Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENYULUHAN DAN KONSULTASI

GIZI
“Konsumsi TKTP Dalam Rangka Cegah KEK Ibu Hamil”

Disajikan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penyuluhan dan Konsultasi
Gizi Prodi D3 Gizi Semester III Jurusan Gizi

Oleh Kelompok 5 :
1. Ayu Rai Parasita (P07131017006)
2. Maria Romaulina Aritonang (P07131017017)
3. Made Dwi Riski Wulansari (P07131017027)
4. Sheylla Tara Audina (P07131017037)
5. Made Laksmita Wardiani (P07131017047)

DEPARTEMEN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN


DENPASAR JURUSAN GIZI TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsumsi
TKTP Dalam Rangka Cegah KEK Ibu Hamil”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Penyuluhan Dan Konsultasi Gizi. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam dalamnya kepada :
1. Bapak I Ketut Kencana,SKM,M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
Penyuluhan Dan Konsultasi Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar Prodi DIII.
2. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari
dosen pembimbing mata kuliah guna menjadi bekal pegalaman pada penulis untuk
lebih baik di masa yang akan datang.

Denpasar, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi TKTP................................................................................................3
2.2 Fungsi TKTP..................................................................................................3
2.3 Jenis-Jenis TKTP............................................................................................3
2.4 Contoh Makanan TKTP.................................................................................3
2.5 Porsi TKTP Yang Baik...................................................................................5
2.6 Definisi KEK..................................................................................................6
2.7 Penyebab KEK Pada Ibu Hamil.....................................................................6
2.8 Indikator Pengukuran Pada Ibu Hamil...........................................................7
2.9 Ciri-Ciri KEK Pada Ibu Hamil.......................................................................13
2.10Akibat KEK Pada Ibu Hamil.........................................................................13
2.11Penanggulangan/Pencegahan Pada Ibu Hamil..............................................14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas SDM, kekurangan gizi akan
menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan,menurunkan produktifitas kerja dan daya tahan tubuh, yang berakibat
meningkatnya kesakitan dan kematian.Kecukupan gizi sangat di perlukan oleh setiap
individu,sejak janin masih di dalam kandungan. Ibu atau calon ibu menjadi kelompok
rawan,karena membutuhkan gizi yang cukup sehingga harus di jaga status gizi dan
kesehatanya, agar dapat melahirkan bayi yang sehat (Dep.Kes RI 2003). Sampai saat
ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang
seperti kurang energi kronis (KEK) dan anemia. Sehingga mempunyai
kecenderungan melahirkan bayi dengan berat badan lahir kurang. Gizi kurang pada
ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu, antara lain anemia,
perdarahan, mempersulit persalinaan sehingga terjadi persalinan lama, prematuritas,
perdarahan setelah persalinan,bahkankematian ibu. (dr.Prita Muliarini, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari TKTP ?
2. Apa fungsi TKTP ?
3. Apa saja jenis-jenis TKTP ?
4. Apa saja contoh makanan TKTP ?
5. Berapa porsi TKTP yang baik ?
6. Apa definisi KEK ?
7. Apa penyebab KEK pada ibu hamil ?
8. Bagaimana indicator pengukuran KEK pada ibu hamil ?
9. Apa saja ciri – ciri KEK pada ibu hamil ?

1
10. Bagaimana akibat KEK pada ibu hamil ?
11. Bagaimana penanggulangan / pencegahan KEK pada ibu hamil ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan tentang kekurangan energi
kronis (KEK) pada ibu hamil.
2. Memahami tentang penyakit KEK pada ibu hamil

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi TKTP

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energy
dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa
ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur dan daging atau
dalam bentuk minuman enteral TKTP. Diet ini diberikan pada pasien telah
mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap serta untuk
pasien pada penyakit infeksi.

2.2 Fungsi TKTP

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) berfungsi memberikan makanan


secukupnya untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang bertambah guna
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh atau guna menambah berat
badan hingga mencapai normal.

2.3 Jenis – Jenis TKTP

Terdapat 2 jenis TKTP yaitu, TKTP I dan TKTP II :

1. Diet TKTP I mengandung 2600 kalori dan 100 g (2 g/kg BB) protein.
2. Diet TKTP II mengandung 3000 kalori dan 125 g (2 ½ g/kg BB) protein.

2.4 Contoh Makanan TKTP

a. Bahan makanan sumber protein


- Sumber protein hewani : ayam, daging, hati, ikan, telur, susu, keju.
- Sumber protein nabati : kacang-kacangan.
b. Bahan makanan sumber kalori.
- Sumber hidrat arang : beras, jagung, ubi singkong, roti, kentang, mie, tepung.

3
- Sumber lemak : minyak goreng, mentega.

Bahan makanan yang ditambahkan pada makanan biasa sehari.


TKTP I TKTP II
Jenis
Berat Urt Berat Urt
Susu 200 g 1 gls 400 g 2 gls
Telur 50 g 1 btr 100 g 2 btr
Daging 50 g 1 ptg sdg 100 g 2 ptg sdg

Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber Karbohidrat Nasi, roti, mie, macaroni, -
dan hasil olahan tepung
lainnya seperti cake,
pudding, pastry, dodol,
ubi, gula
Sumber Protein Daging sapi, ayam, ikan, Dimasak dengan banyak
telur, susu, dan hasil minyak atau santan kelapa
olahan seperti keju dan
yoghurt, es cream
Sumber Protein Nabati Semua Jenis Kacang- Dimasak dengan banyak
kacangan dan hasil minyak atau santan kelapa
olahannya seperti tempe,
tahu, dan pindakas
Sayuran Semua jenis sayuran Dimasak dengan banyak
terutama jenis B, seperti minyak atau santan kelapa
bayam, buncis, daun
singkong, kacang panjang,
labu siam, wortel direbus,
dikukus dan ditumis
Buah-buahan Semua jenis buah-buahan -
segar, buah kaleng, buah

4
kering, dan jus buah
Lemak dan Minyak Minyak goreng, mentega, Santan Kental
margarin, santan encer,
salad dressing
Minuman Soft drink, madu, the, Minuman rendah energi
sirup, dan kopi encer
Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti Bumbu tajam seperti cabe
bawang putih, bawang dan merica
merah, laos, salam, dan
kecap Bumbu tajam
seperti cabe dan merica

2.5 Porsi TKTP Yang Baik

Waktu Pemberian TKTP I TKTP II


Pagi 1 btr telur ayam 1 btr telur ayam
Pukul 10.00 - 1 gelas susu
Siang 1 potong daging 1 potong daging
Pukul 16.00 1 gelas susu 1 gelas susu
Malam - 1 potong daging
Pukul 21.00 1 gelas formula komersia 1 butir telur ayam
1 gelas formula komersial

2.6 Definisi KEK

Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan karena
kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan tahun. Kondisi
kurang energi kronik (KEK) biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu wanita
yang berusia 15-45 tahun.

Seseorang yang mengalami KEK biasanya memiliki status gizi kurang.


Kekurangan energi kronis dapat diukur dengan mengetahui lingkar lengan atas dan

5
indeks massa tubuh seseorang. Ibu yang mempunyai lingkar lengan atas yang kurang
dari 23,5 cm dapat dikatakan ia mengalami kekurangan gizi kronis.

2.7 Penyebab KEK Pada Ibu Hamil

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seorang ibu hamil mengalami
kekurangan gizi kronis, yaitu:

1. Asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan


Ibu hamil memerlukan asupan makanan yang lebih, tidak sama seperti wanita
normal seusianya. Asupan makanan ini akan menentukan status gizi ibu hamil.
Ketika ibu hamil tidak memenuhi kebutuhan energinya, maka janin yang
dikandungnya juga mengalami kekurangan gizi. Hal ini membuat pertumbuhan
dan perkembangan janin terhambat.
2. Usia ibu hamil terlalu muda atau tua
Usia mempengaruhi status gizi ibu hamil. Seorang ibu yang masih sangat muda,
bahkan masih tergolong anak-anak – kurang dari 18 tahun – masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Apabila ia hamil, maka bayi yang
dikandungnya akan bersaing dengan si ibu muda untuk mendapatkan zat gizi,
karena sama-sama mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Persaingan ini
mengakibatkan ibu mengalami kekurangan energi kronis. Sementara, ibu yang
hamil di usia terlalu tua juga membutuhkan energi yang besar untuk menunjang
fungsi organnya yang semakin melemah. Dalam hal ini, persaingan untuk
mendapatkan energi terjadi lagi. Oleh karena itu, usia kehamilan yang sesuai
adalah 20 tahun hingga 34 tahun.
3. Beban kerja ibu terlalu berat
Aktivitas fisik mempengaruhi status gizi ibu hamil. Setiap aktivitas membutuhkan
energi, jika Ibu melakukan aktivitas fisik yang sangat berat setiap harinya
sementara asupan makannya tidak tercukupi maka ibu hamil ini sangat rentan
untuk mengalami kekurangan energi kronis.
4. Penyakit infeksi yang dialami ibu hamil

6
Salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap status gizi hamil adalah kondisi
kesehatan ibu saat itu. Ibu hamil yang mengalami penyakit infeksi, sangat mudah
kehilangan berbagai zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Penyakit infeksi bisa
mengakibatkan kekurangan energi kronis pada ibu hamil karena kemampuan
tubuh untuk menyerap zat gizi menurun dan hilangnya nafsu makan sehingga
asupan makan juga menurun.  

2.8 Indikator Pengukuran KEK Pada Ibu Hamil

1.  Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).


Salah satu cara digunakan untuk mengetahui terjadinya kurang energi kronis
yaitu dengan melaksanakan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) hal ini
disebabkan karena pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak dibawah kulit dimana pada
pengukuran yang lain tidak diperoleh, dari keseluruhan energi pada masa kehamilan
50% disimpan dalam bentuk lemak. (Dini Latief, 1997).
Apabila LILA > 23,5 cm menunjukkan keadaan gizi normal dan jika LILA <
23,5 cm menunjukkan gizi kurang atau biasa disebut kurang energi kronis. Ukuran
LILA pada ibu hamil yang < 23,5 cm merupakan indikator yang kuat untuk
mengetahui status gizi ibu yang kurang, sehingga ia berisiko untuk melahirkan bayi
berat badan lahir rendah(Suryani As’ad, 1999).
Perubahan lingkar lengan atas (LILA) mengikuti pola pertumbuhan berat
badan, perbedaan lingkar lengan atas nyata terlihat pada trimester I dibandingkan
dengan trimester lainnya.
Lingkar lengan atas (LILA) berkorelasi erat dengan indeks berat badan umur
(BB/U) maupun berat badan untuk tinggi badan (BB/TB). Ukuran LILA merupakan
indikator yang sangat labil, dapat naik dan turun dengan cepat. Lingkar lengan atas
merupakan indeks yang sederhana sebagai teknik pengukuran yang cepat, maka dapat
dengan mudah untuk diberikan dalam latihan kepada tenaga-tenaga bukan profesional
lingkar lengan atas.(Abas Basuni Jahari, 1998).
Cara pengukuran Lingkar lengan atas (LILA) yaitu (Hadju, 1997) :

7
 Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung bebas disamping badan dan
bagian telapak tangan menghadap ke paha.
 Subjek menggunakan pakaian longgar dan lengan baju sebaiknya agak longgar
sehingga tidak menekan kulit dari lengan atas.
 Dengan keadaan tangan yang rileks dan tergantung bebas dan agak berjauhan dari
sisi badan, telapak tangan menghadap kepaha, letakkan alat pengukur melingkari
lengan sehingga menyentuh kulit tetapi tidak menekannya. Hasil pengukuran
diukur mendekati 0,1 cm.
 Berikan tanda titik tengah saat siku dalam posisi 90 0 dimana telapak tangan
menghadap keatas. Titik tengah diukur dari bagian lateral sepanjang permukaan
superior dan processus spinosius ke bagian paling bawah dari processus
acromeon.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah :
a. Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri
(kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan).
b. Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang.
c. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-
lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata-rata (Supariasa dkk, 2002)
2. Food Recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam
metode ini, responden adalah ibu disuruh menceritakan semua yang dimakan dan
diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi
kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu
saat dilakukan wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Wawancara
sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner
terstruktur.
Hal yang penting perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data
yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, utuk mendapatkan
data kuantitatif, mak jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti

8
dengan menggunakan alat ukur rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain)
atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali ( 1 x 24 jam), maka data yang
diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu.
Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak
berturut-turut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam
tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan
memberikan variasi yang lebih besar tentang intake makanan harian individu.

Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam :


a. Pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman
yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun
waktu 24 jam yang lalu. Pewawancara melakukan konversi dari URT kedalam
ukuran berat (gram). Dalam menaksir/ memperkirakan kedalam ukuran berat
(gram) pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran
rumah tangga (piring, gelas, sendok dan lain-lain) atau model dari makanan.
b.  Menganalisa bahan makanan kedalam zat gizi denagn menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DBKM).
c. Membandingkan denagn daftar kecukupan gizi yang dianjurkan (DKGA) atau
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
d. Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein
nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

Kelebihan metode recall 24 jam :


 Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
 Biaya relatif murah, karena tidak memrlukan peralatan khusus dan tempat yang
luas untuk wawancara.
 Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
 Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu
sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari (Supariasa dkk, 2002).  

9
1. Pengukuran Berat Badan 
 Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena
parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf ( Arisma,
2009). 
 Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa
tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya
karena terserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makan yang dikonsumsi. 
 Pada prinsipnya ada dua macam timbangan yaitu beam (lever)balance scales dan
spring scale. Contoh beam balance ialah dancing, dan spring scale adalah timbangan
pegas. Karena pegas mudah melar timbangan jenis spring scsle tidak dianjurkan
untuk digunakan berulang kali, apalagi pada lingkungan yang bersuhu panas. 
 Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada rumusnya, tetapi rumusannya bisa
dibuat yaitu dengan dasar penambahan berat ibu hamil tiap minggunya yang
dikemukakan oleh para ahli berkisar antara 350-400 gram, kemudian berat badan
yang ideal untuk seseorang agar dapat menopang beraktifitas normal yaitu dengan
melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi badan sebelum hamil, serta umur
kehamilan sehingga rumusnya dapat dibuat. 
 Dengan berbekal beberapa rumus ideal tentang berat badan, saya (penulis) dapat
kembangkan menjadi rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagai
berikut : Dimana penjelasannya adalah BBIH adalah Berat Badan Ideal Ibu Hamil
yang akan dicari. BBI = ( TB – 110) jika TB diatas 160 cm (TB – 105 ) jika TB
dibawah 160 cm. Berat badan ideal ini merupakan pengembangan dari (TB-100)
oleh Broca untuk orang Eropa dan disesuaikan oleh Katsura untuk orang Indonesia.
UH adalah Umur kehamilan dalam minggu. Diambil perminggu agar kontrol faktor
resiko penambahan berat badan dapat dengan dini diketahui. 0.35 adalah Tambahan
berat badan kg per minggunya 350-400 gram diambil nilai terendah 350 gram atau
0.35 kg . Dasarnya diambil nilai terendah adalah penambahan berat badan lebih

10
ditekankan pada kualitas (mutu) bukan pada kuantitas (banyaknya) (Supriasa,
2002). 

2. Pengukuran Tinggi Badan 


 Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan
merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan
terhadap tinggi badan , factor umur dapat dikesampingkan. Ibu hamil pertama sangat
membutuhkan perhatian khusus. 
 Pengukuran tinggi badan bermaksud untuk menjadikanya sebagai bahan menentukan
status gizi. Status gizi yang ditentukan dengan tinggi badan tergolong untuk
mengukur pertumbuhan linier. Pertumbuhan linier adalah pertumbuhan tulang
rangka, terutama rangka extrimitas (tungai dan lengan). Untuk tinggi badan peranan
tungkai yang dominan. 
 Pengukuran tinggu badan orang dewasa, atau yang sudah bisa berdiri digunakan alat
microtoise (baca: mikrotoa) dengan skala maksimal 2 meter dengan ketelitian 0,1 cm.
Apabila tidak tersedia mikrotoise dapat digunakan pita fibreglas (pita tukang jahit
pakaian) dengan bantuan papan data dan tegak lurus dengan lantai. Pengukuran
dengan pita fibreglass seperti ini harus menggukan alat bantu siku-siku. Persyaratan
tempat pemasangan alat adalah didinding harus datar dan rata dan tegak lurus dengan
lantai. Dinding yang memiliki banduk di bagian bawah (bisanya pada lantai keramik)
tidak bisa digunakan. Hal yang harus diperhatikan saat pemasangan mikrotoise adalah
saat sudah terpasang dan direntang maksimal ke lantai harus terbaca pada skala 0 cm. 
 Cara Pengukuran Berdiri membelakangi dinding dimana microtoie terpasang dengan
posisi siap santai (bukan siap militer), tangan disamping badan terkulai lemas, tumit,
betis, pantat, tulang belikat dan kepala menempel di dinding. Pandangan lurus ke
depan. Sebagai pegukur harus diperiksa ketentuan ini sebelum membaca hasil
pengukuran. Tarik microtiose ke bawah sampai menempel ke kepala. Bagi terukur
yang berjilbab agak sedikit ditekan agar pengaruh jilbab bisa diminimalisir. Untuk
terukur yang memakai sanggul harus ditanggalkan lebih dahulu atau digeser ke bagia

11
kiri kepala. Saat pengkuran, sandal, dan topi harus dilepas. Baca hasil ukur pada
posisi tegak lurus dengan mata (sudut pandang mata dan skala microtoise harus sudut
90 derajat). Pada gambar di atas, apabila terukur lebuh tinggi dai Pengukur, maka
pengukur harus menggunakan alat peningi agar posisi baca tegak lurus. Bacaan pada
ketelitian 0,1 cm, artinya apabila tinggi terukur 160 cm, harus ditulis 160,0 cm (koma
nol harus ditulis). Tinggi badan kurang dari 145 cm atau kurang merupakan salah satu
risti pada ibu hamil. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak
proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi: a.Panggul ibu sebagai
jalan lahir ternyata sempit dengan janin/kepala tidak besar. b.Panggul ukuran normal
tetapi anaknya besar/kepala besar. Pada kedua kemungkinan itu, bayi tidak dapat lahir
melalui jalan lahir biasa, dan membutuhkan operasi Sesar. 

3. Indeks Masa Tumbuh 


 Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas)
merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit
tertentu, juga dapat mempengarui produktif kerja. Laporan FAO /WHO/UNU tahun
1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan oleh
Body Mass Index (BMI). 
 Di Indonesia istila Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indekx Masa Tubuh
(IMT) merupakan alat yang sederhana untu memantau status gizi orang dewasa
khusunya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup lebih panjang. Berat badan dilihat dari Quatelet atau body mass Index
(IMT). 
 Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan
abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight
meningkatkan resiko atau terjadi kesulitan dalam persalinan. Indeks massa tubuh
(IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang
dewasa (Arisman, 2009). 

12
 Penilaian Indeks Masa Tumbuh diperoleh dengan memperhitungkan berat badan
sebelum hamil dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (Yuni,
2009). 
 Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara 19-70 tahun,
berstruktur tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan. 

2.9 Ciri – Ciri KEK Pada Ibu Hamil


 Badan terasa lemah, lemas, lesu, letih
 Wajah pucat
 Berat badan sulit bertambah
 Ukuran lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
 Anemia

2.10 Akibat KEK Pada Ibu Hamil

 Bayi lahir dengan berat rendah (kurang dari 2500 kg)


 Bayi lahir prematur (kurang dari usia kehamilan 37 minggu)
 Keguguran janin
 Proses persalinan yang sulit
 Perdarahan post-partum pada ibu hamil
 Operasi caesar
 Bayi lahir mati
 Bayi lahir dengan cacat bawaan

2.11 Penanggulangan / Pencegahan KEK Pada Ibu Hamil

 Mengonsumsi makanan yang mengandung kalori, seperti nasi, kentang, ubi,


singkong, dll.
 Mengonsumsi makanan yang mengandung protein, seperti telur, ikan, daging,
kacang-kacangan, susu, dll.

13
 Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti sayuran hijau,
protein hewani (daging, susu, telur) dan lengkapi dengan suplemen zat besi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energy
dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa
ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur dan daging atau
dalam bentuk minuman enteral TKTP. Diet ini diberikan pada pasien telah

14
mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap serta untuk
pasien pada penyakit infeksi.

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) berfungsi memberikan makanan


secukupnya untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang bertambah guna
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh atau guna menambah berat
badan hingga mencapai normal. TKTP ada 2 jenis yaitu TKTP I dan TKTP II.

Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan karena
kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan tahun. Kondisi
kurang energi kronik (KEK) biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu wanita
yang berusia 15-45 tahun. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seorang ibu
hamil mengalami kekurangan gizi kronis, salah satunya kurangnya asupan makanan.

3.2 Saran

Kesempurnaan makalah ini tergantung pada motivasi dan saran yang


membangun dari para pembaca. Maka dari itu, penulis mengharapkan masukan
ataupun saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296048/pendidikan/Praktik+Diet+-
+Diet+Energi+Tinggi.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296048/pendidikan/Praktik+Diet+-
+Diet+Energi+Tinggi.pdf

15
http://skripsikesehatanmasyarakat123.blogspot.com/2013/12/kek-pada-ibu-
hamil.html

http://www.academia.edu/11762949/Makalah_Pencegahan_KEK_Kekurangan_Energ
i_Kronis_pada_ibu_hamil

16

Anda mungkin juga menyukai