Anda di halaman 1dari 3

KEP

Malnutrisi energi protein adalah kondisi di mana tubuh kekurangan asupan


energi dan protein. Tanpa protein dan sumber energi lain yang memadai,
maka fungsi organ tubuh akan terganggu, tubuh mudah mengalami luka atau
cedera, serta pertumbuhan tubuh menjadi tidak sempurna. Seseorang
dinyatakan mengalami malutrisi energi protein atau memiliki indeks massa
tubuh sekitar 17 hingga 18,5.
Terdapat tiga jenis kondisi yang menandai gangguan malnutrisi energi
protein, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah defisiensi protein yang parah, di mana terdapat
kekurangan asupan makanan yang menjadi sumber protein.
Kwashiorkor ditandai dengan penumpukan cairan (edema) dan lemah pada
anggota tubuh. Sedangkan marasmus merupakan kondisi gizi buruk yang
parah di mana tubuh mengalami defiensi protein, karbohidrat, lemak serta
nutrisi penting lainnya. Marasmus ditandai dengan berat badan yang rendah.
Malnutrisi energi protein banyak diderita bayi, anak-anak, atau orang lanjut
usia serta berpotensi mengakibatkan cacat atau kematian. Penanganan
kondisi ini dapat dilakukan dengan cara memberi nutrisi tambahan guna
memperbaiki kadar elektrolit dan cairan tubuh yang tidak normal. Selain itu,
yang utama harus dilakukan adalah mengobati gejala yang diderita, seperti
infeksi.

 Gejala Malnutrisi Energi Protein


Sejumlah gejala yang bisa menandakan terjadinya malnutrisi energi protein
pada seseorang adalah:

 Badan terlihat lemah dan lelah.


 Diare.
 Suhu tubuh menjadi lebih rendah.
 Kulit kering.
 Kerontokan rambut.
 Mudah kesal.
 Perubahan sikap, misalnya gelisah, apatis, atau kurang perhatian.
 Pernapasan menjadi lebih lambat.
 Kaki dan tangan menjadi kaku atau kesemutan.
Pada marasmus, gejala khusus yang mendandai kondisi tersebut bisa berupa
penurunan berat badan, penyusutan lambung, dan dehidrasi. Sementara itu,
gejala khusus yang terlihat pada penderita kwashiorkor adalah edema (tubuh
menjadi bengkak karena penumpukan cairan), pertumbuhan dan kenaikan
berat badan terhambat, serta pembengkakan perut.

Penyebab Malnutrisi Energi Protein


Malnutrisi energi protein bisa disebabkan oleh faktor sosial atau karena
adanya kondisi kesehatan yang mendasari.
Faktor sosial yang dapat memicu terjadinya malnutrisi energi protein adalah:

 Kelaparan, atau kekurangan bahan pangan.


 Kemiskinan.
 Masa penyapihan air susu ibu yang tidak tepat pada anak.
 Ketergantungan pada bantuan orang lain untuk makan.

Sedangkan masalah kesehatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kondisi


ini di antaranya adalah:

 Gangguan makan, misalnya bulimia.


 Mengonsumsi obat yang dapat berpengaruh pada penyerapan nutrisi
dalam tubuh.
 Infeksi HIV.
 Infeksi parasit dan gastrointestinal.
 Penyakit jantung bawaan.
 Fibrosis kistik.
 Gagal ginjal kronis.

Diagnosis Malnutrisi Energi Protein


Diagnosis malnutrisi energi protein biasanya diawali dengan temuan pada
pemeriksaan fisik, yaitu pengukuran berat dan tinggi badan. Kemudian dokter
akan menanyakan pola makan, riwayat penyakit (termasuk riwayat menderita
gangguan makan), dan obat yang dikonsumsi. Beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat pula dilakukan guna memastikan diagnosis dan
mencari penyebab kelainan, antara lain:

 Pemeriksaan darah, guna memeriksa kadar glukosa darah, apus darah


tepi.
 Pemeriksaan hemoglobin, elektrolit, dan serum albumin.
 Pemeriksaan urine dan kultur bakteri.
 Pemeriksaan tinja untuk melihat keberadaan parasit.
 Tes HIV.
 Tes tusuk kulit untuk melihat adanya alergi.

Pengobatan Malnutrisi Energi Protein


Pengobatan malutrisi energi protein biasanya diawali dengan memperbaiki
kadar elektrolit dan cairan tubuh yang tidak normal. Selain itu, pengobatan
infeksi juga harus dilakukan, apabila pasien mengalami infeksi. Jika gejala
yang dialami pasien cukup parah, maka diperlukan perawatan di rumah sakit.
Tahap kedua penanganan kasus malnutrisi energi protein adalah dengan
memberi asupan nutrisi melalui terapi pola makan. Makanan yang diberikan
biasanya adalah makanan berbahan dasar susu. Selain itu, dokter juga akan
memberikan suplemen multivitamin atau suplemen protein cair, serta obat-
obatan tertentu untuk meningkatkan selera makan, bila diperlukan.
Pasca pengobatan, pasien akan dianjurkan untuk tetap melakukan
pemeriksaan rutin ke dokter agar perkembangan kondisi pasien bisa tetap
terawasi sampai benar-benar sembuh.

Anda mungkin juga menyukai