Anda di halaman 1dari 5

1.

Peranan Gizi dalam Olahraga untuk Mendukung Prestasi Atlit:


Pencapaian prestasi yang optimal dalam olahraga ditentukan oleh banyak faktor, di
antaranya bakat (talenta), latihan optimal, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), dan asupan gizi yang baik. Kebutuhan gizi seperti karbohidrat, protein, lemak,
serat, cairan, dan asupan zat gizi mikro penting untuk menjaga kesehatan, adaptasi latihan,
dan meningkatkan stamina selama sesi latihan dan perlombaan.
Ilmu gizi adalah ilmu mengenai memberi makan tubuh dengan baik; artinya menyediakan
cukup segala kebutuhan bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan reparasi. Ilmu gizi olahraga
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara pengelolaan makanan dan kinerja fisik yang
bermanfaat untuk kesehatan, kebugaran, pertumbuhan, serta pembinaan prestasi
olahragawan.
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet. Makanan atlet harus
mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari dan olahraga.
Makanan harus mengandung jumlah tertentu zat gizi penghasil energi, selain itu juga harus
mampu mengganti zat gizi tubuh setelah aktivitas olahraga. Strategi gizi untuk olahraga baik
sebelum, selama, dan sesudah latihan dapat membantu atlet mencapai performa terbaik.
Fokus utama pengaturan gizi adalah keseimbangan energi yang diperoleh melalui
makanan dan minuman dengan energi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan
metabolisme, kerja tubuh dan penyediaan energi saat istirahat, latihan dan pertandingan.
Kebutuhan gizi atlet berbeda dari kebutuhan gizi bukan atlet karena perbedaan kegiatan
fisik/aktivitas dan kondisi psikis. Setiap cabang olahraga punya kebutuhan gizi berbeda.
Makanan atlet harus mengandung semua zat gizi makro dan zat gizi mikro. Yang termasuk
kelompok zat gizi makro yaitu karbohidrat, lemak, dan protein, sedangkan zat gizi mikro
yaitu vitamin dan mineral.
a. Karbohidrat
Menurut William (1991) Karbohidrat adalah sumber energi dasar yang memungkinkan
otot tetap bekerja. Atlet harus mengkonsumsi karbohidrat 60 - 70% total energi.
Karbohidrat dalam makanan sebagian besar dalam bentuk karbohidrat kompleks,
sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian kecil saja (< 10%).
Menurut Soekarman (1987) karbohidrat di bagi menjadi 3 macam yaitu: a) Monosakarida
(glukosa dan fruktosa), b) Disakarida (sukrosa dan maltosa), c) Polysakarida (tepung dan
glikogen). Semua macam karbohidrat sebelum diserap akan dijadkan glukosa. Berapa
banyak karbohidrat yang dimakan tergantung dari beratnya latihan. Pada umumnya
kebutuhan kalori akan dicukupi oleh makanan dengan perbandingan sebagai berikut;
protein 15%, lemak 30% dan karbohidrat 55%.
b. Lemak
Lemak di dalam tubuh berupa trigliserida, asam lemak (fatty acid) dan kolesterol. Lemak
disimpan berwujud trigliserida. Lemak merupakan sumber energi yang paling efisien,
semakin terlatih seseorang maka semakin banyak lemak yang dimanfaatkan sehingga
glikogen lebih dihemat. Orang yang terlatih biasanya banyak menggunakan aerob karena
hemoglobinnya lebih banyak, kapasitas pernafasannya lebih besar. Lemak hanya bisa
dimetabolisme dengan aerob karena miskin oksigen. Di sel otot ada kandungan lemak
tapi yang paling banyak di sel lemak letaknya di bawah kulit dan di sekitar organ-organ
dalam (jantung, usus). Sel lemak bisa bertambah dan menjadi besar kalau sudah terlalu
besar maka kemampuan tubuh untuk memenuhinya lebih banyak.
Jumlah lemak dalam makanan yang dibutuhkan seorang atlet berkisar antara 20 - 30%
dari total energi. Asam lemak esensial harus terdapat di dalam diet, sementara lemak
jenuh harus direstriksi tidak lebih dari 10% intake energi. Lemak dalam tubuh berperan
sebagai sumber energi terutama pada olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu
lama, misalnya olahraga endurance.
c. Protein
Protein tidak memiliki dampak besar terhadap energi, tetapi diet atlet harus cukup protein
yang diperlukan untuk penyembuhan dan pertumbuhan otot, jika kurang akan merugikan
kegiatan otot. Jumlah protein yang dianjurkan pada atlet untuk membentuk kekuatan otot
dan kecepatan sebesar 1,2 - 1,7 g/kgBB/hari, untuk endurance/ketahanan dianjurkan 1,2 -
1,4 g/kgBB/hari. Pada latihan intensitas rendah protein diperlukan 1,4 - 2 g/kgBB/hari,
latihan berat sebesar 2 g/kgBB/hari, dan saat latihan intensif diperlukan 2,2 - 2,9
g/kgBB/hari. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein hewani dan nabati harus
diberikan dalam jumlah kurang lebih sama.
Menurut Soekarman (1987) otot terdiri dari banyak protein maka diperlukan banyak
sekali protein apabila ingin memperbesar otot. Kebutuhan protein untuk seseorang sudah
cukup dengan 1 g/kgBB/hari. Jadi kalau beratnya 60 kg cukup dengan protein 60 g
sehari-hainya. Untuk atlet memang dibutuhkan lebih banyak yaitu 2 g/kgBB/hari. Kalau
seorang atlet beratnya 60 kg dia harus mendapatkan protein 120 g seharinya. Protein
bukan merupakan bahan untuk pembuatan energi. Memang kadang-kadang terjadi protein
digunakan untuk energi, tetapi hal ini terjadi kalau lemak dan karbohirat sudah habis.
d. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu reaksi
kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan kofaktor. Pada keadaan defisiensi
satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas latihan. Kebutuhan vitamin terutama vitamin
yang larut air (vit. B dan C) meningkat sesuai dengan meningkatnya kebutuhan energi.
Penelitian menunjukkan bahwa deplesi besi tingkat moderate dihubungkan dengan
berkurangnya performance latihan. Tambahan beberapa vitamin dan mineral yang
penting diperhatikan dalam kaitannya dengan olahraga seperti vitamin A, B, C, D, E, dan
K, mineral seperti Ca, Fe, Na, K, P, Mg, Cu, Zn, Mn, J, Cr, Se, dan F.
e. Air dan Serat
Air dalam tubuh merupakan komponen terbesar dimana proporsinya mencapai 60 - 70%
berat badan orang dewasa. Selama pertandingan yang memerlukan ketahanan seperti
maraton atau jalan cepat harus diperhatikan pengisian cadangan zat cair. Keadaan
dehidrasi, gangguan keseimbangan air dan eiektrolit serta pengaturan suhu tubuh dapat
menimbulkan kelelahan dan membahayakan. Kehilangan air yang melebihi 4 - 5% dari
berat badan dapat mengganggu penampilan atlet. Dehidrasi berat secara potensial dapat
menyebabkan temperatur tubuh meningkat dan mengarah ke heat stroke serta dapat
berakibat fatal. Karena itu para atlet khususnya yang melakukan kegiatan endurance
harus menyadari pentingnya minum cairan selama latihan maupun sesudahnya, walaupun
belum terasa haus. Serat makanan penting untuk memelihara fungsi normal dari saluran
cerna. Serat makanan yang tinggi bisa didapat dari sayuran, buahan, grain, dan kacang-
kacangan.

Referensi:
Irianto, D. P. (1989). GIZI UNTUK AKTIVITAS DAN OLAHRAGA. Cakrawala
Pendidikan, VIII(3), 23–36. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/85853-ID-gizi-untuk-aktivitas-dan-
olahraga.pdf
Nugroho, S. (2008). PERAN NUTRISI BAGI OLAHRAGAWAN. MEDIKORA, IV(1), 103–
122. Retrieved from
https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/viewFile/4709/4056
Panggabean, M. S. (2020). Peranan Gizi bagi Olahragawan. CDK-282, 47(1), 62–66.
Retrieved from http://103.13.36.125/index.php/CDK/article/download/346/146

2. Definisi Kelainan Perilaku Makan (Eating Disorder):


Kelainan perilaku makan (eating disorder) adalah penyakit seseorang yang menderita
gangguan parah pada perilaku makan dan pikiran serta emosi yang terkait. Para penderita
kelainan perilaku makan (eating disorder) biasanya memiliki obsesi pada makanan dan berat
badannya.
Klasifikasi Kelainan Perilaku Makan (Eating Disorder) pada Atlet:
a. Anorexia nervosa adalah gangguan makan yang menyebabkan seseorang terobsesi
dengan berat badan dan makanan yang dimakan. Orang dengan gangguan ini memiliki
berat badan yang jauh dibawah normal untuk usianya dan tinggi badannya. Orang dengan
anorexia nervosa berlatih sangat keras untuk menghindari meningkatnya berat badan.
b. Bulimia nervosa adalah gangguan makan dimana seseorang mengalami gangguan pola
makan sehingga seseorang tersebut makan banyak makanan dan kemudian
memuntahkannya kembali untuk menghindari naiknya berat badan. Orang dengan
bulimia nervosa cenderung diet secara ketat dan berlatih sangat keras karena terobsesi
terhadap berat badan.
c. Binge eating memiliki sedikit kesamaan dengan bullimia nervosa, yaitu seseorang tidak
mampu mengontrol makan hingga makan berlebih. Namun, tidak diikuti dengan
memuntahkan makanan, untuk mengkompensasi apa yang sudah banyak dimakan. Tidak
semua penderita binge eating mengalami kegemukan. Tidak seperti bulimia nervosa,
binge eating tidak diikuti dengan pembersihan dengan obat, berolahraga, atau puasa.
Akibatnya, orang dengan gangguan pesta-makan sering mengalami kegemukan atau
obesitas.
Faktor Penyebab Kelainan Perilaku Makan (Eating Disorder) pada Atlet:
a. Vegetarian, banyak atlet menggunakan diet vegetarian, tak mau menggunakan bahan
makanan hewani karena percaya diet vegetarian lebih menyehatkan, memberikan lebih
banyak energi dan tidak membuat gemuk. Ada atlet yang berusaha keras untuk tetap
langsing seperti misalnya binaragawan, pelari, pesenam, penari dan atlet loncat indah.
Umumnya atlet menghindari bahan makanan hewani tetapi tidak menggunakan bahan
penggantinya. Boleh dikatakan mereka merupakan vegetarian jenis baru, bukan benar-
benar vegetarian.
b. Terlalu banyak serat, diet dengan serat sangat tinggi dapat sebabkan diare dan perut
kembung dan mungkin sukar untuk memenuhi keperluan akan energi, selain serat dapat
merupakan inhibitor untuk menyerapkan mikronutrien.
c. Menu rendah kalori, Diet rendah kalori itu (sangat rendah) biasanya tidak dapat
memenuhi kebutuhan energi dan nutrition lainnya seperti besi, kalsium dan seng.
Masukan energi yang rendah itu dapat pula mengakibatkan hilangnya kebugaran dan
kinerja latihan. Hilangnya berat badan yang cepat pada diet rendah kalori disebabkan
oleh menurunnya cadangan glikogen, hilangnya cairan dan hilangnya massa otot oleh
glukoneogenesis. Dengan demikian maka timbul risiko untuk turunnya kinerja
disebabkan oleh cadangan energi yang tak cukup dan dalam jangka panjang akan terjadi
penurunan kekuatan otot dan endurance akibat penurunan massa otot. Setelah beberapa
waktu berat badan mungkin tidak turun lagi tetapi mungkin telah terjadi perubahan
komposisi tubuh.
d. Mencampurkan bahan makanan, ada kepercayaan yang beranggapan bahwa karbohidrat
dan protein tidak dapat dicerna bersamaan sehingga tak boleh dimakan pada saat; yang
sama. Juga bahwa buah tak boleh dimakan bersama-sama dengan bahan makanan lainnya
dan bahwa buah hanya boleh dimakan antara jam 4 pagi sampai tengah hari yaitu waktu
yang dianggap untuk pembersihan tubuh. Teori ini sebenarnya tak ada dasar ilmiahnya.
Tetapi aplikasi teori ini berhasil karena banyaknya pantangan makanan sehingga
masukan keseluruhannya, terutama lemak sangat rendah sehingga terjadi penurunan berat
badan. Tetapi selain itu juga masukan besi, kalsium seng kurang dan pada atlet pantangan
itu dapat pula mengakibatkan kekurangan karbohidrat dan protein.
e. Mencampurkan bahan makanan, pada diet ini hanya diperbolehkan makan buah dan
kacang-kacangan pada tahap pembersihan butuh yaitu dari jam 4 pagi sampai tengah hari.
f. Diet pengurusan, beberapa diet dapat mengakibatkan gangguan makan.
g. Mencampurkan bahan makanan, biasanya produk ini digunakan terutama oleh orang
yang ingin menurunkan berat badan dan atlet yang ingin meningkatkan massa otot,
menurunkan lemak tubuh atau umumnya meningkatkan kekuatan dan kinerja olahraga.
Tentang jamu itu dikatakan sebagai pembersih darah dan untuk mengobati alergi. Banyak
jamu itu mengandung diuretika dan obat pencahar. Sebenarnya bahan-bahan itu tak boleh
digunakan atlet karena akan menyebabkan dehidrasi yang justru akan menurunkan
kinerja olahraga.
Penatalaksanaan Kelainan Perilaku Makan (Eating Disorder) pada Atlet:
Dalam hal ini perlu dilakukan penyuluhan dari ahli gizi, dukungan psikis dari psikiatris dan
monitoring dari pelatih dan keluarga untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Atlet, pelatih, ahli gizi dan dokter harus menyepakati berat badan yang harus dicapai dengan
mempertimbangkan berat badan sesuai kesehatan sekaligus juga mempertimbangkan berat
badan yang harus dicapai pada cabang olahraga yang diikutinya. Peningkatan berat badan
0.23 sampai 0.45 kg per minggu sering merupakan sasaran yang tepat. Fokus utama dari
peubahan gaya hidup sebenarnya lebih dititik beratkan pada kesehatan, sedangkan berat
badan merupakan faktor pendukung kesehatan yang penting. Pasien tidak perlu untuk
menghentikan latihan sepenuhnya. Pada awalnya intensitas latihan sebaiknya dikurangi 10
sampai 20 % dan berat badan perlu dimonitor selama paling sedikit 3 bulan.

Referensi:
Arovah, N. I. (n.d.). FEMALE ATHLETE TRIAD PADA ATLET WANITA (DIAGNOSIS,
PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN), 1–13. Retrieved from
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300162/penelitian/11.+Female+Athlete+Triad+
(Diagnosis,+Penatalaksanaan).pdf
Rismayanthi, C. (n.d.). KELAINAN PERILAKU MAKAN (ANOREXIA NERVOSA)
PADA ATLET, 1–14. Retrieved from
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318122/penelitian/c15.artikel-Kelainan Perilaku
Makan (Anorexia Bervosa) pada Athlet.pdf
Wijatmoko, A., & Rismayanthi, C. (2015). PROFIL SOMATOTIPE DAN TINGKAT
KELAINAN PERILAKU MAKAN PADA ATLET PABBSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. MEDIKORA, XVI(2), 1–14. Retrieved from
https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/viewFile/7939/6751

Anda mungkin juga menyukai