus dengan gerakan
ke atas untuk membantu aliran balik vena.
5) Petriasi. Menekan punggung secara
horizontal. Pindah tangan anda dengan arah
yang berlawanan, menggunakan gerakan
meremas.
6) Tekanan menyikat. Secara halur, tekan
punggung dengan ujung-ujung jari untuk
mengakhiri pijatan.
b. Tens
Transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS) merupakan salah satu teknik analgesik non-
invasif yang sekarang telah digunakan secara luas di
berbagai tempat praktek ahli fisioterapi, perawat
dan bidan. Teknik ini dapat dilakukan di klinik oleh
profesional medis atau dapat dilakukan di rumah
oleh si pasien yang telah membeli peralatan TENS.
Indikasi utama TENS adalah untuk manajemen
nyeri akut dan nyeri kronik non-keganasan. Tetapi,
TENS juga digunakan sebagai terapi paliatif untuk
mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh
penyakit tulang metastase dan neoplasma. Untuk
pengobatan, TENS merupakan elektroterapi yang
paling luas penggunaannya dalam meredakan rasa
nyeri. Metode ini menjadi populer karena tidak
invasif, mudah untuk dilakukan dan memiliki efek
samping yang minimal atau interaksi obat. Karena
tidak ada kemungkinan untuk terjadi overdosis atau
keracunan, pasien dapat melakukan Tens secara
mandiri dan mengatur sendiri dosis yang mereka
perlukan. Efek Tens dapat segera dirasakan, jadi
cara ini efektif untuk mengurangi rasa nyeri dengan
segera.
TENS merupakan salah satu pilihan
analgesia non farmakologi yang mulai dipopulerkan
penggunaannya dalam mengatasi nyeri persalinan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kaplan B dkk
membuktikan keefektifan TENS sebagai analgesia
pada nyeri persalinan. Sekitar 72% nullipara dan
69% multipara dari sampel yang diteliti menyatakan
TENS efektif untuk menghilangkan nyeri selama
persalinan tanpa efek samping pada ibu dan janin.
Disamping itu TENS secara signifikan dapat
mengurangi durasi kala I persalinan pada nullipara
dan multipara dan mengurangi penggunaan obat-
obatan analgesia.
c. Analgesia Epidural
Epidural adalah salah satu bentuk bius
lokal yang digunakan untuk membuat bagian
tertentu pada tubuh Anda mati rasa. Epidural tidak
akan membuat Anda hilang kesadaran sepenuhnya,
karena fungsinya hanya untuk menawar rasa sakit
(analgesia). Ketika Anda diberikan epidural,
impuls-impuls saraf sensoris tulang belakang Anda
akan dihentikan. Saraf sensoris bertugas untuk
mengirimkan berbagai sinyal pada otak, seperti rasa
sakit atau panas. Akibatnya, sensasi atau rasa sakit
yang seharusnya Anda rasakan pada bagian bawah
torso Anda, lebih tepatnya di rahim, leher rahim,
dan bagian atas vagina akan berkurang. Namun,
saraf motoris Anda masih akan bekerja dengan baik
sehingga otak masih bisa mengirimkan perintah
bagi panggul dan bagian-bagian tubuh lainnya untuk
berkontraksi dan bekerja sesuai kebutuhan.
Ada dua tipe epidural yang biasanya
ditawarkan bagi ibu bersalin di rumah sakit atau
pusat layanan kesehatan.
Yang pertama adalah epidural biasa. Jenis
epidural biasa ini diberikan dengan cara disuntikkan
pada bagian punggung ibu bersalin melalui otot
punggung, hingga analgesia tersebut mencapai
rongga epidural. Epidural biasa mengandung obat-
obatan yang akan memperkuat kerja bius, seperti
fentanil atau morfin. Bila efek epidural ini mulai
berkurang dalam waktu satu sampai dua jam, ibu
bersalin akan mendapatkan suntikan berikutnya.
Jenis epidural yang kedua adalah kombinasi
spinal epidural. Pada kombinasi spinal epidural,
biasanya obat-obatan bius diinjeksi pada membran
yang melapisi tulang belakang hingga mencapai
rongga epidural. Kemudian, selang atau kateter akan
dipasang pada jalur tersebut sehingga lebih mudah
untuk diinjeksi lagi jika ibu bersalin
membutuhkannya. Ibu bersalin juga tetap bisa
bergerak dengan bebas setelah kateter dipasang
sehingga tidak akan mengganggu proses persalinan.
Kombinasi spinal epidural biasanya akan mulai
kehilangan efeknya setelah empat sampai delapan
jam.
d. Analgesia Inhalasi
Anestetik inhalasi bisa berupa gas atau
cairan volatil (mudah menguap). Kelompok obat ini
dapat digunakan untuk induksi dan pemeliharaan
anestesia dan mungkin dapat juga digunakan setelah
induksi dengan anestetik intravena
Anestetik berupa gas memerlukan peralatan
yang cocok untuk penyimpanan dan penggunaan.
Obat ini dapat disalurkan melalui pipa rumah sakit
atau tabung metal. Pemberian cairan anestetik
volatil menggunakan penguap terkalibrasi,
menggunakan udara, oksigen, atau campuran
nitrogen oksida-oksigen sebagai gas pembawa.
Sebaiknya diperhatikan bahwa semua gas ini dapat
memicu terjadinya hipertermia maligna. Untuk
mencegah hipoksia, anestetik inhalasi harus
diberikan dengan kadar oksigen yang lebih besar
daripada kadar di udara.
2. Non Famarkologi
e. Distraksi
Teknik distraksi adalh teknik yang dilakukan
untuk mengalihkan perhatian klien dan nyeri.
Teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah :
1) Melakukan hal yang sangat disukai seperti
membaca, melukis, menggambar dan
sebagainya. Dengan tidak meningkatkan
stimuli pada bagian tubuh yang dirasa nyeri.
2) Melakukan kompres hangat pada bagian
tubuh yang dirasakan nyeri.
3) Bernapas lembut dan berirama secara
teratur.
4) Menyanyi berirama dan menghitung
ketukannya.
f. Relaksasi
Teknik relaksasi didasarkan dengan
keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas
yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi
penyakitnya. Teknik ini hanya dapat dilakukan
dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau
duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan
posisi nyaman, klien dengan pikiran yang
beristirahat, dan lingkungan yang tenang. Teknik
relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah
relaksasi autogenik
Ketika melakukan relaksasi autogenik,
seseorang membayangkan dirinya berada didalam
keadaan damai dan tenang, berfokus pada
pengaturan napas dan detakan jantung. Langkah-
langkah melakukan relaksasi adalah sebagai berikut
:
1) Posisi pasien diatur sedemikian serupa
sehingga rileks, tanpa beban fisik, posisi
dapat duduk atau berbaring terlentang.
2) Intruksikan pasien untuk menghirup napas
dalam sehingga rongga paru berisi udara
yang bersih.
3) Pasien perlahan menghembuskan udara dan
membiarkan keluar dari setiap bagian
anggota tubuh, pada saat itu pasien diminta
untuk memusatkan perhatian”betapa nikmat
rasanya”
4) Pasien bernapas dengan irama yang normal
beberapa saat (sekitar 1-2 menit)
5) Pasien bernapas dalam kemudian
menghembuskan perlahan, dan merasakan
saat ini udara mengalir dari tangan kaki
menuju paru, kemudian udara dibuang
keluar. Pasien diminta untuk memusatkan
perhatian pada tangan kaki, udara
dikeluarkan dan merasakan kehangatan.
6) Pasien mengulang e. dengan memusatkan
perhatian pada kaki tangan, punggung, perut,
dan bagian tubuh yang lain.
7) Setelah pasien merasa rileks, perlahan-lahan
irama pernapasan ditambah. Gunakan
pernapasan dada atau abdomen. Bila
frekuensi nyeri bertambah, gunakan
pernapasan dangkal dengan frekuensi yang
lebih cepat.
g. Aroma Therapy
Aromaterapi adalah terapi yang
menggunakan essensial oil atau sari minyak
murni untuk membantu memperbaiki atau
menjaga kesehatan, membangkitkan semangat,
menyegarkan serta membangkitkan jiwa raga.
Essensial oil yang digunakan disini merupakan
cairan hasil sulingan dari berbagai jenis bunga,
akar, pohon, biji, getah, daun dan rempah-
rempah yang memiliki khasiat untuk mengobati
(Hutasoit 2002).
Aromaterapi mempunyai efek yang positif
karena diketahui bahwa aroma yang segar, harum
merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya
mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat
menimbulkan efek kuat terhadap emosi. Aroma
ditangkap oleh reseptor di hidung yang kemudian
memberikan informasi lebih jauh ke area di otak
yang mengontrol emosi dan memori maupun
memberikan informasi juga ke hipotalamus yang
merupakan pengatur sistem internal tubuh, termasuk
sistem seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap
stress (Perez, 2003). Ada beberapa jenis
aromaterapi dan manfaatnya yaitu:

1) Lavender
Lavender merupakan bunga yang
berwarna lembayung muda, memiliki bau
yang khas dan lembut sehingga dapat
membuat seseorang menjadi rileks ketika
menghirup aroma lavender, lavender banyak
dibudidayakan di berbagai penjuru dunia.
Sari minyak bunga lavender diambil dari
bagian pucuk bunganya (Hutasoit, 2002).
Lavender mempunyai banyak
manfaat yaitu sebagai pencegah infeksi,
sebagai antisepsis, anti biotik, dan jamur.
2) Rosemary
Rosemary yang digunakan melalui inhalasi
dapa bermanfaat untuk meningkatkan
kewaspadaan, meningkatkan daya ingat,
meningkatkan kecepatan dalam berhitung.
Rosemary merupakan jenis aromaterapi yang
biasa digunakan untuk melegaklan otot dan
pikiran. Aroma yang dihasilkannya juga
dapat membantu anda lebih konsentrasi
(Maifrisco, 2008).
3) Neroli Massage
Dapat menurunkan kecemasan pada pasien
yang mempunyai riwayat pembedahan
jantung.
4) Tropical Melissa Application
Dapat menurunkan agitasi pada pasien
dengan dimensia berat sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidupnya.
5) Lemon
Merupakan aroma yang digunakan untuk
menenangkan suasana. Aroma yang
menggemaskan dapat menibgkatkan rasa
percaya diri, merasa lebih santai, dapat
menenangkan syaraf, tetapi membuat kita
sadar.
6) Cinnamon
Minyak essesialnya mengandung antibiotik,
antiseptik, dan antivirus yang dapat
melindungi tubuh manusia.
7) Eucalptus
Pohonnya dikenal dengan nama kayu putih.
Wanginya dapat menghilangkan bau secara
efektif. Selain itu juga ampuh
menghilangkan bakteri, antiseptik, dan
antiviral juga pada minyak jenis itu.
8) Jasmine
Jenis aroma yang sanggup menciptakan
suasana romantis.
9) Peppermint
Aroma yang begitu menyegarkan,
membangkitkan suasana, dapat mengurangi
rasa sakit perut, mengurangi ketegangan,
dan dipercaya bisa menyembuhkan sakit
kepala.
10) Cendana atau Sandalwood
Aroma yang dapat membantu menciptakan
dan menuangkan ide kreatif. Selain itu dapat
mengurangi depresi, harum cendana
dipercata dapat mengatasi masalah sulit tidur
serta masalah lain yang berhubungan dengan
stress.
11) Sage
Salah satu jenis aromaterapi yang digunakan
untuk memberikan rasa tenang. Jenis
aromaterapi ini bermanfaat mengatasi sakit
selama menstruasi dan dapat mengatur
sistem syaraf pusat.
12) Vanilla
Menghasilkan aroma sangat akrab dengan
suasana rumah yang hangat dan nyaman,
sehingga wanginya sanggup menenangkan
pikiran.
h. Kompres
1) Kompres Hangat
Merupakan tindakan dengan
memberikan kompres hangat untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah terjadinya
spasme otot, dan memberikan rasa hangat.
Persiapan alat dan bahan :
a. Botol berisi air panas
b. Termometer air
c. Kain pembungkus
Cara Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai
prosedur yang akan dilakukan
c. Isi botol dengan air panas
d. Tutup botol yang telah diisi air panas
kemudian dikeringkan
e. Masukkan botol ke dalam kantong
kain. Bila menggunakan kain,
masukkan kain pada air hangat lalu
diperas.
f. Tempatkan botol/kain yang sudah
diperas pada daerah yang akan
dikompres.
g. Angkat botol/kain tersebut setelah 20
menit, kemudian isi lagi
botol/masukkan lagi kain ke dalam
air hangat lalu peras. Taruh lagi
botol/kain pada daerah yang akan
dikompres.
h. Catat perubahan yang terjadi selama
tindakan. Cuci tangan.
2) Kompres Dingin
Merupakan tindakan dengan
memberikan kompres dingin untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman,
menurunkan suhu tubuh, mengurangi
rasa nyeri, mencegah edema, dan
mengontrol peredaran darah dengan
meningkatkan vasokonstriksi.
Persiapan alat dan bahan :
a. Termometer
b. Air dingin
c. Kain/kantong pelindung
d. Kantong es atau sejenisnya
Cara Kerja :
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan pada pasien mengenai
prosedur yang akan dilakukan.
c. Ukur suhu tubuh.
d. Masukkan air dingin pada
kantong es. Bila menggunakan
kain, masukkan kain pada air
dingin lalu diperas.
e. Letakkan kantong/kain pada
daerah yang akan dikompres
seperti di daerah aksila, di daerah
yang sakit.
f. Catat perubahan yang terjadi
selama tindakan.
g. Cuci tangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagi mahasiswa kebidanan diharapkan dapat memanfaatkan
makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang nyeri yang berguna
bagi profesi dan orang disekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai