GIZI OLAHRAGA
OLEH
HAPSAWATI IDRUS
1321119006
TAHUN 2021
[Type text]Page 0
LAPORAN PELAKSANAAN PRATIKUM GIZI OLAHRAGA DI PUSAT
PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA PELAJAR KOTA
GORONTALO2021
Oleh
HAPSAWATI IDRUS
1321119006
Mengetahui :
DAFTAR ISI
[Type text]Page 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..1
A. DATA ATLET………………………………………….………………..9
B. AKTIVITAS FISIK ATLET…………………………………………….10
C. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ATLET………………………….....11
A. KESIMPULAN…………………………………………………………13
B. SARAN……………………………………………………………..…..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….15
DOKUMENTASI…………………………………………………………........16
[Type text]Page 2
1. Sepak Takraw
Sepak takraw adalah menyepak bola dengan samping kaki,
sisi kaki bagian dalam atau bagian luar kaki yang terdiri dari tiga
orang pemain.Permainan sepak takraw dimainkan tanpa
menggunakan tangan untuk memukul bola, bahkan tidak boleh
menyentuh lengan. Bola hanya boleh menyentuh atau dimainkan
dengan kaki, dada, bahu dan kepala(Jamalong, 2015) Pengaturan
makanan atlet yang berorientasi gizi seimbang penting dilakukan,
mengingat pentingnya peranan masing-masing zat gizi bagi tubuh
secara keseluruhan, terutama untuk atlet. Kebutuhan gizi atlet jelas
akan berbeda dengan kebutuhan gizi orang yang bukan atlet, hal
ini disebabkan perbedaan kegiatan fisik/aktifitas dan kondisi psikis.
Kondisi prestasi atlet di Indonesia belum mencapai kondisi yang
optimal, salah satunya dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang tidak
seimbang. Asupan gizi yang tidak seimbang diduga karena belum
memadainya pengetahuan pembina dan pelatih olahraga mengenai
peranan gizi dalam peningkatan prestasi atlet. Zat gizi yang
dibutuhkan atlet terdiri dari energi,zat gizi makro dan zat gizi mikro.
Yang termasuk kelompok zat gizi makro yaitu karbohidrat, lemak
dan protein, sedangkan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral.
Karbohidrat merupakan salah satu jenis jenis zat gizi yang sangat
penting bagi atlet. Agar cadangan energi atlet mencukupi
kebutuhan, karbohidrat merupakan penyuplai energi yang utama.
(Laily Hidayanti, 2015)
Kebutuhan protein setelah berolahraga sedikit meningkat
karena dipakai untuk pemulihan jaringan maupun penambahan
masa otot. Meskipun protein merupakan zat pembangun jaringan
tubuh bukan berarti makin tinggi konsumsi protein makin besar
pembentukan otot. Pembentukan massa otot dan kekuatannya
[Type text]Page 3
ditentukan oleh latihan yang terprogram dengan baik dan ditunjang
oleh makanan yang cukup. Atlet tidak dianjurkan mengkonsumsi
makanan sumber protein yang berlebihan. Konsumsi protein yang
berlebihan menyebabkan hati dan ginjal bekerja lebih berat, karena
harus memecah dan mengeluarkan protein berlebihan. Ini
disebabkan karena protein tidak seperti karbohidrat dan lemak,
tidak dapat disimpan dalam jumlah yang cukup besar di dalam
tubuh dan kelebihannya harus dikeluarkan dari tubuh melalui urine
dan tinja. Protein yang berlebihan bagi atlet tidak berguna bahkan
dapat merugikan penampilan, terutama pada pertandingan
ketahanan.(Moehji, 2017).
[Type text]Page 4
Tumbuh yang di butuhkan akan membutuhkan kalori yang lebih
ssbesar pula. Misalnya, orang yang berbeda gemuk akan lebih
banyak kebutuhan kalori bila di bandingkan dengan orang yang
kurus.
[Type text]Page 5
Kebutuhan lemak berkisar antara 20 - 45% dari kebutuhan
kalori total. Bila mengonsumsi lemak kurang 20% kurang dari
kebutuhan kalori total tidak akan memberi keuntungan pada
kinerja fisik. Demikian pula bila mengonsumsi lemak lebih 45%
dari kebutuhan kalori total maka akan berbahaya bagi
kesehatan atlet
C. KEBUTUHAN ENERGI
Kebutuhan energi ditentukan oleh tiga komponen yaitu energi Basal
Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), Aktivitas
fisik, dan Energy Expenditure untuk setiap jenis dan lama latihan.
1. BMR (Basal Metabolic Rate)Basal Metabolic Rate (BMR) adalah
jumlah energi yang dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh. BMR
untuk setiap orang dipengaruhi oleh umur, massa tubuh,
komposisi tubuh dan jenis kelamin. BMR juga dipengaruhi oleh
perubahan faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban,
ketinggian tempat berlatih, dan keadaan emosi tertentu, seperti
rasa takut, cemas dan ketegangan.
2. SDA (Specific Dynamic Action)
Specific Dynamic Action (SDA) SDA adalah energi yang
dibutuhkan untuk mencerna zat zat gizi makro. Untuk mencerna
karbohidrat dibutuhkan sebesar 6-7% dari BMR, untuk
mencerna protein 20-30% dari BMR dan untuk mencerna lemak
dibutuhkan sebesar 4-14% dari BMR. Untuk bahan makanan
campuran yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak
SDAnya adalah 10% dari BMR.
3. Tingkat Aktifitas Fisik
Setiap aktivitas fisik memerlukan energi untuk bergerak.
Pengeluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh
jenis, intensitas dan lama aktivitas fisik. Estimasi energi yang
dikeluarkan oleh berbagai aktivitas fisik sangat sulit dilakukan
[Type text]Page 6
secara teliti. Perhitungan kasar biasa menggunakan formulasi
sebagai berikut:
D. PENGATURAN MAKAN
1. Periode Latihan
Seorang pelatih akan memberi program latihan yang lebih berat
dari pada pertandingan, meskipun dengan intensitas dan
volume yang meningkat secara bertahap. Dengan dasar inilah
maka pemenuhan kebutuhan energi pada hari latihan menjadi
fokus utama. Secara umum prinsip pengaturan makan pada hari
latihan adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan keseimbangan energi antara yang keluar
dan yang masuk. Hari latihan berat pasti membutuhkan
energi lebih besar. Keseimbangan energi ini juga perlu
dipertimbangkan sewaktu mengatur berat badan atlet, baik
menambah, mengurangi, maupun mempertahankan berat
badan. Pada cabang olahraga dengan klasifikasi berat
badan tentu harus mempertimbangkan pemasukan energi ini
lebihketat. Pemenuhan kebutuhan energi tersebut lebih
mudah dilakukan dengan pengaturan konsumsi karbohidrat
kompleks.
b. Memperhatikan variasi makanan untuk memenuhi seluruh
unsur gizi yang diperlukan. Disamping itu, pembiasaan
makan yang bervariasi sangat perlu dilakukan pada hari-hari
latihan, agar pada hari pertandingan tidak mengalami
kesulitan untuk mengkonsumsi menu apa pun yang
disajikan. Apabila atlet dipersiapkan untuk bertanding di luar
kota atau bahkan di luar negeri, penyajian makan selama
hari latihan harus disesuaikan dengan menu dan citarasa
daerah tersebut, agar terjadi adaptasi baik pada lidah
maupun perut. Hari latihan merupakan hari yang
[Type text]Page 7
membolehkan ahli gizi bereksperimen, sebab pada hari
bertanding, eksperimen tidak boleh lagi dilakukan.
c. Memperbaiki kebiasaan makan yang kurang benar dan
menghilangkan berbagai mitos yang dipercaya oleh atlet.
2. Periode Pertandingan
Memasuki tahap pertandingan baik kondisi fisik dan mental
sudah mencapai kondisi yang sebaik-baiknya. Pada masa
pertandingan, seluruh aktifitas atlet difokuskan pada kegiatan
pertandingan yang tahapnya dapat berlangsung satu hari
sampai kegiatan beberapa hari berturut-turut. Kiat Dalam
Penyediaan Makanan Pada Saat Bertanding Makanan yang
dikonsumsi selain memenuhi syarat gizi, sebaiknya sudah
dikenal atlet.
3. Pra Pertandingan
Kira-kira 3-4 jam sebelum pertandingan, atlet dapat
mengkonsumsi makanan lengkap. Makanan sebaiknya mudah
dicerna, rendah lemak, rendah serat, dan tidak menyebabkan
masalah pada pencernaan atlet tidak terlalu pedas, dan tidak
mengandung bumbu-bumbu tajam serta tidak berlemak.
Sedangkan makanan kecil minuman biskuit, teh manis, jus
buah, dll bisa diberikan kira-kira 1-2 jam sebelum pertandingan .
4. Selama Pertandingan
Minum air sebanyak 1-1,5 gelas 1 jam sebelum pertandingan
dan saat istirahat waktu jeda sangat dianjurkan. Minum air
selama pertandingan juga harus dilakukan setiap ada
kesempatan, jangan menunggu sampai timbul rasa haus. Air
minum dapat ditambah 1 sendok teh gula dan 1/4 sendok teh
garam dalam 1 gelas air
5. Pasca Pertandingan
Segera setelah selesai pertandingan, atlet harus segera minum
air dingin suhu 10-15 Celcius sebanyak satu gelas, dapat
[Type text]Page 8
dilanjutkan dengan sari buahair + gula + garam. Kemudian
dapat diberikan makanan padat yang mudah dicerna seperti
biskuit atau bubur halus dalam porsi kecil. Setelah rasa letih
berkurang, atlet dapat diberikan makanan biasa dengan gizi
seimbang sesuai dengan kebutuhan
[Type text]Page 9
A. HASIL
DATA ATLET
Nama : Fikra Duka
Umur :17 Thn
Cabang olahraga :Sepak Takraw
TB :167 cm
BB :66 kg
a. Waktu Pelaksanaan
Praktikum gizi olahraga ini dilakukan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 08 Juli 2021Jam : 08.00 WITA
b. Tempat Pelaksanaan : Praktikum Alat Praktikum Gizi olahraga
di lakukan di PPLP GORONTALO, kelurahan pulubala, kec.
Kota tengah, kab. Gorontalo.
1. Timbangan Analog
2. Microtoise
AKTIVITAS FISIK ATLET
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik
dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau
olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam
seminggu.
B. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ATLET
Kebutuhan Energi
IMT =BB/TB2
66/1,67x1,67
= 23, 74 (berat badan ideal
Berdasarkan hasil perhitungan indeks masa tubuh dikategorikan
berat badan ideal
BBI = (TB-100) - (TB-100) X 10%
= (167 – 100) – (167 – 100) x 10 %
[Type text]Page 10
= 67-6,7
= 60,3
BMR = 66 + (13,7×BB)+5×TB-(6,8×U)
=66 +13,7×66)+(5×167)-6,8×17)
=66+(904,2)+(835)- (115,6)
= 1.920,8
Specific dynamic action (SDA) = 10%X1.920,8
= 1.920,8
=486 gram
=149 gram
=49 gram
PEMBAHASAN
[Type text]Page 11
Besarnya kebutuhan energi seseorang tergantung dari besarnya
energi yang digunakan setiap hari. Oleh karena kebutuhan energi dapat
dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi.
Komponen-komponen tersebut yaitu Basal Metabolic Rate (BMR),
Specific Dynamic Action (SDA), aktivitas fisik dan faktor pertumbuhan.
(Kartini, A. 2011).
Basal Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah energi yang dikeluarkan untuk
aktivitas vital tubuh, seperti denyut jantung, bernafas, transmisi listrik pada
otot dan syaraf, dan lain lain. (Diana, F.M. 2009).
SDA adalah energi yang dibutuhkan untuk mencerna zat-zat gizi makro.
Pengeluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis,
intensitas dan lama aktivitas fisik. Anak dan remaja mengalami
pertumbuhan sehingga memerlukan penambahan energi. Energi
tambahan dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang baru dan jaringan tubuh.
(Andini. 2016).
[Type text]Page 12
terhadap seorang atlet harus secara individual. Pemberian makanan
harus memperhatikan jenis kelamin atlet, umur, berat badan, serta jenis
olahraga. Selain itu, pemberian makanan juga harus memperhatikan
periodisasi latihan, masa kompetisi, dan masa transisi atau pemulihan.
Gerak yang terjadi pada olahraga karena adanya kontraksi otot. Otot
dapat berkontraksi karena adanya pembebasan energi berupa ATP yang
tersedia di dalam sel otot. ATP dalam sel otot jumlahnya terbatas dan
dapat dipakai sebagai sumber energi hanya dalam waktu 1 2 detik.
Kontraksi otot akan tetap berlangsung apabila ATP yang telah berkurang
dapat segera dibentuk kembali. Pembentukan kembali ATP dapat berasal
dari creatin fosfat, glu-kosa, glikogen maupun asam lemak. Olahraga
aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan asupan energi. Namun,
penetapan kebutuhan energi secara tepat tidaklah sederhana dan sangat
sulit. Besarnya kebutuhan energi seseorang tergantung dari besarnya
energi yang digunakan setiap hari. Oleh karena kebutuhan energi dapat
dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi.
Komponen-komponen tersebut yaitu basal metabolic rate (BMR), specific
dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan. Cara
Menghitung Kebutuhan Energi Kebutuhan energi dapat dihitung
berdasarkan komponen-komponen penggunaan energi. Berdasarkan
komponen-komponen tersebut, terdapat 6 langkah untuk menghitung
kebutuhan energi setiap atlet. Langkah 1 : Tentukan status gizi atlet
dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan presentase lemak
tubuh. Indeks massa tubuh merupakan pembagian berat badan dalam kg
oleh tinggi badan dalam satuan meter dikwadratkan.
[Type text]Page 13
A. KESIMPULAN
Dari Hasil penilaian status gizi secara langsung yang
dilakukan di pplp gorontalo, dengan responden bernama Fikra
Duka yang berusia 17 tahun, dengan berat badan 66 kg, tinggi
badan 167 cm,Hasil dari pengukuran IMT dapat diketahui bahwa
berdasarkan indeks masa tubuh atlet tersebut memiliki status gizi
yang kategorinya berat badan ideal. Penilaian status gizi
menggunakan pemeriksaan lansung dilakukan kepada responden,
diketahui bahwa tidak ditemukan tanda-tanda gizi kurang atau gizi
lebih.
Hasil pemeriksaan secara tidak langsung dengan menggunakan
recall 24 jammenunjukan bahwa responden mempunyai tingkat
kebutuhan energi (TKE) baik dan tingkat kebutuhan protein (TKP)
baik. Sumber pangan yang sering dikonsumsi adalah telur, sumber
pangan sayur sayuran yang paling sering di konsumsi adalah
kangkung dalam seminggu,dan susu yang paling sering dikonsumsi
adalah susu sapi.
B. SARAN
Penyusunan Laporan Praktikum ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penyusun menerima setiap kritik dan saran dari
semua pihak untuk Laporan Praktikum ini agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
[Type text]Page 14
Afriwardi. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta: EGC; 2010. v-143.
Andini ., Siti, F., Zen, R. 2016. Hubungan Asupan Energi Dan
Protein Dengan Status Gizi Narapidana Umum Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, vol 5(1
Dewi, P.L., Kartini, A. 2011. Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas
Fisik, Asupan Energi Dan Asupan Lemak Dengan Kejadian
Obesitas Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama. J. Nutr.
Collage 6, 257–261
Dewi E., Kuswari M. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Status
Gizi terhadap Kebugaran Atlet Bulu Tangkis Jaya Raya pada Atlet
Laki-laki dan Perempuan di Asrama Atlet Ragunan. J Nutr Diaita.
2013;5(2).
Diana, F.M. 2009. Fungsi dan metabolisme protein dalam tubuh
manusia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 4(1):47– 52.
Hidayati, Nurul Laily. (2015). Buku Ajar : Asuhan Gizi Olah Raga.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Irianto, Djoko Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluargapa
dan Olahragawan. Andi Offset. Yogyakarta
Kuswari M. Gizi Olahraga. In: Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016.
Moehji, S. 2017. Dasar-dasar Ilmu Gizi 1. Pustaka Kemang:
Jakarta.
[Type text]Page 15
DOKUMENTASI
[Type text]Page 16