Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS (SIROSIS HATI)

Diajurkan oleh :

Nama : DEWI ASTUTI


Prodi : D3 keperawatan

ROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316
2022
A.    DEFINISI
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit
hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C.
Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan, nekrosis sel
hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).

B.     KLASIFIKASI
Secara klinis chirrosis hati dibagi menjadi:
Chirrosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata
Chirrosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas. Chirrosis
hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat
tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.

Secara morfologi Sherrlock membagi Chirrosis hati bedasarkan besar kecilnya nodul, yaitu:
a. Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
b. Mikronoduler (reguler, monolobuler)
c. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler.

Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit chirrosis hati atas:
a. Chirrosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau sirosis toksik
atau subcute yellow, atrophy chirrosis yang terbentuk karena banyak terjadi jaringan nekrose.
b. Nutrisional chirrosis , atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler, chirrosis alkoholik,
Laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis. Chirrosis terjadi sebagai akibat kekurangan gizi,
terutama faktor lipotropik.
c. Chirrosis Post hepatic, chirrosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita hepatitis.
Shiff dan Tumen secara morfologi membagi atas:
1. Chirrosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis
2. Chirrosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut darihepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Chirrosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus biliaris
dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan
demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran
empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.

C.    ETIOLOGI
Penyebab Chirrosis Hepatis :
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada  dua penyebab
yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
1.      Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis hati,
apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah
penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk
terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa
hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi
gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus
A
2.      Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel
hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi
lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering
disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun
peminum yang  bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan parenkim hati.
3.      Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya
hemokromatosis, yaitu:
a.    Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
b.   Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada penderita dengan
penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan
timbulnya sirosis hati.

D.    ANATOMI DAN FUNGSI HATI


       1.      ANATOMI HATI
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah
diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi
hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.  
Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum
falciforme,di inferior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum teres dan di posterior oleh
fissure dinamakan dengan ligamentum venosum. . Lobus kanan hati enam kali lebih besar
dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus,
dan lobus quadrates. Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dan
dibungkus peritorium pada sebagian besar keseluruhan permukaannnya
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : Vena porta hepatica yang berasal dari lambung
dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut
dalam air, dan mineral dan Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan
oksigen.
Untuk lebih jelasnya anatomi hati dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber : Leanerhelp Image Liver
Untuk perbedaan hati yang sehat dengan yang sirosis dapat dilihat pada gambar berikut

Sumber : Info Kesehatan Fungsi Organ Hati

      2.      FUNGSI HATI
Hati selain salah satu organ di badan kita yang terbesar , juga mempunyai fungsi yang
terbanyak. Fungsi dari hati dapat dilihat sebagai organ keseluruhannya dan dapat dilihat dari
sel-sel dalam hati.
a.       Fungsi hati sebagai organ keseluruhannya diantaranya ialah;
1)      Ikut mengatur keseimbangan cairan dan elekterolit, karena semua cairan dan garam
akan melewati hati sebelum ke jaringan ekstraseluler lainnya.
2)      Hati bersifat sebagai spons akan ikut mengatur volume darah, misalnya pada
dekompensasio kordis kanan maka hati akan membesar.
3)      Sebagai alat saringan (filter)
Semua makanan dan berbagai macam substansia yang telah diserap oleh intestine akan
dialirkan ke organ melalui sistema portal.
b.      Fungsi dari sel-serl hati dapat dibagi
1)      Fungsi Sel Epitel di antaranya ialah:
a)      Sebagai pusat metabolisme di antaranya metabolisme hidrat, arang, protein, lemak,
empedu, Proses metabolisme akan diuraikan sendiri
b)      Sebagai alat penyimpan vitamin dan bahan makanan hasil metabolisme. Hati
menyimpan makanan tersebut tidak hanya untuk kepentingannnya sendiri tetapi untuk organ
lainya juga.
c)      Sebagai alat sekresi untuk keperluan badan kita: diantaranya akan mengeluarkan
glukosa, protein, factor koagulasi, enzim, empedu.
d)     Proses detoksifikasi, dimana berbagai macam toksik baik eksogen maupun endogen
yang masuk ke badan akan mengalami detoksifikasi dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisa
atau konjugasi.
2)      Fungsi sel kupfer sebagai sel endotel mempunyai fungsi sebagai sistem retikulo
endothelial.
a)      Sel akan menguraikan Hb menjadi bilirubin
b)      Membentuk a-globulin dan immune bodies
c)      Sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan elemen puskuler atau makromolekuler.

E.     PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini
menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati
dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul
sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir
sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut.
Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh
kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan distorsi
percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi
portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama.
Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo
endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible
menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan
parenkim hati. Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan
etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag menghasilkan limfokin
dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak
memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta
menyebar ke parenkim hati.

Pathway
Pathway Sirosis Hepatis (Sirosis Hati)

F.     GEJALA DAN TANDA KLINIS


1.      GEJALA
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver yang mulai
rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan
berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider
angiomas). Pada chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi
noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
2.      TANDA KLINIS
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a.       Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang
menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak
bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus
terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit
b.      Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki
(edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik
pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
c.       Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar sekitar 2-3
cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
d.      Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di atas nilai
normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah
melalui hati.

G.    KOMPLIKASI
Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:
1.   Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada chirrosis hati
adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah
muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang
keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah bercampur dengan
asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung dan tukak duodeni.
2.   Koma hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak
dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai gejala karakteristik
yaitu hilangnya kesadaran penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama
koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan fungsi vital
terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan dengan sempurna. Kedua koma
hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara
langsung, tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites,
karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.
3.   Ulkus Peptikum
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila dibandingkan
dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya ialah timbulnya
hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan
kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi makanan
4.   Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik
ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi adenomata multiple
kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple
5.   Infeksi
Setiap  penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga penderita sirosis,
kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis, diantaranya
adalah : peritonitis, bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik,
pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun septikemi.

H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
           1.      Pemeriksaan Laboratorium
a.    Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus. Pada
penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine kurang dari 4
meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.
b.   Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi pigmen
empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah
menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau
kehitaman.
c.    Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang dalam
bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena
splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru
akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya
trombositopeni.
d.   Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang sudah
disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan albumin
menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan
sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari.9 Kadar normal albumin dalam darah
3,5-5,0 g/dL38. Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses
yang disebut elektroforesis protein serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah
2:1 atau lebih. 39 Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang
peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.
            2. Sarana Penunjang Diagnostik
a.    Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks,
splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)
b.   Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati, termasuk
sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat
permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada
fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas nomal.
c.    Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas kelihatan
permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya
gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.
I.       PENATALAKSANAAN MEDIS
Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.
Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila ada
asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila proses
tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125
gr/hari). Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan
dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai
toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau
meningginya hasil metabolisme protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya
koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.
Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik.
Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai cabang
dengan glukosa.
Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yang mengandung
alkohol.

Penatalaksanaan asitesis dan edema adalah :


Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500 mg
perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat diatasi. Adakalanya harus dibantu
dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam, hanya sampai 1 liter atau
kurang.
Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretik berupa
spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila setelah
3 – 4 hari tidak terdapat perubahan.
Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis. Walupun merupakan cara
pengobatan asites yang tergolong kuno dan sempat ditinggalkan karena berbagai
komplikasinya, parasentesis banyak kembali dicoba untuk digunakan. Pada umunya
parasentesis aman apabila disertai dengan infus albumin sebanyak 6 – 8 gr untuk setiap liter
cairan asites. Selain albumin dapat pula digunakan dekstran 70 % Walaupun demikian untuk
mencegah pembentukan asites setelah parasentesis, pengaturan diet rendah garam dan
diuretik biasanya tetap diperlukan.
Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/hari. Hati-hati bila
cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu saat, dapat mencetuskan ensefalopati hepatik

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada klien dengan chirrosis hepatis dilakukan mulai dari pengumpulan data yang
meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa
lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan
chirrosis hepatis :
1.      Aktivitas dan istirahat :
kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa otot/tonus.
2.      Sirkulasi
Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung, reumatik, kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati), Distrimia, bunyi jantung ekstra (S3, S4).
3.      Eliminasi
Flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan atau tidak ada
bising usus, Feces warna tanah liat, melena, urin gelap, pekat.
4.      Nutrisi
Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima, Mual, muntah, Penurunan
berat badan atau peningkatan cairan penggunaan jaringan, Edema umum pada jaringan, Kulit
kering,Turgor buruk, Ikterik, angioma spider, Nafas berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi.
5.      Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian, penurunan mental, perubahan
mental, bingung halusinasi, koma bicara lambat/tak jelas.
6.      Nyeri
Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer, Perilaku
berhati-hati/distraksi, Fokus pada diri sendiri.
7.      Respirasi
Dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Ekspansi paru terbatas
(asites), Hipoksia
8.      Keamanan
Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis, petekia.
Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar.
9.      Seksualitas
Gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah
lengan, pubis).

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan
2.      Perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis
3.      Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
4.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang
terganggu
5.      Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal.
6.      Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan
dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.
7.      Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta nyeri
tekan dan asites)
8.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
9.      Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati dan
peningkatan kadar ammonia
10.  Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan
toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks

C.    RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan NOC NIC Rasional
Intoleransi Tujuan: 1.  Tawarkan diet tinggi 1.   Memberikan kalori
kalori, tinggi protein bagi tenaga dan
aktivitas Peningkatan energi
(TKTP). protein bagi proses
berhubungan dan partisipasi 2. Berikan suplemen penyembuhan.
dengan dalam aktivitas vitamin (A, B 2.   Memberikan nutrien
kelelahan dan Kriteria Hasil: kompleks, C dan K) tambahan.
       Melaporkan 3. Motivasi pasien untuk 3.   Menghemat tenaga
penurunan
peningkatan melakukan latihan pasien sambil
berat badan kekuatan dan yang diselingi istirahat mendorong pasien
kesehatan pasien. 4. Motivasi dan bantu untuk melakukan
       Merencanakan pasien untuk latihan dalam batas
aktivitas untuk melakukan latihan toleransi pasien.
memberikan dengan periode waktu 4.   Memperbaiki
kesempatan yang ditingkatkan perasaan sehat
istirahat yang secara bertahap secara umum dan
cukup. percaya diri
       Meningkatkan
aktivitas dan
latihan bersamaan
dengan
bertambahnya
kekuatan.
       Memperlihatkan
asupan nutrien
yang adekuat dan
menghilangkan
alkohol dari diet.
Perubahan Tujuan: 1.    Catat suhu tubuh 1.   Memberikan dasar
secara teratur. untuk deteksi hati
suhu tubuh: Pemeliharaan suhu
2.    Motivasi asupan cairan dan evaluasi
hipertermia tubuh yang normal3.    Lakukan kompres intervensi.
berhubungan Kriteria Hasil: dingin atau kantong es 2.   Memperbaiki
dengan proses         Melaporkan suhu untuk menurunkan kehilangan cairan
tubuh yang normal kenaikan suhu tubuh. akibat perspirasi
inflamasi pada
dan tidak4.    Berikan antibiotik serta febris dan
sirosis terdapatnya gejala seperti yang meningkatkan
menggigil atau diresepkan. tingkat kenyamanan
perspirasi. 5.    Hindari kontak dengan pasien.
       Memperlihatkan infeksi. 3.   Menurunkan panas
asupan cairan yang 6.      Jaga agar pasien dapat melalui proses
adekuat. beristirahat sementara konduksi serta
suhu tubuhnya tinggi. evaporasi, dan
meningkatkan
tingkat kenyaman
pasien.
4.   Meningkatkan
konsentrasi
antibiotik serum
yang tepat untuk
mengatasi infeksi.
5.   Meminimalkan
resiko peningkatan
infeksi, suhu tubuh
serta laju metabolik.
6.   Mengurangi laju
metabolik.
Gangguan Tujuan: 1.       Batasi natrium seperti 1.  Meminimalkan
yang diresepkan. pembentukan edema.
integritas kulit Memperbaiki
2.      Berikan perhatian dan 2.  Jaringan dan kulit
yang integritas kulit dan perawatan yang cermat yang edematus
berhubungan proteksi jaringan pada kulit. mengganggu suplai
dengan yang mengalami 3.      Balik dan ubah posisi nutrien dan sangat
pasien dengan sering. rentan terhadap
pembentukan edema.
4.      Timbang berat badan tekanan serta
edema. Kriteria Hasil:
dan catat asupan serta trauma.
     Memperlihatkan
haluaran cairan setiap 3.  Meminimalkan
turgor kulit yang
hari. tekanan yang lama
normal pada
5.      Lakukan latihan gerak dan meningkatkan
ekstremitas dan
secara pasif, tinggikan mobilisasi edema.
batang tubun.
ekstremitas edematus. 4.  Memungkinkan
     Tidak
6.      Letakkan bantalan perkiraan status
memperlihatkan
busa yang kecil cairan dan
luka pada kulit.
dibawah tumit, pemantauan
     Memperlihatkan
maleolus dan tonjolan terhadap adanya
jaringan yang
tulang lainnya. retensi serta
normal tanpa gejala
kehilangan cairan
eritema, perubahan
dengan cara yang
warna atau
paling baik.
peningkatan suhu
5.  Meningkatkan
di daerah tonjolan
mobilisasi edema.
tulang.
6.  Melindungi tonjolan
     Mengubah posisi
tulang dan
dengan sering.
meminimalkan
trauma jika
dilakukan dengan
benar.
Gangguan Tujuan: 1.  Observasi dan catat 1.  Memberikan dasar
derajat ikterus pada untuk deteksi
integritas kulit Memperbaiki
kulit dan sklera. perubahan dan
berhubungan integritas kulit dan2.  Lakukan perawatan evaluasi intervensi.
dengan ikterus meminimalkan yang sering pada kulit, 2.  Mencegah
dan status iritasi kulit mandi tanpa kekeringan kulit dan
menggunakan sabun meminimalkan
imunologi Kriteria Hasil:
dan melakukan masase pruritus.
yang    Memperlihatkan
dengan losion 3.  Mencegah
kulit yang utuh
terganggu pelembut (emolien). ekskoriasi kulit
tanpa terlihat luka
3.  Jaga agar kuku pasien akibat garukan.
atau infeksi.
selalu pendek.
   Melaporkan tidak
adanya pruritus.
   Memperlihatkan
pengurangan gejala
ikterus pada kulit
dan sklera.
   Menggunakan
emolien dan
menghindari
pemakaian sabun
dalam menjaga
higiene sehari-hari.
Perubahan Tujuan: Perbaikan1.  Motivasi pasien untuk 1.   Motivasi sangat
status nutrisi, status nutrisi makan makanan dan penting bagi
suplemen makanan. penderita anoreksia
kurang dari Kriteria Hasil:
2.  Tawarkan makan dan gangguan
kebutuhan    Memperlihatkan
makanan dengan porsi gastrointestinal.
asupan makanan
tubuh sedikit tapi sering. 2.   Makanan dengan
yang tinggi kalori,
berhubungan 3.  Hidangkan makanan porsi kecil dan
tinggi protein
yang menimbulkan sering lebih ditolerir
dengan dengan jumlah
selera dan menarik oleh penderita
anoreksia dan memadai. dalam penyajiannya. anoreksia.
   Mengenali
gangguan 4.  Pantang alkohol. 3.Meningkatkan selera
makanan dan
gastrointestinal minuman 5.   Pelihara higiene oral makan dan rasa
yang
sebelum makan. sehat.
. bergizi dan
6.  Pasang ice collar untuk4.   Menghilangkan
diperbolehkan
mengatasi mual. makanan dengan
dalam diet.
7.  Berikan obat yang “kalori kosong” dan
   Bertambah berat
diresepkan untuk menghindari iritasi
tanpa
mengatasi mual, lambung oleh
memperlihatkan
muntah, diare atau alkohol.
penambahan
konstipasi. 5.   Mengurangi citarasa
edema dan
8.  Motivasi peningkatan yang tidak enak dan
pembentukan
asupan cairan dan merangsang selera
asites.
latihan jika pasien makan.
   Mengenali dasar
melaporkan konstipasi.6.   Dapat mengurangi
pemikiran
9.  Amati gejala yang frekuensi mual.
mengapa pasien
membuktikan adanya 7.   Mengurangi gejala
harus makan
perdarahan gastrointestinal dan
sedikit-sedikit tapi
gastrointestinal. perasaan tidak enak
sering.
pada perut yang
   Melaporkan
mengurangi selera
peningkatan selera
makan dan
makan dan rasa
keinginan terhadap
sehat.
makanan.
   Menyisihkan
8.   Meningkatkan pola
alkohol dari dalam
defekasi yang
diet.
normal dan
   Turut serta dalam
mengurangi rasa
upaya memelihara
tidakenak serta
higiene oral
distensi pada
sebelum makan
abdomen.
dan menghadapi
9.   Mendeteksi
mual.
komplikasi
   Menggunakna obat
gastrointestinal yang
kelainan
serius.
gastrointestinal
seperti yang
diresepkan.
   Melaporkan fungsi
gastrointestinal
yang normal
dengan defekasi
yang teratur.
   Mengenali gejala
yang dapat
dilaporkan:
melena,
pendarahan yang
nyata.
Resiko cedera Tujuan: 1.      Amati setiap feses 1.      Memungkinkan
yang dieksresikan deteksi perdarahan
berhubungan Pengurangan
untuk memeriksa dalam traktus
dengan resiko cedera warna, konsistensi dan gastrointestinal.
hipertensi Kriteria Hasil: jumlahnya. 2.      Dapat menunjukkan
portal,    Tidak 2.       Waspadai gejala tanda-tanda dini
memperlihatkan ansietas, rasa penuh perdarahan dan
perubahan
adanya perdarahan pada epigastrium, syok.
mekanisme yang nyata dari kelemahan dan 3.      Mendeteksi tanda
pembekuan traktus kegelisahan. dini yang
dan gangguan gastrointestinal. 3.        Periksa setiap feses dan membuktikan
  Tidak muntahan untuk adanya perdarahan.
dalam proses mendeteksi darah yang 4.      Menunjukkan
memperlihatkan
detoksifikasi adanya tersembunyi. perubahan pada
obat. kegelisahan, 4.
rasa        Amati manifestasi mekanisme
penuh pada hemoragi: ekimosis, pembekuan darah.
epigastrium dan epitaksis, petekie dan5.      Memberikan dasar
indikator lain yang perdarahan gusi. dan bukti adanya
menunjukkan 5.      Catat tanda-tanda vital hipovolemia dan
hemoragi serta dengan interval waktu syok.
syok. tertentu. 6.      Meminimalkan
  Memperlihatkan 6.        Jaga agar pasien tenang resiko perdarahan
hasil pemeriksaan dan membatasi dan mengejan.
yang negatif untuk aktivitasnya. 7.      Memudahkan insersi
perdarahan 7.      Bantu dokter dalam kateter kontraumatik
tersembunyi memasang kateter untuk mengatasi
gastrointestinal. untuk tamponade balon perdarahan dengan
  Bebas dari daerah- esofagus. segera pada pasien
daerah 8.      Lakukan observasi
yang yang cemas dan
mengalami selama transfusi darah melawan.
ekimosis atau dilaksanakan. 8.      Memungkinkan
pembentukan 9.      Ukur dan catat sifat, deteksi reaksi
hematom. waktu serta jumlah transfusi (resiko ini
  Memperlihatkan muntahan. akan meningkat
tanda-tanda vital 10.  Pertahankan pasien dengan pelaksanaan
yang normal. dalam keadaan puasa lebih dari satu kali
  Mempertahankan jika diperlukan. transfusi yang
istirahat 11.  Berikan vitamin K
dalam diperlukan untuk
keadaan tenang seperti yang mengatasi
ketika terjadi diresepkan. perdarahan aktif dari
perdarahan aktif. 12.  Dampingi pasien secara varises esofagus)
  Mengenali rasional terus menerus selama9.      Membantu
untuk melakukan episode perdarahan. mengevaluasi taraf
transfusi darah dan13.  Tawarkan minuman perdarahan dan
tindakan guna dingin lewat mulut kehilangan darah.
mengatasi ketika perdarahan 10.  Mengurangi resiko
perdarahan. teratasi (bila aspirasi isi lambung
  Melakukan diinstruksikan). dan meminimalkan
tindakan untuk
14.  Lakukan tindakan resiko trauma lebih
mencegah trauma untuk mencegah lanjut pada esofagus
(misalnya, trauma : dan lambung.
menggunakan sikata.  Mempertahankan 11.  Meningkatkan
gigi yang lunak, lingkungan yang aman. pembekuan dengan
membuang ingusb.   Mendorong pasien memberikan vitamin
secara perlahan- untuk membuang ingus larut lemak yang
lahan, menghindari secara perlahan-lahan. diperlukan untuk
terbentur sertac.   Menyediakan sikat mekanisme
terjatuh, gigi yang lunak dan pembekuan darah.
menghindari menghindari 12.  Menenangkan pasien
mengejan pada saat penggunaan tusuk gigi. yang merasa cemas
defekasi). d.  Mendorong konsumsi dan memungkinkan
  Tidak mengalami makanan dengan pemantauan serta
efek samping kandungan vitamin C deteksi terhadap
pemberian obat. yang tinggi. kebutuhan pasien
  Menggunakan e.   Melakukan kompres selanjutnya.
semua obat seperti dingin jika diperlukan.13.  Mengurangi resiko
yang diresepkan. f.    Mencatat lokasi tempat perdarahan lebih
  Mengenali rasional perdarahan. lanjut dengan
untuk melakukang.   Menggunakan jarum meningkatkan
tindakan penjagaan kecil ketika melakukan vasokontriksi
dengan penyuntikan. pembuluh darah
menggunakan 15.  Berikan obat dengan esofagus dan
semua obat. hati-hati; pantau efek lambung.
samping pemberian 14.  Meningkatkan
obat. keamanan pasien.
a.  Mengurangi resiko
trauma dan
perdarahan dengan
menghindari cedera,
terjatuh, terpotong,
dll.
b.  Mengurangi resiko
epistaksis sekunder
akibat trauma dan
penurunan
pembekuan darah.
c.  Mencegah trauma
pada mukosa oral
sementara higiene
oral yang baik
ditingkatkan.
d. Meningkatkan
proses penyembuhan
e.  Mengurangi
perdarahan ke dalam
jaringan dengan
meningkatkan
vasokontriksi lokal.
f.   Memungkinkan
deteksi tempat
perdarahan yang
baru dan
pemantauan tempat
perdarahan
sebelumnya.
g.  Meminimalkan
perambesan dan
kehilangan darah
akibat penyuntikan
yang berkali-kali.
15.  Mengurangi resiko
efek samping yang
terjadi sekunder
karena
ketidakmampuan
hati yang rusak
untuk melakukan
detoksifikasi
(memetabolisasi)
obat secara normal.
Nyeri kronis Tujuan: 1.     Pertahankan tirah 1.     Mengurangi
baring ketika pasien kebutuhan metabolik
berhubungan Peningkatan rasa
mengalami gangguan dan melindungi hati.
dengan agen kenyamanan rasa nyaman pada 2.     Mengurangi
injuri biologi Kriteria Hasil: abdomen. iritabilitas traktus
       Mempertahankan 2.     Berikan antipasmodik gastrointestinal dan
(hati yang
tirah baring dan dan sedatif seperti nyeri serta gangguan
membesar
mengurangi yang diresepkan. rasa nyaman pada
serta nyeri aktivitas ketika3.     Kurangi asupan abdomen.
tekan dan nyeri terasa. natrium dan cairan jika3.     Memberikan dasar
asites)       Menggunakan diinstruksikan. untuk mendeteksi
antipasmodik dan lebih lanjut
sedatif sesuai kemunduran
indikasi dan resep keadaan pasien dan
yang diberikan. untuk mengevaluasi
      Melaporkan intervensi.
pengurangan rasa 4.     Meminimalkan
nyeri dan gangguan pembentukan asites
rasa nyaman pada lebih lanjut.
abdomen.
      Melaporkan rasa
nyeri dan gangguan
rasa nyaman jika
terasa.
      Mengurangi
asupan natrium dan
cairan sesuai
kebutuhan hingga
tingkat yang
diinstruksikan
untuk mengatasi
asites.
      Merasakan
pengurangan rasa
nyeri.
      Memperlihatkan
pengurangan rasa
nyeri.
      Memperlihatkan
pengurangan
lingkar perut dan
perubahan berat
badan yang sesuai.
Kelebihan Tujuan: Pemulihan1.     Batasi asupan natrium1.     Meminimalkan
dan cairan jika pembentukan asites
volume cairan kepada volume
diinstruksikan. dan edema.
berhubungan cairan yang normal2.     Berikan diuretik, 2.     Meningkatkan
dengan asites Kriteria Hasil: suplemen kalium dan ekskresi cairan lewat
dan         Mengikuti diet protein seperti yang ginjal dan
rendah natrium dan dipreskripsikan. mempertahankan
pembentukan
pembatasan cairan3.     Catat asupan dan keseimbangan cairan
edema. seperti yang haluaran cairan. serta elektrolit yang
diinstruksikan. 4.     Ukur dan catat lingkar normal.
       Menggunakan perut setiap hari. 3.     Menilai efektivitas
diuretik, suplemen5.     Jelaskan rasional terapi dan
kalium dan protein pembatasan natrium kecukupan asupan
sesuai indikasi dan cairan. cairan.
tanpa mengalami 4.     Memantau
efek samping. perubahan pada
       Memperlihatkan pembentukan asites
peningkatan dan penumpukan
haluaran urine. cairan.
       Memperlihatkan 5.     Meningkatkan
pengecilan lingkar pemahaman dan
perut. kerjasama pasien
       Mengidentifikasi dalam menjalani dan
rasional melaksanakan
pembatasan pembatasan cairan.
natrium dan cairan.
Perubahan Tujuan: Perbaikan1.     Batasi protein 1.     Mengurangi sumber
makanan seperti yang amonia (makanan
proses berpikir status mental
diresepkan. sumber protein).
berhubungan Kriteria Hasil: 2.     Berikan makanan 2.     Meningkatkan
dengan        Memperlihatkan sumber karbohidrat asupan karbohidrat
perbaikan status dalam porsi kecil tapi yang adekuat untuk
kemunduran
mental. sering. memenuhi
fungsi hati dan       Memperlihatkan 3.     Berikan perlindungan kebutuhan energi
peningkatan kadar amonia terhadap infeksi. dan
kadar amonia. serum dalam batas-4.     Pertahankan “mempertahankan”
batas yang normal. lingkungan agar tetap protein terhadap
       Memiliki orientasi hangat dan bebas dari proses
terhadap waktu, angin. pemecahannya untuk
tempat dan orang. 5.     Pasang bantalan pada menghasilkan
       Melaporkan pola penghalang di samping tenaga.
tidur yang normal. tempat tidur. 3.     Memperkecil resiko
       Menunjukkan 6.     Batasi pengunjung. terjadinya
perhatian terhadap7.     Lakukan pengawasan peningkatan
kejadian dan keperawatan yang kebutuhan metabolik
aktivitas di cermat untuk lebih lanjut.
lingkungannya. memastikan keamanan4.     Meminimalkan
       Memperlihatkan pasien. gejala menggigil
rentang perhatian8.     Hindari pemakaian karena akan
yang normal. preparat opiat dan meningkatkan
       Mengikuti dan barbiturat. kebutuhan
turut serta dalam9.     Bangunkan dengan metabolik.
percakapan secara interval. 5.     Memberikan
tepat. perlindungan kepada
       Melaporkan pasien jika terjadi
kontinensia fekal koma hepatik dan
dan urin. serangan kejang.
       Tidak mengalami 6.     Meminimalkan
kejang. aktivitas pasien dan
kebutuhan
metaboliknya.
7.     Melakukan
pemantauan ketat
terhadap gejala yang
baru terjadi dan
meminimalkan
trauma pada pasien
yang mengalami
gejala konfusi.
8.     Mencegah
penyamaran gejala
koma hepatik dan
mencegah overdosis
obat yang terjadi
sekunder akibat
penurunan
kemampuan hati
yang rusak untuk
memetabolisme
preparat narkotik
dan barbiturat.
9.     Memberikan
stimulasi kepada
pasien dan
kesempatan untuk
mengamati tingkat
kesadaran pasien.
Pola napas Tujuan: Perbaikan1.     Tinggalkan bagian 1.     Mengurangi tekanan
kepala tempat tidur. abdominal pada
yang tidak status pernapasan
2.     Hemat tenaga pasien. diafragma dan
efektif KriteriaHasil: 3.     Ubah posisi dengan memungkinkan
berhubungan         Mengalami interval. pengembangan
perbaikan status4.     Bantu pasien dalam toraks dan ekspansi
dengan asites
pernapasan. menjalani parasentesis paru yang maksimal.
dan restriksi       Melaporkan
atau torakosentesis. 2.     Mengurangi
pengembangan pengurangan gejala a.       Berikan dukungan dan kebutuhan metabolik
toraks akibat sesak napas. pertahankan posisi dan oksigen pasien.
       Melaporkan selama menjalani 3.      Meningkatkan
aistes, distensi
peningkatan tenaga prosedur. ekspansi
abdomen serta dan rasa sehat. b.      Mencatat jumlah dan (pengembangan) dan
adanya cairan       Memperlihatkan sifat cairan yang oksigenasi pada
dalam rongga frekuensi respirasi diaspirasi. semua bagian paru).
yang normal (12- c.       Melakukan observasi 4.     Parasentesis dan
toraks 18/menit) tanpa terhadap bukti torakosentesis (yang
terdengarnya suara terjadinya batuk, dilakukan untuk
pernapasan peningkatan dispnu mengeluarkan cairan
tambahan. atau frekuensi denyut dari rongga toraks)
       Memperlihatkan nadi. merupakan tindakan
pengembangan yang menakutkan
toraks yang penuh bagi pasien. Bantu
tanpa gejala pasien agar bekerja
pernapasan sama dalam
dangkal. menjalani prosedur
       Memperlihatkan ini dengan
gas darah yang meminimalkan
normal. resiko dan gangguan
       Tidak mengalami rasa nyaman.
gejala konfusi atau a.      Menghasilkan
sianosis. catatan tentang
cairan yang
dikeluarkan dan
indikasi keterbatasan
pengembangan paru
oleh cairan.
b.      Menunjukkan iritasi
rongga pleura dan
bukti adanya
gangguan fungsi
respirasi oleh
pneumotoraks atau
hemotoraks
(penumpukan udara
atau darah dalam
rongga pleura).

DAFTAR PUSTAKA
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2006, Nursing Interventions Classification
(NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St.
Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002,  NANDA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Soeparman. (2004). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-pendahuluan-sirosis-
hepatis_4798.html#.VGlL-NKUdiI

KASUS
Seorang pasien bernama Tn. M tahun 23,islam, SMA, wiraswasta, belum kawin, alamat kp.
Codet rt 002/012, masuk tanggal 16 juli 2020,DX: sirosis hepatis, pasien memiliki riwayat
mengkonsumsi minuman beralkohol sejak SMP, saat ini pasien mengatakan nyeri di
abdomen kanan sampai ke belakang, pasien terlihat meringis menahan rasa sakit TD
120/80mmHg, Suhu 36,5 C, Nadi 102x/menit,RR 20x/menit. Pasien mengatakan nyeri ketika
terlalu banyak bergerak dan ketika di tekan, terasa seperti di tusuk tusuk sampai kedaerah
belakang skala nyeri pada rentang 4-6, nyeri kadang hilang timbul dan bisa tiba tiba, tetapi
jika terasa nyeri kadang hilang timbul dan bisa tiba tiba, tetapi jika terasa nyeri bisa sampai
15 menit, nyeri sudah berlangsung selama kurang lebih 4 hari.jika nyeri timbul pasien
mengatakan tidak bisa tidur, hasil palpasi abdomen, hepar teraba 2 jari di bawah costa, sclera
tampak ikterik, peristalik usus 10x/menit. Pasien mengatakan tidak napsu makan dan bila
makan, terasa mual.
1) Apa yang terjadi pada pasien berdasarkan tanda dan gejala yang muncul? Berikan
jastifikasinya
2) Masalah keperawatan yang muncul pada kasus di atas, standart luaran yang di
harapkan, dan rencana tindakan dan 1 intervensi pendukung?
3) Jelaskan mengapa masalah keperawatan tersebut dapat muncul buatlah dalam bentuk
pohon masalah?
4) Edukasi apa yang perlu di berikan oleh perawat terkait kasus tersebut?

Jawaban
1) Tanda yang muncul sirosis hepatis adalah dapat menceradai hati secara perlahan
organ hati akan memperbaiki cedera tersebut dengan membentuk jaringan parut dan
sehingga hati tidak lagi berfungsi dengan baik namun jika penyebabnya di obati
perkembangan sirosis dapat di hentikan atau di perlembat. Gejala bisa menimbulkan
kerusakan hati makin parah,penderita akan mengalami lemas, mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan, sertai kulit dan bagian putih mata menguning, muntah,
darah, perut membesar.
2) Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri kronis (D.0076) b.d nyeri terus
menerus
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan,yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
DS
 Klien mengeluh nyeri di bagian tubuhnya
 Klien merasa depresi
 Klien tampak meringis
 Klien tampak gelisah
 Klien tidak mampu menuntaskan aktivitasnya

P : nyeri kaki,saat berjalan dan berkurang saat tiduran


Q : nyeri seperti di tusuk tusuk
R: nyeri di kaki kanan
S: Skala nyeri 4-6
T : nyeri hilang timbul sejak 1 minggu
DO
o Klien tampak menahan nyeri
o Klien tampak memegangi kakinya
o Klien tampak pucat
o Mata klien terlihat merah karena kurang tidur
o Pola tidur klien sangat berubah
o Klien mengatakan menyempit di tubuhnya

Intervensi untuk masalah keperawatan ini adalah manajemen nyeri (1.08238)


Definisi: mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan
Observasi
 Identifikasi lokasi intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Monitor keberhasilan terapi komplemeter yang sudah di berikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Standar luaran yang digunakan adalah tingkat nyeri (L.08066)


Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan.
Ekspektasi : menurun
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k memburuk membaik
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa tertekan 1 2 3 4 5
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Persiapan pasien, sapa pasien dan keluarga,perkenalkan bahwa anda petugas yang akan
melakukan tindakan, jelaskan maksud dan tujuan tindakan, pastikan bahwa pasien dan
keluarga mengerti penjelasan anda, berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya.

Persiapan mahasiswa, mencuci tangan, menjaga privasi klien, menepatkan alat di dekat
pasien dengan benar, mempersiapkan klien berbaring atau duduk di tempat tidur, dan
mengukur tanda tanda vital.

3). Pohon masalah sirosis hepatis


Sirosis hepatis

Kelainan jar parenkim hati

Fungsi hati terganggu

Peningkatan tekanan hidrostatik, peningkatan pemeabilitas vaskuler

Filtrasi cairan keruang ketiga

Gangguan metabolisme protein

Kerusakan integritas kulit

Penumpukan garam empedu di dalam kulit

Gangguan citra tubuh

Penurunan produksi sel darah merah/anemia


4). Edukasi apa yang perlu di berikan oleh perawat sirosis hepatis, adalah mengenai gaya
hidup mencakup diet yang baik, menghentikan konsumsi alcohol dan rokok, perubahan gaya
hidup berat badan dan mencegah diabetes dapat membantu dalam resiko terjadinya sirosis.

Anda mungkin juga menyukai