Anda di halaman 1dari 22

CONTINOUS AMBULATORY

PERITONEAL DIALYSIS (CAPD)


Pembimbing:
AKBP. Dr. dr. Julian Famil, Sp.B, FICS, FINACS
DIALISIS

 Tindakan medis yang berfungsi sebagai pengganti ginjal


 Dialisis diperlukan apabila ginjal tidak dapat lagi bekerja sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh tubuh.
 Dialisis diperlukan apabila sudah sampai pada tahap akhir kerusakan ginjal
atau gagal ginjal terminal (End Stage Renal Disease). Biasanya terjadi apabila
kerusakan ginjal sudah mencapai 85 – 90 %
DIALISIS

Terdapat 2 tipe tindakan dialisis yaitu:


 Hemodialisis

 Peritoneal dialisis.
PERITONEAL DIALISIS

 Rongga peru/ rongga peritoneal yang sehat, bekerja sebagai


penampung cairan dialisis
 Peritoneum sebagai membran semi permeabel yang berfungsi sebagai
tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi
racun yang akan dibuang
 Adanya kateter pada rongga peritoneal
 Cairan dialisat beserta sistem transfernya
Dialisis Peritoneal
Membran peritoneum adalah membran semi-permeabel yang melapisi dinding
abdomen (peritoneum parietal) dan organ-organ abdomen (peritoneum
viseral). Di dalam rongga perut terdapat banyak pembuluh-pembuluh darah
kecil (kapiler) yang berada pada satu sisi dari membran peritoneum dan cairan
dialisis pada sisi yang lain. Rongga peritoneum berisi + 100 ml cairan yang
berfungsi untuk lubrikasi / pelicin dari membran peritoneum. Pada orang
dewasa normal, rongga peritoneum dapan mentoleransi cairan > 2 liter tanpa
menimbulkan gangguan
CAPD

 Salah satu bentuk dialisis peritoneal kronik untuk pasien


dengan ESRD
Metode ini umum digunakan sebanyak 4-6 pertukaran per hari.
Prinsip kerjanya dengan menghubungkan tabung dan kantong
yang berisi cairan solution dengan menggunakan prinsip
gravitasi untuk mengisi dan mengeringkan rongga peritoneum.
CAPD

CAPD dapat dilakukan di rumah dengan bantuan kateter tetap yang


dipasang menembus dinding abdomen.
Kateter dialisis ini dipasang dengan teknik seldinger percutaneous,
peritoneoscopy dan laparotomi dibawah anestesi umum atau lokal
Biasanya dipakai kateter Tenckhoff yang merupakan kateter silikon
yang lurus atau bengkok dengan dua manses untuk fiksasi di dinding
abdomen dan melingkar pada ujungnya
Kateter dialisis peritoneal
terdiri dari tiga bagian:
• Segmen eksternal
• Segmen subkutan
• Segmen intraabdomen
dengan beberapa lubang
kecil dan terbuka di ujung ke
arah rongga peritoneum

Kateter Tenckhoff
PRINSIP DIALISIS

 Cairan dialysis 2 L dimasukkan dalam rongga peritoneum melalui kateter tenchoff

 Cairan tersebut didiamkan untuk waktu tertentu (6 – 8 jam) dan peritoneum bekerja
sebagai membrane semi permeable untuk mengambil sisa-sisa metabolisme dan
kelebihan air dari darah.
 Kemudian akan terjadi proses osmosis, difusi dan konveksi di dalam rongga
peritoneum.
 Setelah dwell time selesai cairan akan dikeluarkan dari rongga peritoneum melalui
catheter yang sama, proses ini berlangsung 4-6 kali dalam sehari selama 7 hari
dalam seminggu
VIDEO PENGGUNAAN CAPD
PRINSIP DIALISIS

Proses dialysis pada CAPD terjadi karena adanya perbedaan antara


tekanan osmotik dan konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD
dengan plasma darah dalam pembuluh kapiler.
PRINSIP DIALISIS

Dialisis melalui proses sebagai berikut


Difusi dan Osmosis
 Perpindahan molekul terlarut dari larutan konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang
lebih rendah disebut difusi. Jadi molekul seperti urea, kreatinin, vitamin B12 dan
fosfat berdifusi dari darah ke dialisat, dimana konsentrasi awal adalah nol. Faktor-
faktor yang mempengaruhi difusi adalah gradien konsentrasi antara darah dan cairan
dialisat (semakin besar gradien, semakin cepat difusi), dan luas permukaan serta
permeabilitas membran peritoneum (semakin luas dan permeabel, semakin cepat
difusi).
PRINSIP DIALISIS

 Ultra-filtrasi
 Perpindahan molekul pelarut (air) melewati membran peritoneal yang dikendalikan oleh gradien tekanan
disebut ultra-filtrasi (UF). Tingginya konsentrasi dekstrosa dalam cairan dialisat menyebabkan tekanan
osmotik untuk ultra-filtrasi.

 Konveksi
 Molekul-molekul terlarut bergerak dalam jumlah besar dengan pelarut (air).

 Net ultra-filtrasi
 Perbedaan volume cairan yang dimasukkan ke dalam rongga peritoneum dengan cairan yang
dikeluarkan.

 Penyerapan limfatik
 Air (dengan zat terlarut) dalam jumlah yang signifikan juga diserap ke dalam limfatik.
PRINSIP DIALISIS

Membran peritoneum bertindak sebagai membran dialisis yang


memisahkan antara cairan dialisat dalam kavum peritoneum dan
plasma darah dalam pembuluh darah di peritoneum.
Sisa-sisa metabolisme seperti ureum, kreatinin, kalium dan toksin lain
yang akan dikeluarkan melalui ginjal jika dalam keadaan normal. Pada
gangguan faal ginjal akan tertimbun dalam plasma darah.
Kadarnya yang tinggi akan mengalami difusi melalui membran
peritoneum dan akan masuk dalam cairan dialisat dan akan
dikeluarkan dari tubuh.
 Sementara itu setiap waktu cairan dialisat yang sudah dikeluarkan
diganti dengan cairan dialisat baru
KOMPOSISI CAIRAN DIALISIS

Susunan cairan Elektrolit Larutan Standar (mmol/L)


dialisat mengandung Na 132
elektrolit dengan K 0
kadar seperti pada
Ca 2,5 - 3,5
plasma darah
normal. Mg 0,5 - 1,5

Cl 96 – 102

Laktat 35 – 40

Glukosa (g/dL) 1,5 ; 2,5 ; 3,5 ; 4,25

pH 5,2 - 5,5
KEUNTUNGAN DIALISIS PERITONEAL

 Dilaksanakan oleh pasien di rumah sendiri.


 Transportasi ke rumah sakit hanya dibutuhkan untuk kunjungan darurat.
 Akses mudah untuk dilakukan, tidak membutuhkan mesin, teknik sederhana.
 Pembatasan makanan dan cairan sedikit, penurunan insiden anemia dan kontrol yang
lebih baik untuk hipertensi.
 Menghindari tusukan jarum dan heparinisasi sistemik. Kemungkinan terkena hepatitis B
dan C lebih kecil.
 Infeksi pada tempat keluar kateter jarang menjadi serius. Peritonitis biasanya sembuh
setelah kateter dilepas dan jarang fatal.
 Lebih aman untuk pasien dengan gangguan fungsi jantung dan iskemik jantung berat
KOMPLIKASI DIALISIS PERITONITIS

Komplikasi metabolik
 Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
 Gangguan metabolisme karbohidrat terutama pada diabetes mellitus
berupa hiperglikemi tak terkendali maupun hipoglikemi post dialisis.
 Kehilangan protein yang tebuang melalui cairan dialisat.
KOMPLIKASI DIALISIS PERITONITIS

Komplikasi metabolik
 Sindrom disequilibrium  sakit kepala, muntah, kejang, disorientasi, hipertensi,
kenaikan tekanan cairan serebrospinal, koma dan dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi ini terjadi pada pasien dengan kadar ureum tinggi. Patogenesisnya belum
diketahui secara pasti. Salah satu teori yang banyak dianut adalah karena lambatnya
koreksi/penurunan ureum dalam otak dan cairan sererospinal bila dibandingkan
dengan darah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan osmotik
dengan akibat edema otak.
KOMPLIKASI DIALISIS PERITONITIS

 Komplikasi mekanis
 Perforasi organ abdomen (usus, aorta, kandung kemih atau hati).
 Perdarahan yang terkadang dapat menyumbat kateter. • Gangguan drainase (aliran cairan dialisat).

 Bocornya cairan dialisat.


 Perasaan tidak enak dan sakit dalam abdomen.

 Komplikasi radang
 Infeksi saluran pernapasan (pneumonia, bronkitis purulenta)
 Sepsis

 Peritonitis

Anda mungkin juga menyukai