Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH UNDANG-UNDANG N0 36 TAHUN 2009

Untuk memenuhi tugas kuliah etikolegal diampu oleh


Dosen: Bu Neneng Widaningsih,SST,M.Keb

Disusun oleh :

Auzura Qatrunnida Rahmani (P17324119036)

Roudhoh Rusfani P.H (P17324119045)

Siti Nisa Rahmawati (P17324119054)

Tsalsa Putri Thahira (P17324119063)

Tingkat 1B
JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan
berbagi ilmu dan wawasan kepada kami sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.

penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis secara pribadi sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

RDAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. LATAR BELAKANG .......................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH...................................................................1
C. TUJUAN.............................................................................................1

BAB II KAJIAN TEORI................................................................................2

BAB III PENUTUP......................................................................................14

A. KESIMPULAN................................................................................14
B. SARAN.............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dikemukakan bahwa


Pembangunan Nasional diarahkan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa serta ikut dalam menertibkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan
Nasional salah satu aspek yang wajib direalisasikan yaitu kesehatan, kesehatan
merupakan Hak Asasi Manusia dan merupakan hal yang penting dalam melakukan
kegiatan sehari-hari, serta terdapat aturan hukum mengenai kesehatan.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk produktif
secara sosial dan ekonomis. dan pada Pasal 4 menyebutkan bahwa, “Setiap orang
berhak atas kesehatan”.
Tujuan hukum kesehatan pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan dengan tercapainya ketertiban
dalam masyarakat, diharapkan kepentingan manusia akan dipenuhi dan terlindungi,
Dengan demikian jelas terlihat bahwa tujuan hukum kesehatan pun tidak akan banyak
menyimpang dari tujuan hukum itu sendiri, hal ini bisa dilihat dari bidang kesehatan
yang mencangkup aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak kepentingan
harus dapat diakomodir dengan baik.
B. Rumusan Masalah

Dengan adanya sumber hukum ini apakah setiap permasalahan mengenai kesehatan

akan adil karena adanya dasar hukum kesehatan?

C. Tujuan

Untuk lebih memahami hukum-hukum kesehatan yang berlaku, agar pelaksanaan

tugas sebagai tenaga kesehatan dapat berjalan sesuai dengan hukum yang tertera.

1
BAB II

KAJIAN TEORI

UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Undang-undang nomor 36 tahun 2009 terdiri atas 22 BAB dan 205 pasal. Dibawah
terlampir ringkasan UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan berdasarkan BAB, yaitu :

BAB I
Ketentuan Umum
Dalam ketentuan umum ini dijelaskan pengertian pengertian dari kesehatan, sumber
daya di bidang kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, tenaga
kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, obat, obat tradisional, teknologi kesehatan, upaya
kesehatan, pelayanan kesehatan promotif, pelayanan kesehatan kuratif, pelayanan kesehatan
rehabilitatif, pelayanan kesehatan tradisional pemerintah pusat, daerah, hingga menteri.

BAB II
Asas dan Tujuan
Azas pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan
nondiskriminasi dan norma-norma agama. Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan adalah
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB III
Hak dan Kewajiban
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan. Juga memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggungjawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan dan mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
pencapaian derajat kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

2
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Juga berkewajiban menghormati hak orang
lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.

BAB IV
Tanggung jawab Pemerintah
Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masayarakat. Juga sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Bertanggungjawab
atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi
upaya kesehatan perseorangan.

BAB V
Sumber daya di Bidang Kesehatan
a. Tenaga Kesehatan
Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melalui pendidikan dan/atau
pelatihan. Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi,
hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.

b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan kesehatan perseorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi
pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan
pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan


swasta. Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah.Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam
keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

3
c. Perbekalan Kesehatan
Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Dalam menjamin ketersediaan obat
dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk
pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.

Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan masyarakat akan


perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat
esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan memperhatikan
kemanfaatan, harga dan gaktor yang berkaitan dengan pemerataan.

Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara esensial harus tersedia
bagi kepentingan masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan disempurnakan
paling lama setiap dua tahun sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan
teknologi.Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam daftar obat
esensial nasional harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga
penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah.

d. Teknologi dan Produk Teknologi


Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan,
dikembangkan, dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat yang mencakup segala
metode dan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi
adanya penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit, menyembuhkan,
memperkecil komplikasi, dan memulihkan kesehatan setelah sakit.

BAB VI
Upaya Kesehatan
a. Umum
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan melalui kegiatan pelayanan kesehatan; pelayanan
kesehatan tradisional; peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit; penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan; kesehatan reproduksi; keluarga berencana;
kesehatan sekolah; kesehatan olahraga; pelayanan kesehatan pada bencana; pelayanan
darah; kesehatan gigi dan mulut; penanggulangan gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran; kesehatan matra; pengamanan dan penggunaan sediaan

4
farmasi dan alat kesehatan; pengamanan makanan dan minuman; pengamanan zat
adiktif; dan/atau bedah mayat.

b. Pelayanan Kesehatan
Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima atau menolak
tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular
ke masyarakat yang lebih luas.Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan
pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara / petugas kesehatan.

c. Pelayanan Kesehatan Tradisional


Pelayanan kesehatan tradisional meliputi kesehatan tradisional yang
menggunakan ketrampilan dan yang menggunakan ramuan. Pelayanan kesehatan
tradisional dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama.

Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional harus mendapat


izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Pemerintah mengatur dan mengawasi
pelayanan kesehatan tradisional dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan
perlindungan masyarakat.

d. Pencegahan Penyakit
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan segala bentuk
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat untuk
mengoptimalkan kesehatan dan menghindari atau mengurangi resiko, masalah, dan
dampak buruk akibat penyakit.

e. Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan


Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit
dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat melalui transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi,
serta penggunaan sel punca.

5
f. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi meliputi saat sebelum hamil, hamil, melahirkan dan
sesudah melahirkan; pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual;
kesehatan sistem repsoduksi.

Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan aborsi dikecualikan


berdasarkan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Tindakan dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.

g. Keluarga Berencana
Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk
pengaturan kehamilan. Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga
berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.

h. Kesehatan Sekolah
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggitingginya menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.

i. Kesehatan Olahraga
Upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran jasmani masyarakat yang mengutamakan pendekatan preventif dan
promotif, tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.

j. Pelayanan Kesehatan pada Bencana


Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bencana bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan.

6
k. Pelayanan Darah
Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan
darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidka untuk
tujuan komersial.darah diperolehd ari pendonor darah sukarela yang sehat dan
memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.
Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarela sebelum digunakan harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit.

Penyelenggaraan donor darah dilakukan oleh Unit Transfusi Darah (UTD).


UTD dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi
sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kepalang-merahan.

l. Kesehatan Gigi dan Mulut


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi
melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat,
usaha kesehatan gigi sekolah.

m. Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran


Penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran merupakan
semua kegiatan yang dilakukan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan indera penglihatan,
dan pendengaran masyarakat

n. Kesehatan Matra
Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah
air, serta kesehatan kedirgantaraan.

o. Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau
keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.

7
p. Pengamanan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus
didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan yang dikemas wajib diberi
tanda atau label yang berisi: Nama produk; Daftar bahan yang digunakan; Berat
bersih atau isi bersih;Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan
makanan dan minuman kedalam wilayah Indonesia; dan Tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa.

q. Pengamanan Zat Adiktif


Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar
tidak menggangguan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat,
dan lingkungan.

Zat adiktif meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau padat,


cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan
kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. Produksi, peredaran, dan
penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau
persayaratan yang ditetapkan.

r. Bedah Mayat
Bedah mayat klinis dapat dilakukan di rumah sakit untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan atau untuk menegakkan diagnosis
dan/atau menyimpulkan penyebab kematian atas persetujuan tertulis pasien semasa
hidupnya atau persetujuan tertulis keluarga terdekat pasien.

Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan biomedik


dapat dilakukan bedah mayat anatomis terhadap mayat yang tidak dikenal atau mayat
yang tidak diurus oleh keluarganya, atas persetujuan tertulis orang tersebut semasa
hidupnya atau persetujuan tertulis keluarganya di rumah sakit pendidikan atau di
institusi pendidikan kedokteran.

8
BAB VII
Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak
Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. Setiap
bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali
ada indiaksi medis. Selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakt harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan
fasilitas khusus yaitu di tempat kerja dan tempat sarana umum.

Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang
akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak.Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggungjawab sehingga
memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Setiap
bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi dan tindak
kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya.Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat berkewajiban untuk menjamin terselenggarakan perlindungan bayi dan anak dan
menyediakan pelayanan kesehatan sesuasi dengan kebutuhan.

BAB VIII
Gizi
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat melalui perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan
gizi seimbang; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; peningkatan akses
dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan peningkatan
sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

BAB IX
Kesehatan Jiwa
Masyarakat berhak mendapatkan informasi dan edukasi yang benar mengenai
kesehatan jiwa. Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban menyediakan layanan
informasi dan edukasi tentang kesehatan jiwa.

9
Penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan
dirinya dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum wajib
mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

BAB X
Penyakit Menular dan Tidak Menular
a. Penyakit Menular
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggungjawab
melaksanakan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular
serta dampak yang ditimbulkannya. Upaya itu dilakukan untuk melindungi
masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan/atau
meninggal dunia serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit
menular.Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu,
efektif, terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit
menular melalui imunisasi.

b. Penyakit Tidak Menular


Pengendalian penyakit tidak menular dilakukan dengan pendekatan
surveilansa faktor resiko, registrasi penyakit, dan surveilans kematian. Kegiatan
dimaksud bertujuan memperoleh informasi yang esensial serta dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular.
Kegiatannya dilakukan melalui kerja sama lintas sektor dan dengan membentuk
jejaring baik nasional maupun internasional.

BAB XI
Kesehatan Lingkungan
Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: limbah cair; limbah padat; limbah gas;
sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; binatang
pembawa penyakit; zat kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas;
radiasi sinar pengion dan non pengion; air yang tercemar; udara yang tercemar; dan makanan
yang terkontaminasi.

10
BAB XII
Kesehatan Kerja
Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja dan menjamin
lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. Selain
itu, pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di
lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIII
Pengelolaan Kesehatan
Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah dan dibuat
dalam suatu sistem kesehatan nasional.

BAB XIV
Informasi Kesehatan
Informasi kesehatan dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor.
Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap
informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB XV
a. Pembiayaan Kesehatan
1. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, dan swasta dan sumber lain.
2. Besar anggaran pemerintah dialokasikan minimal lima persen dari anggaran
pendapatan belanja negara diluar gaji.
3. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah propinsi, kabupaten/kota
dialokasikan minimal sepuluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah diluar gaji.
4. Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik
yang besarnya sekurang-kurangnya dua per tiga dari anggaran kesehatan dalam
APBN dan APBD.

11
BAB XVI
Peran Serta Masyarakat
Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam
segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan yang mencakup keikutsertaan secara aktif
dan kreatif.

BAB XVII
Badan Pertimbangan
Untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan
pembangungan bidang kesehatan dibentuk Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat dan Daerah.
Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat dinamakan Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional
(BPKN) berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Badan Pertimbangan
Kesehatan Daerah (BPKD) berkedudukan di ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/ kota.

BAB XVIII
Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang
berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan
diarahkan untuk: memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya
kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan,
termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat
terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Menteri melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara


kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya di bidang kesehatan dan upaya kesehatan.

BAB XIX
Penyidikan
Penyidik berwenang: melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan
tentang tindak pidana di bidang kesehatan; melakukan pemeriksaan terhadap orang yang
diduga melakukan tindak pidana di bidang kesehatan; meminta keterangan dan bahan bukti

12
dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang kesehatan;
melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang
kesehatan; melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang kesehatan; meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang kesehatan; menghentikan penyidikan apabila tidak
terdapat cukup bukti yang membuktikan adanya tindak pidana di bidang kesehatan.

BAB XX
Pidana
Pimpinan unit pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan gawat darurat dipidana
dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak dua ratus juta rupiah.

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang dengan


sengaja tidka memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan gawat
darurat mengakibatkan kecacatan dan/atau kematian dipidana dengan pidana paling lama
sepuluh tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.

Setiap orang yang tanpa ijin melakukan praktek pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat,
dan/atau kematian dipidana dengan penjara paling lama satu tahun dan denda paling banyak
seratus juta rupiah.

BAB XXI
Ketentuan Peralihan
Peraturan Perundang-undangan sebagai pelaksanaan Undang-Undang ditetapkan
paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal pengundangan Undang-Undang.

BAB XXII
Ketentuan Penutup
Undang-undang mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Salah satu tujuan dari hukum, peraturan, deklarasi ataupun kode etik kesehatan
adalah untuk melindungi kepentingan pasien disamping mengembangkan kualitas
profesi dokter atau tenaga kesehatan. Keserasian antara kepentingan pasien dan
kepentingan tenaga kesehatan merupakan salah satu penunjang keberhasilan
pembangunan sistem kesehatan. Oleh karena itu hukum kesehatan yang mengatur
pelayanan kesehatan terhadap pasien sangat erat hubungannya dengan masalah-
masalah yang akan timbul diantara hubungan perikatan antara dokter dan pasien, dan
atau kelalaian serta kesalahan yang dilakukan oleh dokter, yang berakibat hukum
entah itu hukum perdata maupun pidana.
Dengan demikian tidak ada hak pasien yang diabaikan, semua status sosial
yang menjadi pemicu pembeda antara kaya dan miskin akan tetap sama setara
derajatnya untuk mendapatkan kesehatan.

B. Saran
Dengan adanya sumber hukum ini, diharapkan kepada calon tenaga kesehatan
lebih mendalami perannya dalam mensejahterakan kesehatan masyarakat, dengan
memahami bagaimana seharusnya kita melayani pasien yang semestinya dan jadikan
pedoman untuk bahan pembelajaran.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/36TAHUN2009UU.htm
http://farmalkes.kemkes.go.id/2009/02/undang-undang-nomor-36-tahun-2009-tentang-kesehatan/

15

Anda mungkin juga menyukai