Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH KEBIASAAN MENGKONSUMSI

SUPLEMEN TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG


PARU DAYA TAHAN JANTUNG ATLET SEPAK
BOLA

OLEH

EVA DEVONY, SKM., M.KES

INSTALASI GIZI RSUP H ADAM MALIK


2021

1
2
PENGARUH KEBIASAAN MENGKONSUMSI SUPLEMEN
TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU DAYA TAHAN
JANTUNG ATLET SEPAK BOLA

oleh : EVA DEVONY, SKM., M.Kes

A. Latar Belakang

Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet olahraga. Hasil

pengamatan pada beberapa atlet dengan latar belakang berbagai cabang olahraga

menunjukkan bahwa gizi dan latihan fisik secara bersama-sama menghasilkan

prestasi yang baik. Namun demikian, saat ini perhatian terhadap pengaturan gizi atlet

masih sangat kurang, apalagi di tingkat daerah. Diperhatikan lebih dalam, persoalan

gizi ini tidak kalah penting dalam pencapaian prestasi olahraga. Jika asupan gizi

kurang, latihan berat pun akan menjadi kurang bermanfaat. Hal ini bukan saja

disebabkan rendahnya gizi makanan atlet, melainkan buruknya kebiasaan atlet dalam

pengaturan makanan. Makanan yang sesuai dengan selera belum tentu memenuhi

kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan prestasi dan stamina yang

maksimal (Widiastuti. dkk, 2008).

Secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500

Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif

sama. Permainan sepakbola ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat,

dalam waktu yang relatif lama. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa

lari, tendang, loncat dan sprint-sprint pendek yang prestasinya cukup besar (Depkes

RI, 2002).

1
Kebutuhan gizi atlet meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi

mikro. Kebutuhan akan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, dan lemak.

Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi yang

zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih aman

dibandingkan gula sebab diserap perlahan dalam sistem pencernaan, mengeluarkan

energi besar ke pembuluh darah dan hanya sedikit gula darah meningkat. Ini lebih

bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina tubuh (Khomsan, 2008).

Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal

dari hewani dan nabati (Depkes RI, 2002).

Secara umum kebutuhan protein adalah 0,8 sampai 1,0 gram/Kg BB/hari,

tetapi bagi mereka yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Penelitian

membuktikan bahwa kegiatan olahraga yang teratur meningkatkan kebutuhan protein.

Atlet dari olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengonsumsi

1,2-1,7 gram protein/Kg BB/hari (kurang lebih 100-212% dari yang dianjurkan) dan

atlet endurance memerlukan protein 1,2-1,4 gram/Kg/BB/hari (100-175% dari

anjuran). Jumlah protein tersebut dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15%

protein (Irianto, 2007).

Lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi. Walaupun begitu, para

atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak

tidak dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun bertanding. Latihan

olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai sumber

energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu melakukan kegiatan olahraga

yang lama mempunyai efek ”melindungi” pemakaian glikogen (glycogen sparing

2
effect) dan memperbaiki kapasitas ketahanan fisik (endurance capacity) (Irianto,

2007).

Untuk memenuhi akan kecukupan zat gizi mikro, sebagian atlet

mengkonsumsi suplemen makanan. Kebutuhan pemakaian suplemen berkembang

seiring dengan banyaknya gangguan kesehatan yang terjadi karena terganggunya

keseimbangan fungsi tubuh. Akibatnya seperti mudahnya terjadi infeksi, alergi dan

gangguan lain yang akhirnya muncul sebagai gejala penyakit. Pada awalnya

penggunaan suplemen masih terbatas untuk mengembalikan fungsi metabolik dimana

seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh

yang membuat sel-sel bekerja secara optimal (Yuliarti, 2008).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana efek kebiasaan penggunaan suplemen terhadap stamina pada atlet

sepakbola

C. Tujuan Penelitian

Untuk melihat penggunaan suplemen terhadap stamina atlet sepakbola yang

dikonsumsi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sepakbola dan Pencapaian Pretasi Atlet Sepakbola

Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak

bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan

mempertahankan gawang tersebut, agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan

bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali

tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang yang diperbolehkan memainkan bola

dengan kaki dan tangan (Wigianto, 2009). Program latihan yang baik akan

merefleksikan kemampuan pemain dalam bertanding. Seorang pemain sepakbola

harus mampu menunjukkan kekuatan, kecepatan dan daya tahan selama 90 menit

permainan (Huldani, 2008).

Sepakbola merupakan permainan yang sederhana. Kendati demikian

sepakbola mebutuhkan teknik, fisik, taktik, dan strategi untuk memenangkan suatu

pertandingan yang mana semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan (Zainurid,

2001).

Sepakbola dinamis mempunyai ciri-ciri bergerak tanpa bola, memberi dan

menempel lawan.Untuk mencapai permaianan yang demikian diperlukan teknik dan

taktik yang dimiliki setiap pemain. Namun betapapun baiknya kemampuan teknik

dan kemampuan taktik yang dimiliki jika tidak didukung ketahanan jasmaninya,

permainan tersebut tidak akan bertahan lama. Sebab pada tingkat ketahanan jasmani

yang rendah akan lekas mengurangi kecepatan dan keterampilan bermain bola

(Wibowo, 2007).
4
Berdasarkan kenyataan di atas dimungkinkan besar atlet sepakbola sejak awal

berlatih tidak mendapat latihan ketahanan jasmani yang memadai. Di samping itu

kemungkinan juga disebabkan adanya kesalahan pelatih dalam membentuk daya

tahanya, yang sebenarnya daya tahan tersebut dapat berguna sekali untuk pembinaan

berikutnya. Kemungkinan juga disebabkan oleh pelatih atau pemain yang kurang

menguasai tentang cara melatih daya tahan aerobik yang benar. Sehingga tujuan

latihan untuk meningkatkan daya tahannya tidak tercapai. Pada sepakbola semua

gerakan sebagian besar anaerobik baik pemain depan, tengah ataupun belakang

(Wibowo, 2007).

Dikarenakan latihan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan

kelentukan merupakan suatu komponen latihan fisik yang tidak dapat dipisahkan di

dalam sepakbola, maka pelatih diharapkan dalam memberikan latihan fisik, harus

memperhatikan beban latihan untuk kelima komponen tersebut dengan berpedoman

pada teori-teori tentang beban latihan fisik yang ada di buku-buku kepelatihan. Selain

itu pelatih dalam memberikan latihan fisik diharapkan memberikan variasi-variasi

latihan, agar pemain tidak merasa bosan sehingga seberat apapun beban latihan yang

diberikan tidak membebani pemain dalam melakukan latihan fisik. Begitu juga bagi

pemain diharapkan hadir dalam setiap latihan fisik, karena kondisi fisik sangat

berpengaruh untuk mencapai prestasi yang maksimal (Zainurid, 2001).

Untuk mencapai prestasi yang optimal diperlukan daya tahan jantung-paru

yang baik pada atlet sepakbola. Daya tahan jantung paru pemain sepakbola dapat

ditingkatkan dengan latihan yang memerlukan energi yang banyak. Olahraga

sepakbola merupakan gerakan tubuh yang memerlukan banyak energi yang diperoleh

5
dari zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein). Metabolisme yang optimal dari

makronutrien tergantung dari mikronutrien (Margaretha, 2004)

B. Kebutuhan Gizi Atlet

Setiap orang memerlukan jumlah makanan (zat gizi) berbeda-beda, tergantung

usia. Berat badan, jenis kelamin, aktivitas, kondisi lingkungan (misalnya suhu),

keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit, ibu hamil atau menyusui). Seorang

olahragawan pada umumnya, memerlukan makanan lebih banyak dari orang pada

umumnya, seorang anak dalam masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak

dibanding orang dewasa.

Proporsi makanan sehat berimbang terdiri dari atas 60-65% kabohidrat, 20%

lemak dan 15-20% protein dari total kebutuhan atau keluaran energi per hari,

misalnya seseorang dalam sehari memerlukan 3000 kalori, maka kebutuhan

karbohidrat 1800-1950 kalori, lemak 600 kalori dan protein 450-600 kalori (Irianto.

2007).

Sesuai prinsip dasar "Gizi Seimbang" yang mengandung cukup karbohidrat,

lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat, maka kebutuhan gizi atlet sepakbola

adalah sebagai berikut :

C. Energi

Secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500

Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif

sama, karena pemain sepakbola dikategorikan dengan seseorang yang melakukan

aktivitas fisik yang berat.


6
Kebutuhan energi dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen

penggunaan energi yaitu : Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action

(SDA), Aktivitas Fisik dan Faktor Pertumbuhan

a. Basal Metabolic Rate (BMR)

BMR merupakan jumlah energi yang dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh

seperti denyut jantung, bernafas, transmisi elektrik pada otot dan lain-lain.

Tabel 2.1. Basal Metbolisme Rate (BMR) Untuk Laki-Laki Berdasarkan Berat Badan
Jenis Berat Badan Energi (Kal)
Kelamin (Kg) 10-18 th 18-30 th 30-60 th
Laki-laki 55 1625 1514 1499
60 1713 1589 1556
65 1801 1664 1613
70 1889 1739 1670
75 1977 1814 1727
80 2065 1889 1785
85 2154 1964 1842
90 2242 2039 1899
(Sumber : Burke, 1992)

b. Specific Dynamic Action (SDA)

SDA merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengolah makanan

dalam tubuh, antara lain untuk proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi oleh

usus. Besarnya SDA kurang lebih 10 % dari Basal Metabolic Rate (BMR).

c. Aktivitas Fisik

Pengeluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh jenis,

intensitas dan lamanya aktivitas fisik dan olahraga.

7
Tabel 2.2. Kebutuhan Energi Aktivitas Olahraga Berdasarkan Berat Badan
(Kal/menit)
Aktivitas Berat Badan (Kg)
50 60 70 80 90
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sepakbola 7 8 9 10 12
Lari :
• 5,5 menit/km 10 12 14 15 17
- 5 menit/km 10 12 15 17 19
- 4,5 menit/km 11 13 15 18 20
- 4 menit/km 13 15 18 21 23
Jalan Kaki :
- 10 menit/km 5 6 7 8 9
- 8 menit/km 6 7 8 10 11
- 5 menit/km 10 12 15 17 19
(Sumber : Burke, 1992)

D. Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat gizi berupa senyawa organik yang terdiri dari atom

karbon, hidrogen, dan oksigen yang digunakan sebagai bahan pembentuk energi.

Energi yang terbentuk digunakan tubuh untuk melakukan gerakan tubuh, baik

gerakan sadar maupun tidak, seperti gerakan otot jantung, paru, usus, dan organ tubuh

lainnya. Umumnya menu makanan Indonesia mempunyai kandungan karbohidrat

yang tinggi sebagai makanan pokok yaitu sekitar 70-80 persen (Sandjaja.dkk, 2009).

E. Protein

Protein adalah komponen dasar dan utama makanan yang diperlukan oleh

semua mahluk hidup sebagai bahan dari daging, jaringan kulit, otot, otak, sel darah

merah, rambut dan organ tubuh lainnya yang dibangun dari protein (Sandjaja.dkk,

2009).

8
Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai

sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh guna

mencapai tinggi badan yang optimal. Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk

mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati. Protein asal

hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak). Ayam, ikan, telur

dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-

kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Depkes RI, 2002).

F. Lemak

Kita memerlukan lemak dalam makanan kita. Lemak adalah satu-satunya

sumber asam lemak penting yang dapat membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan

K. Terdapat tiga jenis lemak dalam makanan, yakni jenuh, tak jenuh tunggal, dan tak

jenuh ganda. Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang paling berbahaya. Lemak

jenis ini dapat meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, dan peningkatan berat

badan. Lemak jenuh terdapat pada daging hewan ternak dan produk susu, terutama

mentega dan keju keras (Khomsan, 2008)

Walaupun lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi, tapi para atlet

tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak tidak

dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun bertanding. Lemak terdapat

dalam makanan asal hewan sebagai lemak hewani dan asal tumbuhan sebagai lemak

nabati. Lemak hewani contohnya adalah: keju, mentega, lemak daging

(sapi/kambing). Contohnya lemak nabati adalah minyak sawit, minyak kelapa,

margarin, minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak jagung (Depkes RI, 2002).

9
Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh memerlukan lemak 0,5 s.d

1 gr/Kg BB/hari. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan

lemak sebagai sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu

melakukan kegiatan olahraga yang lama mempunyai efek ”melindungi” pemakaian

glikogen (glycogen sparing effect) dan memperbaiki kapasitas ketahanan fisik

(endurance capacity). Walaupun demikian, konsumsi energi dari lemak dianjurkan

tidak lebih dari 30% total energi per hari. Bagi mereka yang memerlukan lebih

banyak karbohidrat perlu menurunkan lemak untuk mengimbanginya (Irianto, 2007).

G. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik dengan jumlah sedikit dalam tubuh, tetapi

penting untuk mengontrol proses metabolisme. Sebagian besar vitamin tidak dapat

disintesis oleh tubuh (Sandjaja.dkk, 2009).

H. Mineral

Mineral merupakan faktor penting yang diperlukan oleh tubuh untuk

komponen enzim yang banyak berperan dalam reaksi metabolisme tubuh dan otak.

Magnesium dan mangan dibutuhkan untuk memberikan energi pada otak. Natrium,

kalium, dan kalsium sangat penting untuk komunikasi sel saraf serta memudahkan

dalam pengiriman pesan dari otak ke seluruh tubuh, demikian pula sebaliknya

(Khomsan, 2008).

I. Air dan Elektrolit

10
Air merupakan koponen utama dalam darah, dimana komposisinya dalam

darah mencapai 83 persen. Air bertugas sebagai sistem transpor yang mengedarkan

zat gizi ke otak dan bagian tubuh lainnya serta membuang sampah tubuh. Pasokan air

bersih sangat penting bagi keseimbangan tubuh kita (Khomsan, 2008).

J. Serat

Hal ini juga tidak boleh diabaikan oleh atlet sepakbola adalah konsumsi serat

(fiber) dari makanan. Konsumsi serat yang cukup dapat membantu buang air besar

menjadi teratur dan lancar. Serat juga sangat penting dalam pencegahan berbagai

penyakit misalnya penyakit kanker usus, dan juga penyakit jantung. Serat dan buah-

buahan seperti: bayam, kangkung, daun singkong, daun labu, apel, bengkuang

(Depkes RI, 2002).

K. Suplemen

Suplemen adalah suatu zat/ unsur atau lebih yang dikemas untuk menambah

zat/ unsur yang sudah ada (Sandjaja.dkk, 2009). Kesadaran akan hidup sehat dengan

mengkonsumsi makanan sehat pada masyarakat Indonesia tampaknya mulai

meningkat. Demikian pula kesadaran untuk mengkonsumi vitamin dan mineral sesuai

dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, konsumen sering tergiur untuk membeli

produk yang lengkap kandungan gizinya diperkaya berbagai macam vitamin dan

mineral dan salah satunya adalah klaim label diperkaya vitamin A, C. dan E

(Khomsan, 2008).

2.4 Stamina Altet Sepakbola

Stamina atau daya tahan, berarti kemampuan tubuh untuk melanjutkan

aktivitas kebugaran untuk waktu yang lama (Anomin, 2009). Pengaturan sumber
11
karbohidrat yang merupakan salah satu zat gizi utama bagi tubuh, secara alamiah

akan mempertahankan stamina atlet selama pertandingan (Hidayat, 2007).

Stamina (kesegaran jasmani) atau disebut juga dengan daya tahan tubuh dapat

dibagikan menjadi 3 kategori, yaitu kesegaran jasmani statis (static), dinamis

(dynamice), dan keterampilan motorik (motor skills). Kesegaran jasmani statis artinya

ketidakadaan atau keadaan terbebas dari kecacatan atau penyakit. Kesegaran jasmani

dinamis atau fungional artinya kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik yang

berat. Sementara itu kesegaran jasmani keterampilan motorik adalah kemampuan

untuk melakukan gerakan koordinasi yang kompleks.

Kesegaran jasmani dipengaruhi beberapa variabel, antara lain :

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Tingkat konsumsi makanan

4. Keteraturan latihan

Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang, semakin besar

kemampuan fisiknya dan produktivitas kerjanya. Salah satu cara untuk mencapai

derajat kesegaran jasmani yang prima adalah dengan cara melakukan latihan –latihan

fisik. Latihan-latihan fisik dapat dipilih dan disenangi, digemari dan syukur bila dapat

menimbulkan kepuasan diri (Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007).

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Tingkat Konsumsi Makanan Atlet Sepakbola

Oksigen, air dan zat gizi yang dibutuhkan untuk proses kehidupan. Makanan

untuk seorang atlet harus mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan untuk

mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakannya semua zat

gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Menu seorang atlet harus mengandung semua

zat gizi tersebut untuk aktivitas olahraga (Depkes RI dan Koni Pusat, 1997). Tingkat

kecukupan energi berpengaruh dalam peningkatan stamina atau daya tahan tubuh

atlet. Berdasarkan hasil penelitian dengan perhitungan berdasarkan jenis kelamin,

tinggi badan, berat badan, aktivitas fisik, dan lamanya latihan (disamakan antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) diperoleh hasil tingkat konsumsi energi

rata-rata atlet sebesar 97,2% dengan tingkat konsumsi kelompok perlakuan sebesar

97,8% dan kelompok kontrol sebesar 96,6%. Angka ini sudah tergolong dalam

tingkat konsumsi yang normal. Kondisi tingkat konsumsi energi yang sudah

tergolong normal ini, harus tetap dijaga agar tubuh atlet masih dalam tingkat

kebugaran yang baik. Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada beda tingkat

konsumsi energi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan tH=4,146

> tc=2,021, maka Ho diterima.

Almatsier (2003), mengatakan bahwa kekurangan energi atau tidak

terpenuhinya kalori terjadi bila konsumsi kalori dalam makanan kurang dari kalori

yang dikeluarkan tubuh, bahkan akan mengalami keseimbangan energi negatif.

Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal) bila terjadi pada
13
bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa

menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh.

Secara khusus tidak ada makanan tertentu bagi olahragawan yang dapat

meningkatkan perstasinya namun setiap olahragawan membutuhkan sejumlah energi

dan zat gizi lainnya untuk melakukan aktifitasnya dan menjaga kesegaran

jasmaninya. Margaretha (2004), dalam penelitiannya mengatakan asupan vitamin B1

yang sesuai dengan kebutuhan atlet maka daya tahan jantung-paru atlet baik, semakin

tinggi kebutuhan energi, semakin tinggi kebutuhan vitamin B 1. Dalam hal ini

konsumsi makanan sumber energi harus seimbang dengan vitamin pembangkit energi

yang dikonsumsi, baik itu dari makanan ataupun berasal dari suplemen. Rahayu

(2002), untuk jenis olahraga yang membutuhkan daya tahan prima dan berlangsung

dalam waktu relatif lama seperti sepak bola, sumber energi banyak tergantung pada

simpanan glikogen dalam otot atau biasa disebut sebagai glikogen otot.

Yuliana (2008), mengatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan

kesegaran jasmani yang baik diperlukan status gizi yang baik dan tercukupi zat

gizinya dengan tepat, berdasarkan penelitiannya para atlet berusaha mempertahankan

dan meningkatkan kesegaran jasmani dan prestasi dengan meningkatkan konsumsi

makanan utamanya yaitu sumber energi, vitamin C, besi, dan protein. Sedangkan dari

hasil penelitian ini untuk tingkat konsumsi rata-rata yang tergolong normal, ternyata

masih belum bisa mencukupi kebutuhan energi apabila ditinjau dari perhitungan

energi berdasarkan BMR, aktivitas fisik dan dosis latihan. Hapsari (2002),

mengatakan bahwa sebagian besar atlet tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi

mereka, sehingga asupan zat gizi penting bagi atlet sepakbola yaitu kalori dan

karbohidrat tidak terpenuhi dengan baik, meski sudah terbukti secara signifikan
14
bahwa ketepatan pemenuhan kalori dan karbohidrat berpengaruh secara signifikan

terhadap stamina atlet. Sehingga penting sekali untuk memantau secara intensif

asupan makanan atlet melalui edukasi dan program riil penyelenggaraan makanan

bagi atlet.

Hapsari (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada variabel

yang secara signifikan menjadi faktor yang mempengaruhi stamina atlet. Dengan uji

regresi linear yang dipakai membuktikan bahwa hanya asupan karbohidrat saja yang

memberikan pengaruh signifikan terhadap stamina atlet.

5.2. Stamina Atlet Sepakbola Sebelum Pemberian Suplemen

Salah satu dasar untuk mempertahankan kondisi tubuh yang baik dan prestasi

olah raga adalah gizi yang optimal. Kondisi ini didefinisikan tidak dengan

meningkatkan makan yang banyak tetapi asupan gizi yang cukup untuk

mempertahankan seseorang dalam kondisi fisik maksimal. Namun dalam praktek

sehari-hari banyak atlet dan pelatih kurang memahami tentang makanan atlet,

sehingga meyakini tentang berbagai mitos makanan dan minuman yang kalau

dikonsumsi akan memberikan kekuatan luar biasa. Hal ini juga berkaitan dengan

suplemen yang dikonsumsi oleh para atlet.

Hasil penelitian menunjukkan stamina rata-rata atlet dengan kategori tingkat

konsumsi energi yang sama dan tingkat keteraturan latihan yang sama diperoleh, pada

kelompok perlakuan sebelum pemberian suplemen extra joss tergolong baik dengan

tingkat stamina rata-rata sebesar 18,65, sedangkan pada kelompok kontrol stamina

rata-rata sebesar 18,45 dan ini tergolong pada kategori baik.

B. Stamina Atlet Sepakbola Sesudah Pemberian Suplemen


15
Survei yang dilakukan dibeberapa negara eropa menunjukkan bahwa

rekomendasi asupan gizi yang diberikan untuk para pesepakbola masih kurang tepat.

Sebagian dari masalah ini dikarenakan asupan zat gizi tambahan (suplemen yang

berlebihan). Seorang atlet yang baik harus makan makanan tinggi karbohidrat, cukup

protein, rendah lemak, dan cukup vitamin dan mineral serta cairan. Ini adalah model

lama yang biasa digunakan oleh para ahli gizi. Meskipun sangat sederhana, tapi itu

semua masih sangat relevan untuk hari ini. Ketepatan terapi diit yang sesuai dengan

kebutuhan kalori atlet sebagai salah satu faktor penting peningkatan stamina tubuh

(Hapsari, 2009).

Dari hasil penelitian terdapat peningkatan stamina pada kedua kelompok.

Pada kelompok perlakuan stamina meningkat dari 18,65 ke 20,20 dengan

peningkatan sebesar 1,55, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perubahan

stamina yaitu 18,45. Hasil ini menunjukkan peningkatan stamina terjadi pada

kelompok perlakuan.

C. Efek Penggunaan Suplemen Extra Joss Terhadap Stamina Atlet Sepakbola

Umumnya atlet yang biasa menggunakan suplemen beranggapan bahwa

sedikit sudah baik, kalau banyak tentu akan lebih baik lagi. Dalam hal ini mereka

tidak cukup mengetahui tentang bagaimana vitamin bekerja dan bereaksi di dalam

tubuh. Vitamin kalau dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan toksis.

Misalnya, vitamin B6 yang dikonsumsi lebih dari 1,0 g per hari dalam jangka

berbulan-bulan dapat berakibat hilang koordinasi otot dan paralysis. Terlalu banyak

vitamin C (lebih dari 1 g per hari) dapat menyebabkan masalah pada pencernaan, batu

ginjal, dan diare (Husaini, 2002). Salah satu suplemen yang biasa dikonsumsi oleh
16
para atlet Divisi Utama PSL Bapor Pangkalan Susu adalah extra joss. Kandungan

vitamin B pada gram sudah dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin B. Untuk

itu konsumsi extra joss ini tidak dianjurkan setiap hari, karena takut adanya efek

ketergantungan dan terjadi reaksi toksik akibat konsumsi vitamin yang berlebihan.

Husaini (2002), dalam penelitiannya mengambil contoh vitamin C, pada dosis rendah

vitamin C berfungsi sebagai pengikat jaringan dan pencegahan skurvi, tetapi dalam

jumlah besar vitamin C berfungsi sebagai pengikat jaringan dan pencegahan skurvi,

tetapi dalam jumlah besar vitamin C dapat berfungsi macam-macam misalnya sebagai

agen reduksi yang dalam beberapa hal berbahaya untuk kesehatan, misalnya

meninggikan kadar asam uric, dan meningkatkan resiko terhadap penyakit gout.

Terlalu berlebihan vitamin C dapat pula berakibat kurang baik terhadap penyakit

diabetes, misalnya tes urin menjadi negatif padahal seharusnya positif.

Orang-orang menggunakan suplemen karena merasa bahwa menu

makanannya miskin akan zat-zat gizi, atau dia memerlukan zat-zat gizi lebih banyak

daripada orang lain karena keadaan tertentu, misalnya perokok berat, stres,

olahragawan dan lain-lain. Pada keadaan yang kurang menguntungkan ini, terjadi

penghambatan sekresi atau kinerja enzim yang membuat sistem metabolisme kurang

efisien. Atau dengan kata lain apabila tubuh menggunakan zat-zat gizi dalam

percepatan yang tinggi, maka orang tersebut membutuhkan zat-zat gizi tertentu dalam

jumlah banyak yang belum tentu dapat disuplai hanya dari makanan (Irianto, 2007).

Pemakaian suplemen ini dapat berbentuk pil, kapsul, tablet atau bahkan

minuman. Kebanyakan dalam bentuk minuman berenergi (sport drink).

Dipubliksikan bahwa minuman ini lebih cepat masuk ke dalam peredaran darah

daripada air biasa untuk segera dapat menyediakan energi. Hasil penelitian Husaini
17
(2002) yang mengatakan bahwa sport drink masuk kedalam peredaran darah lebih

lambat daripada air biasa. Jadi sesungguhnya yang dibutuhkan atlet adalah air, air dan

air lebih banyak air bukan sport drink. Sedangkan dari hasil penelitian ini

menunjukkan adanya peningkatan stamina pada kelompok perlakuan setelah

mengkonsumsi suplemen extra joss. Pada kelompok perlakuan kenaikan stamina

sebesar 1,55 dengan kategori stamina baik, sedangkan pada kelompok kontrol tidak

ada perubahan stamina. Keduanya juga masih tergolong dalam kategori baik.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Adanya perbedaan rata-rata stamina atlet sebelum pemberian suplemen

berturut-turut 18,65 dan 18,45 namun keduanya tergolong pada stamina baik.

2. Adanya peningkatan rata-rata stamina setelah pemberian suplemen dari 18,65

ke 20,20.

3. Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat konsumsi

energi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

4. adanya efek pemberian suplemen dalam peningkatan stamina atlet sepakbola.

B. Saran

Penggunaan suplemen sebaiknya tidak terlalu sering, hanya dikonsumsi pada saat

diperlukan karena stamina dipengaruhi keteraturan latihan dan tingkat konsumsi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Cahyadi,Wisnu, 2006. Cetakan Pertama. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan


Tambahan Pangan. Sinar Grafika Offset. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2002. Gizi Atlet Sepak Bola. Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2007. Jurnal Ilmu Keolahragaan. Edisi Juli-Desember


2007.

Huldani, 2008. Perbedaan VO2 Max Antara Siswa Yang Latihan Sepak Bola Dengan
Yang Tidak Latihan Sepak Bola Di Pondok Pesantren Darul Hijrah. Jurnal
Elektronik CDK 166.vol 35, no. 7, hal 394-395.

Irianto,Djoko, 2007. Edisi 1, Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.


C.V Andi Offset. Yogyakarta.

Khomsan,Ali, 2008. What Is In Your Food Rahasia Di Balik Makanan. Cetakan I.


Hayati Qualita. Bandung.

Rahayu,Novita, 2002. Hubungan Konsumsi Gizi Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani


Siswa PPLP Sepakbola Medan Tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Supariasa,Nyoman, 2002. Penilaian Status Gizi. Cetakan I. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.

Widiastuti, Ayu. Putu., Kushartanti. Wara, Kandarina. Istiti. 2008. Pola Makan dan
Kebugaran Atlet Pencak Silat Selama Pelatihan Daerah Pekan Olahraga
Nasional XVII Provinsi Bali Tahun 2008. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol.6,
No.1, hal 13-20.

Yuliarti,Nurhet, 2008. Food Suplement Panduan Mengonsumsi Makanan Tambahan


Kesehatan Anda. Banyu Media. Yogyakarta.

20
21

Anda mungkin juga menyukai