Anda di halaman 1dari 35

STASE KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. W


DENGAN GANGGUAN PERSEPSI HALUSINASI
PENDENGARAN DI BANGSAL SRIKANDI
RSJ GRHASIA D. I. YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Edelbertus Idaman Bahy, S.Kep 17400012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Stase Keperawatan Jiwa Ruang Srikandi RSJ Grahasia Yogyakarta telah
disahkan, pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang Srikandi RSJ Grahasia Yogyakarta

Pembimbing Klinik ( )

Pembimbing Akademik ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi Profesi

Dwi Agustiana Sari, S.Kep., Ns.,


M.Kep.

NIK. 42. 020885.02


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini.
Penulisan laporan praktik klinik state keperawatan jiwa ini merupakan
salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar profesi Ners di kampus STIKes
Guna Bangsa Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah mendapatkan banyak arahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1 Kepala Ruang Srikandi RSJ Grahasia D.I.Yogyakarta
2 Pembimbing Klinik Ruang Srikandi RSJ Grahasia D.I.Yogyakarta
3 Pembimbing Akademik STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
4 Seluruh Staf Keperawatan Ruang Srikandi RSJ Grahasia D.I.Yogyakarta
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan
dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Atas Kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan laporan ini, penulis mohon maaf. Akhir penulis kami
mengharapkan semoga laporan praktik klinik stases keperawatan jiwa ini dapat
bermanfaat.

Yogyakarta, Juni 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ........................................................................................................... 2


Kata pengantar ..................................................................................................................... 3
Daftar Isi ................................................................................................................................ 4
BAB I Pendahuluan ..............................................................................................................5
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 5
B. Tujuan ................................................................................................................................ 6
C. Manfaat .............................................................................................................................. 7
BAB II Pembahasan ............................................................................................................. 8
A. Pengertian Halusinasi ........................................................................................................ 8
B. Klasifikasi Halusinasi ........................................................................................................9
C. Etiologi Halusinasi ............................................................................................................ 9
D. Manifestasi Klinik Halusinasi .......................................................................................... 11
E. Akibat Halusinasi ............................................................................................................. 13
F. Tahapan Halusinasi .......................................................................................................... 14
G. Rentang Respon Halusinasi ............................................................................................. 16
H. Komplikasi Halusinasi .....................................................................................................18
I. Penatalaksanaan Halusinasi .............................................................................................. 18
J. Pohon Masalah Halusinasi ................................................................................................ 19
K. Masalah Keperawatan Halusinasi .................................................................................... 20
L. Diagnosa Keperawatan Halusinasi.................................................................................... 21
M. Rencana Tindakan Keperawatan Halusinasi.................................................................... 21
N. Contoh Strategi Pelaksanaan Pada Halusinasi ................................................................. 24
Daftar Pustaka ....................................................................................................................36
Asuhan Keperawatan Halusinasi ..................................................................................... 37
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan
tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang.
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana
adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen
Depkes), H. Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi
masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia.
Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan
yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta
mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena
dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya
terus meningkat.
Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa
pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa
parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,
2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah
kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan
data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami
gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut
terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk
penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat
mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia
khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari
juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti,
2008).
Berdasar kan data dari medical record BPRS dari makasar
provinsi sulawesi selatan menunjukan pasien halusinasi yang dirawat
pada tiga tahun terakhir sebagai berikut: pada tahun 2006 jumlah
pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang (52%), tahun
2007 jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang
(49%), tahun 2008 ( januari-maret) jumlah pasien 2294 dengan
halusinasi sebanyak 1162 orang. Agar perilaku kekerasan tidak terjadi
pada klien halusinasi maka sangat di butuh kan asuhan keperawatan
yang berkesinambungan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan
keperawatn jiwa pada klien dengan perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
2. Tujuan khusus
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami:
 Pengertian halusinasi
 Klasifikasi halusinasi
 Etiologi halusinasi
 Manifestasi klinis halusinasi
 Akibat halusinasi
 Tahapan halusinasi
 Rentang respon halusinasi
 Komplikasi halusinasi
 Penatalaksanaan halusinasi
 Pohon masalah halusinasi
 Masalah keperawatan
 Diagnosa keperawatan
 Rencana tindakan keperawatan

C. MANFAAT
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar
gangguan presepsi sensori yaitu halusinasi
 Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan
halusinasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering
diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia
70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang
juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik
depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana
klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah
persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya timulus eksternal
yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang
nyata ada oleh klien.
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang,
dimana tidak terdapat simulus (Yosep, 2009). Halusinasi
sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or
experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau
pengalaman indera. (Sundeen's, 2004).
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan
sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).
Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi
merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan
objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang
adekuat.
B. KLASIFIKASI
Menurut ( Rasmun, 2001 : 23 ).
1) Halusinasi pendengaran.
Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
2) Halusinasi Penglihatan.
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar – samar tanpa
stimulus nyata dan orang lain tidak melihatnya.
3) Halusinasi Penciuman.
Klien mencium bau – bau yang muncul dari sumber – sumber
tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak
menciumnya.
4) Halusinasi Pengecapan.
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan
rasa nyaman atau tidak enak.
5) Halusinasi Perasaan.
Klien merasa sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang nyata orang
lain tidak merasakannya.
6) Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaanmakanan atau pembentukan urine.
7) Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang
meenyebabkan halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan
klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya
sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka
di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang
diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008),
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,
yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh
Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya
memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk
dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

Manifestasi klinis berdasarkan tingkatannya dibagi beberapa


tahap yaitu:

1. Tahap I
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Gerakan mata yang cepat
d. Respon verbal yang lambat
e. Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

 2. Tahap II
a. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
b. Penyempitan kemampuan konsenstrasi
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas.

3. Tahap III
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya
b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
d. Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

4. Tahap IV
a. Prilaku menyerang teror seperti panik
b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain
c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri atau katatonik
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

E. AKIBAT HALUSINASI
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori:
halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai

F. TAHAPAN HALUSINASI
Halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa tahapan (Dalami,
et al, 2009), yaitu:
a. Sleep Disorder
Sleep Disorder adalah halusinasi tahap awal sesorang
sebelum muncul halusinasi.
1. Karakteristik. Klien merasa banyak masalah, ingin
menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain
bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit
karena berbagai stressor terakumulasi dan support system
yang kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. 
2. Perilaku. Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus
sehingga terbiasa menghayal, dan menganggap menghayal
awal sebagai pemecah masalah.
b. Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan:
Cemas sedang.
1. Karakteristik. Klien mengalami perasaan yang mendalam
seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba
untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan cemas. Klien cenderung mengenali bahwa
pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali
kesadaran jika cemas dapat ditangani. 
2. Perilaku. Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang
cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.

c. Condemning
Condemning adalah tahap halusinasi menjadi
menjijikkan: Cemas berat.
1. Karakteristik. Pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Klien mungkin merasa dipermalukan oleh
pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. 
2. Perilaku. Ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem
syaraf otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan
denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Rentang
perhatian dengan lingkungan berkurang, dan terkadang asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita.
d. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang
berkuasa: Cemas berat.
1. Karakteristik. Klien berhenti menghentikan perlawanan
terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut.
Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami
pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti. 
2. Perilaku. Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit
berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja,
ketidakmampuan mengikuti perintah dari perawat, tremor dan
berkeringat.
e. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik: Umumnya
menjadi melebur dalam halusinasi.
1. Karakteristik. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari
beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. 
2. Perilaku. Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri
atau membunuh. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau
katatonik, ketidak mampuan berespon terhadap lingkungan.

G. RENTANG RESPON HALUSINASI

Adaptif                                                                       Maladaptif
- Pikiran logis                - Distorsi pikiran          -Gangguan
pikir/delusi
-Persepsi kuat                -Ilusi                              -Halusinasi
-Emosi konsisten          -Reaksi emosi               -Sulit berespon
positif
-Dengan Pengalaman      -berlebihan atau kurang
-Perilaku sesuai            -Perilaku aneh/tidak biasa    -Perilaku
disorganisasi
-Berhubungan sosial     -Menarik diri                        -Isolasi social
Keterangan :
1. Respon Adaptif
1)  Pikiran logis : adalah sesuatu pola pikir yang sesuai dengan
akal sehat.
2)  Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui
panca indra yang didahului oleh perhatian ( attention )
sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam
maupun di luar dirinya.
3) Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten
atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan
biasanya berlangsung tidak lama.
4)  Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh
norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
5)  Hubungan social harmonis : yaitu hubungan yang dinamis
menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu
dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
2. Rentang Respon
Proses pikir kadang terganggu ( ilusi ): yaitu menifestasi
dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang
memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak
kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
Emosi berlebihan atau kurang : yaitu menifestasi
perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu
berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak
diterima oleh norma – norma sosial atau budaya umum yang
berlaku.
Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima
oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain.
3. Respon maladaptif
1) Gangguan proses pikir / waham adalah keyakinan seseorang
yang berdasarkan penilaian realitis yang salah.
2) Halusinasi adalah gagngguan penerimaan tanpa adanya
rangsangan dari luar.
3) Kerusakan proses pikir emosi adalah tidak dapat mengontrol
perasaannya.
4) Pikiran tidak terorganisasi adalah cara berpikir tidak realistis.
5) Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan
sosial dalam berinteraksi.
6)  Halusinasi pendengaran : adalah menghindar untuk
berhubungan dengan orang lain.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin dapat muncul pada penderita
halusinasi adalah adanya prilaku kekerasan, yaitu resiko mencedrai
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan selain itu komplikasi
lainnya dapat muncul adalah mengisolasi diri sendiri, klien kurang
memperhatikan  selfcare,menunjukan kerekatan terhadap realita
dan bertindak terhadap realita, gangguan orientasi realita.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian
obat -obatan dan tindakan lain, yaitu :
a.  Psikofarmakologis
Farmakotherapi ( anti psikotik ) harus ditunjang oleh
psikoterapi seperti Clorpromazin 150 – 600 mg / hari,untuk
mengendalikan psikomotornya. Haloperidol 5 – 15 mg / hariuntuk
menenangkan pasien. Porpenozin 12 – 24 mg / haridan Triflufirazin
10 – 15 mg / hari. Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan
dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula
dinaikkan sampai mencapai dosis ( stabilisasi ) , kemudian
diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan.
Dipertahankan 6 bulan – 2 tahun( diselingi masa bebas obat 1 – 2
hari / minggu ). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2 – 4
minggu dan dihentikan.

b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)


ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik
maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang
grandmall.
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi
realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata
kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat,
dan waktu.
J. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri orang lain


dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori : Deficit perawatan diri


halusinasi

Isolasi social : menarik diri Menurunya perawatan


Perilaku kekerasan diri

Gangguan konsep diri : HDR


Tidak efektifnya
penatalaksanaan segmen
terapeutik
Tidak efektifya koping individu

Tidak efektifnya
penatalaksanaan segmen
terapeutik
K. MASALAH KEPERAWATAN 
Masalah Keperawatan 
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek) 
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core
Problem) 
3. Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi) 
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
berhubungan dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan
gangguan Konsep diri : harga diri rendah. 
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
mekanisme koping inefektif
4. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan gangguan persepsi sensori

M. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Diagnosa 1 
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
berhubungan dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri. 
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya 
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
2. Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama
perawat dan mau duduk bersama.
3. Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
4. Pasien mau berhubungan dengan orang lain.
5. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat
berhubungan secara bertahap dengan keluarga.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Buat kontrak dengan klien.
3. Lakukan perkenalan.
4. Panggil nama kesukaan.
5. Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.
6. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
7. serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan
perasaan penyebab pasien tidak mau bergaul/menarik diri.
8. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta yang mungkin jadi penyebab.
9. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan.
10. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.
11. Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan
dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan.
12. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
13. Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat
dari berhubungan.
14. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien
mengisi waktunya.
15. Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
16. Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
17. Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling
percaya dengan keluarga.
18. Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri,
penyebab dan car a keluarga menghadapi.
19. Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
20. Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok
pasien minimal sekali seminggu

2. Diagnosa 2 
Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan
gangguan Konsep diri : harga diri rendah. 
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap. 
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan.
2. Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang
dipergunakan.
3. Pasien mampu memulai mengevaluasi diri.
4. Pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
5. Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang
dilakukan sesuai dengan rencana.
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada
pada dirinya dari segi fisik.
2. Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya.
3. Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang
menonjol selama di rumah dan di rumah sakit.
4. Berikan pujian.
5. Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh
pasien
6. Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien.
7. Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien.
8. Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana
penialian pasien terhadap stressor.
9. Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor
mempengaruhi pikiran dan perilakunya.
10. Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan
yang tidak realistic.
11. Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping
yang dimiliki
12. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang
cocok.
13. Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.
14. Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang
maladaptive.
15. Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang
dapat merubah dirinya bukan orang lain
16. Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya
sendiri (bukan perawat).
17. Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan /
tujuannya.
18. Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan
yang diharapkan.
19. Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk
berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya.

N. CONTOH STRATEGI PELAKSANAAN PADA


HALUSINASI
Kondisi klien:
 Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di
kamar
  Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
 Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang
membisiki dan isinya tidak jelas serta melihat setan-setan.
Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.      Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1)      Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2)      Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3)      Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi,
menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi
Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan UNDIP
yang akan merawat bapak Nama Saya nurhakim yudhi
wibowo, senang dipanggil yudi. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat
ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara
yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di
mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit”
Kerja:
”Apakah bapak  mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa
yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu?
Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari
bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak  rasakan pada saat mendengar suara itu?”
 ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah
dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita
belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua,
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung bapak  bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya
tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan!
Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah
bisa”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan D  setelah peragaan latihan tadi?”
Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara
tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau
jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan
latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua?
Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara kedua:  bercakap-cakap dengan orang lain 
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari
ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah
dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-
suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara
kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di
mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau
bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman
untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-
suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang
dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol
dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba
bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus!
Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah
ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-
suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari
lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya.
Selamat pagi”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal 
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak
hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah
sudah dipakai  dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar
cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan
kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk
di ruang tamu.Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30
menit? Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa
kegiatannya, terus jam berikutnya(terus ajak sampai
didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan
ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi
sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-
suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan
sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain
pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang
nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna
obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di
ruang makan ya! Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara
teratur
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari
ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah
dipakai  tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah
minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang
obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20
menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur.
Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat
penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat
yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini
yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara.
Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP)  3
kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau
putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan
ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-
benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang
lain. Baca nama  kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah
makan dan tepat jamnya  bapak juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap
tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk
mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada
jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat
pada perawat atau  pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat
manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai
jumpa.”
2.  Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
a. Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di
rumah sakit maupundi rumah
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif
untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan
keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah
sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk
sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah
sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien
secara konsisten akan membuat pasien mampu
mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun
demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien
akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat
sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi
pendukung yang efektif bagi pasien  dengan halusinasi baik
saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga
pasien halusinasi adalah: 
o Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
o Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan
gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat pasien halusinasi.
o Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan
cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan
pasien
o Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan
lanjutan pasien

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian


halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan
gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.
Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya yudi perawat yang merawat
Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang
Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang
Bapak alami dan bantuan apa yang Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat
bapak Apa yang Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi,
yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak
ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau  marah-
marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-
suara, sebenarnya suara itu tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan,
sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan
beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu ibu agar
bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara
lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya
bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat
bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau
melihatnya”. 
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena
kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada
orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan
keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.
Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat
jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau
pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini,
saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara
teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang
putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya
sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ.
Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul,
putus halusinasi Bapak dengan cara menepuk punggung
Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut.
Bapak  sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak.
Sambil menepuk punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa
kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-
suara itu datang?  Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga
kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”.
Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya
ajarkan”
”Bagus Bu”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan
memutuskan halusinasi Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat
bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu
untuk  mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan Bapak?” 
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi 
        SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien
langsung          dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan
cara merawat pasien dengan halusinasi  langsung dihadapan
pasien.
Orientasi:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi
Bapak yang sedang  mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan
Bapak”.   
”mari kita datangi bapak”
Kerja:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu
bapak mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar.
Untuk itu  pagi  ini istri bapak  datang untuk mempraktekkan
cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau
sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum
sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang,
coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang
bapak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya.
Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara
dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut”
(saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga
terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu
Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak.
(Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga
memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan istri bapak ke
ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan
pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu  setelah mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
 ”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat
melakukan cara itu bila Bapak mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal kegiatan harian Bapak. Jam
berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”
                
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan
Orientasi
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan
sekarang ketemu untuk membicarakan jadual bapak selama
dirumah”
 “Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari
kita duduk di ruang tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja:
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini
dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa
yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu
jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku
yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau
bapak terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa
kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di
berikan tindakan”
Terminasi:
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu
sebutkan cara-cara merawat bapak Bagus(jika ada yang lupa
segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-jenis-dan-tahapan-
halusinasi.html
http://ijammeru.blogspot.com/2011/10/makalah-halusinasi.html
http://dvithreez.blogspot.com/2012/12/makalah-masalah-halusinasi-dengar.html
http://lautan-dunia.blogspot.com/2013/10/makalah-halusinasi-dengar.html
http://wordlife06.blogspot.com/2012/12/makalah-asuhan-keperawatan-jiwa.html
http://afiaakperkebonjati.blogspot.com/
http://deby-erisaputro.blogspot.com/
http://wir-nursing.blogspot.com/2011/03/elektro-convulsif-therapie-ect.html
Budi Anni Keliat,Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC 
Maramis, Willy F .2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2;Surabaya. 
Yosep, I.2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Refika Aditama: Jakarta. 

Anda mungkin juga menyukai