Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.


Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut
yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis akan
mencegah kematian. Hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan
tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal
dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Nursalam, 2006).

Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang
terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis.
Hemodialisis adalah suatu proses memisahkan sisa metabolisme yang tertimbun dalam darah dan
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit juga asam basa melalui sirkulasi ekstrakorporeal
dengan menggunakan ginjal buatan. Beberapa aspek yang mempunyai hubungan erat dengan
masalah keperawatan antara lain : Ginjal buatan, Dialisat, Pengolahan Air, Akses Darah,
Antikoagulan, tekhnik Hemodialisa, Perawatan Pasien Hemodialisa, Kompliokasi akut
hemodialisa dan pengelolaannya, peranan perawat yang bekerja di luar HD (ruang perawatan
biasa) Tindakan hemodialisa dilakukan ketika ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan normal.
Pada gagal ginjal kronik maka hemodialisa bisa dilakukan seumur hidup bila tidak melakukan
operasi transplantasi ginjal. (Daurgirdas dkk, 2007).

2.2 Etiologi

Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari:
azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan
cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan
sindrom hepatorenal.
2.3 Patofisiologi

Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk
menyaring / membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer
ataupun sebab sekunder dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
gagal ginjal atau kegagalan fungsi ginjal dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab
gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis
merupakan salah satu modalitas pada penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak
semua gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak diperlukan pada pasien dengan
gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya untuk indikasi tunggal
seperti hiperkalemia. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melalui hemodialisis
pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.
Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala.Hemodialisis biasanya
dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt, yang biasanya sebanding dengan
kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih penting dari nilai laboratorium
absolut adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.

2.4 Tujuan Hemodialisa

Tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain:

 Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolism
dalam tubuh, seperti ureum, kretinin, dan sisa metabolisme yang lain.
 Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
 Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
 Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

2.5 Fungsi Hemodialisa

Fungsi hemodialisa menurut Hudak & Gallo (2005), adalah:


 Membuang produk metabolism protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
 Membuang kelebihan air yang mempengaruhi tekanan banding antara darah dan bagian
cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif
(penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses ultrafiltrasi).
 Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
 Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

2.6 Indikasi & Kontra Indikasi Hemodialisa

a. Indikasi Hemodialisa
Adapun indikasi dari hemodialisis yaitu gagal ginjal yang tidak lagi dapat
dikontrol melalui penatalaksanaan konservatif, pemburukan sindrom uremia yang
berhubungan dengan EDRS (mual, muntah, perubahan neurologis, kondisi neuropatik,
perikarditis), gangguan cairan atau elektrolit berat yang tidak dapat dikontrol oleh
tindakan yang lebih sederhatan (Patricia, 2006).
b. Kontra Indikasi Hemodialisa
Kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang tidak responsive terhadap
presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Tidak didapatkan akses
vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi.
Kontra indikasi hemodialisa yang lain antaranya adalah penyakit Alzheimer, demensia
multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan
lanjut.

2.7 Cara Penggunaan Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita
dan beredar dalam dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini
memerlukan jalan masuk ke aliran darah untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu
hubungan buatan diantara arteri dan vena (Fistula Arteriovenaso), lebih populer disebut
(Brescia-) Cimino Fistula, melalui pembedahan yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran
darah yang cukup besar. Fistula Arteriovenaso dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh
darah vena di leher atau paha dan bersifat temporer.

Kemudian aliran darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah mesin HD yang
terdiri dari selang Inlet/arterial (ke mesin) dan selang Outlet/venous (dari mesin ke tubuh).
Kedua ujungnya disambung ke jarum dan kanula yang ditusukkan ke pembuluh darah pasien
selama proses HD, darah pasien diberi Heparin agar tidak membeku ketika berada di luar tubuh
yaitu dalam sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD, posisi pasien dapat dalam keadaan
duduk atau berbarin. Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat yang diperlukan
antara lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan hormone eritropoetin serta pemberian
zat besi. Selain itu obat yang menurunkan kadar fosfat darah yang meningkat yang dapat
mengganggu kesehatan tulang, diberikan obat pengikat fosfat (Phosphate binder). Obat-obat lain
yang diperlukan sesuai kondisi pasien misalnya obat hipertensi, obat-obat antigatal, vitamin
penunjang (yag bebas fosfor maupun mineral yang tidak perlu).

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Leperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.

Nuari. N.A & Dhina. W. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan
Keperawatan). Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai