Anda di halaman 1dari 5

IMPLEMENTASI

INTERNATIONAL HEALTH
REGULATIONS (IHR) 2005
DI INDONESIA
Oleh
 PKSE Tanjungpinang
 -
 23 April 2019 
7680
 
0

Tanjungpinang, International Health Regulations (IHR) merupakan kesepakatan


negara-negara anggota World Health Organization (WHO) untuk memiliki
kemampuan deteksi dini, prevent, dan respons yang adekuat terhadap setiap
ancaman kesehatan masyarakat yang berpotensi menyebar antar negara
didasarkan pada sistem surveilans nasional dan peraturan perundangan yang
telah ada di masing-masing negara.

Munculnya ancaman penyakit infeksi emerging maupun re-emerging serta mobilisasi


penduduk dari satu negara ke negara lain yang semakin cepat membuat penyakit
mewabah dengan cepat masuk dan tidak mengenal batas wilayah. Ancaman tersebut
dapat berupa agen biologi, kimia, dan nuklir yang berdampak tidak hanya pada sisi
kesehatan namun juga ekonomi. Sehingga hal ini memerlukan pendekatan multisektor
baik secara nasional dan internasional.

International Health Regulations (IHR) mengamanatkan kepada setiap negara-negara


anggota untuk memiliki Kapasitas Inti (Core Capacity) antara lain;

1. Legislasi dan Kebijakan,


2. Koordinasi,
3. Surveilans,
4. Kesiapsiagaan,
5. Respons,
6. Komunikasi Risiko,
7. Sumber Daya Manusia
8. Laboratorium.
Indonesia bisa berbangga karena telah berhasil mengimplementasikan IHR
2005 secara penuh pada tahun 2014. Meskipun masih banyak hal yang perlu
ditingkatkan.
Joint External Evaluation (JEE) adalah sebuah koordinasi sukarela, kolaboratif,
multisektoral untuk menilai Core Capacities (Kapasitas Inti) suatu negara dalam rangka
mencegah, mendeteksi, dan respon cepat terhadap risiko kesehatan masyarakat
apakah terjadi secara alami atau karena peristiwa yang disengaja atau tidak disengaja.
JEE membantu negara-negara mengidentifikasi hal-hal kritis dan emergency dalam
sistem kesehatan untuk menentukan prioritas dalam membuat suatu kesiapsiagaan dan
respon.
Indonesia secara rutin melakukan evaluasi secara berkala terkait pemenuhan Core
Capacities amanat IHR 2005.  Berikut hasil evaluasi IHR Core Capacities
implementation status, 2010-2017 untuk Indonesia.
Sumber http://apps.who.int/gho/tableau-public/tpc-frame.jsp?id=1100

Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan RI


yang berada dibawah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit memiliki peran
yang sangat penting di pintu-pintu masuk negara seperti Pelabuhan, Bandara, dan Pos
Lintas Batas Darat Negara (PLBDN) sebagai border untuk mencegah masuk dan
keluarnya penyakit-penyakit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan berpotensial
wabah lainnya.

Sebagai unit pelaksana teknis di pintu masuk Kantor Kesehatan Pelabuhan diwajibkan
memiliki kapasitas inti sesuai dengan amanat IHR 2005. Maka penting sekali setiap
petugas memiliki pemahaman tentang tugas untuk melakukan Deteksi Dini (Detect),
Mencegah (Prevent), dan Respon (Respons) terhadap suatu kejadian-kejadian di
pintu masuk.

1. Detect ; Mendeteksi kejadian serta masalah kesehatan. Kegiatan rutin:


Inspeksi, Surveilans, Verifikasi Rumor, Pemeriksaan Sanitasi Kapal, vektor
kontrol
2. Prevent ; Mencegah risiko kesehatan masyarakat. Kegiatan rutin anatar lain
vaksinasi, kontrol rutin terkait kondisi sanitasi pada alat angkut di PoE.
3. Respon ; Merespon terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat. Kegiatan
rutin; Tindakan Karantina, Isolasi, Tindakan Penyehatan Alat Angkut

Anda mungkin juga menyukai