Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

GANGGUAN MAKAN DAN MASALAH-MASALAH GIZI PADA


ATLET

DISUSUN OLEH :
FANDY AHMAD KURNIA (6211418123)

KELAS 4D
JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Gangguan makan dan
masalah-masalah gizi pada atlet” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Ilmu Gizi Olahraga . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang  Gangguan makan dan masalah-masalah gizi pada atlet
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Siti Baitul Mukarromah, S. Si., M. Si.
Med ,selaku dosen mata kuliah Ilmu Gizi Olahraga yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 8 Mei 2020

Fandy Ahmad Kurnia

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. 1

KATA PENGANTAR............................................................................................ 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1....................................................................................................Latar Belakang 4
1.2...............................................................................................Rumusan Masalah 5
1.3............................................................................................Tujuan dan Manfaat 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kebutuhan Karbohidrat dalam Olahraga......................................................... 6


2.2. Kebutuhan Protein dalam Olahraga................................................................. 8
2.3. Kebutuhan Lemak dalam Olahraga.................................................................. 10
2.4 Kebutuhan Air dan Elektrolit dalam Olahraga................................................. 11
2.5. Kebutuhan Zat Besi dalam Olahraga................................................................ 17
2.6. Kebutuhan Kalsium dalam Olahraga.................................................................. 19
BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan.......................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Olahraga adalah tempat dimana adanya proses interaksi antar manusia serta
mengandung nilai-nilai etikanya satu dengan lain diperlihatkan, diuji dan dipelajari. Pelajaran
yang terkandung dalam olahraga adalah kerjasama tim, sikap sportif, sikap bermain jujur (fair
play) dan sebagainya. Beban berat yang dipikul seorang atlet adalah menjadi seorang
pemenang, hal itu dapat berakibat fatal bagi seorang atlet. Demi mencapai target yang
diinginkan, seorang atlet menggunakan berbagai cara yang dilarang dalam peraturan
kompetisi, salah satunya melalui penggunaan doping. Penyalahgunaan obat atau doping bagi
kalangan atlet binaraga dan angkat berat beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, hal
tersebut dilakukan untuk meningkatkan performa mereka (Azom, 2015).

Keinginan untuk menang pada atlet menyebabkan banyak atlet menggunakan cara-
cara ekstrem yang biasanya tanpa dasar ilmiah dan dapat membahayakan kinerja olahraga
dengan risiko ketidak seimbangan gizi (kekurangan / kelebihan). Mahal dan hanya
memberikan efek semu (placebo effect) serta cenderung menimbulkan
ketergantungan.Gangguan makan sering ditemui pada atlet karena mereka terlalu
mementingkan berat badan dan berkeinginan sangat keras untuk menang sehingga menjadi
obsesi. Penggunaan suplemen gizi terutama vitamin adalah biasa di dunia olahraga. Ada yang
menggunakan suplemen rotein, mikronutruen, bahkan ada yuang mencoba menghindari
semua lemak atau semua protein hewani.

Anabolik androgenik steroid atau sering disebut steroid anabolik adalah senyawa
kimia derivat hormon testosteron atau hormon seks pria sintesis. Efek secara fisiologis steroid
anabolik dapat meningkatkan konsentrasi testosteron merangsang sintesis protein yang
dihasilkan, sehingga akan mengalami perbaikan dalam ukuran otot, massa tubuh dan
kekuatan (Bhasin et al, 1996;. 2001; Chudik, 2003). Steroid anabolik dalam bidang medis
digunakan untuk pengobatan defisiensi testosteron, pubertas tertunda, anemia, kanker
payudara, dan kerusakan jaringan oleh virus HIV (DEA., 2013). Penggunaan steroid anabolik
pada perkembangannya banyak disalahgunakan oleh atlet, binaragawan, dan pengguna
lainnya untuk meningkatkan kemampuan atletik, kekuatan otot, dan memperbaiki
penampilan.

1.2 Rumusan masalah

1) Apa yang menyebabkan gangguan makanan pada atlet ?


2) Apa saja factor yang mengakibatkan gangguan makanan ?
3) Apa saja penyalahgunaan hormone pada atlet?

1.3 Tujuan

1) Dapat menjelaskan tentang gangguan makan beserta faktornya


2) Dapat memaparkan penyalahguaan hormone pada atlet

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Gangguan makan dapat macam-macam tetapi terutama yang merupakan sindroma


klinik anorexia nervosa dan bulimia nervosa yang mungkin ditemui dalam dunia olahraga,
sedangkan pica dan ruminasi/ regurgitasi makanan tidak merupakan masalah dalam dunia
olah raga. Banyak atlet terutama atlet putri yang mempraktekkan pengongtrolan berat badan
secara salah sehingga membahayakan. Biasan;ya hal ini ditemui pada atlet yang
penampilannya perlu tampak ramping sangat sedikit tetapi berlatih bayak dan berat sehingga
menjadi kurus sekali namun tetap ingin mempertahankan berat badan itu. Cara yang sering
digunakan termasuk merangsang muntah, berpuasa, menggunakan diuretika atau obat
pencahar.

2.1.1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan atlet itu mempunyai gangguan perilaku makan?
Biasanya disebabkan :

a) Nasihat dari pelatih atau orang tua


b) Ketakutan akan akibat buruk bila tidak dilakukan
c) Takhayul dan ketidaktahuan gizi
d) Kebiasaan
e) Meniru top atlet senior

2.1.2. Akibat Kelainan Perilaku Makan Akibat masukan makanan yang kurang adalah antara
lain:

a) Defisiensi nutrien seperti anemia gizi


b) Berkurangnya massa otot dan menurunnya fungsi otot
c) Cadangan glikogen menurun.
d) Depresi
e) Toleransi terhadap hawa dingin menurun

Kelainan perilaku makan pada wanita dapat menyebabkan amenore yang dapat
mengakibatkan menurunnya densitas tulang dan meningkatnya kelainan mineral tulang,
merupakan trias penyakit/kelainan. Pada atlet pria juga terjadi penekanan produksi hormon
testosteron. Penggunaan obat pencahar, obat pengurusan badan, diuretikum, dan muntah-
muntah dapat akibatkan gangguan elektrolit dan defisiensi mineral sehingga dapat timbul
gangguan jantung dan saluran cerna seperti sembelit dan kembung.

2.1.3. Pengobatan

5
Dalam tahap awal gangguan makan, mungkin sebelum haid tidak teratur atau sebelum
berat badan turun dengan hebat, pendidikan gizi saja mungkin sudah cukup untuk mencegah
manifestasi klinik anorexia nervosa.

Sebagai pengobatan diperlukan:


- Pengobatan medik
- Pengobatan dietetik
- Pengobatan psikologik

Pada keadaan komplikasi berat atau ada usaha bunuh diri, makan pasien perlu
dirawat: Pada bulimia nervosa diperlukan pendidikan gizi untuk:
1. Menghilangkan faktor dietetik yang dapat memicu makan banyak dan lahap
2. Usahakan pola makan normal/biasa.
3. Ubah sikap abnormal tentang makanan, berat badan dan diet.

2.1.4. Beberapa Jenis Gangguan Makan Pada Atlet

1. Vegetarian
Banyak atlet menggunakan diet vegetarian, tak mau menggunakan bahan makanan hewani
karena percaya diet vegetarian lebih menyehatkan, memberikan lebih banyak energi dan tidak
membuat gemuk. Ada atlet yang berusaha keras untuk tetap langsing seperti misalnya
binaragawan, pelari, pesenam, penari dan atlet loncat indah. Umumnya atlet menghindari
bahan makanan hewani tetapi tidak menggunakan bahan penggantinya. Boleh dikatakan
mereka merupakan vegetarian jenis baru, bukan benar-benar vegetarian.

2. Terlalu banyak serat

Diet dengan serat sangat tinggi dapat sebabkan diare dan perut kembung dan mungkin
sukar untuk memenuhi keperluan akan energi, selain serat dapat merupakan inhibitor untuk
menyerapkan mikronutrien.

3. Menu rendah kalori

Diet rendah kalori itu (sangat rendah) biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan
energi dan nutrition lainnya seperti besi, kalsium dan seng. Masukan energi yang rendah itu
dapat pula mengakibatkan hilangnya kebugaran dan kinerja latihan. Hilangnya berat badan
yang cepat pada diet rendah kalori disebabkan oleh menurunnya cadangan glikogen,
hilangnya cairan dan hilangnya massa otot oleh glukoneogenesis. Dengan demikian maka
timbul risiko untuk turunnya kinerja disebabkan oleh cadangan energi yang tak cukup dan
dalam jangka panjang akan terjadi penurunan kekuatan otot dan endurance akibat penurunan
massa otot. Setelah beberapa waktu berat badan mungkin tidak turun lagi tetapi mungkin
telah terjadi perubahan komposisi tubuh.

4. Mencampurkan bahan makanan

6
Ada kepercayaan yang beranggapan bahwa karbohidrat dan protein tidak dapat dicerna
bersamaan sehingga tak boleh dimakan pada saat ;yang sama. Juga bahwa buah tak boleh
dimakan bersama-sama dengan bahan makanan lainnya dan bahwa buah hanya boleh
dimakan antara jam 4 pagi sampai tengah hari yaitu waktu yang dianggap untuk pembersihan
tubuh. Teori ini sebenarnya tak ada dasar ilmiahnya. Tetapi aplikasi teori ini berhasil karena
banyaknya pantangan makanan sehingga masukan keseluruhannya, terutama lemak sangat
rendah sehingga terjadi penurunan berat badan. Tetapi selain itu juga masukan besi, kalsium
seng kurang dan pada atlet pantangan itu dapat pula mengakibatkan kekurangan karbohidrat
dan protein.

5. Mencampurkan bahan makanan

Pada diet ini hanya diperbolehkan makan buah dan kacang-kacangan pada tahap pembersihan
butuh yaitu dari jam 4 pagi sampai tengah hari.

6. Mencampurkan bahan makanan

Biasanya produk ini digunakan terutama oleh orang yang ingin menurunkan berat badan dan
atlet yang ingin meningkatkan massa otot, menurunkan lemak tubuh atau umumnya
meningkatkan kekuatan dan kinerja olahraga. Tentang jamu itu dikatakan sebagai pembersih
darah dan untuk mengobati alergi. Banyak jamu itu mengandung diuretika dan obat pencahar.
Sebenarnya bahan-bahan itu tak boleh digunakan atlet karena akan menyebabkan dehidrasi
yang justru akan menurunkan kinerja olahraga.

7. Diet pengurusan : beberapa diet dapat mengakibatkan gangguan makan

2.2. Definisi anabolic steroid dan hormone peptide

2.2.1. Definisi steroid anabolic


Suatu fase dimana tubuh memperbaiki, membentuk, mensintesis dan
mengembangkan sel-sel sebagai bagian dari proses metabolisme adalah pengertian dari
anabolik (Sherwood, 2002). Steroid anabolik merupakan senyawa kimia derivat hormon
testosteron (Chudik, 2003). Menurut Sari (2015) Anabolik Androgenik Steroid (AAS) atau
steroid anabolik adalah derivat sintetis dari hormon seks testosteron endogen pria, yang
merangsang efek anabolik (sintesis protein) dan androgenik (maskulinisasi). Senyawa ini
dalam bidang medis digunakan untuk pengobatan defisiensi testosteron, pubertas tertunda,
anemia, kanker payudara, dan kerusakan jaringan oleh virus HIV (Marfu’ah et al, 2014).

2.2.1.1. Dampak steroid anabolic


Dampak senyawa ini disebabkan oleh kerja maskulinisasinya secara besar dan sangat
jelas pada wanita dan anak-anak prapubertas. Pemberian lebih dari 200-300 miligram
testosteron per bulan pada wanita biasanya berkaitan dengan hirsutisme, akne, penekanan

7
haid, pembesaran klitoris, dan suara dalam. Efek-efek ini dapat terjadi bahkan dengan dosis
sangat kecil sekalipun pada beberapa wanita. Beberapa steroid androgenik memberikan
progrestional yang menimbulkan perdarahan endometrium.
Hormon-hormon ini juga mengubah lemak serum dan digambarkan dapat
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit aterosklerosis pada wanita, kecuali pada keadaan
yang sangat luar biasa, androgen seharusnya tidak diberikan pada bayi. Penelitian belakangan
ini pada hewan, menyatakan bahwa pemberian androgen pada permulaan kehidupan sangat
mempengaruhi maturasi susunan saraf pusat yang mengatur perkembangan seks, terutama
pada wanita. Pemberian obat-obat ini pada wanita hamil dapat menimbulkan maskulinisasi
genitalia eksterna bayi perempuan (Katzung, 2014).

2.2.2. Definisi hormone peptide


Hormon peptida adalah kelas protein yang terikat oleh protein reseptor dan
mengaktifkan atau menonaktifkan jalur biologis. Hormon, secara umum, adalah molekul
biologis yang digunakan dalam organisme multisel untuk mengarahkan dan
mengkoordinasikan perkembangan, pertumbuhan, dan reproduksi. Kata peptida mengacu
pada ikatan peptida antara asam amino. Hormon peptida, oleh karena itu, adalah rantai asam
amino yang berfungsi untuk komunikasi molekul biologis.
Hormon peptida memiliki waktu paruh yang pendek, yang berarti mereka dapat pecah
dengan cepat. Hal ini memungkinkan organisme untuk menggunakan hormon peptida untuk
mengarahkan proses secara cepat dan efisien, tanpa sinyal berlama-lama untuk waktu yang
lama. Ini membuat hormon peptida menjadi kandidat ideal untuk hormon intraseluler, yang
beroperasi di dalam sel. Namun, banyak hormon peptida juga ditemukan dalam aplikasi
ekstraseluler. Hormon peptida dapat ditemukan pada serangga, semua vertebrata, dan banyak
makhluk lainnya. Hormon lain, seperti hormon steroid, harus dipecah dan dikeluarkan
melalui urin atau feses.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Suatu fase dimana tubuh memperbaiki, membentuk, mensintesis dan
mengembangkan sel-sel sebagai bagian dari proses metabolisme adalah pengertian dari
anabolik. Pengguanaan steroid dan hormone peptida yang berlebih sangat besar pengaruhnya
dan juga dapat mempengaruhi gangguan makan . Dalam penggunaan anabolik steroid dan
hormone peptida sangat dianjurkan penggunaan sesuai dosis

9
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, K. C., Sudibyo, & Failasufa, H. (2017). JUMLAH NEUTROFIL DI CAIRAN SULKUS GINGIVA
PADA BINARAGAWAN ANGKAT BEBAN. Journal of Chemical Information and Modeling, 287.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

10

Anda mungkin juga menyukai