Anda di halaman 1dari 14

FEMALE ATHLETE TRIAD SYNDROME

Makalan Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Kesehatan
Olahraga

Disusun oleh:
Aflah Baihaqi (17602244058)

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulist dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Female Athlete Triad ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dr. Muhammad Ikhwan Zein, Sp.K.O pada mata kuliah kesehatan olahraga.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Female
Athlete Triad bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Muhammad Ikhwan Zein, Sp.K.O, selaku dosen pengampu mata kuliah kesehatan
olahraga yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Terimakasih pula
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Pengertian FAT.........................................................................................3
2.2. Dampak yang Ditimbulkan Dari FAT.......................................................3
2.3. Gejala FAT................................................................................................5
2.4. Penyebab Terjadinya FAT........................................................................7
2.5. Pencegahan dan Penanganan FAT............................................................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
1. Simpulan dan Saran....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Aktivitas fisik pada olahraga bagi wanita memiliki banyak manfaat yang
positif, diantaranya adalah dapat meningkatkan kebugaran tubuh secara
keseluruhan. Aktivitas fisik biasa dapat membantu membangun dan
mempertahankan kekuatan tulang, menurunkan kolesterol dan tekanan darah,
menurunkan gejala kecemasan dan depresi, mengontrol berat badan dan
membangun otot tanpa lemak. Manfaat tersebut dapat didapatkan dengan olahraga
intensitas sedang atau berat lima hari seminggu.
Akan tetapi terdapat beberapa kasus wanita yang berolahraga dapat
mengalami gejala yang berhubungan dengan “Female Athlete Triad”. Female
Atlete Triad (FAT) merupakan suatu sindrom yang sering terjadi pada atlet wanita
dengan aktivitas fisik intensitas tinggi (Toerstveit,2005). FAT mengacu pada
hubungan timbal balik antara ketersediaan energi, fungsi menstruasi, dan
kepadatan mineral tulang. Kondisi tersebut dapat berpengaruh pada
ketidakteraturan pola makan dan menstruasi. Nattiv et.al, (1994) mengatakan
bahwa sindrom FAT meliputi 1) gangguan makan, 2) amenorea dan 3)
osteoporosis. Dua penyebab utama yang mendasari keseluruhan gejala tersebut
adalah 1). intensitas latihan fisik yang terlalu tinggi yang tidak mampu
dikompensasi fisiologis tubuh dan 2) tekanan mental yang berat akibat kompetisi
olahraga yang mencetuskan gangguan perilaku makan.
Gangguan perilaku makan yang terjadi pada FAT dapat berupa
pembatasan asupan makan yang sangat ketat, gangguan bipolar dengan fase
makan yang berlebihan diikuti yang diikuti dengan fase penolakan makanan,
maupun upaya untuk memuntahkan makanan yang sudah dimakan dan pemakaian
pencahar yang berlebihan (Benson et.al,1996).
Dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa atlet
wanita berisiko mengalami Female Athlete Triad Syndrome yaitu gangguan pola
makan, amenorea, dan osteoporosis yang disebabkan oleh intensitas latihan,

1
pertandingan, dan kegiatan fisik yang padat tanpa diimbangi dengan asupan
nutrisi yang mencukupi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan female athlete triad syndrome?
2. Apa dampak yang timbul dari female athlete triad syndrome?
3. Bagaimana gejala yang timbul pada female athlete triad syndrome?
4. Mengapa female athlete triad syndrome dapat terjadi?
5. Bagaimana pencegahan dan penanganan female athlete triad syndrome?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang female athlete triad syndrome.
2. Untuk mengetahui dampak dari female athlete triad syndrome.
3. Untuk mengetahui gejala yang timbul saat terjadinya femalre athlete triad
syndrome.
4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya female athlete triad syndrome.
5. Untuk mengetahiu bagaimana mengantisipasi dan menangani female athlete
triad syndrome.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian FAT

Female athlete triad syndrom adalah sindrom yang ditandai dengan


ketidakteraturan pada pola makan dan pola menstruasi, hal ini terjadi pada atlet
wanita dimana penyebabnya adalah latihan atau aktivitas fisik dengan intensitas
tinggi tanpa diimbangi dengan asupan nutrisi yang mencukupi. Selain gangguan
pola makan dan pola menstruasi female athlete triad syndrome juga berdampak
pada menurunnya kepadatan tulang yang dapat berisiko pada osteoporosis, selain
itu juga dapat mengganggu emosi atlet bersangkutan sehingga cenderung lebih
mudah stress dan merasa tertekan.
Nattiv et.al,(1994) mengatakan bahwa Female athlete triad merupakan
kombinasi dari tiga gejala yang berkaitan satu sama lain yang diasosiasikan
dengan latihan fisik intensitas tinggi yang dilakukan oleh atlet Tiga gejala tersebut
meliputi 1) gangguan pola makan, 2) amenorea dan 3) osteoporosis.

2.2. Dampak yang Ditimbulkan Dari FAT


Arovah N.I. dalam Female Athlete Triad Pada Atlet Wanita (Diagnosis,
Pencegahan Dan Penatalaksanaan): 3-5. Menjabarkan bahwa terdapat beberapa
dampak yang timbul akhibat female athlete triad yaitu :
1. Gangguan Perilaku Makan
1.1 Anorexia nervosa
a. Menolak untuk menjaga berat badan tubuh pada kriteria berat tubuh
normal berdasarkan berat menurut tinggi atau umur (contoh:cenderung
memelihara berat badan kurang dari 85% berat idealnya).
b. Ketakutan terhadap kegemukan walaupun seseorang tersebut tergolong
underweight.
c. Gangguan ilusi citra diri yang menganggap berat badannya berlebih
walaupun dia nyata-nyata under-weight.
d. Pada wanita usia subur terjadi kehilangan tiga siklus menstruasi secara
berturut-turut.

3
1.2. Bulimia nervosa
a. Terjadi fase dimana nafsu makan yang berlebihan denagn karakteristik
sebagai berikut : Frekuensi makan yang relative sering (misalnya tiap 2
jam), porsi makan yang dimakan melebihi porsi normal yang biasa
dikonsumsi orang normal pada umumnya. Kesulitan untuk mengontrol
keinginan untuk makan yang berlebihan selama periode makan
berlebihan merasa tidak bisa berhenti makan atau mengontrol jumlah
makanan yang dimakan.
b. Adanya upaya untuk mencegah kenaikan berat badan seperti usaha
memuntahkan makanan, penggunaan pencahar, diuretik atau enema
yang berlebihan, berpuasa atau olahraga dengan intensitas yang sangat
tinggi.
c. Gejala nafsu makan berlebih dan upaya untuk mengendalikan berat
badan terjadi selama kurang lebih 3 bulan.
d. Merasa tidak percaya diri dengan citra tubuh yang mengakhibatkan
menjaga pola makan dengan ketat untuk menghindari kenaikan berat
badan.
e. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada saat episode anorexia nervosa.
Jenis bulimia nervosa
f. Tipe Purging: pada tipe ini orang bersangkutan mencoba
memuntahkan makanan yang telah dimakan menggunakan deuretik.
g. Tipe Nonpurging: tipe ini seseorang cenderung melakukan olahraga
dengan intensitas yang tinggi untuk tetap menjaga berat badan ideal.
h. Gangguan perilaku makan lain, gangguan perilaku makan jenis ini
merupakan jenis gangguan makan yang tidak masuk pada kriteria
anorexia nervosa atau bulimia nervosa (Benson et.al,1996).

1.3. Amenorea
Amenorea adalah aktivitas fisik yang dilakukan dengan intensitas
tinggi dan upaya penurunan berat badan yang mengakhibatkan gangguan
pada hipotalamus. Pada keadaan ini terjadi penurunan produksi estrogen

4
(Kazis,2003). Amenorea dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni
amenorea primer dan sekunder. Pada amenorea primer tidak terjadi fase
menstruasi pada (1) umur 14 tahun tanpa ada tanda-tanda perkembangan
seks sekunder dan (2) umur 16 dengan pertumbuhan tanda seks sekunder.
Amenorea sekunder didefinisikan sebagai ketiadaan menstruasi
selama 6 bulan pada wanita yang biasanya memiliki siklus menstruasi
yang normal atau 12 bulan pada wanita dengan siklus menstruasi yang
panjang (oligomenorrhea) (Kazis,2003).

1.4. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penurunan kepadatan mineral tulang dan
ketidaksempurnaan pembentukan tulang yang pada akhirnya menimbulkan
kerapuhan tulang dan meningkatkan resiko terjadinya patah tulang.

2.3. Gejala FAT


Gejala female athlete triad syndrome dapat berupa kelelahan kronis,
anemia, ketidak seimbangan elektrolit dan depresi pada pemeriksaan fisik.
Amenorea yang terjadi akibat latihan fisik dengan intensitas tinggi bukan
merupakan diagnosis klinis dan tidak bisa dibuktikan pada pemeriksaan
laboratorium.
Pemeriksaan fisik dan wawancara mendalam perlu dilakukan pada atlet
wanita yang mengalami amenorea perlu dilakukan untuk menentukan
kemungkinan penyebab dari amenorea yang lain (Kaziz,2003). Selain itu gejala
yang mungkin muncul adalah menurunnya kepadatan tulang hingga osteoporosis.
Osteoporosis didefinisikan sebagai kepadatan tulang dibawah 2,5 standard deviasi
nilai normalnya sesuai dengan umur. Fokus tulang yag sering digunakan sebagai
rujukan awal adalah pada tulang belakang. Terdapat beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa amenorrhea yang berkepanjangan mempengaruhi tulang axial
dan appendicular yang berperan menyokong beban latihan.. Sebuah artikel yang
dikeluarkan oleh American College of Sports Medicine merekomendasikan bahwa
amenorrhea yang berlangsung dalam rentang waktu sekitar 3 bulan harus

5
dianggap sebagai gejala yang dapat mengindikasikan adanya gangguan Female
athlete triad. Pada keadaan ini paien harus diberi pengertian bahwa kehilangan
kepadatan tulang yang terjadi pada keadaan amenorrhea yang berkepanjangan
sering bersifat ireversibel. Adanya bukti penurunan kepadatan tulang biasanya
dapat meningkatkan perubahan perilaku makan dan aktivitas fisik dan dapat
meyakinkan perlunya diadakan terapi sulih hormon/hormone replacement therapy
(Kazis,2003).

cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi female athlete triad.


1. Riwayat Menstruasi
a. Umur saat menstruasi pertama kali (menarche)
b. Frekuensi dan durasi siklus menstruasi
c. Periode yang paling lama dialami tanpa menstruasi (pada saat tidak
mengalami kehamilan)
d. Periode menstruasi terakhir
e. Tanda fisik ovulasi sepertiperubahan mucus serviks dan
ketegangan perut saat menstruasi.
f. Terapi hormonal yang pernah atau sedang dilakukan (Kaziz,2003).
2. Riwayat pola dan perilaku makan (diet)
a. Makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam (24 h food recall)
b. Daftar makanan yang dipantang
c. Berat badan terbesar dan terendah sejak menarche 6
d. Tingkat kepuasan pada berat badan sekarang • Berat badan ideal
sesuai dengan persepsi
e. Perilaku makan: ada tidaknya episode makan makanan berlebihan
dan pembatasan makanan secara ketat.
f. Penggunaan pencahar, diuretics atau obat untuk menurunkan berat
badan (Kazis,2003).
3. Riwayat Latihan Fisik
a. Pola latihan fisik / intensitas latihan ( frekuensi , durasi dan
intensitas latihan )

6
b. Tambahan latihan fisik selain latihan pokok.
c. Riwayat patah tulang
d. Riwayat cedera olahraga (Kazis, 2003)

Waktu pelaksanaan yang optimal untuk penapisan gejala female athlete


triad adalah pada pemeriksaan fisik sebelum pertandingan (preparticipation). Pada
saat ini dokter dapat mengevaluasi ada tidaknya indikasi kearah female athlete
triad dengan menganalisis perubahan berat badan, gangguan perilaku makan,
amenorrhea, bradikardi, aritmia dan depresi (Kaziz,2003). Pada keadaan ini
riwayat menstruasi harus digali. Bukti-bukti menunjukkan bahwa riwayat
menstruasi berkorelasi dengan kepadatan tulang. Pada atlet wanita remaja
amenorrhea berkorelasi negatif dengan kepadatan tulang sehingga tidak bias
dianggap sebagai konsekuensi normal dari latihan fisik (Torsteveit,2005).

2.4. Penyebab Terjadinya FAT


Penyebab female athlete triad cenderung karena cabang olahraga yang
membutuhkan penampilan dan atau berat badan dalam klasifikasi penilaiannya,
contohnya adalah cabang olahraga senam, ballet, cabang-cbabang bela diri dan
lain-lain. Tuntutan yang ada pada cabang olahraga tersebut memaksa atlet untuk
mengontrol berat badan dengan cara yang berlebihan.
Tuntutan cabang olahraga juga terdapat faktor lain yang memicu
terjadinya female athlete triad yaitu tuntutan akan kemenangan yang terlalu tinggi
dari pelatih ataupun keluarga, isolasi yang sangat ketat yang diakhibatkan oleh
pemusatan dan karantina menjelang pertandingan dan kecenderungan tubuh untuk
mudah mengalami kenaikan berat badan.

2.5. Pencegahan dan Penanganan FAT


Female athlete triad dapat dicegah dengan memberikan edukasi yang tepat
pada anak atau atlet bersangkutan. Peran orang tua, guru dan pelatih sangat
penting dalam mengedukasi atletnya. Diusia anak yang masih remaja merupakan
usia dimana gejolak emosi seseorang masih labil, pada usia ini atlet belum bijak
dalam memutuskan suatu masalah yang sedang dihadapi. Menurut suatu

7
penelitian 75 % dari atlet wanita usia remaja yang menerima komentar dari
pelatihnya bahwa mereka mengalami kelebihan berat badan akan mengalami
gangguan perilaku (Golden,2002).
Penanganan female athlete triad yang sudah terjadi pada atlet wanita juga
dapat dilakukan dengan merubah mindset atlet tersebut mengenai cabang olahraga
yang ditekuninya, penetapan ulang tujuan dari sebuah latihan dan pertandingan.

Berikut penjabaran tentang penanganan female athlete triad syndrome :


1. Perubahan Gaya Hidup
Perubahan perilaku makan merupakan hal yang pertama diperbaiki dalam
FAT. Pada penanganan ini perlu bekerjasama dengan ahli gizi, selain itu
dukungan dari keluarga dan pelatih kepada atlet untuk mempertahankan berat
badan ideal juga perlu dilakukan. Atlet, pelatih, ahli gizi dan dokter harus
menentukan berapa berat badan ideal yang baik bagi kesehatan dan juga
memenuhi kriteria di cabang olahraga yang digeluti atlet. Peningkatan berat
badan dapat dilakukan dengan menetapkat target yaitu 0.23 sampai 0.45 kg
per minggu. Atlet tidak perlu untuk menghentikan latihan secara keseluruhan.
Pada awalnya intensitas latihan sebaiknya dikurangi 10 sampai 20 % dan berat
badan perlu dimonitor selama paling sedikit 3 bulan (Nattiv,1994).
2. Terapi Sulih Hormon/ Hormone Replacement Therapy
Terapi sulih atau terapi penggantian hormon merupakan pengobatan untuk
meredakan gejala-gejala menopause yang timbul akibat penurunan hormon
reproduksi pada wanita. Gejala menopouse juga terjadi pada atlet wanita yang
terindikasi female athlete triad syndrome sehingga pemberian terapi sulih
pada penderita female athlete triad syndrome mungkin bisa dipertimbangkan.
3. Farmakoterapi
Farmakoterapi adalah terapi yang dilakukan dengan pemberian obat-obatan
pada paasien terkait. Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa atlet yang
sering mengalami patah tulang sering juga mengalami asupan kalsium yang
rendah dan lebih jarang menggunakan kontrasepsi oral. Diet kalsium yang
direkomendasikan adalah 1.200 sampai 1.500 mg per hari untuk wanita usia

8
11 sampai 24 tahun. Di sisi lain survei yang dilakukan pada wanita usia 12
sampai 19 tahun menunjukkan kurangnya asupan kalsium. Rata-rata konsumsi
mereka adalah 900 mg per hari. Suplementasi tambahan sebesar 400 sampai
800 IU vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium. Penatalaksanaan
osteoporosis dengan bisphosphonates dan calcitonin belum diuji sepenuhnya
pada wanita usia muda yang mengalami female athlete triad. Walaupun
demikian dokter harus memperimbangkan pilihan terapi pada atlet wanita
pada atlet yang secara nyata atlet wanita mengalami osteoporosis yang
didiagnosis berdasarkan penapisan dengan DEXA (lebih dari 2,5 standard
deviasi berdasarkan norma umur) (Kaziz,2003). Untuk mengatasi gangguan
perilaku makan bisa dipergunakan agen selective serotonin reuptake inhibitor
(SSRI). Benzodiazepines juga direkomendasikan pada seseorang dengan
gangguan kecemasan. Evaluasi psikiatri diperlukan untuk menentukan
diagnosis gangguan makan yang penting untuk menentukan pengobatan yang
tepat (Benson,1996).
4. Keterlibatan Keluarga
keluarga dalam penanganan female athlete triad sangat menentukan
keberhasilan terapi. Keluarga harus terlibat dalam penanganan FAT sejak
awal, khususnya pada penderita FAT remaja. Keluarga dapat memberikan
pengertian tentang apa yang harus dilakukan oleh penderita, memberi sugesti,
memberi semangat, dan memberi suport secara penuh untuk kesembuhan
penderita.

9
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan dan Saran
Female athlete triad adalah sebuah sindrom yang dapat berbahaya bagi
kesehatan penderitanya bahkan dapat berakhibat pada kematian. Pencegahan
merupakan faktor yang sangat penting dan efektif untuk mengantisipasi terjadinya
female athlete triad, upaya edukasi kepada atlet sangat perlu guna mencegah
terjadinya sindrom ini. Sebagai seorang pelatih harus bisa menata dan
mengantisipasi FAT dengan bekerjasama dengan dokter, psikolog, ahli gizi, dan
keluarga atlet yang bersangkutan. Saran bagi pelatih dan keluarga atlet adalah
agar tidak memberikan tarket diatas kemampuan atlet, dikarenakan atlet wanita
sangat riskan terhadap beberapa gangguan kesehatan salah satunya adalah FAT.
Dengan menumbuhkan kesadaran tentang bahaya FAT, dampak psikis dan fisik
yang merugikan dari kegiatan fisik kompetitif atlet wanita dapat diminimalkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tina Dušek. 2001. Influence of High Intensity Training on Menstrual


Cycle Disorders in Athletes. Croatian Medicine Journal . 42(1):79-82
Thein-Nissenbaum, J. M., & Carr, K. E. (2011). Female athlete triad
syndrome in the high school athlete. Physical Therapy in Sport, 12(3): 108–116.
Arovah N.I. dalam Female Athlete Triad Pada Atlet Wanita (Diagnosis,
Pencegahan Dan Penatalaksanaan): 3-5.
Benson JE, Engelbert KA, Eisenman PA,1996, Nutritional Aspect of
Amenorrhea in the Female Athlete Triad, International Jurnal of Sports Nutrition,
6 :2
Golden, N.H, 2002, A Review of The Female Athlete Triad, International
Journal Adolescent Medicine, 14:1.
Kaziz K, Iglesias E, 2003, The Female Athlete Triad, Adolesence
Medicine,14:1
Lauder T.D, Williams M V, Campbell C.S, The Female Athlete Triad :
Prevalence in Militarry Women, Medicine and Science in Sports and Exercise,
30:5.
Nattiv, A, Agostini R, Yeager K, 1994, The Female Athlete Triad: The
Inter-relatedness of Disorder eating, Amenorrhea and Osteoporosis, Clinical
Sports Medicine, 13:2.
Torstveit, M.T, Sundgot-Borgen, J, 2005, The Female Thlete Triad : are
Elite Athletes at Increased Risk?, Medicine and Science in Sports and Exercise,
37:2

11

Anda mungkin juga menyukai