EKTIMA
Oleh :
Dessy Dwi Helmy Swastika
201720401011160
Pembimbing :
dr. Andri Catur Jatmiko, Sp. KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai
bawah.(1,2)
daya tahan tubuh, atau jika telah ada penyakit lain di kulit.(3)
pada ektima. Gambaran ektima mirip dengan impetigo, namun kerusakan dan
daya invasifnya pada kulit lebih dalam daripada impetigo. Infeksi diawali pada
lesi yang disebabkan karena trauma pada kulit, misalnya, ekskoriasi, varicella atau
gigitan serangga. Lesi pada ektima awalnya mirip dengan impetigo, berupa
vesikel atau pustul. Kemudian langsung ditutupi dengan krusta yang lebih keras
dan tebal daripada krusta pada impetigo, dan ketika dikerok nampak lesi punched
4
II. EPIDEMIOLOGI
terjadinya ektima berdasarkan umur biasanya terdapat pada anak-anak dan orang
tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin (pria dan wanita sama). Pada anak-
terpenting untuk perbedaan angka serangan, beratnya lesi, dan dampak sistemik
Ektima merupakan penyakit kulit berupa ulkus yang paling sering terjadi
pada orang-orang yang sering bepergian (traveler). Pada suatu studi kasus di
penyebab dari penyakit kulit impetigo dan ektima. Dari studi kasus ini pula,
III. ETIOLOGI
5
dasarnya mirip dengan Impetigo. Keduanya dianggap sebagai infeksi
pyogenes. Ini didasarkan pada isolasi Streptococcus dan Staphylococcus dan dari
menginfeksi secara sekunder lesi yang sudah ada sebelumnya. Adanya kerusakan
diperbesar oleh kondisi lingkungan yang padat dan hygiene yang buruk.(9,10)
IV. PATOFISIOLOGI
Kandungan M-protein pada bakteri ini menyebabkan bakteri ini resisten terhadap
fagositosis.(11)
beberapa toksin yang dapat menyebabkan kerusakan lokal atau gejala sistemik.
Gejala sistemik dan lokal dimediasi oleh superantigens (SA). Antigen ini bekerja
6
Complex II (MHC II)) pada antigen-presenting cell tanpa adanya proses antigen.
dengan variabel dari pita B. Aktivasi non spesifik dari sel T menyebabkan
Interleukin-6 (IL-6) dari makrofag. Sitokin ini menyebabkan gejala klinis berupa
Adanya trauma ataupun inflamasi dari jaringan (luka bedah, luka bakar, trauma,
dermatitis, benda asing) juga menjadi faktor yang berpengaruh pada pathogenesis
V. GAMBARAN KLINIS
Penyakit ini dimulai dengan suatu vesikel atau pustul di atas kulit yang
eritematosa, membesar dan pecah (diameter 0,5 – 3 cm) dan beberapa hari
kemudian terbentuk krusta tebal dan kering yang sukar dilepas dari dasarnya.
Biasanya terdapat kurang lebih 10 lesi yang muncul. Bila krusta terlepas,
berbentuk cawan dengan dasar merah dan tepi meninggi. Lesi cenderung menjadi
sembuh setelah beberapa minggu dan meninggalkan sikatriks. Biasanya lesi dapat
7
Gambar A: Lesi tipikal ektima pada ektremitas bawah
Gambar B: Tahapan ektima. Lesi dimulai sebagai sebuah pustule yang kemudian
8
Gambar C: Ektima. Ulkus dengan krusta tebal pada tungkai pasien yang
9
VI. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan luka pada anggota gerak bawah.
Pasien biasanya menderita diabetes dan orang tua yang tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.(1)
2. Durasi : Ektima terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma berulang,
3. Lokasi : Ektima terjadi pada lokasi yang relatif sering trauma berulang,
Pemeriksaan fisis
10
(D) (E)
Gambar E : Pada Lesi ektima yang diangkat krustanya akan terlihat ulkus yang
dangkal
Pemeriksaan penunjang
jaringan dalam untuk pewarnaan Gram dan kultur. Selain itu, juda dapat dilakukan
pemeriksaan histopatologi(2,12).
dengan infiltrasi PMN dan pembentukan abses mulai dari folikel pilosebasea.
Pada dermis, ujung pembuluh darah melebar dan terdapat sebukan sel PMN.
edema endotel. Krusta yang berat menutupi permukaan dari ulkus pada ektima.(2)
11
Gambar F: Pioderma
tungkai bawah dengan kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa.
12
2. Impetigo krustosa, didiagnosa banding dengan ektima karena memberikan
gambaran Effloresensi yang hampir sama berupa lesi yang ditutupi krusta.
lebih mudah diangkat, dan tempat predileksinya biasanya pada wajah dan
biasanya lebih dalam berupa ulkus, krustanya lebih sulit diangkat dan
tempat predileksinya biasanya pada tungkai bawah serta bisa terdapat pada
13
Gambar I: Impetigo. Terlihat erosi, krusta, dan blister ruptur
VIII. KOMPLIKASI
IX. PENATALAKSANAAN
1. Nonfarmakologi
14
2. Farmakologi
a. Sistemik
kedua. (1,10,13,16,17,18)
hari
hari
b. Topikal
15
2%, Mupirosin, dan Basitrasin merupakan antibiotik yang dapat
menjadi terapi antibiotik lokal yang valid. Neomisin dapat larut dalam
3. Edukasi
X. PROGNOSIS
parut (skar).(16)
16
XI. PENCEGAHAN
17
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.2 Anamnesis
Mengeluhkan luka pada kaki dan tangan kiri kanan sejak 1 tahun yang
lalu. Luka berawal dari punggung bawah terasa gatal dan nyeri. Awalnya
pasien merasa timbul bisul pada daerah punggung bawah, bisul tersebut
berisi cairan kental yang berwarna kekuningan. , karena gatal pasien terus
dan menjalar ke kaki dan tangan. Bertambah nyeri jika malam hari dan
sakit jika di bawa berjalan. Beberapa hari ± 10 hari yang lalu sempat
18
keluar nanah dari luka yang ada di tangan dan kaki, sempat pecah dan luka
Pasien sudah pernah berobat dan diberi obat Folasin dan salisil. Sering
Tidak ada
Tidak ada
GCS : 456
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Status generalis
Kepala : Normal
19
Mata : Anemia -/-, ikterus -/-
tidak teraba
Efloresensi Foto
20
Plak eritema batas jelas bentuk
Tidak dilakukan
2.6 Resume
Tn. K
Pasien datang dengan keluhan muncul luka pada kaki dan tangan kiri
kanan sejak 1 tahun yang lalu, muncul bisul berisi cairan dipunggung
lalu menjalar hingga tangan dan kaki. pasien mengeluh gatal, nyeri
21
2.7 Diagnosis
Ektima
Folikulitis
Impetigo Krustosa
2.9 Planning
2.10 Penatalaksanaan
- fuladic cream
- Edukasi :
2. Menasehati agar menjaga daya tahan tubuh dengan istirahat cukup dan
3. Menjaga hygine dengan mandi teratur dan mencuci pakaian yang bersih,
22
BAB III
PEMBAHASAN
klinis yang terdapat pada pasien. Riwayat dan gejala klinis ektima ditemukan pada
kasus ini. Dari anamnesis didapatkan keluhan terdapat pustul terasa gatal berawal
dari punggung dan menjalar ke tangan kiri kemudian tangan kanan, kemudian
kedua tungkai. Keluhan disertai rasa sakit. Yang kemudian digaruk yang
dengan pustul yang telah pecah, dengan krusta, multiple ukuran lentikular sampai
ektima dimana ditemukan plak eritema dengan krusta tebal dengan dasarnya
ulkus.
a. Impetigo krustosa
gambaran Effloresensi yang hampir sama berupa lesi yang ditutupi krusta.
Bedanya, pada impetigo krustosa lesi biasanya lebih dangkal, krustanya lebih
mudah diangkat, dan tempat predileksinya biasanya pada wajah dan punggung
serta terdapat pada anak-anak sedangkan pada ektima lesi biasanya lebih dalam
berupa ulkus, krustanya lebih sulit diangkat dan tempat predileksinya biasanya
pada tungkai bawah serta bisa terdapat pada usia dewasa muda3.
23
Gambar Impetigo. Eritema dan krusta pada seluruh daerah centrofacial
b. Folikulitis
tungkai bawah dengan kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa.
Perbedaannya, pada folikulitis, di tengah papul atau pustul terdapat rambut dan
24
Gambar Folikulitis superfisialis. Pustul multiple terlihat pada daerah jenggot.
Penatalaksanaan
- fuladic cream
- Edukasi :
2. Menasehati agar menjaga daya tahan tubuh dengan istirahat cukup dan
3. Menjaga hygine dengan mandi teratur dan mencuci pakaian yang bersih,
Prognosa baik
25
BAB IV
KESIMPULAN
Pada kasus ini diagnosis pasien yaitu ektima (Tn K /64tahun). Diagnosis
punggung dan menjalar ke tangan kiri kemudian tangan kanan, kemudian kedua
Dari pemeriksaan fisik didapatkan plak eritema batas jelas bentuk ireguler
dengan pustul yang telah pecah disertai krusta dengan dasar ulkus dan erosi
sehari p.c, fuladic cream dan infus Nacl 0,9% untuk mengompres.
Prognosa pada pasien ini adalah baik karena pada kasus ini tidak
26
DAFTAR PUSTAKA
color Guide to Diagnosis and Therapy 4th ed. USA: Mosby;. hal. 273.
7. Ryan Edward T, et al. 2002. Ilness After International Travel. The New
8. Hochedez Patrick, et al. 2008. Skin and Soft Tissue Infections in Returning
2018.
27
9. Hay R.J dan B.M. Adriaans. 2004. Bacterial Infection. In: Burns Tony, eds.
27.16.
11. Chiller Katarina, et al. 2001. Skin Microflora and Bacterial Infections of
2018.
JL, Rapini RP, eds. Dermatology 2nd ed. USA: Mosby Elsevier;. Ch. 73.
13. Craft Noah, et al. 2008. Superficial Cutaneous Infections and Pyoderma. In:
Companies;. p. 1694-701.
14. James William, Berger Timothy, Elston Dirk, eds. 2006.Andrews’ Disease
of The Skin Clinical Dermatology 10th ed. USA: Saunders Elsevier;. p. 259-
60.
15. Hunter John, eds. 2003. Bacterial Infections. In: Clinical Dermatology 3rd
28
16. Knott Laurence and Draper Richard. 2011. Ecthyma. Available from: URL:
18. Ngan Vanessa. 2008. Fusidic Acid and Mupirocin. Available from: URL:
29