Anda di halaman 1dari 9

The 9th University Research Colloqium 2019

Universitas Muhammadiyah Purworejo

TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI MAKRO ATLET BULUTANGKIS DI


PERSATUAN BULUTANGKIS KABUPATEN KUDUS

1)
Siti Zulaekah, 2)Pungki Indarto, 3)Tri Hastin Khusmalinda, 4)Trahing Rima Hapsari
Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Program Studi Pendidikan Olah Raga FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email: sz102@ums.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat konsumsi zat gizi makro atlet
bulutangkis di Persatuan Bulutangkis Kabupaten Kudus. Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah atlet bulutangkis berusia kurang dari 18
tahun di Persatuan Bulutangkis Kabupaten Kudus berjumlah 85 atlet. Subjek dalam penelitian ini adalah
atlet bulutangkis berusia kurang dari 18 tahun di Persatuan Bulutangkis Kabupaten Kudus. Data yang
dikumpulkan meliputi asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Data diperoleh melalui wawancara
langsung menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire semi-quantitative. Data dianalisis
menggunakan program Nutrisurvey untuk mendapatkan jumlah energi, protein, lemak dan karbohidrat.
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan berbagai variabel yaitu: asupan energi, asupan
protein, asupan lemak dan asupan karbohidrat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan
energi sehari atlet bulutangkis berusia kurang dari 18 tahun di Kota Kudus adalah 4861,40 kkal,
kebutuhan protein 182,37 gram, kebutuhan lemak 135,05 gram dan kebutuhan karbohidrat adalah 715,52
gram.Asupan energi rata-rata sehari atlet bulutangkis adalah 5597,60 kkal, asupan protein 256,50 gram,
asupan lemak 146,37 gram dan asupan rata-rata karbohidrat adalah 706,29 gram. Rata-rata tingkat
kecukupan energi sebesar 113,06%, tingkat kecukupan protein sebesar 142,70%, tingkat kecukupan lemak
sebesar 110.03% dan tingkat kecukupan karbohidrat sebesar 96,18%.

Kata kunci : atlet bulutangkis, tingkat konsumsi, zat gizi makro

PENDAHULUAN Salah satu faktor penting untuk


meningkatkan prestasi atlet adalah status
Prestasi olahraga yang tinggi perlu gizi yang baik. Status gizi yang baik ini akan
terus menerus dipertahankan dan diperoleh dengan cara pemenuhan
ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang kebutuhan gizi seimbang, artinya energi dan
penting untuk mewujudkannya adalah zat gizi makro dan mikro yang dikeluarkan
melalui gizi seimbang yaitu energi yang dan dibutuhkan altlet saat latihan dan
dikeluarkan untuk olahraga harus seimbang pertandingan harus seimbang atau sama
atau sama dengan energi yang masuk dari dengan energi dan zat gizi yang dikonsumsi
makanan. Kebutuhan gizi bagi para atlet oleh atlet dari makanan. Makanan untuk
mempunyai kekhususan karena tergantung atlet harus mengandung semua unsur zat
cabang olahraga yang dilakukan. Bagi atlet gizi baik zat gizi makro maupun zat gizi
asupan zat gizi yang terkait dengan olahraga mikro. Makanan untuk atlet harus mampu
mempunyai arti penting selain untuk menghasilkan energi tertentu dan harus
mempertahankan kebugaran juga untuk dapat mengganti zat gizi dalam tubuh yang
meningkatkan prestasi atlet tersebut dalam hilang selama aktifitas olahraga yang dia
cabang olahraga yang diikutinya (Williams, lakukan (Primana, 2000). Kelompok zat gizi
1995). makro tersebut meliputi : karbohidrat, lemak

614
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

dan protein, sedangkan zat gizi mikro adalah mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah
vitamin dan mineral (Syafrizar & Wilda, yang cukup setiap hari, maka simpanan
2009) glikogen otot dan hati akan habis. Hal ini
Pengaturan makan pada atlet setiap menyebabkan terjadinya pengosongan
hari untuk pembinaan prestasi pada dasarnya simpanan glikogen secara bertahap dan
hampir sama dengan gizi individu bukan selanjutnya dapat menurunkan daya tahan
atlet, akan tetapi terdapat beberapa serta performa atlet (Damayanti,2000)
perbedaan. Perbedaan tersebut diantaranya Protein merupakan bagian penting
adalah: jadwal pemberian makan atlet dalam membran sel dan digunakan sebagai
menyesuaian periodesasi latihan dan sumber energi potensial. Kekurangan
pertandingan, jadwal makan untuk atlet juga protein bukan merupakan masalah besar
menyesuaikan waktu hari pertandingan. bagi atlet, akan tetapi akan menjadi masalah
Selain itu pada jenis olahraga tertentu berat yang serius bagi atlet yang vegetarian.
badan ideal untuk atlet juga menyesuaikan Kekurangan protein berakibat mengecilnya
dengan jenis olahraga. Smith dkk, (2015) jaringan limfa. Seorang atlet yang vegetarian
menjelaskan bahwa untuk mendukung asupan zat gizi makro dan mikronya harus
performa atlet, faktor gizi harus terpenuhi supaya kekebalan tubuh tidak
diperhatikan. diantaranya adalah menurun. Fungsi utama protein yang lain
keseimbangan antara konsumsi dan adalah kontribusi asam amino untuk
pengeluaran energi saat latihan dan berbagai proses anabolik, protein juga
bertanding Selanjutnya, setiap atlet yang mengkatabolisasi untuk energi. Metabolisme
harus mendapatkan pemenuhan zat gizi yang protein berkontribusi antara 2% dan 5% dari
cukup, baik pada fase sebelum latihan, saat total keperluan energi tubuh. Dengan
latihan, saat bertanding dan setelah latihan kekuatan latihan, protein / asam amino
atau pertandingan (Zoorob dkk, 2013). berkontribusi sangat sedikit untuk bahan
Konsumsi energi atlet diperlukan bakar berolahraga (Jackson,2000)..
tidak hanya untuk tujuan pengisian tetapi Lemak dalam tubuh, selain
juga untuk mendukung apapun yang digunakan sebagai sumber energi juga
diperlukan untuk latihan maupun disaat merupakan komponen esensial bagi
bertanding. Pembatasan kalori yang membran sel, neuron insulation, hormon
berlebihan pada atlet akan menimbulkan dan storage sites. Peningkatan konsumsi
masalah yaitu meningkatkan terjadinya lemak sering dikaitkan dengan peningkatan
infeksi. Pembatasan kalori sedang (1.250 kadar kolesterol. Hal ini yang menyebabkan
Kkal / hari ) tanpa olahraga akan para atlet mengkonsumsi sedikit lemak.
menghasilkan penurunan berat badan, BMI Padahal penurunan konsumsi lemak yang
rendah dan penurunan lemak tubuh tetapi terlalu banyak menyebabkan sel limfosit dan
tidak berpengaruh terhadap kekebalan sel NK bekerja terlalu keras (Jackson,2000).
tubuh. Sedangkan, pembatasan kalori defisit Olahraga bulutangkis merupakan
(950 kkal/hari) akan menyebabkan salah satu jenis olahraga prestasi yang dapat
penurunan imun walaupun BMI normal mengharumkan nama negara dimata dunia.
((Jackson,2000). Di Indonesia pembinaan prestasi olahraga
Karbohidrat sangat penting sebagai ini sudah cukup baik, terlihat dari
sumber energi, terutama untuk jaringan banyaknya klub atau pusat pembinaan
saraf. Karbohidrat mengandung glukosa olahraga bulutangkis di daerah-daerah
yang dibutuhkan oleh otak dan sistem termasuk di Kabupaten Kudus. Atlet
homeostasis. Asupan karbohidrat yang bulutangkis merupakan seorang
cukup sangat dibutuhkan atlet dalam olahragawan yang mampu berprestasi dalam
menunjang performanya. Apabila atlet tidak cabang olahraga bulutangkis, baik di tingkat

615
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

daerah, nasional maupun internasional protein, lemak dan karbohidarat. Untuk


(Afifi, 2015). Beberapa penelitian menilai tingkat konsumsi, data asupan ini
sebelumnya menemukan bahwa seringkali dibandingkan dengan hasil perhitungan
konsumsi zat gizi atlet kurang mendapatkan kebutuhan individu untuk atlet. Analisis
perhatian sehingga konsumsi zat gizi baik univariat dilakukan untuk mendeskripsikan
energi, protein, lemak dan atlet belum sesuai berbagai variabel yaitu: asupan energi,
dengan kebutuhan yang seharusnya. Dari asupan protein, asupan lemak dan asupan
uraian diatas, maka peneliti bermaksud karbohidrat.
meneliti tentang tingkat konsumsi zat gizi
makro atlet bulutangkis di Persatuan HASIL DAN PEMBAHASAN
Bulutangkis Kabupaten Kudus. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran lokasi penelitian
gambaran tingkat konsumsi zat gizi makro Penelitian ini dilaksanakan di tiga
atlet bulutangkis di Persatuan Bulutangkis klub atau persatuan bulutangkis di bawah
Kabupaten Kudus naungan Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia (PBSI) Kota Kudus. Tiga
METODE PENELITIAN persatuan bulutangkis tersebut meliputi :
Jenis penelitian ini bersifat Persatuan Bulutangkis Taurus, Persatuan
observasional dengan pendekatan cross Bulutangkis Putra Sang Fajar, dan
sectional. Lokasi penelitian ini dilaksanakan Persatuan Bulutangkis Djarum. Persatuan
di Persatuan Bulutangkis Kabupaten Kudus. Bulutangkis Taurus mulai berdiri tahun
Populasi dari penelitian ini adalah atlet 2012. Saat ini Persatuan Bulutangkis
bulutangkis berusia kurang dari 18 tahun di Taurus telah membina atlet usia 7-15 tahun.
Persatuan Bulutangkis Kabupaten Kudus Kegiatan latihan bulutangkis atlet
berjumlah 85 atlet. Subjek dalam penelitian dilaksanakan di Gedung Olahraga Taurus
ini ditetapka dengan kriteria sehat jasmani yang letaknya di Desa Getas, Kecamatan
dan rohani, bersedia menjadi subjek Jati, Kabupaten Kudus. Persatuan
penelitian, tidak dalam masa kompetisi dan Bulutangkis Taurus sudah memiliki asrama
tidak memiliki alergi makanan. sendiri, sehingga atlet bisa tinggal di
Subjek penelitian ini berjumlah 33 atlet Asrama.
diambil secara Simple Random Sampling Persatuan Bulutangkis Putra Sang
yang berarti semua populasi memiliki Fajar berdiri tahun 2015. Kegiatan latihan
kesempatan yang sama untuk dijadikan atlet dilaksanakan di GOR Hastomo Arbi
subjek dalam penelitian. Pengambilan dan GOR Taurus Kota Kudus. Persatuan
subjek dilakukan dengan cara mengambil Bulutangkis Putra Sang Fajar ini belum
urutan responden secara acak sebanyak memiliki asrama sehingga atlet tinggal di
jumlah subjek yang dibutuhkan. Data yang rumah mereka masing-masing di wilayah
dikumpulkan meliputi asupan energi, Kota Kudus. Persatuan Bulutangkis Djarum
protein, lemak dan karbohidrat. Data sudah berdiri sejak tahun 1974. Kegiatan
tersebut diperoleh melalui wawancara latihan atlet dilaksanakan di GOR
langsung kepada responden dengan Bulutangkis Djarum yang terletak di Jl.
menggunakan kuesioner dan form FFQ Raya Kudus-Purwodadi KM 0,3 Kota
(Food Frequency Questionnaire) semi- Kudus. Kegiatan latihan juga dilaksanakan
quantitative. di GOR Kaliputu. Persatuan Bulutangkis
Hasil survei konsumsi makanan dengan Djarum juga memiliki asrama atlet dan
form semi-quantitative FFQ diolah dengan rumah pelatih yang terletak satu komplek
program Nutrisurvey, kemudian dengan GOR.
dikonversikan ke dalam unsur-unsur energi,

616
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Gambaran Karakteristik Subjek dengan kebugaran jasmani superior


Subjek penelitian ini berjumlah 33 sebanyak 21,2 %, excellent 30,3 %, diatas
atlet dengan kisaran usia antara 11-17 rata-rata sebanyak 24,2 % dan rata-rata
tahun (U-18). Usia terbanyak adalah 13 sebanyak 15,2 %. Namun demikian masih
tahun dengan persentase 42,4%. Jenis terdapat atlet yang kebugaran jasmaninya
kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 51,5%, di bawah rata-rata yaitu 9,1 %.
sedangkan perempuan 48,5%. Hasil
wawancara dengan subjek tentang Gambaran Konsumsi Energi Atlet
konsumsi suplemen menunjukkan bahwa Pada penelitian ini konsumsi energi
sebagian besar subjek mengkonsumsi atlet kita jabarkan menjadi tiga bagian,
suplemen makanan. Jenis suplemen yang pertama adalah kebutuhan energi atlet yang
dikonsumsi atlet di tiga persatuan kita peroleh melalui perhitungan kebutuhan
bulutangkis ini sangat beragam terdiri 18 energi atlet secara individu, kedua adalah
jenis suplemen. Cara asupan energi atlet yang kita peroleh melalui
mengkonsumninyapun juga berbeda beda analisis hasil kuesioner FFQ (Food
ada yang tunggal ada pula dengan Frequency Questionnaire) semi-quantitative
kombinasi. Apabila dilihat dari frekuensi menggunakan program Nutrisurvey dan
konsumsi suplemen menunjukkan bahwa ketiga adalah tingkat konsumsi energi.
kategori subjek yang sering suplemen Tingkat kecukupan energi diperoleh dengan
sebanyak 84,8%, jarang mengkonsumsi cara membandingkan asupan energi dengan
suplemen sebanyak 12,10 % sedangkan kebutuhan energi individual atlet. Gambaran
tidak pernah mengkonsumsi suplemen lengkap kebutuhan, asupan dan tingkat
sebanyak 3,0%. konsumsi energi atlet bulutangkis di Kota
Hasil pengamatan kebugaran Kudus dapat dilihat pada Tabel. 1.
jasmani subjek menunjukkan bahwa atlet

Tabel. 1 Gambaran Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Konsumsi Energi


Atlet Bulutangkis
Kebutuhan Asupan Energi Tingkat
Energi (Kkal) (Kkal) Konsumsi (%)

Minimal 3901,10 3084,00 68,00


Maksimal 8494,75 10024,80 170,00
Rata-rata 4861,40 5597,60 113,06
Standar deviasi 1048,13 1702,52 22,41

Hasil perhitungan rata-rata yaitu 48,50 % subjek mempunyai tingkat


kebutuhan energi sehari atlet bulutangkis konsumsi energi yang normal, disusul
berusia kurang dari 18 tahun di Kota Kudus dengan tingkat konsumsi lebih 39,40 % dan
adalah 4861,40 kkal. Hasil analisis asupan tingkat konsumsi kurang 12,10 %.
energi rata-rata sehari atlet bulutangkis Hasil ini mengindikasikan bahwa
tersebut adalah 5597,60 kkal. Dari asupan tingkat konsusmsi energi atlet bulutangkis
energi rata-rata kemudian kita bandingkan ini secara umum baik. Hal ini merupakan
dengan kebutuhan sehari menunjukkan modal yang baik bagi pembinaan atlet,
tingkat kecukupan energi sebesar 113,06 %. karena energi merupakan suatu kapasitas
Apabila tingkat konsumsi energi atlet ini untuk melakukan kerja atau aktivitas. Energi
kita kelompokkan menurut Depkes,RI tubuh kita dapat kita peroleh melalui
(1996) akan terlihat bahwa hampir separuh makanan yang kita konsumsi. Makanan
617
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

tersebut selanjutnya akan diubah menjadi Seperti halnya dengan konsumsi


energi elektrik untuk impuls otot dan akan energi,, konsumsi protein atlet pada
digunakan untuk memproduksi panas yang penelitian ini kita jabarkan menjadi tiga
berguna untuk menjaga suhu tubuh serta bagian, pertama adalah kebutuhan protein
membuat tubuh bisa bergerak melakukan atlet, kedua adalah asupan protein atlet dan
aktivitas fisik (Zulaekah, dkk. 2018) ketiga adalah tingkat konsumsi protein atlet.
Gambaran lengkap kebutuhan, asupan dan
Gambaran Konsumsi Protein Atlet tingkat konsumsi protein atlet bulutangkis di
kota Kudus dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel. 2 Gambaran Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Konsumsi Protein


Atlet Bulutangkis
Kebutuhan Asupan Tingkat Konsumsi
Protein (gram) Protein (gram) Protein (%)
Minimal 146,30 101,60 61,00
Maksimal 318,55 443,00 303,00
Rata-rata 182,37 256,50 142,70
Standar deviasi 39,261 91,04 53,25

Hasil perhitungan rata-rata dengan intensitas rendah-sedang tidak


kebutuhan protein sehari atlet bulutangkis membutuhkan peningkatan kebutuhan
berusia kurang dari 18 tahun di Kota Kudus energi.
adalah 182,37 gram. Hasil analisis asupan Konsumsi protein yang berlebihan
energi rata-rata sehari atlet bulutangkis mempunyai efek samping seperti
tersebut adalah 256,50 gram. Dari asupan meningkatkan ekskresi kalsium serta
protein rata-rata kemudian kita bandingkan mempercepat progresifitas gangguan ginjal
dengan kebutuhan sehari menunjukkan bagi orang dengan gangguan ginjal. Namun
tingkat konsumsi protein sebesar 142,70 %. atlet yang mengkonsumsi protein dengan
Apabila tingkat kecukupan protein atlet ini jumlah yang jauh lebih rendah dibandingkan
kita kelompokkan menurut Depkes,RI dengan yang direkomendasikan juga masih
(1996) akan terlihat bahwa lebih dari sering ditemukan. Hal ini sering terjadi pada
separuh yaitu 69,7 % subjek mempunyai atlet yang sedang melakukan perjalanan
tingkat konsumsi protein yang lebih, disusul keluar negeri dimana ketersediaaan protein
dengan tingkat konsumsi kurang 18,20 % di negara tersebut terbatas. Kondisi lain
dan tingkat konsumsi normal 12,10 %. kekurangan asupan protein juga ditemukan
Apabila dilihat dari hasil tersebut pada beberapa atlet yang sedang melakukan
menunjukkan bahwa sebagian besar atlet diet untuk menurunkan BB sesuai dengan
memiliki tingkat konsumsi protein yang kelas tanding. Konsumsi protein yang
lebih. Secara teori atlet yang melakukan kurang saat olah raga beban akan
olahraga atau latihan dengan intensitas yang menurunkan performa dari olahragawan
cukup tinggi membutuhkan protein yang tersebut (Zulaekah, dkk. 2018).
cukup tinggi pula untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan protein pada atlet Gambaran Konsumsi Lemak Atlet
olahraga endurance bergantung pada jenis Konsumsi lemak pada penelitian ini
kelamin, usia, lama latiahn, intensitas kita jabarkan menjadi tiga bagian juga,
latihan, status latihan dan kebiasaan makan pertama adalah kebutuhan lemak atlet,
sehari-hari atltet. Beberapa penelitian kedua adalah asupan lemak atlet dan ketiga
menunjukkan bahwa olahraga endurance adalah tingkat konsumsi lemak atlet.
618
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Gambaran lengkap kebutuhan, asupan dan kota Kudus dapat dilihat pada Tabel 3.
tingkat konsumsi lemak atlet bulutangkis di

Tabel. 3 Gambaran Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Konsumsi Lemak


Atlet Bulutangkis
Kebutuhan Asupan Tingkat Konsumsi
Lemak (gram) Lemak (gram) Lemak (%)
Minimal 108,40 71,10 55,00
Maksimal 235,96 243,60 179,00
Rata-rata 135,05 146,37 110,03
Standar deviasi 29,10 49,43 34,07

Hasil perhitungan rata-rata energi pada olahraga dengan intensitas


kebutuhan lemak sehari atlet bulutangkis tinggi, jumlah total lemak yang terbakar
berusia kurang dari 18 tahun di Kota Kudus akan lebih besar dikarenakan jumlah total
adalah 135,05 gram. Hasil analisis asupan energi yang dibutuhkan juga meningkat
lemak rata-rata sehari atlet bulutangkis (Zulaekah, 2018).
tersebut adalah 146,37 gram. Dari asupan Meskipun lemak tidak bisa
lemak rata-rata kemudian kita bandingkan digunakan sebagai sumber energi selama
dengan kebutuhan sehari menunjukkan olahraga dengan intensitas cukup tinggi,
tingkat konsumsi rata-rata lemak sebesar namun lemak sangat dibutuhkan sebagai
110.03 %. Apabila tingkat konsumsi lemak sumber energi selama proses pemulihan
atlet ini kita kelompokkan menurut diantara periode peralihan aktivitas dengan
Depkes,RI (1996) akan terlihat bahwa intensitas tinggi dan untuk sumber energi
subjek memiliki proporsi tingkat konsumsi pada aktivitas olahraga aerobik yang cukup
lemak yang hampir sama, namun demikian lama. Hal ini terjadi karena lemak
jumlah tertinggi terdapat pada tingkat membutuhkan metabolisme aerobik untuk
kecukupan lemak normal yaitu 39.40% menghasilkan energi, sehingga tidak dapat
disusul dengan tingkat kecukupan lemak digunakan sebagai sumber energi untuk
lebih 33.30 % dan tingkat kecukupan lemak aktivitas olahraga anaerob (Zulaekah, 2018).
kurang 27,30 %. Di sisi lain, peningkatan durasi olahraga
Apabila dilihat dari tingkat dengan intensitas yang tetap dapat
konsumsi rata-rata lemak sebesar 110.03 % meningkatkan kemampuan tubuh dalam
dapat dikatakan bahwa konsumsi lemak atelt menggunakan lemak sebagai sumber energi
Badminton di klup ini secara umum baik. pada tahap– tahap akhir olahraga. Pada saat
Hal ini sangat perlu dipertahankan karena kadar insulin meningkat ketersediaan asam
seiring dengan peningkatan intensitas lemak menurun. Sebaliknya, pada saat kadar
olahraga, proporsi lemak yang digunakan insulin di dalam darah turun, maka akan
sebagai sumber energi akan menurun dan terjadi peningkatan oksidasi lemak untuk
pembakaran energi dari zat gizi karbohidrat kemudian diubah menjadi energi. Atlet
akan meningkat. Meningkatnya intensitas olahraga endurance memiliki kemampuan
olahraga/latihan dapat meningkatkan jumlah yang lebih untuk menyimpan lemak sebagai
total kalori yang digunakan sebagai sumber cadangan energi dalam bentuk trigliserida di
energi tiap waktunya. Meskipun proporsi dalam otot dibandingkan dengan orang
penggunaan lemak sebagai sumber energi dengan aktivitas sedentari ataupun atlet
akan menurun untuk memenuhi kebutuhan olahraga sprint (Zulaekah, 2018).
619
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

karbohidrat atlet dan ketiga adalah tingkat


Gambaran Konsumsi Karbohidrat Atlet onsumsi karbohidrat atlet. Gambaran
Konsumsi karbohidrat pada lengkap kebutuhan, asupan dan tingkat
penelitian ini kita jabarkan menjadi tiga konsumsi karbohidrat atlet bulutangkis di
bagian juga, pertama adalah kebutuhan kota Kudus dapat dilihat pada Tabel 4.
karbohidrat atlet, kedua adalah asupan

Tabel. 4 Gambaran Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Konsumsi Karbohidrat


Atlet Bulutangkis
Kebutuhan Asupan Tingkat
Karbohidrat Karbohidrat Kecukupan
(gram) (gram) Karbohidrat (%)
Minimal 163,08 383,00 58,00
Maksimal 1274,21 1549,36 129,00
Rata-rata 715,52 706,29 96,18
Standar deviasi 184,63 253.91 19,54

Hasil perhitungan rata-rata Jumlah yang dibutuhkan ini tergantung pada


kebutuhan karbohidrat sehari atlet frekuensi, durasi dan intensitas aktivitas.
bulutangkis berusia kurang dari 18 tahun di Karena tingkat aktivitas berubah dari hari ke
Kota Kudus adalah 715,52 gram. Hasil hari, asupan karbohidrat harus berfluktuasi
analisis asupan karbohidrat rata-rata sehari untuk mencerminkan hal ini. Pada saat atlet
atlet bulutangkis tersebut adalah 706,29 melakukan aktivitas tinggi, asupan
gram. Dari asupan karbohidrat rata-rata karbohidrat harus ditingkatkan agar sesuai
kemudian kita bandingkan dengan dengan peningkatan aktivitas. Ini akan
kebutuhan karbohidrat sehari menunjukkan membantu memaksimalkan hasil dari sesi
tingkat konsumsi rata-rata karbohidrat pelatihan dan mempromosikan pemulihan di
sebesar 96,18 %. Apabila tingkat kecukupan antara sesi. Sebagai alternatif, pada hari
karbohidrat atlet ini kita kelompokkan pelatihan yang rendah atau ketika tidak ada
menurut Depkes,RI (1996) akan terlihat sesi latihan, asupan karbohidrat harus
bahwa subjek memiliki proporsi tingkat dikurangi untuk mencerminkan penurunan
kecukupan karbohidrat normal dan kurang beban latihan.
hampir sama. Tingkat kecukupan Karbohidrat adalah sumber bahan
karbohidrat normal sebesar 42,40 % bakar utama atlet, terutama selama atlet
sedangkan tingkat kecukupan karbohidrat melakukan latihan terus menerus atau
kurang sebesar 39,40 %. Namun demikian melakukan latihan dengan intensitas tinggi.
masih terdapat atlet yang mempunyai Tubuh kita menyimpan karbohidrat sebagai
tingkat kecukupan karbohidrat lebih yaitu glikogen otot dan glikogen hati dengan
18,20 %. kapasitas penyimpanannya terbatas. Pada
Hasil penelitian ini menunjukkan saat simpanan glikogen tersebut tidak cukup
bahwa tingkat konsumsi rata-rata sebagai kebutuhan bahan bakar saat
karbohidrat sebesar 96,18 %, hal ini berolahraga, hal ini akan mengakibatkan
mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi kelelahan, menurunkan kemampuan ketika
karbohidrat atlet secara umum baik. berlatih, mengurangi performa saat
Keadaan ini harus dipertahankan karena kompetisi, dan menurunkan fungsi sistem
kebutuhan karbohidrat pada atlet tergantung kekebalan tubuh. Oleh karenanya, atlet
pada kebutuhan energi pada program didorong untuk merencanakan asupan
pelatihan dan kompetisi yang dijalankan. karbohidrat baik semenjak latihan maupun
620
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

ketika sedang mengikuti kompetisi mempengaruhi pemulihan dengan


mengingat karbohidrat digunakan sebagai mempengaruhi resintesis glikogen dan
bahan bakar (Zulaekah, 2018). metabolisme protein. Asupan karbohidrat
Sebelum dan selama atlet latihan setelah berolahraga sangat penting untuk
karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi pemulihan simpanan glikogen yang optimal.
terakhir, menunda kelelahan, meningkatkan Performa atlet juga bergantung pada
performa atlet, menjaga kadar glukosa kemampuannya untuk pulih dari satu sesi
darah, menjaga kadar asam amino rantai latihan ke sesi latihan berikutnya.
cabang dan menyimpan glikogen dalam otot. Pengembalian simpanan glikogen otot yang
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak sempurna atau berjalan lambat dapat
suplementasi karbohidrat bisa bermanfaat menyebabkan kemampuan atlet berkurang
untuk atlet lebih dari satu sesi latihan per dan dapat pula menyebabkan
hari. Selain itu beberapa literatur kelelahan.Selanjutnya suplementasi protein-
menyebutkan bahwa konsumsi karbohidrat karbohidrat pada atlet sebelum dan sesudah
setelah latihan berguna untuk meningkatkan latihan dapat mengubah respon metabolik
resistensi glikogen, suplementasi dan hormonal selama beberapa hari secara
karbohidrat setelah latihan dapat terus-menerus (Zulaekah, 2018).

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata kebutuhan energi sehari atlet bulutangkis
berusia kurang dari 18 tahun di Kota Kudus adalah 4861,40 kkal, kebutuhan protein 182,37 gram,
kebutuhan lemak 135,05 gram dan kebutuhan karbohidrat adalah 715,52 gram. Asupan energi
rata-rata sehari atlet bulutangkis adalah 5597,60 kkal, asupan protein 256,50 gram, asupan lemak
146,37 gram dan asupan rata-rata karbohidrat adalah 706,29 gram. Rata-rata tingkat konsumsi
energi sebesar 113,06 %, tingkat kecukupan protein sebesar 142,70 %, tingkat kecukupan lemak
sebesar 110.03 % dan tingkat kecukupan karbohidrat sebesar 96,18 %. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak semua atlet memiliki konsumsi zat gizi yang baik, oleh karenanya
perlu dilakukan pendidikan gizi kepada atlet maupun pelatih tentang pentingnya menjaga
konsumsi zat gizi untuk menungkatkan prestasi atlet.

DAFTAR PUSTAKA

Benardot, D. 2012. Advanced Sport Nutrition (second edition). USA: Human Kinetics
Chaudary, K & Sukhwal, I, 2016. Nutrition For Optimal Sport Permormance. International
Journal of Recent Scientific Research. Vol.7, Issue, 4, 9988-999
Damayanti,D. 2000. Pro Contra Carbohodrat Loading dalam Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga
Untuk Prestasi. Jakarta : Departemen Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial RI Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat
Driskell, JA., 2007. Sport Nutrition: Fats and Protein. Boca Raton: CRC Press
Jackson,C.G.R. 2000. Nutrition and the Strength Athete. United States of America : CRC Press
Kuswari, M. 2017. Gizi Olah Raga dalam Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC.434-442
MacLaren, D., Morton, J., 2012. Biochemistry for Sport and Exercise Metabolism. West Sussex:
John Wiley & Sons Ltd
Primana, 2000. Pemenuhan Energi pada Olahraga dalam Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga
Untuk Prestasi. Jakarta : Departemen Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial RI Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat

621
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Putri, Hasanah. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Sedyanti,T. 2000. Pengaturan Makan Sebelum, Saat dan Setelah bertanding dalam Pedoman
Pelatihan Gizi Olahraga Untuk Prestasi. Jakarta : Departemen Kesehatan Dan
Kesejahteraan Sosial RI Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi
Masyarakat
Smith,J.W., Holmes, M.E.,& McAllister,M.J. 2015.Nutrition Consideration for Performance in
Young Athletes. Journal of Sport Medicine (Hindawi Publishing Corporation.
Syafrizar & Wilda, 2009. Gizi Olahraga. Wineka Media.
Williams,M.H.1995. Nutrition for Fitness & Sport. United States of America : Brown &
Bencmark Publisher
Williams, MH. 2005. Nutrition for health, fitness, & sport -7th edition. New York: McGraw-Hill
Zoorob, R., Parrish,M.E.E., O’Hara,H., & Kalliny,M. 2013. Sport nutrition needs before, during
and after execise. Primary Care-Clics in Office Practice, 40(2), 475-486.
http://doi.org/10.1016/j.pop.2013.02.013
Zulaekah, S., Mardiayati.,N.L., Isnaeni.,F.N. 2018. Gizi Olahraga, Muhammadyah University
Press.

622

Anda mungkin juga menyukai