Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN UMUM/ 

EXECUTIVE OVERVIEW

Sektor kesehatan tidak dapat terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi digital. Industri
kesehatan perlu mempersiapkan diri dalam menuju era disrupsi kesehatan 4.0.
Berbagai tantangan dan permasalahan khususnya dari segi big data, keamanan data,
regulasi, dan sumber daya manusia tidak boleh menjadi penghambat dalam
mewujudkan sistem transformasi digital yang berkualitas. Kebutuhan rumah sakit yang
berhasil diidentifikasi dalam focus group discussion beserta rekomendasi yang
ditujukan kepada berbagai pihak atau stakeholders terkait, diharapkan dapat menjadi
solusi efektif untuk membenahi berbagai tantangan yang ada sehingga pada akhirnya
semua rumah sakit dapat siap sedia untuk berpartisipasi dalam memberikan layanan
kesehatan paripurna di era disrupsi 4.0 ini.

PENDAHULUAN
Transformasi digital telah berperan dalam hal revolusi berbagai industri, khususnya
dalam bidang kesehatan. Teknologi di bidang kesehatan memungkinkan seorang
individu untuk mendapatkan hidup yang lebih sehat, usia harapan hidup yang lebih
panjang, dan kehidupan yang lebih produktif. Sebagai contoh, pada tahun
2015, telemedicine diakses oleh lebih dari satu juta penduduk. Angka ini meningkat
secara signifikan di tahun 2018, dimana jumlah penduduk yang
mengakses telemedicine telah mencapai 7 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa
teknologi telah memberdayakan pasien bahkan sampai di area terpencil sekalipun
untuk mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas. 1

Selain telemedicine, beberapa teknologi kesehatan lainnya di era industri 4.0 yang


sudah berkembang dan dimanfaatkan oleh berbagai fasilitas pelayanan antara lain
adalah artificial intelligence/ kecerdasan artifisial, blockchain, IoT (internet of
things), dan pelayanan robotic.1 Seiring berbagai kemajuan yang ada, semakin banyak
perusahaan kesehatan yang memandang bahwa teknologi bukan hanya dimanfaatkan
sebagai sarana prasarana tapi juga sebagai aset strategis. Dari fakta ini, muncul
pemikiran bahwa teknologi yang dimanfaatkan secara optimal akan memberikan insight
atau masukan yang sangat berguna terhadap kemajuan bisnis. Analisis data yang tepat
dapat digunakan untuk meningkatkan akses pelayanan kepada masyarakat,
meningkatkan efektifitas sumber daya manusia, meningkatkan kualitas pelayanan, dan
mengurangi biaya layanan kesehatan. 2,3

Pemanfaatan teknologi kesehatan di kalangan konsumen juga turut membuka


kesempatan kepada pasien maupun keluarga pasien, agar semakin mudah
mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai penyakit, pilihan pengobatan, serta
dengan mudah mengakses maupun memilih rumah sakit ataupun sarana kesehatan
yang sesuai dengan kebutuhannya. 2

Dengan menyadari manfaat transformasi digital tersebut, semakin banyak perusahaan


yang bergerak dalam bidang kesehatan termasuk rumah
sakit, berinisiatif untuk mengadopsi transformasi digital ini ke dalam sistem manajemen
mereka guna menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. 1,2
Namun demikian, tidak semua fasilitas kesehatan siap untuk menyambut era
disrupsi 4.0 yang penuh dengan digitalisasi ini. Berbagai kendala terkait sumber daya
manusia, sumber dana, business process, regulasi pemerintah dan peraturan, serta
tidak adanya sistem integrasi data kerapkali menjadi tantangan dalam mewujudkan hal
tersebut.2,4,5 Dalam hal ini, diperlukan komitmen bersama dari berbagai pihak seperti
manajemen rumah sakit, pemerintah dalam hal ini kementerian terkait, asosiasi profesi,
dan dokter pelaksana untuk dapat senantiasa melakukan kolaborasi dan terbuka
terhadap proses pembaruan serta pembelajaran. Kementerian kesehatan senantiasa
mendukung upaya digitalisasi rumah sakit, dimana ditunjukkan dalam berbagai inovasi
yang sudah ada antara lain konsep smart e-health seperti telemedicine dan SIMRS
(Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit), SISRUTE (Sistem Informasi Rujukan
Terintegrasi), aplikasi SehatPedia, sistem JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), dan e-
medical record. Tentunya digitalisasi ini tidak lepas dari perlunya regulasi yang jelas
dan mendukung pertumbuhan sistem dengan satu tujuan yaitu peningkatan kualitas
layanan kesehatan masyarakat Indonesia.

BAB 1
Tren dan Manfaat Sistem Transformasi Digital menuju Era Kesehatan 4.0

Perkembangan teknologi di dunia kesehatan sedikit tertinggal dari perkembangan


sektor lainnya seperti e- money, e-commerce dan travel. Bahkan menurut Electronic
Medical Record Adoption model, level adopsi rekam medis elektronik atau e-MR
bervariasi dengan rentang sekitar 3% di Eropa sampai 35% di Amerika, atau dengan
arti lain bahwa e-MR belum sepenuhnya diterapkan sebagai pelayanan rutin.6 Selain
itu, model disrupsi di era 4.0 telah membuat perubahan paradigma pelayanan
dari volume sentris menuju peningkatan value of care atau yang berpusat pada
pasien. Transformasi digital membuat industri kesehatan harus menjadikan pasien
sebagai pusat dari sistem pelayanan mereka dengan mencari tahu dan menggali apa
yang diperlukan dan diharapkan oleh pasien. 7

Berbagai tren perkembangan transformasi digital juga telah membentuk pola pikir


beberapa fasilitas kesehatan dan stakeholder di Indonesia untuk turut ambil bagian
dalam proses perkembangannya. Berikut dipaparkan beberapa tren digital di era
kesehatan 4.0 ini:8

1. Meningkatnya permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai


kebutuhan
Industri kesehatan sedang memasuki era inovasi digital dimana pasien mencari
pelayanan yang langsung mampu menjawab kebutuhan mereka karena terbatas oleh
kesibukan sehari-hari. Menurut data DMN3, konsumen yang mencari informasi medis di
internet, sebesar 47% mencari informasi mengenai dokter, 38% rumah sakit dan
fasilitas kesehatan, serta 77% untuk melakukan booking jadwal pemeriksaan
kesehatan. Berdasarkan fakta tersebut, perlunya upaya dari tim manajemen rumah
sakit untuk mencari tahu kebutuhan target konsumen atau pasien dan
menggabungkannya ke dalam sistem digital (misalnya kemudahan akses dengan
menggunakan smartphone). Kebutuhan pasar inilah yang sedang dimanfaatkan oleh
beberapa perusahaan health technology yang akhir-akhir ini semakin marak
berkembang di masyarakat.

2. Pentingnya pemanfaatan big data dalam pelayanan kesehatan


Big data menggabungkan informasi dalam jumlah yang sangat besar serta format yang
beragam yaitu dari penggunaan media sosial, e-commerce, transaksi online, transaksi
keuangan, serta mengidentifikasi suatu tren dan pola bisnis di masa depan. Dalam
industri kesehatan, big data dapat memberikan beberapa keuntungan, termasuk tingkat
kesalahan medis yang lebih rendah, memfasilitasi kesehatan pencegahan, dan prediksi
yang lebih akurat untuk merekrut SDM (misalnya dengan membantu RS dan klinik
memprediksi adanya peningkatan jumlah pasien di suatu masa tertentu sehingga
membantu manajemen memutuskan untuk menambah jumlah staf di waktu tersebut).
Selain kebutuhan investasi di bidang big data, pengolahan dan analisa dari data
tersebut juga diperlukan untuk mengidentifikasi kelemahan bisnis dan membantu
manajemen untuk lebih memahami target pasien yang dituju.

3. Mengobati pasien dengan teknologi VR (virtual reality)


Teknologi VR tidak hanya digunakan di salah satu bidang kedokteran saja tetapi sudah
meluas penggunaannya untuk mengobati nyeri, kecemasan, PTSD (post-traumatic
stress disorder), dan penyakit stroke. Beberapa dokter dan residen juga telah
memanfaatkan VR untuk mempertajam keterampilan mereka di bidang pembedahan.
VR dalam bentuk headset dapat membantu si pemakai untuk beraktivitas dan anak-
anak dengan autisme untuk belajar mengenal sekitarnya. VR dan AR (augmented
reality) pada skala global diprediksi mencapai nilai sekitar $5.1 miliar pada tahun 2025.
VR diharapkan dapat menjadi metode komunikasi yang membuat penyedia layanan
kesehatan dapat memahami kebutuhan pasien dan berkomunikasi dengan cara yang
lebih baik.

4. Alat kesehatan yang wearable (dapat dipakai manusia)


Di era digital saat ini, pasien sudah mulai fokus pada kesehatan pencegahan dan lebih
peduli untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan informasi
medis. Implikasinya, beberapa perusahaan telah berinvestasi dalam bidang alat
kesehatan yang dapat dipakai pasien untuk menentukan status kesehatan mereka. Alat
kesehatan yang sudah ada antara lain seperti detektor detak jantung, pelacak olahraga,
alat pengukur debit keringat, alat untuk mengukur kadar gula darah, dan kadar oksigen.
Berbagai alat kesehatan tersebut dapat meningkatkan efisiensi keuangan pelayanan
kesehatan, yang ditunjukkan dengan data dari US bahwa teknologi tersebut mampu
menghemat dana sampai dengan $7 juta per tahunnya.

5. Pelayanan berbasis analisis prediktif


Informasi besar yang dikumpulkan dari big data dan sumber lainnya (seperti media
sosial) dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan layanan rekomendasi
kesehatan kepada pasien. Ini yang disebut dengan pelayanan kesehatan prediktif,
dimana kita sekarang dapat memperkirakan penyakit dan kelainan apa saja yang dapat
mewabah di masa depan. Dari perkiraan penyakit atau wabah yang akan terjadi, sarana
kesehatan tentunya dapat mengantisipasi hal tersebut dan mempersiapkan langkah-
langkah pencegahan atau penanganan yang dibutuhkan.

6. Perkembangan Artificial Intelligence
Artificial intelligence (AI) merupakan suatu inovasi yang sangat besar di bidang
kesehatan. Banyak pihak di industri kesehatan yang bersedia untuk berinvestasi di AI
senilai jutaan dolar. AI yang berkembang saat ini memiliki banyak versi, salah satunya
adalah robot droid yang dirancang untuk membantu pekerjaan perawat di RS dan
melakukan tugas rutin seperti mengecek stok atau persediaan obat. Diperkirakan
bahwa di masa depan, kekuatan AI akan semakin diperluas manfaatnya seperti dalam
bidang precision medicine, radiologi, penemuan obat terbaru, dan ilmu genomic.

7. Blockchain dan rekam medis elektronik


Blockchain merupakan suatu kumpulan file atau data transaksi yang tertuang di dalam
database komputer atau dalam bentuk digital. Blockchain memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi transaksi keuangan yang aman antara satu pihak dengan yang
lainnya. Dalam bidang pelayanan kesehatan, blockchain terbukti efektif untuk
mencegah kebocoran data, meningkatkan akurasi data di rekam medis, dan melakukan
efisiensi biaya.

Setelah melihat berbagai tren teknologi yang sedang berkembang, tentunya kita juga
perlu mengetahui beberapa manfaat yang bisa diperoleh konsumen atau pasien
sehubungan dengan perkembangan digitalisasi di era kesehatan 4.0 ini, antara lain
yakni:7

1. Pasien diarahkan untuk menemukan dokter yang tepat sesuai kebutuhan


Dalam hal ini masyarakat berhak untuk mencari informasi detil mengenai tipe dokter
seperti apa yang mereka perlukan, misalnya spesialisasi apa, praktek di RS apa, latar
belakang pendidikan yang ditempuh, serta pengalaman medis yang diperolehnya.
Dengan menemukan dokter dan fasilitas kesehatan yang tepat, tingkat kepuasan
pasien diharapkan juga akan semakin meningkat. 7

2. Masyarakat dapat memperoleh akses kesehatan yang merata


Dengan teknologi digital, hal ini sangat dimungkinkan bahwa akses kesehatan juga bisa
diperoleh oleh masyarakat di daerah terpencil. Telemedicine bisa menjadi salah satu
solusi terhadap kebutuhan akan akses pelayanan kesehatan yang merata di semua
daerah. 7

3. Konsumen mendapat informasi mengenai akuntabilitas suatu pelayanan


kesehatan
Ekspektasi pasien terhadap sistem pelayanan kesehatan kian meningkat. Ketika pasien
tidak puas akan suatu pelayanan, maka mereka dapat segera mengutarakannya di
akun sosial media. Adanya fakta bahwa masih minimnya sarana umpan balik dalam
teknologi kesehatan, dapat menjadi pertimbangan bagi kita untuk mengadaptasi hal
tersebut di era digital 4.0 ini.7

4. Adanya transparansi keuangan di sektor kesehatan


Saat ini, masih banyak ketimpangan dari segi biaya kesehatan yang harus ditanggung
konsumen. Ketimpangan yang dimaksud adalah bahwa masyarakat kerapkali tidak
mengetahui secara jelas berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk
mendapatkan suatu akses pelayanan. Perbedaan nilai biaya pelayanan antar fasilitas
juga menjadi suatu masalah. Dengan teknologi digitalisasi, diharapkan permasalahan
transparansi biaya kesehatan bisa diminimalisasi. 7

5. Interaksi harmonis yang terjadi antara dokter dengan pasien


Interaksi pasien dengan dokter yang berkualitas sangat jarang terjadi. Menurut sebuah
survey, hanya sekitar 20-30% pasien yang memiliki akses digital untuk konsultasi medis
atau pengingat elektronik (electronic reminder). Industri kesehatan membutuhkan
pendekatan yang berpusat pada pasien. Transformasi digital diharapkan dapat menjadi
solusi agar dokter dapat menggali informasi yang lebih dalam mengenai pasien
mereka. 7

Berbagai tren dan manfaat yang ada di era kesehatan 4.0 seharusnya membuat industri
kesehatan semakin berinisiatif dan memiliki daya saing untuk ikut mengembangkan
sistem serupa di fasilitas pelayanan masing-masing. Akan tetapi, hal ini tentunya tidak
terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan dalam proses pelaksanaannya. Di
bagian selanjutnya dari white paper ini akan dipaparkan apa saja tantangan yang
sedang dihadapi oleh rumah sakit dalam mempersiapkan dan
mewujudkan transformasi digital dalam sistem pelayanan kesehatan Indonesia.
BAB 2
Keuntungan Analisis Big Data, Pelaporan, Data Mining, dan Manajemen
Pengetahuan pada Sektor Kesehatan, khususnya Rumah Sakit

Kemajuan adopsi teknologi dalam sektor pelayanan kesehatan memberikan dampak


positif yang sangat besar terhadap proses praktik medis di Indonesia. Beberapa batu
loncatan yang sudah berhasil dikerjakan antara lain rekam medis elektronik, akses
pemanfaatan big data dan penyimpanan di sistem cloud (komputasi
awan), software yang sangat maju dan berkembang, serta teknologi aplikasi yang bisa
digunakan di smartphone. Manfaat yang diperoleh dari perkembangan ini yaitu
kemudahan proses kerja, akses yang lebih cepat terhadap segala informasi, penurunan
biaya kesehatan, peningkatkan kesehatan publik dan kualitas hidup masyarakat. 9

Pertumbuhan data yang sangat pesat dalam industri kesehatan memaksa kita untuk
segera mengadopsi teknik pengelolaan big data guna meningkatkan layanan yang
berkualitas. Oleh karena itu, menjadi tantangan besar pula untuk melakukan analisis
data dengan cara yang tradisional mengingat pertumbuhan data yang ada sudah
sedemikian besar. 10

Big data muncul sebagai kumpulan data baru dengan volume besar yang berubah


dengan cepat, sangat kompleks dan bahkan melampaui jangkauan kemampuan
analisis lingkungan perangkat keras dan perangkat lunak yang umum digunakan untuk
pemrosesan data. Singkatnya, volume data menjadi terlalu besar untuk ditangani
dengan alat dan metode konvensional. 11 Di sinilah big data hadir menawarkan solusi
untuk dapat memproses data yang sangat besar, berasal dari berbagai sumber dan
format namun tetap menyajikan real time data. Dampaknya, big data memberikan
kesempatan yang sangat besar agar pelayanan kesehatan dapat melakukan efisiensi di
dalam sistemnya. 10

Peranan big data tidak terlepas dari manfaatnya dalam tren analisis prediktif. Analisis


prediktif merupakan kemampuan analitik yang biasanya digunakan untuk memberikan
prediksi atau estimasi atau memperkirakan suatu kejadian yang akan datang yang
berguna dalam pengambilan keputusan di masa sekarang. Analisis prediktif merupakan
teknik yang menggabungkan kemampuan modelling, data mining, dan statistik
serta artificial intelligence (AI) untuk melakukan evaluasi historical dan real time
data serta membuat prediksi akan masa depan. Beberapa manfaat nyata yang
diperoleh dengan analisis prediktif yaitu meningkatkan efisiensi manajemen
operasional, akurasi diagnosis dan pengobatan kedokteran, serta
mendapatkan insight atau gambaran untuk meningkatkan pengobatan di masa depan. 9

Sebagai contoh pemanfaatan big data dalam bidang manajemen operasional adalah


bahwa dengan kemampuan analisis prediktif maka RS dapat
melakukan efisiensi jumlah tenaga kerja dengan memberikan rasio pasien dan staf
yang optimal. Pencapaian ini bisa memanfaatkan data historikal, data dari fasilitas
kesehatan setempat, data populasi, demografis, laporan penyakit, dan pola penyakit
musiman. Contoh lainnya yaitu melakukan assessment atau penilaian kompetensi staf
dan diagnosis definitif yang diikuti dengan terapi yang sesuai. Walaupun demikian,
kemampuan analisis prediktif ini tidaklah sempurna dan membutuhkan proses yang
lebih akuntabel, transparan, memiliki dasar etika yang jelas, dan sebaiknya didukung
dengan suatu payung hukum.9

Keuntungan dari kemampuan analisis big data tentunya perlu didukung dengan


manajemen pengetahuan yang berkualitas. Manajemen pengetahuan merupakan pusat
dari suatu proses adaptasi inovasi, pengambilan keputusan, dan adaptasi serta
pembaruan organisasi. Manajemen pengetahuan perlu didukung
beberapa aspek penting antara lain struktur organisasi, kepemimpinan, sistem IT,
pembelajaran, adanya kepercayaan, dan kolaborasi. Dimulai dengan proses kreasi atau
pengadaan pengetahuan itu sendiri, penyimpanan, dibagikan dan diaplikasikan oleh
karyawan dalam organisasi tersebut. Jika dikerjakan dengan benar, organisasi dapat
semakin meningkatkan performa inovasi dan mengurangi pengulangan proses belajar
yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini akan berdampak pada keuntungan jangka
panjang organisasi yang memiliki kultur terbuka terhadap suatu pembelajaran
atau inovasi, kemampuan menyelesaikan masalah, menciptakan kompetensi baru,
dan beradaptasi dengan situasi apapun.12

BAB 3
Tantangan Rumah Sakit di Era Kesehatan 4.0 dalam Mewujudkan Sistem
Transformasi Digital

Tantangan terhadap sistem transformasi digital di pelayanan kesehatan seringkali


berasal dari aspek non-teknis. Menurut Harold F. Wolf, presiden dan CEO
dari Healthcare Information and Management Systems Society (HIMSS), perubahan
kultur kerja seringkali menjadi hambatan dalam pengembangan sistem tersebut.
Banyak tantangan dari segi mindset atau pola pikir, struktur organisasi, dan tata kelola
organisasi. 6

Berikut ini dipaparkan beberapa kondisi penting yang dapat menjadi tantangan bagi
penyelenggara kesehatan agar dapat mewujudkan sistem transformasi digital yang
sukses di negaranya. Adapun kondisi atau tantangan yang perlu dihadapi antara lain:

1. Peran pemerintah dalam mempromosikan sistem transformasi digital di


pelayanan kesehatan
Pemerintah baik dari level daerah, regional, maupun tingkat nasional dapat membantu
mewujudkan keberhasilan sistem tersebut dengan melakukan promosi penggunaan
teknologi di bidang kesehatan. Salah satunya adalah dengan inisiatif dan pembiayaan
dari pemerintah untuk menciptakan suatu aplikasi berskala nasional yang dapat diakses
secara gratis oleh semua pihak dan berintegrasi dengan data di daerah-daerah
termasuk daerah terpencil. Keuntungan dari sistem berskala nasional ialah dapat
menciptakan keseragaman sumber data agar dapat diolah dan dilakukan analisis
prediktif yang sesuai.6

2. Perlunya regulasi baru yang jelas dalam mengatur sistem transformasi


digital.
Regulasi penting diciptakan untuk melindungi keselamatan pasien dan meningkatkan
produktivitas pelayanan kesehatan. Beberapa regulasi yang lama dan sudah tidak
relevan sebaiknya digantikan dengan regulasi yang baru. Regulasi yang tidak jelas
dapat berujung pada berbagai keraguan dalam mengadaptasi inovasi dan
mengoptimalisasi teknologi yang ada. 6

3. Sistem pelayanan kesehatan perlu berfokus kepada kebutuhan pasien


Ekpektasi konsumen atau pasien terhadap pelayanan kesehatan berbasis digital
semakin meningkat. Pelayanan diharapkan mengutamakan kenyamanan dan
kemudahan akses. Tantangannya adalah bagaimana industri terutama RS bisa tetap
mengikuti perkembangan zaman dan mau mempelajari inovasi apa yang dibutuhkan
oleh pasien dan masyarakat; tentunya dengan mengutamakan keuntungan bisnis. 2,6

4. Peningkatakan manajemen pengetahuan sumber daya manusia


Dokter atau penyedia layanan kesehatan perlu mengembangkan keterampilan dalam
rangka mempercepat dan mempersiapkan proses transformasi digital tersebut. Sebagai
contoh, diperlukannya pelatihan agar dokter dan perawat dapat mengakses rekam
medis elektronik dan cara pengisiannya. Proses ini tentunya harus dibuat berkelanjutan
dan memerlukan investasi waktu serta tenaga yang tidak sedikit. 6 Beberapa tantangan
dalam aspek ini adalah kurangnya antusiasme dalam belajar, tidak adanya kultur kerja
yang kolaboratif, dan kurangnya waktu belajar. 11

5. Investasi jangka panjang dibutuhkan untuk kesuksesan pembangunan


transformasi digital
Penyedia layanan kesehatan perlu mempertimbangkan pengadaan investasi jangka
panjang untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi. Anggaran yang sifatnya
terdesentralisasi dalam organisasi dapat membuat iklim investasi menurun. Sebaliknya,
organisasi yang menciptakan anggaran sentral dapat memberikan kesempatan
investasi yang lebih. Namun demikian, masih banyak ditemukannya kesulitan finansial
dari beberapa manajemen RS terutama dari RS swasta, dan jika memungkinkan dapat
menggunakan aplikasi yang dikembangkan gratis oleh pemerintah pusat atau
kementerian kesehatan. 6
6. Modernisasi sistem informasi teknologi (IT) dalam organisasi
Pelayanan kesehatan perlu mengembangkan sistem IT antara lain dengan merekrut
ahli yang mumpuni dan berpengalaman di bidangnya, memanfaatkan sistem komputasi
awan dan perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, serta melakukan
pengolahan dan analisa data untuk mendapatkan masukan guna meningkatkan kualitas
layanan kesehatan yang ada. 2

7. Tantangan yang berkaitan dengan keamanan dan proteksi data, penyimpanan


data serta kepatuhan sistem terhadap regulasi yang ada
Beberapa poin penting yang berkaitan dengan tantangan dalam hal data antara lain:
o Dengan menggunakan sistem rekam medis elektronik, data medis yang
terkumpul akan semakin banyak dari sebelumnya dan tumbuh semakin cepat. Internet
juga membantu proses sharing data agar dapat diakses oleh pelayanan kesehatan lain
dan pemerintah pusat. Keuntungan ini menimbulkan permasalahan lain yaitu proteksi
dan keamanan data pribadi. Jika tidak ditangani dengan benar, data elektronik beresiko
untuk bocor ke pihak luar dan digunakan oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung
jawab. Dalam hal ini diperlukan sistem keamanan dan proteksi canggih untuk
meminimalisasi resiko tersebut.9

o Lokasi penyimpanan data juga menjadi salah satu poin penting yang patut
diperhatikan. Dengan semakin banyaknya informasi medis yang bisa diperoleh dari
pasien, maka diperlukan suatu sistem yang dapat menyimpan semua big data yang
ada. Teknologi cloud atau sistem komputasi awan dapat menjadi salah satu opsi
terhadap tantangan ini. Sistem cloud memampukan organisasi kesehatan agar dapat
melakukan efisiensi biaya, memenuhi kebutuhan bisnis, sekaligus menjamin keamanan
data pasien. Menurut informasi dari Markets and Markets, value pemakaian sistem
cloud akan menyentuh $9.48 juta di tahun 2020, sedangkan Esticast memproyeksi
bahwa pertumbuhan cloud akan mencapai 23,4% atau senilai $25.7 juta di tahun
2024. 13

o Ancaman terhadap serangan malware, computer virus, dan hacker juga


semakin meningkat seiring dengan peningkatan teknologi digital. Banyak kerugian yang
ditimbulkan dengan kejadian tersebut, seperti lumpuhnya sistem yang ada dan
hilangnya akses ke email organisasi. Perbaikan bisa berlangsung berhari-hari atau
dalam hitungan minggu dan semakin menimbulkan kerugian finansial. 13 Dengan
adanya sistem cloud, resiko ini dalam diminimalisasi karena proteksi terhadap serangan
hacker di dunia maya dapat ditangani oleh penyedia jasa layanan cloud tersebut. 14
o Memastikan agar sistem cloud yang kita sewa juga patuh terhadap
berbagai regulasi yang ada, misalnya regulasi HIPAA atau Health Insurance Portability
and Accountability Act. 14

Tantangan yang dipaparkan di atas bersifat umum dan dapat dihadapi oleh berbagai
macam pelayaan kesehatan di negara manapun termasuk Indonesia. Adapun
tantangan di era kesehatan 4.0 yang spesifik dihadapi oleh sistem kesehatan di
Indonesia antara lain: 5

a. Kurangnya minat RS untuk berinvestasi di bidang digitalisasi


Banyak pihak pengelola rumah sakit yang lebih fokus kepada ekspansi fasilitas dan
masih memandang sebelah mata terhadap manfaat sistem transformasi digital. Hal ini
dikarenakan kurangnya kompetisi atau persaingan terhadap sistem teknologi digital itu
sendiri. Baru akhir-akhir ini setelah bermunculan sistem layanan kesehatan berbasis
health-tech, banyak kekhawatiran timbul bahwa pertumbuhan health-tech company
akan membuat kerugian di pihak RS yang berbasis pada pelayanan tradisional. Masih
sedikit pula RS yang mengaplikasikan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen RS) yang
dirancang oleh Kemenkes. Dari data yang diunduh secara online
melalui http://sirs.yankes.kemkes.go.id/fo/, masih ada sekitar 815 RS yang belum
mengaplikasikan SIMRS, padahal sistem ini dapat digunakan secara gratis oleh RS. 5

b. Sulitnya integrasi data berskala nasional


Dari lebih dari 2450 rumah sakit di seluruh Indonesia, sebagian besar masih dikelola
secara independen dan belum mempunyai standarisasi dan akreditasi internasional.
Masih banyak pula rumah sakit yang masih menjalankan sistem pengumpulan dan
penyimpanan data secara tradisional. Hal ini menjadi tantangan bagi partner penyedia
layanan teknologi digital untuk dapat melakukan integrasi data ke setiap rumah sakit di
seluruh Indonesia. Pekerjaan ini akan menimbulkan biaya dan waktu yang sangat
besar. Karena isu inilah, konsep data sharing antar RS dalam skala daerah maupun
nasional juga menjadi tantangan tersendiri. 5

c. Teknologi IT yang outdated dan kurang terintegrasi


Karena kurangnya standarisasi dokumentasi dan business process antar fasilitas
kesehatan, implementasi sistem IT seringkali bekerja sendiri-sendiri (working in silos)
dan kurang terintegrasi dengan sistem lainnya. Banyak juga rumah sakit yang terlanjur
bergantung pada teknologi yang ketinggalan zaman (outdated) sehingga sulit diperbarui
untuk memenuhi espektasi pasien yang ingin mengakses informasi secara cepat
terutama melalui smartphone.5
d. Kultur organisasi dan birokrasi serta tata kelola yang masih bersifat
tradisional
Seperti halnya industri lain, tantangan terbesar dari transformasi digital adalah kultur
organisasi dan birokrasi yang menghambat dilakukannya perubahan menuju tata kelola
yg lebih baik. Salah satu kesulitan terbesar adalah proses manajemen pengetahuan,
edukasi dan implementasi yang membutuhkan komitmen dari dewan direksi sampai
dengan staf/ karyawan, termasuk penyedia jasa pelayanan seperti dokter dan perawat.
Hal ini membutuhkan strategi perubahan manajemen yang tepat dan secara berkala
harus terus menerus dievaluasi.5

