Anda di halaman 1dari 16

SUPLEMEN UNTUK OLAHRAGA

Dosen : Chica Riska Ashari, S.Gz, M.Si

NAMA KELOMPOK :
FIVI FIBRIYANI (1713211007)
NOVI SUSANTY (1713211012)
NUR ANISAH (1713211013)
ZULFANIA (1713211016)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


INSTITUT KESEHATAN INDONESIA
JAKARTA
2020
Kata Pengantar
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya kepada
kita semua dan khususnya pada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Perencanaan Pangan dan Gizi.

Tugas ini dapat terlaksana karena dukungan semua pihak yang telah membantu
kelancaran tugas ini. Oleh karena itu kelompok kami mengucapkan terimakasih kepada segenap
pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa juga kami berterimakasih
kepada Ibu Chica Riska Ashari, S.Gz., M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Gizi Olahraga di Institut
Kesehatan Indonesia.

Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk dijadikan
pertimbangan dan koreksi selanjutnya. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan ataupun kerancuan baik bahasa ataupun tulisan. Terimakasih.

Jakarta, 16 Maret 2020

Kelompok 4

Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................
I.2.1 Tujuan Umum...............................................................................................
I.2.2 Tujuan Khusus..............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Olahraga merupakan suatu kegiatan yang sangat digemari di kalangan masyarakat.


Seseorang yang memiliki frekuensi olahraga yang tinggi dapat dikategorikan sebagai atlet.
Atlet mempunyai jenis latihan yang berbeda-beda tergantung kategori cabang olahraga
yang diikutinya. Kategori olahraga ada empat yaitu olahraga ringan, sedang, berat dan berat
sekali.
Kebugaran merupakan kemampuan tubuh untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan
menggunakan kekuatan, daya kreasi, dan daya tahan dengan efisien dalam waktu yang
relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Kuswari, M., Setiawan, B.,
Rimbawan, 2015). Tanpa kebugaran jasmani yang baik, atlet tidak akan berhasil
memperoleh prestasi walaupun memiliki keterampilan teknik dan taktik yang baik.
Atlet mendapat asupan zat gizi utamanya dari konsumsi makanan sehari- harinya, tetapi
atlet mebutuhkanasupan zat gizi yang lebih yang berasal dari suplemen. Atlet tidak terlepas
dari suplemen untuk meningkatkan dan menunjang performa tubuh (CRN 2002). Suplemen
merupakan sebuah makanan yang dikonsumsi untuk tujuan melengkapi asupan zat gizi
yang belum ada pada menu makan sehari (BPOM RI 2004).
Konsumsi suplemen akan mempengaruhi salah satunya kebugaran tubuh atlet (Braun
2009). Seorang yang bugar yaitu seseorang yang mampu menjalankan kehidupan sehari-hari
tanpa melampaui batas daya tahan stres pada tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta
tidak berisiko mengalami penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau
kurangnya aktivitas fisik (Riyadi 2007). Kebugaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
latihan yang intensif dan teratur, faktor genetik, dan asupan gizi yang cukup (Kushendar
2008). Setiap orang diharapkan memiliki tingkat kebugaran yang baik, khususnya bagi para
atlet (Corbin 2000). Tingkat kebugaran atlet yang baik dapat menunjang performa atlet
baik saat latihan maupun saat bertanding. Performa yang baik tentu akan mempengaruhi
prestasi atlet.

Suplemen, sesuai dengan namanya hanya bersifat menambahkan atau melengkapi. Ketika
tubuh memberikan sinyal tanda bahaya adanya suatu ketidakberesan, maka pada saat itu kita
mulai mempertimbangkan konsumsi suplemen untuk membantu mengatasinya. Misalnya;
ketika sedang lesu, letih, lelah, sariawan, gusi berdarah dan sebagainya. Hal-hal di atas
termasuk tanda-tanda seseorang mengalami kekurangan vitamin. Faktor lain yang
menyebabkan seseorang mengkonsumsi food supplement adalah kondisi lingkungan yang
buruk, misalnya tingkat pencemaran yang tinggi dimana kadar radikal bebas semakin
meningkat. Menurut Nurheti Yuliarti (2008), tips-tips untuk memilih suplemen agar
berfungsi maksimal adalah sebagai berikut: memperhatikan ketepatan dosis,
mengkonsultasikan dengan ahlinya dan memilih food supplement dengan tepat. Hal yang
harus diperhatikan dalam mengkonsumsi suplemen kesehatan yaitu: memperhatikan aspek
teks dalam kemasan, mentaati peraturan pemakaiannya, memastikan bahwa suplemen yang
dikonsumsi adalah aman, memperhatikan faktor antioksidan, memeriksa setiap
perkembangan dan efek konsumsi, tidak berlebihan mengkonsumsi suplemen dan
memperhatikan faktor jumlah mineral.
Fokus utama kebanyakan atlet pada suplemen olahraga berpusat pada peningkatan
langsung dalam kinerja, yang mungkin melibatkan konsumsi sebelum, atau bahkan selama
kompetisi atau bagian pelatihan. Suplemen ini akan spesifik untuk tuntutan latihan, dalam
hal intensitas dan lamanya usaha dan sifat kegiatan dan apakah itu memasukkan unsur-unsur
berbasis keterampilan yang signifikan dan pengambilan keputusan. Dalam kombinasi
dengan rezim khusus peristiwa, biasanya datang pasca-acara, rencana suplemen pemulihan,
yang sasarannya adalah untuk meningkatkan pemulihan dan adaptasi dari kompetisi atau
sesi pelatihan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Penulisan ini secara umum untuk bertujuan untuk mengetahui gambaran
suplemen untuk olahraga.

1.2.2 Tujuan Khusus


1) Mengetahui tentang pengertian suplemen makanan
2) Mengetahui tentang bentuk sediaan suplemen makanan
3) Mengetahui tentang penggolongan suplemen makanan
4) Mengetahui tentang bahaya suplemen makanan
5) Mengetahui tentang cara benar mengkonsumsi suplemen makanan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Suplemen Makanan

Menurut surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor
HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan adalah
produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung salah
satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asama amino atau bahan lain (berasal dari
tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam
jumlah terkonsentrasi. Pada keputusan tersebut dalam pasal 4 menyatakan persyaratan bahwa
suplemen makanan harus memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan kemasan serta
standar dan persyaratan lain yang ditetapkan.
2. Kemanfaatan yang dinilai dari komposisi dan atau didukung oleh data pembuktian.
3. Diproduksi dengan menerapkan cara pembuatan yang baik.
4. Penandaan yang harus mencantumkan informasi yang lengkap, obyektif, benar, dan tidak
menyesatkan.
5. Dalam bentuk sediaan pil, tablet, kapsul, serbuk, granul, dan cairan yang tidak dimaksud
untuk pangan.

Menurut Vitahealth (2004) dan McDowall (2007) Suplemen makanan atau disebut juga
dietarysupplement adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat
nutrisi atau obat. Suplemen yang bersifat nutrisi termasuk vitamin, mineral, dan asam-asam
amino, sedangkan yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan
yang memiliki khasiat sebagai obat dan pada umumnya suplemen makanan kesehatan berasal
dari bahan-bahan alami tanpa bahan kimia (harus murni) dan merupakan saripati bahan makanan

(konsentrat). Menurut Almuhtaram (2011) yang mengacu pada Vitahealth (2004) Suplemen
makanan atau yang biasa dikenal dengan istilah food supplement/dietarysupplement merupakan
produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Nutrisi

yang terkandung dalam suplemen makanan biasanya terdiri dari vitamin, mineral dan asam
amino yang merupakan bagian dari pembangun protein. Selain itu ada juga produk suplemen
yang diformulasikan untuk pengobatan biasanya bahan-bahannya diambil dari tanaman atau
bagian- bagian tertentu pada organ tubuh hewan yang berkhasiat sebagai obat untuk penyakit
tertentu.

Suplemen makanan merupakan makanan yang mengandung zat-zat gizi dan non gizi. Fungsinya
sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap
prima. Suplemen makanan umumnya berasal dari bahan-bahan alami tanpa tambahan zat-zat

kimia walaupun pada vitamin tertentu ada yang sintetis. Suplemen vitamin seperti asam folat
dalam bentuk sintetis memang lebih mudah terserap oleh tubuh, walaupun vitamin E dari bahan
alami jauh lebih baik penyerapannya daripada yang sintetis. Suplemen makanan digolongkan

sebagai nitraceutical, sedangkan obat-obatan masuk golongan pharmaceutical (Yuliarti, 2009).

2.2 Bentuk Sediaan Suplemen Makanan

Bentuk sediaan suplemen makanan adalah sesuai dengan proses pembuatan makanan tersebut
dalam bentuk seperti digunakan BPOM RI tahun 2004. Bentuk sediaan ini antara lain:

1. Tablet

Merupakan sediaan padat yang mengandung bahan suplemen makanan dengan atau tanpa bahan
pengisi. Terdapat 4 jenis tablet, yaitu:

a. Tablet Bersalut

Merupkan tablet yang disalit untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari udara,
kelembapan atau cahaya menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat penampilan yang
lebih baik dan mengatur tempat pelepasan suplemen makanan dalam saluran cerna.

b. Tablet Eferen/tablet buih


Merupakan tablet yang dibuang dengan cara dikempa. Selain zat aktif, juga mengandung
campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat yang dilarutkan dalam air akan
menghasilkan karbondioksida.

c. Tablet Hisap

Merupakan sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan, umumnya
dengan bahan dasar beraroma manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan

dalam mulut.

d. Tablet Kunyah

Merupakan tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut, mudah ditelas dan tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa tidak enak.

2. Pil

Yaitu sediaan obat berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan.

3. Kapsul

Yaitu sediaan padat yang terdiri dari suplemen makanan dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut.

4. Granul

Merupakan sediaan padat berupa massa bulat seperti pil dengan ukuran yang sangat kecil,
mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan.

5. Serbuk

Merupakan campuran kering bahan suplemen makanan atau zat kimia dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian oral karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah
terdispersi dan lebih mudah larut daripada sediaan yang dipadatkan.

6. Pasta
Merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan yang
ditujukan untuk pemakaian oral.

7. Larutan Oral

Merupakan sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih bahan
suplemen makanan atau zat kimia dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna
yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.

8. Suspensi Oral

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk pemakaian oral.

9. Emulsi

Merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
bentuk tetesan kecil.

10.Gel/Jelly

Merupakan sediaan semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel non organik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

2.3 Penggolongan Suplemen Makanan

Suplemen makanan digolongkan sebagai bahan nitraceutikal. Suplemen makanan ini


khasiatnya tidak perlu dibuktikan melalui uji klinis. Sampai saat ini pun jenis nitraceutikal boleh
dijual secara bebas tapi tidak boleh diklaim memiliki khasiat untuk mengobati penyakit
(Vitahealth, 2004).

Pada awalnya penggunaan suplemen masih terbatas untuk mengembalikan fungsi metabolik
dimana seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh yang
membuat sel-sel bekerja secara optimal. Pada umumnya, enzim terdiri atas protein khusus yang
dinamakan apoenzim, dan memerlukan suatu kofaktor tertentu yang biasanya adalah suatu
vitamin dan mineral. Karena itu, pada konsep lama mikronutrient tersebut (vitamin dan mineral)
disebut sebagai zat esensial yang dibutuhkan tubuh. Jika dari makanan saja tidak cukup, maka
untuk memenuhi kekurangannya bisa ditambah dari suplemen makanan. Namun berikutnya,
penggunaan suplemen tidak lagi terbatas pada vitamin dan mineral saja sekarang batasan
suplemen semakin melebar sampai mencakup zat-zat nutrisi dan penyembuh yang terdapat pada
herbal dan bahan obat alami lainnya (Vitahealth, 2004). Worthington (2000), membagi suplemen
menjadi tiga kategori utama, yaitu suplemen protein/asam amino, suplemen vitamin/mineral,
suplemen hormonal. Berdasarkan sumbernya, Wirakusumah (1995) menggolongkan suplemen
menjadi tiga kategori yaitu suplemen vitamin dan mineral, suplemen asal tumbuhan atau jamu,
dan suplemen khusus yang berasal dari bahan-bahan tertentu seperti beepollen, sirip ikan paus,
dan cula badak. Sedangkan berdasarkan kandungannya Hendler (1984) dalam (Yunaeni, 2009),
membedakan suplemen makanan sebagai vitamin, mineral, asam amino, asam nukleat, asam
lemak, serta kelompok lainnya meliputi L-Carnitine, serat makanan, garlic, gingseng, asam
pangamik, SuperoxisideDismitase, beepollen, royal jelly, dll. Sedangkan menurut Vitahealth
(2004) suplemen makanan adalah vitamin, mineral, asam amino, enzim, hormon, antioksidan,
herba, dan probiotik.

2.4 Bahaya Supelemen Makanan

Berikut merupakan beberapa dampak negatif penggunaan suplemen menurut Yuliarti (2008)
adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan vitamin C mungkin bisa dibuang lewat urin. Tetapi vitamin jenis lain (A, D, E dan
K) umumnya mengendap di dalam tubuh dan dikhawatirkan bisa mengganggu fungsi organ
terutama hati dan ginjal.

b. Protein yang biasanya terdapat di suplemen bila dikonsumsi orang tertentu bisa menimbulkan
alergi.

c. Konsumsi zat besi berlebihan tidak baik untuk para penderita kelainan darah seperti
thalassemia.

d. Konsumsi suplemen vitamin K pada orang yang tengah minum obat tertentu kadang-kadang
justru memperburuk keadaan.
e. Suplemen yang mengandung hormon tambahan dikhawatirkan malah bisa memicu gigantisme
(tubuh menjadi sangat besar) dan gangguan seksual.

f. Konsumsi berlebihan suplemen antioksidan seperti vitamin A, E dan betakaroten justru


meningkatkan risiko kematian.

g. Suplemen vitamin D berlebihan justru berbahaya bagi hati dan ginjal.

h. Mengkonsumsi suplemen berupa minuman berenergi dapat meningkatkan tekanan darah.

i. Suplemen herbal dan natural pengganti viagra yang diklaim lebih aman juga mengandung
bahaya, seperti meningkatkan tekanan darah, bahkan mengakibatkan stroke.

j. Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan mengganggu penyerapan tembaga, yang


meskipun dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, namun penting untuk mengatur susunan kimia
dan kinerja tubuh.

k. Terlalu banyak suplemen mengandung fosfor akan menghambat penyerapan kalsium.

l. Kelebihan vitamin A, D, K dan zat besi yang tidak dapat dibuang tubuh terbalik menjadi racun.

Menurut Claudio dan Lagua (1991) dalam Yunaeni (2009), meskipun vitamin dan mineral
dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi sangat esensial. Beberapa diantara zat gizi mikro ada
hubungan yang bersifat mutualistik dan ada yang bersifat kontradiktif. Hubungan tersebut

berpengaruh terhadap proses absorpsi, pengangkutan, penyimpanan, penggunaan dan pengeluran


oleh tubuh. Beberapa zat gizi mikro tidak dapat diukur kecukupannya secara sendiri-sendiri.
Bender (1993) menyebutkan komposisi zat gizi yang esensial dalam jumlah kecil bukan

berarti bahwa intake zat gizi yang tinggi aman dilakukan. Berbagai jenis vitamin diketahui dapat
mengakibatkan keracunan bila dikonsumsi berlebihan.

Vitamin C misalnya, kebutuhan manusia dewasa akan vitamin C sebenarnya hanya 50-60
mg/hari, yang bisa tercukupi dari konsumsi rutin buah-buahan. Tetapi di pasaran sering kita
jumpai suplemen vitamin C dalam dosis 500 mg bahkan 1.000 mg, yang dipromosikan bisa
meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan penyakit, sebagai antioksidan pengikat radikal
bebas, dan sebagainya. Kita sendiri setelah hadirnya suplemen vitamin C megadosis itu menjadi
tidak percaya diri untuk merasa cukup dengan hanya mengkonsumsi buah, atau mengkonsumsi
vitamin C dosis 50 mg. Padahal dosis setinggi itu hanya dibutuhkan pada kondisi tubuh tertentu,
atas saran dokter tentunya.Hasil sebuah kajian riset menunjukkan bahwa tidak semua

suplemen vitamin menguntungkan bagi kesehatan. Tinjauan dari berbagai riset menunjukkan,
beberapa suplemen vitamin tertentu tidak bermanfaat bagi kesehatan, namun justru dapat
meningkatkan risiko kematian. Peneliti Denmark seperti diberitakan BBC, Rabu (16-4-2008)
dalam (Yuliarti,2008) melaporkan bahwa hasil tinjauan riset mereka tidak berhasil menemukan
satu pun bukti meyakinkan bahwa suplemen antioksidan dapat menekan risiko kematian. Para
ahli dari Universitas Kopenhagen ini menyatakan bahwa vitamin A dan E memiliki potensi
mengganggu pertahanan alami yang dimiliki tubuh. Bahkan beta-karoten, vitamin A dan E
tampaknya dapat meningkatkan risiko kematian.

2.5 Cara Benar Mengkonsumsi Suplemen Makanan

Vitahealth (2004) mengungkapkan bahwa cara benar mengkonsumsi suplemen makanan adalah
sebagai berikut:

1) Memperhatikan teks yang ada pada kemasan. Hal ini berkaitan dengan komposisi produk,
dosis yang menunjukkan aturan pakai yang benar dalam sehari, indikasi dan cara penyimpanan.

2) Komitmen pada aturan. Mengikuti aturan pakai misalnya mengkonsumsi satu tablet dalam
sehari sesuai petunjuk.

3) Memastikan bahwa suplemen yang akan dikonsumsi aman, meminta referensi merek
suplemen yang aman dikonsumsi dari dokter atau atauahli gizi jika tidak memiliki pengetahuan
yang luas seputar suplemen.

4) Disiplin pada dosis.

Selain itu Vitahealth (2004) mengatakan bahwa jangan mengkonsumsi suplemen dalam jumlah
yang berlebihan. Hal ini menimbulkan efek yang tidak baik untuk tubuh, misalnya vitamin A jika
digunakan dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang, niasin dalam
jumlah yang besar dapat merusak liver dan kebanyakan mengonsumsi vitamin B6 yang oleh
sebagian perempuan digunakan untuk mencegah sindromapremenstruasi ternyata dapat
menyebabkan kerusakan saraf.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat
gizi makanan, mengandung salah satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asama amino
atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan
atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. Bentuk sediaan suplemen makanan seperti
tablet, pil, larutan oral dan masih banyak lagi. Berdasarkan sumbernya, Wirakusumah (1995)
menggolongkan suplemen menjadi tiga kategori yaitu suplemen vitamin dan mineral, suplemen
asal tumbuhan atau jamu, dan suplemen khusus yang berasal dari bahan-bahan tertentu seperti
beepollen, sirip ikan paus, dan cula badak.

Konsumsi suplemen akan mempengaruhi salah satunya kebugaran tubuh atlet. Seorang yang
bugar yaitu seseorang yang mampu menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa melampaui batas
daya tahan stres pada tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta tidak berisiko mengalami
penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau kurangnya aktivitas fisik. Hal yang
harus diperhatikan dalam mengkonsumsi suplemen kesehatan yaitu: memperhatikan aspek teks
dalam kemasan, mentaati peraturan pemakaiannya, memastikan bahwa suplemen yang
dikonsumsi adalah aman, memperhatikan faktor antioksidan, memeriksa setiap perkembangan
dan efek konsumsi, tidak berlebihan mengkonsumsi suplemen dan memperhatikan faktor jumlah
mineral.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam pemberian suplemen untuk olahraga agar selalu memantau
konsumsinya, karena apabila mengkonsumsi suplemen terlalu banyak tidak baik. Ada efek
samping tertentu dan akan berinteraksi dengan zat gizi lainnya. Baik masyarakat maupun atlet
sebaiknya berkonsultasi dengan ahli gizi terkait konsumsi suplemen.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, R. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Vitamin dan
Mineral pada Atlet Renang di Klub Renang di Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2009.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Apollo, F, N. (2017). Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Kadar Hemoglobin pada
Aktivitas Fisik Maksimal Mahasiswa Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Medan.
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan.
Aulia, F. (2019). Tinjauan Analisis Suplemen Peningkatan Peforma yang di Konsumsi oleh Atlet
PABBSI yang Mengandung Zat-zat Terindikasi Doping. Jurnal Stamina Universitas
Negeri Padang
Dinata, F. (2019). Tingkat Pengetahuan Member Fitness di Kota Solok Terhadap Penggunaan
Suplemen Makanan Pada Latihan Fisik terhadap Kesehatan. Jurnal Stamina Universitas
Negeri Padang.
Hidayah, T. (2013). Studi Kasus Konsumsi Suplemen pada Member Fitness Center di Kota
Yogyakarta. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia.
Kuswari, M (2019). Hubungan Asupan Energi, Zat Gizi Makro dan Mikro terhadap Kebugaran
Atlet Dyva Taekwondo Centre Cibinong. Jurnal Olahraga.
Muhammad, A, M. (2016). Hubungan Konsumsi Suplemen dengan Kebugaran Atlet Taekwondo
dan Gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta. Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian
Bogor.
Phihatanta, W. (2011). Pengaruh Minuman Suplemen terhadap Kemampuan Lari 12 Menit.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Yogyakarta
Weldi, S, N. (2019). Tinjauan Pemberian Suplemen Makanan Terhadap Daya Tahan Otot Atlet
Sepak Bola Poster FC Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Jurnal Stamina
Universitas Negeri Padang.
Widya, T, S. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Asam
Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai