Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013), seorang atlet untuk mencapai
prestasi yang maksimal pada suatu cabang olahraga yang digeluti,
memerlukan sistem pelatihan yang optimal, termasuk ketersediaan dan
kecukupan gizi yang sesuai dengan jenis olahraganya. Pemenuhan asupan
gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet. Namun demikian sebagian besar
asupan gizi atlet tidak tepat karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman
atlet dalam memilih makanan, kurangnya edukasi tentang pentingnya gizi
olahraga prestasi bagi atlet, pelatih, dan pengurus.
Rismayanthi (2008) mengatakan bahwa banyak cabang olahraga yang
selain menuntut kondisi fisik yang prima juga menuntut atlet-atlet yang
cerdas. Bila kita bandingkan dengan negara-negara lain, kondisi atlet di
Indonesia masih memerlukan perbaikan yang besar dalam aspek konsumsi
protein hewani yang terdapat dalam telur, susu, dan daging.
Prestasi maksimal yang diraih seorang atlet pada setiap kejuaraan
ditentukan oleh faktor kesehatan, kebugaran, serta makanan yang dikonsumsi
atlet selama menjalani program latihan, mulai dari tahap persiapan, tahap
kompetisi/pertandingan, sampai tahap transisi/pemulihan. Kandungan energi
dan zat gizi di dalam makanan sangat dibutuhkan bagi atlet selama
melakukan aktivitas latihan maupun pertandingan. Kekurangan energi dan zat
gizi akan mengganggu performa/kinerja seorang atlet walaupun atlet tersebut
sangat berbakat, memiliki teknik berolahraga/bertanding yang sempurna,
maupun mempunyai program latihan yang baik serta pelatih yang handal.
Dalam perjalanan untuk mengikuti berbagai kompetisi atau pertandingan
merupakan bagian dari kehidupan atlet. Gizi merupakan bagian yang sering
dilupakan sehingga mengakibatkan penampilan atlet yang kurang maksimal,
terserang penyakit bahkan mengundurkan diri dari kompetisi.
Oleh karena itu, Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi seorang atlet
antara lain kemampuan fisik, psikologis dalam diri atlet, keterampilan fisik,

1
bakan yang didapat sejak lahir dan program latihan yang mantap, masalah
kesehatan, gizi dan penyediaan makan yang adekuat, sehingga pentingnya
mengatur gizi atlet pada perjalanan harus dilakukan dengan tepat sesuai gizi
dan kebutuhan pada atlet tersebut agar kondisi atlet tetap stabil saat
bertanding.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, adapun rumusan masalah
yang kami kemukakan yaitu sebagai berikut.
1. Apa pengertian pengaturan gizi pada atlet ?
2. Apa pengertian jet lag dan jag stress ?
3. Apa saja gejala dari jet lag dan jag stress ?
4. Apa saja tujuan pengaturan makanan selama traveling ?
5. Bagaimana cara memilih makanan yang tepat selama perjalanan ?
6. Bagaimana tahapan pengaturan makanan pada atlet ?
7. Bagaimana perencanaan menu selama traveling ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, adapun tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaturan gizi pada atlet.
2. Untuk mengetahui jet lag dan jag stress.
3. Untuk mengetahui gejala dari jet lag dan jag stress.
4. Untuk mengetahui tujuan pengaturan makanan selama traveling.
5. Untuk mengetahui cara memilih makanan yang tepat selama perjalanan.
6. Untuk mengetahui tahapan pengaturan makanan pada atlet.
7. Untuk mengetahui perencanaan menu selama traveling.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan bagi penulis dan berharap penulisan ini
dapat digunakan sebagai pemenuhan tugas gizi Olahraga.

2
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai pengetahuan untuk masayrakat mengenai pengaturan gizi
pada atlet saat traveling sehingga mampu untuk diterapkan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 PENGERTIAN PENGATURAN GIZI


Pengaturan makanan bagi atlet merupakan faktor yang penting dalam
mencapai prestasi optimal. Makanan yang memenuhi syarat gizi seimbang
memegang peranan vital bila atlet ingin mendapatkan prestasi maksimal.
Bahkan dengan kombinasi yang baik antara atlet yang berbakat, teknik
latihan dan pelatih terbaik, namun makanan yang tidak memnuhi syarat
dan gizi tidak seimbang tidak mungkin atlet dapat berprestasi secara
maksimal.

2. 2 PENGERTIAN JET LAG DAN JET STRESS


a. Jet lag
Jet lag adalah perasaan kelelahan dan kebingungan (confusion)
setelah melakukan perjalanan dengan pesawat yang panjang, sebagai
akibat dari ketidakmampuan tubuh dalam menyesuaikan diri dengan
zona waktu yang baru. Jet lag dapat mengganggu pola tidur seseorang
dan membuatnya merasa mengantuk dan lesu (kurang energi).
Semakin banyak zona waktu yang dilintasi karena penerbangan jarak
jauh, jet lag yang dialami biasanya menjadi lebih parah.

b. Jet stress
Stres merupakan keadaan ketika seseorang merasa
ketidaknyamanan mental dan batin yang disebabkan oleh perasaan
tertekan. Definisi stres menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000)
adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang
disebabkan oleh faktor ekstrinsik. Menurut American Institute of
Stress (2010), tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap
individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama.
Stres bersifat individu dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak

4
adanya keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban
stres yang dirasakan.

2. 3 GEJALA JET LAG DAN JET STRESS


a. Gejala jet lag
Gejala jet lag yang muncul bisa berbeda-beda pada setiap orang. Bisa
cuma muncul satu gejala, kadang bisa lebih dari satu. Gejala-gejalanya
antara lain:

 Gangguan tidur seperti insomnia, bangun tidur terlalu cepat, atau


bahkan tidur terlalu lama.
 Lelah di siang hari.
 Sulit berkonsentrasi seperti kondisi normal.
 Gangguan pencernaan, kram, atau diare.
 Perasaan tak nyaman.
 Otot ngilu dan kaku.
 Bagi perempuan bakal muncul perubahan jadwal menstruasi yang
cukup jauh dari biasanya.

b. Gejala jet stress


Stres dapat mempengaruhi tubuh dan jiwa seseorang. Saat
seseorang mengalami stres tubuh, jiwa dan perilaku individu akan
menampakkan tanda-tanda dan gejala stres. Robbins (2009)
menggambarkan suatu model yang dapat menggambarkan faktorfaktor
yang berpengaruh terhadap stress dan dampak yang ditimbulkan dari
adanya stress tersebut. Model ini mengidentifikasikan tiga perangkat
faktor yaitu lingkungan, organisasional, dan individual yang menjadi
sumber potensial dari stress. Penderita yang mengalami stress dengan
berbagai penyebabnya akan menimbulkan dampak yang bersifat
fisiologis, psikologis, dan perilakunya.
Tanda dan gejala fisik yang muncul akibat stres adalah mudah
lelah, meningkatnya denyut jantung, insomnia, nyeri kepala, berdebar

5
debar, nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung, mual, tremor,
ekstremitas dingin,wajah terasa panas, berkeringat, sering flu,
menstruasi terganggu, otot kaku dan tegang terutama pada bagian
leher, bahu dan punggung.
Tanda dan gejala psikologis stres : kecemasan, ketegangan,
kebingungan dan mudah tersinggung, menangis tiba-tiba, perasaan
frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan
hyperreactivity, phobia, menarik diri dari pergaulan, menghindari
kegiatan yang sebelumnya disenangi, dan kehilangan konsentrasi,
kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya
diri.
Tanda dan gejala perilaku dari stres adalah: gelisah, selalu mondar-
mandir, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas,
meningkatnya penggunaan minuman keras dan obatobatan, perubahan
pola makan mengarah ke obesitas, perilaku makan yang tidak normal
(kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat
badan secara tiba-tiba.

2. 4 TUJUAN PENGATURAN MAKANAN SELAMA TRAVELING


Pengaturan makanan selama traveling pada atlet diperlukan proses yang
panjang dan kontinyu. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi seorang
atlet antara lain kemampuan fisik, psikologis dalam diri atlet, keterampilan
fisik, bakan yang didapat sejak lahir dan program latihan yang mantap,
masalah kesehatan, gizi dan penyediaan makan yang adekuat. Pengaturan
makanan bagi atlet bertujuan untuk mencapai prestasi yang optimal
dengan menjaga konsumsi makanan pada atlet pada perjalanan agar
stamina atlet tetap terjaga baik saat di perjalanan maupun saat bertanding.
Dengan makanan yang memenuhi syarat gizi seimbang memegang
peranan vital bila atlet ingin mendapatkan prestasi maksimal. Selain itu
tuujuan dari pengaturan gizi pada atlet antara lain :

6
 Menyediakan makanan yang memenuhi energi, zat gizi makro,
mikro, cairan sesuai aktivitas tubuh, program latihan, jenis
olahraga.
 Menaggulangi kasus khusus/situasi khusus selama dalam masa
pembinaan prestasi yang berkaitan dengan gizi.
 Memberikan konsultasi dan pendidikan gizi secara formal atau
informal.
 Monitoring dan evaluasi terhadap status gizi konsumen atlet dan
pelaksanaan penyelenggaraan makanan atlet.

2. 5 CARA MEMILIH MAKANAN YANG TEPAT SELAMA


PERJALANAN

Memilih makanan yang tepat selama perjalanan sangat pentng bagi


atlet untuk dapat menjaga stamina agar tetap terjaga. Adapun tips untuk
atlet dalam perjalanan seperti :

Hal yang perlu


No diperhatikan Strategi

Membawa makanan dan minuman sendiri dari rumah; cek


Ketersediaan makanan kebiasaan dan peraturan pabean untuk perjalanan ke luar
1 serta fasilitas memasak negeri

Keterbatasan
2 biaya/anggaran Rencanakan/organisir pengaturan makanan sebelumnya

Strategi pengaturan makan dan minum yang aman,


3 Hygiene dan keamanan persiapan penanganan terjadinya gastroenteritis

Godaan untuk mencoba


4 makanan Makan sesuai kebiasaan rutin

Oraginisir/rencanakan makanan di pesawat dan makan


5 “Jet Lag” dalam jumlah sedang

7
Sehingga makanan yang dipilih atau dibawa selama perjalanan
pada atlet seperti :

 Makanan cair seperti sustagen sport (bubuk) dan yang berbentuk


cairan yang dapat digunakan jika tidak ada fasilitas memasak atau
sumber air tidak aman.
 Aneka mie instant yang mudah dipersiapkan.

 Aneka biskuit dengan jam atau madu, serta snack yang lain.

 Buah kering, jus buah, buah kaleng.

 Breakfast cereal dan susu skim jika atlet menyukai.

 Multivitamin dan mineral suplemen, jika atlet tidak yakin dengan


kualitas konsumsi makanan.

2. 6 TAHAPAN PENGATURAN SELAMA TRAVELING


Pengaturan makanan atlet disesuaikan dengan periode pembinaan atlet.
Sesuai dengan periode tersebut pengaturan makan atlet meliputi empat hal
pokok:
 Perbaikan status gizi yaitu dilaksanakan awal periode pembinaan
yaitu tahap persiapan umum. Atlet mengalami koreksi status gizi
setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian terhadap status gizi
atlet, apakah termasuk gizi kurang atau gizi lebih atau sudah
tergolong normal. Atlet dengan status gizi kurang maka dilakukan
proses yang berkaitan dengan langkah-langkah meningkatkan
status gizi mencapai normal, sebaliknya bagi atlet yang mengalami
kelebihan gizi salah satunya BB lebih atau gemuk maka dilakukan
penurunan BB mencapai berat normal.
 Pemeliharaan status gizi yaitu dapat dimulai dari awal pembinaan
bila status gizi sudah optimal, bila belum dimulai setelah optimal.

8
 Pertandingan yaitu pengaturan makanan atlet sebelum, selama, saat
pertandingan perlu dilakukan, terutama untuk atlet yang bertanding
lebih dari 60 menit.
 Transisi yaitu pengaturan makanan atlet setelah masa pertandingan
berlalu dimaksudkan untuk memulihkan kondisi fisik atlet dan
mengisi kembali cadangan glikogen yang habis setelah dipakai
dalam pertandingan.

1. Perbaikan status gizi


Atlet yang mengalami status gizi yang belum optimal maka harus
dilakukan perbaikan status gizi. Tujuan pengaturan makanan pada
tahap ini adalah:

 Meningkatkan status gizi untuk menambah BB dan meningkatkan


kadar Hb.
 Menurunkan BB bagi atlet dengan olahraga yang perlu klasifikasi
BB tertentu seperti cabang olahraga tinju, karate, pencak silat,
gulat.

Perbaikan status gizi dengan mengatur makanan yang dikonsumsi


sebaiknya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Bagi atlet yang menaikkan Berat Badan:


1. Kebutuhan gizi sesuai menurut umur, jenis kelamin, BB dan
aktifitas.
2. Menu seimbang dengan aneka ragam bahan makanan
3. Menu disesuaikan dengan pola makan atlet dan pembagian
makanan disesuaikan dengan jadwal pertandingan
4. Untuk meningkatkan kadar Hb, makanan yang mengandung zat
besi dari hewani lebih banyak diserap
5. Menambah makanan yang kaya vitamin C.

9
b. Bagi atlet yang menurunkan Berat Badan perlu diperhatikan:
1. Penurunan BB sebaiknya dilakukan pada persiapan umum
2. Mengurangi konsumsi energi 25% dari kebutuhan energi atau
500 kalori untuk penurunan 0.5 kg BB/mgg atau 1000 kalori
untuk penurunan/kg/ BB/mgg
3. Menambah aktifitas
4. Menu seimbang dan memenuhi kebutuhan gizi
5. Tidak dilakukan penurunan bera badan secara drastis

2. Pemeliharaan status gizi


 Pemeliharaan status gizi dilakukan pada atlet dengan status
gizi optimal, mulai dari persiapn umum atau setelah masuk
persiapan khusus
 Pemeliharaan status gizi dilakukan dengan cara pengaturan
makan yang baik, terus memantau status gizi/komposisi
tubuh melalui pengukuran BB pagi hari, tinggi badan dan
persentase lemak secara teratur

Hal yang perlu diperhatikan:


1. Konsumsi energi harus cukup, terutama karbohidrat kompleks.
2. Mengatur diri sendiri, bahan bakar otot harus diisi kembali
setelah latihan.
3. Porsi makan kecil tapi sering.
4. Gunakan waktu istirahat sebaik mungkin. Gunakan waktu
ekstra untuk makan agar lebih santai.
5. Maksimalkan kemampuan endurens/daya tahan dengan
meningkatkan kapasitas erobik dan meningkatkan kadar Hb
serta maksimalkan regulator metabolisme dengan konsumsi vit
dan mineral yang cukup.
6. Banyak makan sayur hijau dan buah berwarna kuning, serealia,
kacang-kacangan.
7. Kurangi lemak dan minyak.

10
8. Banyak minum air dan jus buah, jangan tunggu sampai haus.
9. Timbang Berat Badan setiap hari untuk monitoring status gizi
(sesudah/sebelum latihan).

2. 7 PERENCANAAN MENU SELAMA TRAVELING

Perjalanan untuk mengikuti berbagai kompetisi atau pertandingan


merupakan bagian dari kehidupan atlet. Gizi merupakan bagian yang
sering dilupakan sehingga mengakibatkan penampilan atlet yang kurang
maksimal, terserang penyakit bahkan mengundurkan diri dari kompetisi.
Atlet dapat mencegah berbagai problem yang dialami selama perjalanan,
dengan mendidik serta membuat perencanaan mengenai hal-hal yang
diharapkan.

 PEKAN OLAHRAGA LOKAL

Pada kompetisi lokal umumnya masalah yang ditemui lebih


sedikit, karena atlet dapat membawa sendiri makanan dari daerah asalnya,
atau dapat memperoleh makanan dengan mudah. Namun lebih baik jika
atlet membawa makanan dalam rangka mencegah keterlambatan atau

penyediaan makan yang kurang, yang dapat mengganggu kebiasaan makan


sehari-hari. Makanan jadi dalam kemasan seperti roti, me biskuit, buah
segar, manisan buah, jus dll dapat dibawa dalam perjalanan.
Merencanakan makanan yang dapat diperoleh di restauran atau hotel
sebelumnya dapat juga bermanfaat, terutama untuk atlet dalam jumlah
besar.

Pengalaman ketidakcocokan makanan untuk atlet pada Pekan


Olahraga Nasional (PON) seringkali terjadi. Penyelenggaraan makan pada
saat PON secara umum menyediakan makanan yang dapat diterima oleh
seluruh atlet dari berbagai daerah di Indonesia. Masalah ini mungkin harus
dipecahkan oleh kedua belah pihak. Pihak penyelenggara mungkin dapat
mencari alternatif-alternatif untuk dapat menyediakan makanan yang
sesuai dengan kebiasaan makan atlet di daerahnya, misalnya:

11
penyelenggaraan makan dikelompokkan berdasarkan daerah yang pola
makannya relatif sama. Atau penyelenggara mencari makanan –makanan
yang disukai atlet lokal untuk disajikan. Pihak atlet juga harus
mempersiapkan diri mengatasi masalah ini, misalnya dengan membawa
sendiri makanan-makanan khas daerahnya yang disukai atlet. Atau atlet
selama masa latihan di pusat latihan daerah, dibiasakan dengan makanan-
makanan yang akan diperoleh di tempat pertandingan.

 PEKAN OLAHRAGA DI MANCANEGARA

Bahaya utama yang sering ditemui atlet dalam perjalanan ke luar


negeri adalah kemungkinan terserang gastroenteritis atau diare (10-30 %
atlet). Akibatnya atlet dapat mengalami ketidaknyamanan, gangguan
secara psikis dan fisik sehingga kemungkinan atlet tidak dapat bertanding.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah memilih makanan
dari tempat yang higienenya terjamin, menghindari untuk makan makanan
yang tidak dimasak serta makanan yang dipasteurisasi. Sumber air juga
dapat merupakan sumber infeksi, oleh karena itu rebuslah air sebelum
diminum, atau gunakan air minum dalam botol kemasan yang sudah steril.
Es batu juga perlu dihindari jika sumber air minum tidak aman.

Jika atlet mengalami diare, maka harus diatasi dengan segera.


Obat-obatan untuk mengatasi hal ini perlu dipersiapkan sebelumnya,
misalnya vibramycin, bactrium, septra untuk mencegah diare, obat
antimotily (imodium, lomotil) untuk mengobati gastroenteritis, bahkan
antibiotik. Proses rehidrasi juga perlu dilakukan baik secara oral maupun
infus dengan produk-produk untuk rehidrasi. Jika gejala sudah berkurang
atlet dapat diberikan minuman seperti the, air kaldu atau jus encer. Namun
minuman dari produk susu harus dihindari dulu sampai gejala hilang
dalam beberapa hari. Jika minuman-minuman tersebut sudah dapat
diterima, maka makanan padat yang ringan dapat diberikan seperti roti
bakar, biskuit, nasi tim, pasta secara bertahap.

12
Pada banyak tempat makanan disajikan dalam bentuk kafetaria,
dimana situasi ini merangsang atlet untuk makan dalam jumlah banyak
atau makan makanan yang salah. Oleh karena itu atlet dianjurkan untuk
makan sesuai dengan kebutuhannya tidak terpengaruh makanan yang
dimakan atlet yang lain. Bawalah makanan yang secara khusus dibutuhkan
, mungkin makanan tersebut lebih aman dari makanan di tempat
pertandingan. Jika atlet akan bertanding di luar negeri yang pola makannya
sangat berbeda, ada baiknya sebelum berangkat atlet diajak  untuk
mencoba aneka makanan dari negara tersebut, sehingga atlet mempunyai
gambaran dan dapat mengantisipasi kira-kira makanan apa yang dapat
dikonsumsi jika disajikan makanan dari negara tersebut serta atlet dapat
berdiskusi dengan ahli gizi kira-kira makanan mana yang cocok untuk atlet
serta berapa banyak yang harus dimakan.

Pesawat terbang secara umum juga dapat menyediakan makanan


khusus, oleh karena itu hubungi pihak airlines sebelumnya untuk
memastikan. “Jet lag” dapat dihindari dengan mengurangi garam, minum
air putih dalam jumlah banyak, hindari minuman yang bersifat diuretik
seperti the, kopi, cola serta alkohol. Akhirnya perencanaan yang baik dapat
mencegah terjadinya perjalanan yang tidak menyenangkan.

13
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan makalah kami dapat disimpulakan bahwa,


seseorang yang sedang melakukan kegiatan olahraga tentu saja ingin
menunjuka penampilan yang tebaik dalam kegiatan tersebut. Hal ini bukan
hanya didominasikan oleh para atlet tetapi juga diperlukan oleh kalangan
masyarakat luas umumnya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut
pentingnya mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan atau
dengan mlakukan pengaturan gizi pada atlet khusnya pada saat traveling.

Fungsi gizi bagi atlet adalah untuk mempersiapkan keadaan tubuh yang
ideal untuk melakukan gerakan-gerakan yang terkoordinasikan dan teratur,
serta menyediakan energi yang akan dipakai pada waktu berolahraga. Tidak
ada perbedaan yang mencolok antara kebutuhan gizi serta penggunaan gizi
pada atlet dan non atlet. Perbedaan yang mungkin ada adalah pada aktivitas
fisiknya, sehingga atlet memerlukan energi yang lebih besar. Prinsip makanan
sebelum bertanding dan saat bertanding adalah makanan dapat menunjang
penampilan atlet dan bukan sebaliknya. Minuman bagi atlet adalah sangat
penting untuk menghindari terjadinya dehidrasi, apalagi untuk pertandingan
yang berjalan lebih dari 50 menit, minum adalah sangat penting bagi atlet.
Sehingga dengan melakukan pengaturan makan pada atlet khususnya pada
saat traveling kondisi atlet tetap terjaga staminanya dan prestasinya akan lebih
meningkat.

3. 2 Saran

Sebaiknya melakukan pengaturan makanan yang tepat dengan perihal


tersebut diatas berlaku pula bagi para atlet meskipun secara lebih khusus
kebutuhan jenis dan jumlah zat gizi bagi seorang atlet akan berbeda dengan
kelompok bukan atlet, karena kegiatan fisik dan psikis berbeda, baik selama
masa latihan maupun pada saat pertandingan. Prestasi olahraga yang dicapai

14
oleh para atlet berkait erat dengan ketepatan penentuan dan penyediaan jenis
dan jumlah zat gizi yang diperlukan khusunya pada saat traveling.

15

Anda mungkin juga menyukai