e. Regulasi atau aturan dari pemerintah belum ditetapkan dan seringkali


mengalami perubahan
Industri kesehatan adalah salah satu industri yang sangat bergantung terhadap regulasi
pemerintah (highly regulated). Namun pemerintah butuh mengejar ketertinggalan dalam
menciptakan ketentuan hukum yang dapat mengakomodir inovasi di bidang teknologi
kesehatan dan memberikan kepastian pada para pelaku untuk dapat melindungi
penggunanya. Pada saat ini, untuk hal yang sangat dasar seperti tata kelola data medis
pasien masih membutuhkan aturan yang lebih detil seperti sampai sejauh mana peran
rumah sakit dan pemerintah dalam mengelola data medis termasuk apa hak dan
kewajiban dari pasien untuk dapat secara mudah mengakses, mengunduh, menyimpan,
dan mengirimkan pada pihak yang berkepentingan. 5

f. Belum ada kejelasan mengenai hukum perlindungan data pribadi


Peraturan mengenai perlindungan data pribadi yang komprehensif belum disertai
dengan kesadaran publik untuk melindungi data pribadi mereka sendiri. Oleh karena itu,
dibutuhkan pendekatan yang bersifat instrumental dan struktural, diantaranya
membentuk hukum perlindungan data pribadi baik data yang dikumpulkan dari
pemerintah maupun data dari pihak swasta, seperti misalnya perusahaan health-tech
yang berbasis informasi dan komunikasi. Selain belum adanya peraturan UU, masalah
rendahnya pemahaman perusahaan mengenai konsep privasi dan perlindungan data
konsumen juga masih ditemukan. Dengan adanya komitmen percepatan proses
pembahasan RUU Perlindungan Data Pribadi oleh Menteri Komunikasi dan Informatika,
diharapkan dapat segera menjadi solusi proteksi data untuk konsumen/ pasien. 11

BAB 4
Kebutuhan Rumah Sakit dalam Menjawab Tantangan dan Permasalahan Era
Kesehatan 4.0, terutama dari Aspek Data (Umpan Balik FGD PERSI)
Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) memiliki dasar pemikiran bahwa
perlunya kesiapan RS dalam menyambut era kesehatan 4.0 sesegera mungkin.
Tantangan yang ada diharapkan bukan membuat RS semakin enggan untuk melakukan
adaptasi digital, melainkan bersama-sama mencari solusinya dan berdiskusi dengan
seluruh stakeholders termasuk pimpinan regulasi dan kementerian terkait. Pada tanggal
16 Oktober 2019, PERSI mengumpulkan beberapa perwakilan dari manajemen RS,
asosiasi RS, BPJS, Kemenkes, Kemkominfo, KARS, IDI, dan asosiasi perguruan tinggi,
untuk mengadakan diskusi terfokus dan mendalam (focus group discussion atau FGD)
di Jakarta. Topik yang diangkat adalah mengenai “Kesiapan Rumah Sakit dalam
Menghadapi Era Digitalisasi Menuju Smart Hospital 4.0”.

Dari proses diskusi selama kurang lebih dua jam, FGD menghasilkan beberapa
masukan mengenai apa saja kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh pihak-
pihak manajemen RS dalam mengembangkan sistem transformasi digital terutama
dalam hal pengisian data di fasilitas pelayanan masing-masing. Adapun kebutuhan RS
yang menjadi bahan diskusi dalam forum tersebut antara lain:

1. Rumah sakit membutuhkan regulasi yang jelas dari pemerintah yang mengatur
mengenai:
a. sistem komputasi awan/ cloud
b. jumlah IT programmer minimal di suatu RS untuk menjadi acuan SOP
pelayanan RS
c. kerahasiaan dan proteksi big data serta rekam medis elektronik
d. perlindungan konsumen terhadap pelayanan kesehatan berbasis online
dan regulasi yang mengatur mengenai health-tech company;
Semua peraturan diharapkan dibuat dengan sejelas-jelasnya, konsisten dan harmonis
dengan peraturan antar kementerian lainnya serta relatif stabil dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam proses implementasinya.

2. Rumah sakit memerlukan kejelasan mengenai hukum perlindungan data pribadi


untuk melindungi data privasi konsumen yang terdapat di dalam Patient Health Record
(PHR) dan big data di sistem cloud  diharapkan RUU hukum perlindungan data pribadi
agar segera disahkan oleh pihak berwenang.

3. Rumah sakit terutama RS swasta membutuhkan dukungan finansial dari


pemerintah, misalnya dengan pembuatan aplikasi teknologi kesehatan yang dapat
diperoleh secara gratis dan mudah digunakan.

4. Rumah sakit membutuhkan kemudahan mengakses sumber data untuk


digunakan sebagai data sharing. Integrasi data yang komprehensif dibutuhkan antar
rumah sakit untuk melakukan kegiatan ini. Di samping itu, perlunya himbauan agar
semua RS berkewajiban dan segera menerapkan SIMRS dari Kemenkes dalam
organisasinya. Penerapan SIMRS Kemenkes di setiap RS membutuhkan sikap yang
terbuka dan mau beradaptasi terhadap proses digitalisasi. Dengan terwujudnya
penerapan SIMRS dari Kemenkes secara menyeluruh, akan tercipta keseragaman
sumber data dan data sharing dapat dilakukan secara optimal.

5. Rumah sakit membutuhkan sistem pemberdayaan sumber daya manusia (SDM)


terutama tim programmer IT dan dokter pelaksana yang melayani pasien sehari-hari.
Mereka perlu dibekali dengan manajemen pengetahuan dan keterampilan sebagai
persiapan menuju era digital 4.0. Banyak hambatan yang ditemui justru berasal dari
pola pikir dan sikap dari SDM yang tidak mau berkembang dan terbuka terhadap
perubahan.

6. Rumah sakit terutama pihak pimpinan membutuhkan data untuk melakukan


analisis efisiensi organisasi. Data tersebut diharapkan dapat diperoleh secara cepat dan
valid sehingga dibutuhkan sistem penyimpanan dan pengolahan data yang optimal.

BAB 5
Rekomendasi PERSI terhadap Stakeholders Terkait untuk Menjawab Tantangan
Era Kesehatan 4.0

Setelah mengadakan diskusi mengenai kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh pihak
RS dalam mempersiapkan diri menuju era transformasi digital, berikut ini disimpulkan
beberapa rumusan rekomendasi dari semua peserta yang diajukan kepada pihak atau
stakeholders terkait, yakni:

Pihak/ Stakeholder
NO Isi rekomendasi Catatan
yang dituju
1 Kementerian Harmonisasi regulasi mengenai: Peraturan diharapkan
Kesehatan, dibuat dengan sejelas-
Kemkominfo, Sistem komputasi awan/ cloud jelasnya, konsisten, dan
Kemendagri dan harmonis dengan
Jumlah IT programmer minimal di suatu RS
Kementerian terkait peraturan antar
lainnya untuk menjadi acuan SOP pelayanan RS kementerian lainnya
Kerahasiaan dan proteksi big data serta rekam serta relatif stabil dan
medis elektronik termasuk PHR (patient health tidak banyak
mengalami perubahan
record)
Perlindungan konsumen terhadap pelayanan
kesehatan berbasis online dan regulasi yang mengatur
mengenai health-tech company
UU Hukum Pelindungan Data Pribadi

2 Kementerian Aplikasi digital atau sistem komputasi awan /  


Kesehatan
cloud yang gratis dan tidak berbayar
Dukungan dalam hal finansial

 3 Manajemen Rumah Pemberdayaan SDM di RS terkait : Pemberdayaan SDM


Sakit ini juga terkait dengan
peningkatan manajemen pengetahuan dan
penerapan kultur dan
keterampilan akan pentingnya SIMRS dan hal-hal budaya kerja di
yang berhubungan dengan sistem transformasi digital, organisasi yang mau
terutama kepada: bersifat terbuka dan
IT programmer adaptasi terhadap
perubahan
Dokter pelayanan medis
Kewajiban dan monitoring semua RS untuk
segera menerapkan SIMRS dari Kemenkes sehingga
semua RS bisa memiliki sumber data yang sama
Keterbukaan RS untuk melakukan data
sharing dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya
guna tercapainya integrasi data yang komprehensif.
Pada akhirnya, data dapat dianalisis untuk melakukan
evaluasi bisnis serta meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat

4 Manajemen Rumah Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam Perlunya edukasi


Sakit melakukan pengolahan dan analisa data untuk mengenai peranan big
mendapatkan insight mengenai kelemahan dan data dan manfaat
kekuatan organisasi sehingga pada akhirnya akan sistem cloud atau
digunakan oleh para decision maker untuk komputasi awan
mengembangkan bisnis yang ada sebagai bagian dari
peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan
 
KESIMPULAN

Dalam persiapan menuju era disrupsi kesehatan 4.0, masih banyak rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan yang menghadapi berbagai tantangan. Tantangan yang
paling utama dirasakan dari segi ketidakjelasan peraturan perundangan dan kurangnya
harmonisasi regulasi antar kementerian terkait. Selain itu, dari faktor internal, kurangnya
sikap terbuka, motivasi, dan manajemen pengetahuan yang baik dari pihak manajemen
rumah sakit, dokter pelayanan medis, dan tim IT dalam organisasi juga perlu dibenahi.
Rumah sakit perlu dimotivasi untuk segera menerapkan SIMRS dalam pengelolaannya
agar terwujud integrasi data yang optimal dalam skala nasional. Masalah pemanfaatan
big data, keamanan dan proteksi data, privasi data, dan pemanfaatan sistem komputasi
awan atau cloud juga menjadi salah satu isu yang cukup menantang untuk dipahami
dan diterapkan di dalam bisnis.

Berbagai rekomendasi terhadap pihak terkait telah dirumuskan di dalam focus group
discussion. Rekomendasi ditujukan kepada pihak pemerintah terutama yang
berwenang mengeluarkan regulasi dan dukungan dari sisi finansial, serta manajemen
rumah sakit untuk meningkatkan komitmen penerapan SIMRS, manajamen
pengetahuan analisis big data dan sistem cloud, serta pemberdayan sumber daya
manusia di dalam organisasi. Rekomendasi tersebut diharapkan dapat menjadi langkah
awal terwujudnya sistem kesehatan berbasis digital yang mampu memberikan layanan
kesehatan berkualitas untuk masyarakat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai