Anda di halaman 1dari 13

PENANGANAN NYERI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini
sebagai berikut :

1. Apa pengertian nyeri?


2. Apa saja jenis-jenis nyeri?
3. Apa saja metode penghitungan skala nyeri?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi nyeri ?
5. Bagaimana pengobatan nyeri?
1.3 TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendefinisikan nyeri


2. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis nyeri
3. Untuk mendeskripsikan metode penghitungan skala nyeri
4. Untuk mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi nyeri
5. Untuk mendeskripsikan pengobatan nyeri
1.4 MANFAAT
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui nyeri


2. Dapat mengetahui jenis-jenis nyeri
3. Dapat menyimpulkan penghitungan skala nyeri
4. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi nyeri
5. Dapat mengetahui pengobatan nyeri
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu rasa tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri di
definisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya di ketahui bila
seseorang telah mengetahuinya (Tamsuri,2007)

Menurut Interasional Association For Study of Pain (IASP) nyeri adalah pengalaman perasaan
emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadi kerusakan aktual maupun potensial, ataupun
menggambarkan kondisi terjadinya nyeri.

2. Jenis Nyeri
Jenis nyeri dapat dikatakan dalam beberapa hal, seperti: berdasarkan mekanisme nyeri,
berdasarkan kemunculan nyeri dan berdasarkan klasifikasi nyeri wajah.
 Bedasarkan Mekanisme Nyeri
Nyeri dapat di klasifikasikan dalam 3 hal :

1. Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang tidak merusak jaringan,
misal pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri sederhana adalah
terdapatnya kolerasi positif antara kuat stimulasi dan presepsi nyeri, seperti semakin kuat
stimulasi maka semakin berat nyeri yang dialami.
2. Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi yang sangat kuat hingga merusak
jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami infalansi, seperti: bradikinin, leukotrin,
prostagladin, purin dan sitokin yang dapat mengantivasi atau mensensitifasi noiseptor
secara langsung maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan
sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah satu
gejala jejala dari proses inflamasi, tetapi tetapi sebagian besar pasien tidak mengeluhkan
nyeri terus menerus. Kebanyakan pasien mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang
berlesi mendapat stimulasi, misalnya : sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau saat
makan, sendi yang sakit semakin hebat bila digerakkan.
3. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi primer
ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau
gangguan metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut Saraf
Aferen (SSA) atau fungsi neuron dengan lingkungannya, sehingga menimbukkan gangguan
keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat dapat melalui perubahan molekuler
sehingga aktivitas SSA (mekanisme perifer)
 Bedasarkan Kemunculan Nyeri

Menurut The Internasional Association for the Study of Pain (IASP), nyeri dapat dibedakan menjadi 2
jenis yaitu :

1. Nyeri akut, nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian atau kondisi yang dapat
dideteksi dengan mudah. Nyeri akut merupakan suatu gejala biologis yang merespon
stimulasi noiseptor(reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan jaringan tubuh akibat
penyakit atau trauma. Nyeri ini biasanya berlangsung sementara, kemudian akan mereda
bila terjadi penurunan intensitas stimulasi pada nosiseptor dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu. Contoh nyeri akut ialah nyeri akibat kecelakaan atau paska bedah.
2. Nyeri kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena patofisisologik
merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik berhubungan dengan kelainan patologis
yang telah berlangsung terus menerus atau menetap setelah terjadi penyembuhan penyakit
atau trauma dan biasanya tidak terlokalisir dengan jelas. Nyeri wajah atipikal adalah salah
satu nyeri kronik.
 Berdasarkan Klasifikasi Nyeri Wajah

Nyeri pada wajah ataupun rongga mulut dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu

1. Nyeri somatik, nyeri yang dapat dihasilkan dari stimulasi reseptor-reseptor neural ataupun
saraf-saraf periferal. Jika stimulasi bermula dari bagian superfisial tubuh, karakteristik
klinisnya, seperti: nyeri dengan kualitas menstimulasi, lokalisasi nyeri yang tepat, adanya
hubungan yang akurat antara tempa tesi dan sumber nyeri serta cara menghilangkan nyeri
yang temporer dengan aplikasi anestesi topikal. Jika stimulasi bermula dari bagian dalam
tubuh karakteristik klinisnya, seperti; nyeri dengan kualitas mendepresikannya, lokalisasi
beragam dari nyeri yang menyebar, lokasi dari nyeri bisa ataupun tidak berhubungan dengan
tempat lesi, sering menunjukkan efek-efek sekunder dan perangsangan pusat.
2. Nyeri neurogenik nyeri yang dihasilkan dalam sistem syarafnya sendiri, reseptor saraf
maupun stimulasi serabut yang tidak diperlukan. Karakteristik klinis dari nyeri neurogenik,
yaitu seperti membakar dengan kualitas menstimulasi, lokalisasi baik, adanya hubuangan
yang tertutup diantara lokasi dari nyari dan lesi, pengantaran nyeri mungkin dengan gejala-
gejala sensorik, motorik dan autonomik.
3. Nyeri psikogenik, nyeri yang dapat memunculkan intensifikasi nyeri somatik atau neurogik
dan juga merupakan suatu manifestasi psikoneurotik. Karakteristik dari nyeri psikpogenik,
seperti: lokasi nyeri selalu tidak mempunyai hubungan dengan suatu penyebab yang
mungkin, tindakan klinis dan respon pada pengobatan mungkin non fisiologi, tidak
diharapkan dan tidak biasa. Nyeri wajah Atipikal adalah salah satu nyeri psikogenik.
3. Metode Penghitungan Skala Nyeri
1. Face Pain Rating Scale

Menurut Wong dan Baker (1998) pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah dan sekolah,
pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai
dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”.

2.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

 . Usia

Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada
anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini
dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan
untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri.
Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan
secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa
kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).

 Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan
mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang
berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis
dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk.
(1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita
lebih banyak dibandingkan dengan pria.

 Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari
apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).

Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari budaya lain. Harapan
dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti
menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang budaya yang lain bisa
berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan
bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien lain.

Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda
dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien
berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan
mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji
nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien
(Smeltzer& Bare, 2003).

 Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya
benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara
ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif
menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri
dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri
dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang
efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas
(Smeltzer & Bare, 2002).
 Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu
tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit
mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah.
Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri
dan pengobatan yang tidak adekuat. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak
kejadian nyeri selama rentang kehidupannya.

 Efek plasebo

Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu
harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja
sudah merupakan efek positif.

Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi
lainnya. Seringkali makin banyak petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin
efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat
meredakan nyeri hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu
bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien –perawat yang
positif dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo (Smeltzer &
Bare, 2002).

 Keluarga dan Support Sosial

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat.
Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport,
membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri
semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam
menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).

 Pola koping

Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak
tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol
lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik
maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber
koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai
rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.

Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada support
emosional dari anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan
kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdo’a, memberikan banyak
kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang (Potter & Perry, 1993).
5. Pengobatan Nyeri
1. Pengobatan Farmakologi

Beberapa agens farmakologi digunakan untuk menangani nyeri. Semua agen tersebut memerlukan
resep dokter. Keputusan perawat, dalam penggunaan obat-obatan dan penatalaksanaan klien yang
menerima terapi farmakologi, membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin
dilakukan.

 Analgesik

Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesic dapat
mengatasi nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya
analgesikdalam penanganan nyeri, karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya
kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan jika
melakukan pengabatan analgesik narkotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan.
Perawat harus mengetahui obat-obat yang tersedia untuk menghilangkan nyeri dan efek obat
farmakologi tersebut..

 Jenis Analgesik
a. Non-Narkotik
b. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
c. Analgesik narkotik atau opiat
d. Obat tambahan (Adjuvan)

Berikut penjelasannya :

a. Non-Narkotik

NSAID non-narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang, seperti nyeri yang
terkait dengan artritis reumatoid, prosedur pengobatan gigi dan prosedur bedah minor, episiotomi,
dan masalah pada punggung bagian bawah. Satu pengecualian yaitu ketorolak (Toradol), merupakan
agens analgesik utama yang diinjeksikan yang kemanjurannya dapat di bandingkan dengan morfin.

b. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Terapi pada nyeri pascaoperasi ringan sampai sedang harus dimulai dengan menggunakan NSAID,
kecuali kontradiksi. Walaupun mekalisme kerja NSAID tidak diketahui, NSAID diyakini bekerja
menghambat sintesis prostaglandin, dan menghambat respon selular selama inflamasi. Kebanyakan
NSAID bekerja pada reseptor syaraf periferuntuk menguranggi transmisi dan resepsi stimulus nyeri.
Berikut obat-obat NSAID :

Ibuprofen : * Dismenore

Naproksen : * Nyeri kepala vaskular

Indometasin : * Artritis reumatoid

Tolmetin : * Cedera atletik jaringan lunak

Piroksikam : * Gout

Ketorolak : * Nyeri pasca operasi dan nyeri traumatik berat


c. Analgesik narkotik atau opiat

Analgesik opiat atau narkotik umumnya diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti
nyeri pasca operasi dan nyeri maligne. Ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan
kombinasi efek yang mendepresi dan menstimulasi.

Analgesik narkotika, apabila diberikan secara oral atau injeksi, bekerja paada pusat otak yang paling
tinggidan medulla spinalis melalui ikataan daan reseptor opiat untuk memodifikasi persepsi nyeri
dan reaksi terhadap nyeri. Morfin sulfat merupakan derivat opium dan memiliki karakteristik efek
analgesik sebagai berikut :

- Meningkatkan ambang nyeri, sehingga menurunkan presepsi nyeri.


- Mengurangi kecemasan dan ketakutan, yang merupakan komponen reaksi terhadap nyeri.
- Menyebabkan orang tertidur walaupun sedang mengalami nyeri berat.

Bahaya morfin sulfat dan analgesik narkotik adalah berpotensi mendepresi fungsi sistem saraf dan
vital. Opiat menyebabkan depresi pernapasan melalui depresi pusat pernapasan di dalam batang
otak. Klien juga mengalami efek samping , seperti mual, muntah, konstipasi, dan perubahan proses
mental. Karakteristik analgesik yang ideal meliputi :

- Awitannya yang cepat.


- Keefektifannya yang lama.
- Efektif digunakan pada semua usia.
- Penggunaan melalui parenteral dan oral.
- Tidak ada efek samping yang berat.
- Sifat yang membuat klien tidak tergantung analgesik.
- Tidak mahal.
d. Adjuvan

Adjuvan, seperti sedatif, anticemas, dan relaksan ototmeningkatkan kontrol nyeri atau
menghilangkan gejala lain selain nyeri yang terkait dengan nyeri, seperti depresi dan mual. Agens
tersebut diberikan dalam bentuk tunggal atau disertai analgesik. Sedatif seringkali di resepkan untuk
penderita nyeri kronik. Obat-obaatan ini seringkali menimbulkan rasa kantuk dan kerusakaan
koordinasi, keputusan daan kewaspaadaan mental. Penyalahgunaan sedatif dan agens anticemas
merupakan masalah kesehatan yang serius yang menyebabkan gangguan perilaku.

D.Prinsip Keperawatan untuk Pemberian Analgesik

Berikut ini adalah prinsip keperawatan untuk pemberian analgesik :

 Mengetahui Respon Klien Sebelumnya terhadap Analgesik


 Tetapkan apakah nyeri yang klien rasakan telah menghilang .
 Tanyakan apakaah non-narkotik seefektif dengan narkotik.
 Identifikasi dosis dan rute pemberian sebelumnya.
 Tetapkan apakah klien mempunyai alergi.
 Seleksi Medikasi yang Tepat Apabila Diberikan Lebih dari Satu Obat
 Gunakan analgesik non narkotik atau narkotik untuk mengatasi nyeri ringan sampai nyeri
sedang.
 Mengetahui bahwa non narkotik dapat di ganti dengan agens narkotik.
 Pada lansia, hindari kiombinasi narkotik.
 Ingat bahwa morfin dan hidro morfin merupakan agens narkotik pilihan untuk
penatalaksanaan jangka panjang pada nyeri yang berat.
 Ketahui bahwa medikasi injeksi bekerja lebih cepat dan menghilangkan nyeri ankut dan nyeri
berat dalam satu jam dan bahwa medikasi oral memakan waktu dua jam untuk
menghilangkan nyeri.
 Gunakan narkotik disertai analgesik non narkotik untuk nyeri berat karena kombinasi
tersebut mengatasi nyeri secara perifer dan sentral.
 Untuk nyeri kronik, berikan obat oral untuk menghilangkan nyeri secara terus menerus.
 Ketahui dosis yang akurat
 Ingat bahwa dosis pada tingkat tertinggi yang normal umumnya dibutuhkan untuk nyeri
berat

PENANGANAN NYERI NON FARMAKOLOGI

1. Distraksi

Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien dari nyeri.
Teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah:

a. Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca buku, melukis, menggambar dan
sebagainya, dengan tidak meningkatkan stimuli pada bagian tubuh yang dirasa nyeri.

b. Melakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang dirasakan nyeri.

c. Bernapas lembut dan berirama secara teratur.

d. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya.

2. Therapy musik.

Therapy musik adalah proses interpersonal yang digunakan untuk mempengaruhi keadaan fisik,
emosional, mental, estetik dan spiritual, untuk membantu klien meningkatkan atau
mempertahankan kesehatannya.

Therapy musik digunakan oleh individu dari bermacam rentang usia dan dengan beragam
kondisi; gangguan kejiwaan, masalah kesehatan, kecacatan fisik, kerusakan sensorik, gangguan
perkembangan, penyalahgunaan zat, masalah interpersonal dan penuaan. Therapy ini juga
digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, membangun rasa percaya diri, mengurangi
stress, mendukung latihan fisik dan memfasilitasi berbagai macam aktivitas yang berkaitan
dengan kesehatan.

3. Reframing

Reframing merupakan tehnik yang mengajarkan untuk memonitor/mengawasi pikiran negatif


dan menggantinya dengan salah satu pikiran yang lebih positif. Ajarkan klien yang memandang
nyeri dengan ekspresi negatif seperti , “ saya tidak kuat menahan rasa nyeri ini, rasa nyeri ini
tidak pernah berakhir” tetapi ganti (reframing) pandangan klien dengan “saya pernah
merasakan nyeri ini sebelumnya, dan nyeri ini akan membaik (berkurang)”

4. Massage atau pijatan


Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan untuk mengatasi
masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi. Pijatan dilakukan dengan penekanan
terhadap jaringan lunak baik secara terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran,
dilakukan menggunakan bantuan media ataupun tidak. Beberapa teknik massage yang dapat
dilakukan untuk distraksi adalah sebagai berikut;

a. Remasan. Usap otot bahu dan remas secara bersamaan.

b. Selang-seling tangan. Memijat punggung dengan tekanan pendek, cepat dan bergantian
tangan.

c. Gesekan. Memijat punggung dengan ibu jari, gerakannya memutar sepanjang tulang
punggung dari sacrum ke bahu.

d. Eflurasi. Memijat punggung dengan kedua tangan, tekanan lebih halus dengan gerakan ke
atas untuk membantu aliran balik vena.

e. Petriasi. Menekan punggung secara horizontal. Pindah tangan anda dengan arah yang
berlawanan, menggunakan gerakan meremas.

f. Tekanan menyikat. Secara halus, tekan punggung dengan ujung-ujung jari untuk
mengakhiri pijatan.

5. Guided Imaginary

Yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa nyeri dengan mendorong pasien
untuk mengkhayal dengan bimbingan. Tekniknya sebagai berikut:

a. Atur posisi yang nyaman pada klien.

b. Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan
atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indra.

c. Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang menyenangkan sambil
merelaksasikan tubuhnya.

d. Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara lagi.

e. Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak nyaman, perawat harus
menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien siap.

6. Biofeedback

Latihan biofeedback merupakan cara lain untuk membatu klien ketika mengalami nyeri,
khususnya bagi seseorang yang sulit merileksasi ketegangan otot. Biofeedback merupakan
sebuah peroses individu untuk belajar mempengaruhi respon psisiologis diri. Melalui
biofeedback klien dapat merubah pengalaman tentang rasa nyeri yang sedang dirasakan.

7. Relaksasi
Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas yang
merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan
ketegangan fisiologis.

Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi.
Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang
nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi
banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenic. Relaksasi ini mudah dilakukan dan
tidak berisiko.

Ketika melakukan relaksasi autogenic, seseorang membayangkan dirinya berada didalam


keadaan damai dan tenang, berfokus pada pengaturan napas dan detakan jantung. Langkah-
langkah latihan relaksasi autogenic adalah sebagai berikut:

1) Persiapan sebelum memulai latihan

a. Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam.

b. Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.

c. Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil katakan dalam hati
‘saya damai dan tenang’.

2) Langkah 1 : merasakan berat

a. Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa berat. Selanjutnya,
secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan terasa kendur, ringan, sehingga terasa sangat
ringan sekali sambil katakana ‘saya merasa damai dan tenang sepenuhnya’.

b. Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki.

3) Langkah 2 : merasakan kehangatan

a. Bayangkan darah mengalir keseluruh tubuh dan rasakan hawa hangatnya aliran darah,
seperti merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam diri ‘saya merasa senang
dan hangat’.

b. Ulangi enam kali.

c. Katakan dalam hati ‘saya merasa damai, tenang’.

4) Langkah 3 : merasakan denyut jantung

a. Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut.

b. Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang. Sambil katakana
‘jantungnya berdenyut dengan teratur dan tenang’.

c. Ulangi enam kali.

d. Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

5) Langkah 4 : latihan pernapasan

a. Posisi kedua tangan tidak berubah.

b. Katakan dalam diri ‘napasku longgar dan tenang’


c. Ulangi enam kali.

d. Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

6) Langkah 5 : latihan abdomen

a. Posisi kedua tangan tidak berubah. Rasakan pembuluh darah dalam perut mengalir dengan
teratur dan terasa hangat.

b. Katakan dalam diri ‘darah yang mengalir dalam perutku terasa hangat’.

c. Ulangi enam kali.

d. Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

7) Langkah 6 : latihan kepala

a. Kedua tangan kembali pada posisi awal.

b. Katakan dalam hati ‘kepala saya terasa benar-benar dingin’

c. Ulangi enam kali.

d. Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

8) Langkah 7 : akhir latihan

Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan (mengepalkan) lengan bersamaan


dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan sambil membuka mata.

8. Cutaneous Stimulation (simulasi pada area kulit)

Counterstimulation (rangsangan pada area kulit) merupakan istilah yang digunakan untuk
mengindentifikasi tehnik yang dipercaya dapat mengaktifkan opioid endogen, sebuah sistem
analgesic monoamin. intervensi ini cukup efektif menurunkan bengkak melalui cryotherapy
(aplikasi dingin), menurunkan kekakuan (memalui aplikasi panans), dan meningkatkan input
serabut saraf yang berdiameter besar untuk memblok pesan nyeri yang dihantarkan oleh
serabut saraf diameter kecil (melalui aplikasi panas, dingin, tekanan, getaran, atau pijatan).

Panas dan dingin dapat memproduksi analgesia untuk mengurangi nyeri. Terapi panas
meningkatkan aliran darah, meningkatkan metabolism jaringan, menurunkan kekuatan
vasomotor, dan meningkatkan vikoelasitas jaringan rawan /penyambung sehingga efektif untuk
mengurangi nyeri sendi atau kekakuan sendi. tetapi penggunaan terapi panas perlu di control
karena dapat meningkatkan bengkak dan peroses peradangan. Terapi dingin pun mempunyai
beberapa keunggulan:

· Mengurangi bengkak dengan menurunkan aliran darah

· Menurunkan peradangan

· Mengurangi demam

· Mengurangi sepasme otot

· Meningkatkan ambang batas nyeri sehingga mengurangi nyeri


9. Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan
subkutan lain pada area cedera dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es
diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi.

Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah ke suatu area dan memungkinkan
menurunkan nyeri dengan mempercepat kesembuhan.

10. Stimulasi saraf elektris transkutan

Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS) menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai
dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar
atau mendengung pada area nyeri. TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi
reseptor tidak nyeri (non- nosiseptor). Mekanisme ini sesuai dengan teori nyeri gate kontrol.

11. Hypnosis

Adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar diri yang dicapai melalui
gagasan- gagasan ang disampaikan oleh penghipnosisan. Mekanisme kerja hypnosis tidak jelas
tetapi tidak tampak diperantarai oleh system endokrin. Keefektifan hypnosis tergantung pada
kemudahan hipnotik individu.

12. Akupuntur

Akupuntur adalah tehnik pengobatan tradisional yang berasal dari Cina untuk memblok chi
dengan menggunakan jarum dan menusukkannya ke titik-titik tubuh tertentu yang bertujuan
untuk menciptakan keseimbangan yin dan yang.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Nyeri mempengaruhi proses kenyaman di mana nyeri dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada
seorang individu, karena nyeri merupakan sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadi. Nyeri merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang baik untuk memahami
pengalaman nyeri , akan membantu menjelaskan tiga komponen fisiologis

B. SARAN

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan
serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya
bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Anda mungkin juga menyukai