OLEH
1
2
PENGARUH KEBIASAAN MENGKONSUMSI SUPLEMEN
TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU DAYA TAHAN
JANTUNG ATLET SEPAK BOLA
A. Latar Belakang
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet olahraga. Hasil
pengamatan pada beberapa atlet dengan latar belakang berbagai cabang olahraga
prestasi yang baik. Namun demikian, saat ini perhatian terhadap pengaturan gizi atlet
masih sangat kurang, apalagi di tingkat daerah. Diperhatikan lebih dalam, persoalan
gizi ini tidak kalah penting dalam pencapaian prestasi olahraga. Jika asupan gizi
kurang, latihan berat pun akan menjadi kurang bermanfaat. Hal ini bukan saja
disebabkan rendahnya gizi makanan atlet, melainkan buruknya kebiasaan atlet dalam
pengaturan makanan. Makanan yang sesuai dengan selera belum tentu memenuhi
kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan prestasi dan stamina yang
Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif
sama. Permainan sepakbola ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat,
dalam waktu yang relatif lama. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa
lari, tendang, loncat dan sprint-sprint pendek yang prestasinya cukup besar (Depkes
RI, 2002).
1
Kebutuhan gizi atlet meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi
mikro. Kebutuhan akan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi yang
zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih aman
energi besar ke pembuluh darah dan hanya sedikit gula darah meningkat. Ini lebih
bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina tubuh (Khomsan, 2008).
Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal
Secara umum kebutuhan protein adalah 0,8 sampai 1,0 gram/Kg BB/hari,
tetapi bagi mereka yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Penelitian
Atlet dari olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengonsumsi
1,2-1,7 gram protein/Kg BB/hari (kurang lebih 100-212% dari yang dianjurkan) dan
anjuran). Jumlah protein tersebut dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15%
Lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi. Walaupun begitu, para
atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak
2
effect) dan memperbaiki kapasitas ketahanan fisik (endurance capacity) (Irianto,
2007).
keseimbangan fungsi tubuh. Akibatnya seperti mudahnya terjadi infeksi, alergi dan
gangguan lain yang akhirnya muncul sebagai gejala penyakit. Pada awalnya
seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh
B. Rumusan Masalah
sepakbola
C. Tujuan Penelitian
dikonsumsi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan
tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang yang diperbolehkan memainkan bola
dengan kaki dan tangan (Wigianto, 2009). Program latihan yang baik akan
harus mampu menunjukkan kekuatan, kecepatan dan daya tahan selama 90 menit
sepakbola mebutuhkan teknik, fisik, taktik, dan strategi untuk memenangkan suatu
pertandingan yang mana semua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan (Zainurid,
2001).
taktik yang dimiliki setiap pemain. Namun betapapun baiknya kemampuan teknik
dan kemampuan taktik yang dimiliki jika tidak didukung ketahanan jasmaninya,
permainan tersebut tidak akan bertahan lama. Sebab pada tingkat ketahanan jasmani
yang rendah akan lekas mengurangi kecepatan dan keterampilan bermain bola
(Wibowo, 2007).
4
Berdasarkan kenyataan di atas dimungkinkan besar atlet sepakbola sejak awal
berlatih tidak mendapat latihan ketahanan jasmani yang memadai. Di samping itu
tahanya, yang sebenarnya daya tahan tersebut dapat berguna sekali untuk pembinaan
berikutnya. Kemungkinan juga disebabkan oleh pelatih atau pemain yang kurang
menguasai tentang cara melatih daya tahan aerobik yang benar. Sehingga tujuan
latihan untuk meningkatkan daya tahannya tidak tercapai. Pada sepakbola semua
gerakan sebagian besar anaerobik baik pemain depan, tengah ataupun belakang
(Wibowo, 2007).
kelentukan merupakan suatu komponen latihan fisik yang tidak dapat dipisahkan di
dalam sepakbola, maka pelatih diharapkan dalam memberikan latihan fisik, harus
pada teori-teori tentang beban latihan fisik yang ada di buku-buku kepelatihan. Selain
latihan, agar pemain tidak merasa bosan sehingga seberat apapun beban latihan yang
diberikan tidak membebani pemain dalam melakukan latihan fisik. Begitu juga bagi
pemain diharapkan hadir dalam setiap latihan fisik, karena kondisi fisik sangat
yang baik pada atlet sepakbola. Daya tahan jantung paru pemain sepakbola dapat
sepakbola merupakan gerakan tubuh yang memerlukan banyak energi yang diperoleh
5
dari zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein). Metabolisme yang optimal dari
usia. Berat badan, jenis kelamin, aktivitas, kondisi lingkungan (misalnya suhu),
keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit, ibu hamil atau menyusui). Seorang
olahragawan pada umumnya, memerlukan makanan lebih banyak dari orang pada
umumnya, seorang anak dalam masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak
Proporsi makanan sehat berimbang terdiri dari atas 60-65% kabohidrat, 20%
lemak dan 15-20% protein dari total kebutuhan atau keluaran energi per hari,
karbohidrat 1800-1950 kalori, lemak 600 kalori dan protein 450-600 kalori (Irianto.
2007).
lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat, maka kebutuhan gizi atlet sepakbola
C. Energi
Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif
penggunaan energi yaitu : Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action
BMR merupakan jumlah energi yang dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh
seperti denyut jantung, bernafas, transmisi elektrik pada otot dan lain-lain.
Tabel 2.1. Basal Metbolisme Rate (BMR) Untuk Laki-Laki Berdasarkan Berat Badan
Jenis Berat Badan Energi (Kal)
Kelamin (Kg) 10-18 th 18-30 th 30-60 th
Laki-laki 55 1625 1514 1499
60 1713 1589 1556
65 1801 1664 1613
70 1889 1739 1670
75 1977 1814 1727
80 2065 1889 1785
85 2154 1964 1842
90 2242 2039 1899
(Sumber : Burke, 1992)
dalam tubuh, antara lain untuk proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi oleh
usus. Besarnya SDA kurang lebih 10 % dari Basal Metabolic Rate (BMR).
c. Aktivitas Fisik
7
Tabel 2.2. Kebutuhan Energi Aktivitas Olahraga Berdasarkan Berat Badan
(Kal/menit)
Aktivitas Berat Badan (Kg)
50 60 70 80 90
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Sepakbola 7 8 9 10 12
Lari :
• 5,5 menit/km 10 12 14 15 17
- 5 menit/km 10 12 15 17 19
- 4,5 menit/km 11 13 15 18 20
- 4 menit/km 13 15 18 21 23
Jalan Kaki :
- 10 menit/km 5 6 7 8 9
- 8 menit/km 6 7 8 10 11
- 5 menit/km 10 12 15 17 19
(Sumber : Burke, 1992)
D. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi berupa senyawa organik yang terdiri dari atom
karbon, hidrogen, dan oksigen yang digunakan sebagai bahan pembentuk energi.
Energi yang terbentuk digunakan tubuh untuk melakukan gerakan tubuh, baik
gerakan sadar maupun tidak, seperti gerakan otot jantung, paru, usus, dan organ tubuh
yang tinggi sebagai makanan pokok yaitu sekitar 70-80 persen (Sandjaja.dkk, 2009).
E. Protein
Protein adalah komponen dasar dan utama makanan yang diperlukan oleh
semua mahluk hidup sebagai bahan dari daging, jaringan kulit, otot, otak, sel darah
merah, rambut dan organ tubuh lainnya yang dibangun dari protein (Sandjaja.dkk,
2009).
8
Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai
sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh guna
mencapai tinggi badan yang optimal. Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk
mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati. Protein asal
hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak). Ayam, ikan, telur
dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-
kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Depkes RI, 2002).
F. Lemak
sumber asam lemak penting yang dapat membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan
K. Terdapat tiga jenis lemak dalam makanan, yakni jenuh, tak jenuh tunggal, dan tak
jenuh ganda. Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang paling berbahaya. Lemak
jenis ini dapat meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, dan peningkatan berat
badan. Lemak jenuh terdapat pada daging hewan ternak dan produk susu, terutama
Walaupun lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi, tapi para atlet
tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak tidak
dalam makanan asal hewan sebagai lemak hewani dan asal tumbuhan sebagai lemak
margarin, minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak jagung (Depkes RI, 2002).
9
Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh memerlukan lemak 0,5 s.d
tidak lebih dari 30% total energi per hari. Bagi mereka yang memerlukan lebih
G. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik dengan jumlah sedikit dalam tubuh, tetapi
penting untuk mengontrol proses metabolisme. Sebagian besar vitamin tidak dapat
H. Mineral
komponen enzim yang banyak berperan dalam reaksi metabolisme tubuh dan otak.
Magnesium dan mangan dibutuhkan untuk memberikan energi pada otak. Natrium,
kalium, dan kalsium sangat penting untuk komunikasi sel saraf serta memudahkan
dalam pengiriman pesan dari otak ke seluruh tubuh, demikian pula sebaliknya
(Khomsan, 2008).
10
Air merupakan koponen utama dalam darah, dimana komposisinya dalam
darah mencapai 83 persen. Air bertugas sebagai sistem transpor yang mengedarkan
zat gizi ke otak dan bagian tubuh lainnya serta membuang sampah tubuh. Pasokan air
J. Serat
Hal ini juga tidak boleh diabaikan oleh atlet sepakbola adalah konsumsi serat
(fiber) dari makanan. Konsumsi serat yang cukup dapat membantu buang air besar
menjadi teratur dan lancar. Serat juga sangat penting dalam pencegahan berbagai
penyakit misalnya penyakit kanker usus, dan juga penyakit jantung. Serat dan buah-
buahan seperti: bayam, kangkung, daun singkong, daun labu, apel, bengkuang
K. Suplemen
Suplemen adalah suatu zat/ unsur atau lebih yang dikemas untuk menambah
zat/ unsur yang sudah ada (Sandjaja.dkk, 2009). Kesadaran akan hidup sehat dengan
meningkat. Demikian pula kesadaran untuk mengkonsumi vitamin dan mineral sesuai
dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, konsumen sering tergiur untuk membeli
produk yang lengkap kandungan gizinya diperkaya berbagai macam vitamin dan
mineral dan salah satunya adalah klaim label diperkaya vitamin A, C. dan E
(Khomsan, 2008).
aktivitas kebugaran untuk waktu yang lama (Anomin, 2009). Pengaturan sumber
11
karbohidrat yang merupakan salah satu zat gizi utama bagi tubuh, secara alamiah
Stamina (kesegaran jasmani) atau disebut juga dengan daya tahan tubuh dapat
(dynamice), dan keterampilan motorik (motor skills). Kesegaran jasmani statis artinya
ketidakadaan atau keadaan terbebas dari kecacatan atau penyakit. Kesegaran jasmani
dinamis atau fungional artinya kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik yang
1. Usia
2. Jenis kelamin
4. Keteraturan latihan
kemampuan fisiknya dan produktivitas kerjanya. Salah satu cara untuk mencapai
derajat kesegaran jasmani yang prima adalah dengan cara melakukan latihan –latihan
fisik. Latihan-latihan fisik dapat dipilih dan disenangi, digemari dan syukur bila dapat
12
BAB III
PEMBAHASAN
Oksigen, air dan zat gizi yang dibutuhkan untuk proses kehidupan. Makanan
untuk seorang atlet harus mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan untuk
mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakannya semua zat
gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Menu seorang atlet harus mengandung semua
zat gizi tersebut untuk aktivitas olahraga (Depkes RI dan Koni Pusat, 1997). Tingkat
kecukupan energi berpengaruh dalam peningkatan stamina atau daya tahan tubuh
tinggi badan, berat badan, aktivitas fisik, dan lamanya latihan (disamakan antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) diperoleh hasil tingkat konsumsi energi
rata-rata atlet sebesar 97,2% dengan tingkat konsumsi kelompok perlakuan sebesar
97,8% dan kelompok kontrol sebesar 96,6%. Angka ini sudah tergolong dalam
tingkat konsumsi yang normal. Kondisi tingkat konsumsi energi yang sudah
tergolong normal ini, harus tetap dijaga agar tubuh atlet masih dalam tingkat
kebugaran yang baik. Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak ada beda tingkat
konsumsi energi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan tH=4,146
terpenuhinya kalori terjadi bila konsumsi kalori dalam makanan kurang dari kalori
Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal) bila terjadi pada
13
bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa
Secara khusus tidak ada makanan tertentu bagi olahragawan yang dapat
dan zat gizi lainnya untuk melakukan aktifitasnya dan menjaga kesegaran
yang sesuai dengan kebutuhan atlet maka daya tahan jantung-paru atlet baik, semakin
tinggi kebutuhan energi, semakin tinggi kebutuhan vitamin B 1. Dalam hal ini
konsumsi makanan sumber energi harus seimbang dengan vitamin pembangkit energi
yang dikonsumsi, baik itu dari makanan ataupun berasal dari suplemen. Rahayu
(2002), untuk jenis olahraga yang membutuhkan daya tahan prima dan berlangsung
dalam waktu relatif lama seperti sepak bola, sumber energi banyak tergantung pada
simpanan glikogen dalam otot atau biasa disebut sebagai glikogen otot.
kesegaran jasmani yang baik diperlukan status gizi yang baik dan tercukupi zat
makanan utamanya yaitu sumber energi, vitamin C, besi, dan protein. Sedangkan dari
hasil penelitian ini untuk tingkat konsumsi rata-rata yang tergolong normal, ternyata
masih belum bisa mencukupi kebutuhan energi apabila ditinjau dari perhitungan
energi berdasarkan BMR, aktivitas fisik dan dosis latihan. Hapsari (2002),
mengatakan bahwa sebagian besar atlet tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi
mereka, sehingga asupan zat gizi penting bagi atlet sepakbola yaitu kalori dan
karbohidrat tidak terpenuhi dengan baik, meski sudah terbukti secara signifikan
14
bahwa ketepatan pemenuhan kalori dan karbohidrat berpengaruh secara signifikan
terhadap stamina atlet. Sehingga penting sekali untuk memantau secara intensif
asupan makanan atlet melalui edukasi dan program riil penyelenggaraan makanan
bagi atlet.
yang secara signifikan menjadi faktor yang mempengaruhi stamina atlet. Dengan uji
regresi linear yang dipakai membuktikan bahwa hanya asupan karbohidrat saja yang
Salah satu dasar untuk mempertahankan kondisi tubuh yang baik dan prestasi
olah raga adalah gizi yang optimal. Kondisi ini didefinisikan tidak dengan
meningkatkan makan yang banyak tetapi asupan gizi yang cukup untuk
sehari-hari banyak atlet dan pelatih kurang memahami tentang makanan atlet,
sehingga meyakini tentang berbagai mitos makanan dan minuman yang kalau
dikonsumsi akan memberikan kekuatan luar biasa. Hal ini juga berkaitan dengan
konsumsi energi yang sama dan tingkat keteraturan latihan yang sama diperoleh, pada
kelompok perlakuan sebelum pemberian suplemen extra joss tergolong baik dengan
tingkat stamina rata-rata sebesar 18,65, sedangkan pada kelompok kontrol stamina
rekomendasi asupan gizi yang diberikan untuk para pesepakbola masih kurang tepat.
Sebagian dari masalah ini dikarenakan asupan zat gizi tambahan (suplemen yang
berlebihan). Seorang atlet yang baik harus makan makanan tinggi karbohidrat, cukup
protein, rendah lemak, dan cukup vitamin dan mineral serta cairan. Ini adalah model
lama yang biasa digunakan oleh para ahli gizi. Meskipun sangat sederhana, tapi itu
semua masih sangat relevan untuk hari ini. Ketepatan terapi diit yang sesuai dengan
kebutuhan kalori atlet sebagai salah satu faktor penting peningkatan stamina tubuh
(Hapsari, 2009).
peningkatan sebesar 1,55, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perubahan
stamina yaitu 18,45. Hasil ini menunjukkan peningkatan stamina terjadi pada
kelompok perlakuan.
sedikit sudah baik, kalau banyak tentu akan lebih baik lagi. Dalam hal ini mereka
tidak cukup mengetahui tentang bagaimana vitamin bekerja dan bereaksi di dalam
Misalnya, vitamin B6 yang dikonsumsi lebih dari 1,0 g per hari dalam jangka
berbulan-bulan dapat berakibat hilang koordinasi otot dan paralysis. Terlalu banyak
vitamin C (lebih dari 1 g per hari) dapat menyebabkan masalah pada pencernaan, batu
ginjal, dan diare (Husaini, 2002). Salah satu suplemen yang biasa dikonsumsi oleh
16
para atlet Divisi Utama PSL Bapor Pangkalan Susu adalah extra joss. Kandungan
vitamin B pada gram sudah dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin B. Untuk
itu konsumsi extra joss ini tidak dianjurkan setiap hari, karena takut adanya efek
ketergantungan dan terjadi reaksi toksik akibat konsumsi vitamin yang berlebihan.
Husaini (2002), dalam penelitiannya mengambil contoh vitamin C, pada dosis rendah
vitamin C berfungsi sebagai pengikat jaringan dan pencegahan skurvi, tetapi dalam
jumlah besar vitamin C berfungsi sebagai pengikat jaringan dan pencegahan skurvi,
tetapi dalam jumlah besar vitamin C dapat berfungsi macam-macam misalnya sebagai
agen reduksi yang dalam beberapa hal berbahaya untuk kesehatan, misalnya
meninggikan kadar asam uric, dan meningkatkan resiko terhadap penyakit gout.
Terlalu berlebihan vitamin C dapat pula berakibat kurang baik terhadap penyakit
makanannya miskin akan zat-zat gizi, atau dia memerlukan zat-zat gizi lebih banyak
daripada orang lain karena keadaan tertentu, misalnya perokok berat, stres,
olahragawan dan lain-lain. Pada keadaan yang kurang menguntungkan ini, terjadi
penghambatan sekresi atau kinerja enzim yang membuat sistem metabolisme kurang
efisien. Atau dengan kata lain apabila tubuh menggunakan zat-zat gizi dalam
percepatan yang tinggi, maka orang tersebut membutuhkan zat-zat gizi tertentu dalam
jumlah banyak yang belum tentu dapat disuplai hanya dari makanan (Irianto, 2007).
Pemakaian suplemen ini dapat berbentuk pil, kapsul, tablet atau bahkan
Dipubliksikan bahwa minuman ini lebih cepat masuk ke dalam peredaran darah
daripada air biasa untuk segera dapat menyediakan energi. Hasil penelitian Husaini
17
(2002) yang mengatakan bahwa sport drink masuk kedalam peredaran darah lebih
lambat daripada air biasa. Jadi sesungguhnya yang dibutuhkan atlet adalah air, air dan
air lebih banyak air bukan sport drink. Sedangkan dari hasil penelitian ini
sebesar 1,55 dengan kategori stamina baik, sedangkan pada kelompok kontrol tidak
ada perubahan stamina. Keduanya juga masih tergolong dalam kategori baik.
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
berturut-turut 18,65 dan 18,45 namun keduanya tergolong pada stamina baik.
ke 20,20.
3. Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat konsumsi
B. Saran
Penggunaan suplemen sebaiknya tidak terlalu sering, hanya dikonsumsi pada saat
19
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2002. Gizi Atlet Sepak Bola. Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Huldani, 2008. Perbedaan VO2 Max Antara Siswa Yang Latihan Sepak Bola Dengan
Yang Tidak Latihan Sepak Bola Di Pondok Pesantren Darul Hijrah. Jurnal
Elektronik CDK 166.vol 35, no. 7, hal 394-395.
Widiastuti, Ayu. Putu., Kushartanti. Wara, Kandarina. Istiti. 2008. Pola Makan dan
Kebugaran Atlet Pencak Silat Selama Pelatihan Daerah Pekan Olahraga
Nasional XVII Provinsi Bali Tahun 2008. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol.6,
No.1, hal 13-20.
20
21