Anda di halaman 1dari 93

KOLABORASI

i
DAFTAR ISI

PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN

I. PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------------------------------1

II. VISI, MISI DAN TUJUAN------------------------------------------------------------------------2

III. ANALISIS SITUASI

A. PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI-------------------------------------------------3

B. SITUASI KESEHATAN----------------------------------------------------------------------3

C. HEALTH SECURITY------------------------------------------------------------------------ 6

IV. KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. KERANGKA HUKUM-------------------------------------------------------------------- 14-

B. STRATEGI UNTUK IMPLEMENTASI NAPHS---------------------------------------- 14

V. PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI NAPHS

A. PROSES PENGEMBANGAN NAPHS------------------------------------------------- 15

B. NAPHS 2020 – 2024-------------------------------------------------------------------- 17

C. MONITORING DAN EVALUASI------------------------------------------------------- 41

VI. KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------------------ 42

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : ALOKASI PENGANGGARAN

LAMPIRAN 2 : RENCANA AKSI PRIORITAS MASING-MASING BIDANG

ii
PENGANTAR
SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

International Health Regulations (IHR) 2005 merupakan


kesepakatan negara-negara anggota World Health Organization
(WHO) untuk memiliki kemampuan mencegah, mendeteksi, dan
respon cepat yang adekuat terhadap setiap ancaman kesehatan
masyarakat yang berpotensi menyebar antar negara didasarkan
pada sistem surveilans nasional dan peraturan perundangan
yang telah ada di masing-masing negara.

Munculnya ancaman penyakit infeksi emerging maupun re-emerging serta mobilisasi


penduduk dari satu negara ke negara lain yang semakin cepat membuat penyakit
mewabah dengan cepat masuk dan tidak mengenal batas wilayah. Ancaman tersebut
dapat berupa agen biologi, kimia, dan nuklir yang berdampak tidak hanya pada sisi
kesehatan namun juga ekonomi. Sehingga hal ini memerlukan pendekatan multisektor
baik secara nasional dan internasional.

IHR(2005) mengamanatkan kepada setiap negara-negara anggota untuk memiliki core


capacity (kapasitas inti) antara lain: legislasi dan kebijakan, koordinasi, surveilans,
kesiapsiagaan, respons, komunikasi risiko, sumber daya manusia dan laboratorium.
Indonesia telah berhasil mengimplementasikan IHR 2005 secara penuh pada tahun 2014.
Meskipun demikian masih banyak hal yang masih perlu perlu ditingkatkan.Untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kapasitas negara dalam implementasi IHR (2005), pada
bulan November tahun 2017 Indonesia telah berinisiatif melakukan Joint External
Evaluation(JEE) dan telah menerima rekomendasi lebih lanjut untuk meningkatkan
kapasitas dalam mengimplementasikan IHR (2005)

Joint External Evaluation (JEE) adalah sebuah koordinasi sukarela, kolaboratif,


multisektoral untuk menilai core capacities (kapasitas inti) suatu negara dalam rangka
mencegah, mendeteksi, dan respon cepat terhadap risiko kesehatan masyarakat. JEE

iv

iii
membantu negara-negara mengidentifikasi hal-hal kritis dan emergency dalam sistem
kesehatan untuk menentukan prioritas dalam membuat suatu kesiapsiagaan dan respon.

National Action Plan for Health Security (NAPHS) ini disusun sebagai amanah rekomendasi
dalam pelaksanaan JEE dan sebagai upaya dalam implementasi Instruksi Presidennomor 4
tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan
MeresponsWabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia
Proses penyusunan National Action Plan for Health Security(Rencana Aksi Nasional
Ketahanan Kesehatan) dimulai sejak tahun 2018 dengan melibatkan 22
Kementerian/Lembaga. Dokumen ini memuat panduan kolaborasi serta sinergi program
dan kegiatan yang dilakukan seluruh K/L terkait dalam peningkatan kapasitas ketahanan
kesehatan nasional. Dokumen ini juga bersifat sebagai living document dan merupakan
perihal yang penting dan strategis untuk segera diimplementasikan serta menjadi acauan
untuk menyusun kegiatan teknis di Kementerian/Lembaga masing-masing dan acuan bagi
Gubernur dan Walikota serta Bupati untuk menyusun Rencana Aksi Daerah sesuai dengan
amanah Instruksi Presidennomor 4 tahun 2019.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu sampai dapat
diselesaikannyaNational Action Plan for Health Security(NAPHS) ini,
kamisampaikanterimakasihdan penghargaanyangsetinggi-tingginya.

Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan

drg. Oscar Primadi, MPH

iv
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Perubahan iklim telah mendorong peningkatan munculnya new-


emerging diseases dan re-emerging diseases yang berpotensi
pandemik dengan karakteristik risiko kematian yang tinggi dan
penyebaran yang sangat cepat. Globalisasi yang mengakibatkan
peningkatan mobilitas manusia dan hewan lintas negara serta
perubahan gaya hidup manusia juga telah berkontribusi
mempercepat proses penyebaran wabah penyakit yang menjadi
ancaman kesehatan dunia.

Sejak outbreak wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) di kawasan Asia pada
tahun 2003, ancaman kesehatan dunia terus menunjukkan kecenderungan peningkatan
antara lain terjadinya outbreakflu burung/avian influenza (H5N1) tahun 2004. Pada bulan
Mei 2005, Sidang Majelis Kesehatan Dunia atau World Health Assembly (WHA) ke-58
telah menyepakati International Health Regulation/IHR (2005) untuk diberlakukan di
semua negara anggota WHO mulai 15 Juni 2007. IHR 2005 mengamanatkan agar negara-
negara mampu mendeteksi risiko kedaruratan kesehatan masyarakat, mampu menilai
dan merespons serta menginformasikan kejadian di wilayahnya kepada masyarakat baik
di tingkat nasional maupun internasional.

WHO (World Health Organization) mengembangkan instrumen penilaian Joint External


Evaluation (JEE). Instrumen ini dimaksudkan untuk memperkuat implementasi dari IHR
(2005). Indonesia telah melakukan penilaian kapasitas negara dengan instrumen tersebut
pada tahun 2017, salah satu rekomendasinya adalah penyusunan National Action Plan for
Health Security (NAPHS). Dokumen NAPHS ini disusun oleh Kementerian Kesehatan
bersama 21 Kementerian/Lembaga yang terlibat saat penilaian WHO-JEE-IHR (2005).

vi

v
Dengan telah ditetapkannya Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan
Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi
Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia. Kementerian dan Lembaga yang
terlibat, termasuk Gubernur dan Walikota/Bupati diharapkan dapat mengambil langkah-
langkah secara terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan
masing-masing sebagai upaya meningkatkan kemampuan negara untuk mencegah,
mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandemi global, dan kedaruratan nuklir,
biologi, dan kimia, yang dapat berdampak nasional dan/atau global.

Kami memberikan apresiasi yang setinggi – tingginya atas dukungan berbagai pihak dalam
penyusunan dokumen ini, semoga upaya kita untuk bersinergi dalam rangka menghadapi
pandemik dunia dapat berjalan dengan baik.

11 Desember 2019
Menteri Kesehatan,

Letjen TNI (Pur.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) RI

vii

vi
I. PENDAHULUAN
Pada bulan November 2017, dilaksanakan Joint External Evaluation (JEE) oleh tim
eksternal WHO untuk menilai kapasitas inti Indonesiadalam mencegah, mendeteksi dan
merespons ancaman kesehatan masyarakat sesuai IHR (2005). Sebagai tindak lanjut dari
JEE dilaksanakan penyusunan National Action Plan for Health Security (NAPHS) 2020 -
2024. Penyusunan dokumen NAPHS melibatkan seluruh Kementerian, Lembaga dan
institusi terkait yang terlibat dalam JEE 2017.

NAPHS ini menggunakan model logika (logic model) yang diusulkan oleh Indonesia pada
forumGlobal Health Security Agenda (GHSA). GHSA adalah forum yang didirikan oleh
beberapa negara, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan implementasi IHR (2005).
Logic model ini menyelaraskan berbagai kegiatan prioritas yang memberikan kontribusi
besar dalam mencapai indikator kapasitas dari masing-masing 19 Area Teknis/ Technical
Area (TA). Dalam penyusuna NAPHS jugadipertimbangkan rekomendasi tim eksternal JEE
untuk setiap TA.

Bank Duniajuga akanmelakukan evaluasi pembiayaan negara bagi ketahanan kesehatan.


Suatu instrumen yang disebut Health Security Financing Assessments Tool (HSFAT) diuji
coba di Indonesia untuk menghitung anggaran untuk ketahanan kesehatan yang
dialokasikan pada tahun anggaran sebelumnya. Informasi ini terkait sisi ketersediaan
anggaran (supply), sedangkan NAPHS terkait sisi kebutuhan anggaran (demand) .
Perbandingan antara informasi yang dihasilkan oleh HSFAT dan NAPHS akan
menunjukkanperbedaan, baik yang kelebihan maupunkekurangan anggaran untuk
mendukung kegiatan yang terkait dengan health security.

Pada tanggal 17 Juni 2019 diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019tentang
“Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah
Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia”sebagai dasar
hukum untuk melaksanakan upaya mewujudkan health security.

Health securitypenting untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan sebagai


bagian integraldari pembangunan nasional. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan,
upaya penguatan bagi berfungsinya Sistem Kesehatan Nasional sangat diperlukan
demiterwujudnya ketahanan kesehatan yang kuat. Selain itu, ketahanan kesehatan
merupakan bagian integral dari ketahanan nasional.Pemerintah memonitor dan
mengevaluasi implementasi NAPHS secara rutin, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor
4 Tahun 2019 mengamanatkan bahwa setiap Kementerian/ Lembaga/ Institusi untuk
menentukan indikator yang sesuai dengan NAPHS.

WHO telah membentuk portal web bernama Strategic Partnership Portal (SPP) sebagai
wadah untuk memuat hasil JEE dari negara-negara anggota WHO. Dengan demikian mitra
atau organisasi internasional yang bermaksud memberi dukungan sumber daya pada
suatu negara dapat menghubungi negara tersebut.

1
II. VISI, MISI, DAN TUJUAN
A. VISI DAN MISI
Visi

Mendukung secara aktif upaya global dalam mencegah, mendeteksi dan


meresponspotensi pandemi akibat agen biologi, kimia dan radio-nuklir.

Misi

1. Memperkuat kapasitas nasional dalam mencegah, mendeteksi dan


meresponsKedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKM-MD)
2. Meelakukan kerjasama dengan lembaga internasional dan organisasi masyarakat
dalam menghadapi KKM-MD

B. TUJUAN
Tujuan dari NAPHS 2020 - 2024 adalah untuk mendukung pencapaian visi
danmemperkuat implementasi misi, yaitu :
1. Melaksanakan advokasi untuk menyamakan pemahaman semua pemangku
kepentingan dalam mencegah, mendeteksi dan meresponskedaruratan kesehatan
masyarakat
2. Menyusun dokumen National Action Plan for Health Security (NAPHS)yang
komprehensif
3. Melakukan kerjasama dengan WHO, FAO, OIE, WB dan GHSA

2
III. ANALISIS SITUASI
A. PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang secara geografis terletak
antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Pasifik),
dengan populasi lebih dari 250 juta yang tinggal di sekitar 6.000 pulau berpenghuni dari
total 17.504 pulau yang ada. Negeri yang dengan berbagai keaneragaman ini adalah
rumah ratusan etnis, budaya dan bahasa, dengan lebih dari 700 dialek lokal. Meskipun
dilanda oleh krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998, Indonesia bangkit sebagai
negara yang kuat secara ekonomi dan stabil secara politik.

Indonesia berbentuk republik dan sesuai dengan UUD 1945menerapkan sistem


pemerintahan dengan 3 cabang, yaitu : eksekutif, yudikatif dan legislatif. Cabang eksekutif
dipimpin oleh seorang Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih melalui pemilihan umum
untuk masa jabatan lima tahun. Presiden adalah kepala negara dan kepala pemerintahan,
dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh kabinet yang dibentuk oleh Presiden. Pada
Juni 2019, Joko Widodo (Jokowi) memenangkan pemilihan presiden untuk kedua kalinya.

Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia, terus menjadi kekuatan yang
diperhitungkan baik di Asia Tenggara maupun di dunia. Pemerintah Indonesia bekerja
keras untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2036 dan mencapai Produk
Domestik Bruto (PDB) terbesar kelima di dunia pada tahun 2045. Untuk mencapai target
ini, PDB Indonesia harus tumbuh sebesar 5,7 persen per tahun dan keluar dari jebakan
kelas menengah(Middle-Income Trap)pada tahun 2036, dan mencapai USD 23.199 PDB
pada tahun 2045. Selain itu, Indonesia juga berencana untuk mencapai peringkat ke-10
dalam Kemudahan Berbisnis/Ease of Doing Business (EoDB) dan memperhatikan
pertumbuhan ekonomi agar didistribusikan secara merata di seluruh desil pendapatan,
sehingga tingkat kemiskinan Indonesia pada tahun 2045 menjadi nol atau 0,02 persen,
dengan kemiskinan ekstrim nol pada tahun 20401.

B. SITUASI KESEHATAN
Saat ini, dengan meningkatnya konektivitas dan saling ketergantungan antar negara,
maka orang, barang, layanan dan transportasi dapat dengan mudah berlalu lalang antar
negara. Oleh karena itu setiap negara harus mampu merespons, mengendalikan dan
mencegah, dan secara efektif menangani ancaman terhadap kesehatan masyarakat2. Peta
politik dan sosial Indonesia telah mengalami beberapa perubahan, seperti transisi dari
otoritarianisme ke demokrasi dan reformasi yang didesentralisasikan. Transisi makro ini

Presentasi Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro: Visi Indonesia 2045, KBRI Singapura, 10 November 2018
1
2
Strengthening global health security by embedding the International Health Regulations requirements into national
health system. Hans Kluge,1 Jose Maria Martín-Moreno,2 Nedret Emiroglu,3 Guenael Rodier,4Edward Kelley,5 Melitta
Vujnovic,6 GovinPermanand, 2018

3
secara simultan mempengaruhi transisi epidemiologi dimana Penyakit Tidak Menular
(PTM) menjadi masalah penting, sementara penyakit menular tetap menjadi beban
negara. Saat ini, Indonesia menghadapibeban ganda pelayanan kesehatan dimana upaya
penanggulangan penyakit menular belum selesai,sementaraitu morbiditas, mortalitas,
dan disabilitas akibat penyakit tidak menular semakin meningkat. Penyakit menular
mencakup penyakit menular baru dan penyakit menular lama yang muncul kembali.
Indonesia adalah salah satu dari tiga negara dengan kejadian tuberkulosis (TB) tertinggi di
dunia. Selain itu, seperti halnya berbagai negara di dunia, Indonesia harus mengatasi
faktor risiko PTM akibat gaya hidup yang tidak sehat, seperti tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok. Pada tahun 1990, 56% dari beban penyakit ini
disebabkan oleh penyakit menular, 37% oleh PTM dan 7% oleh cedera. Pada 2015, terjadi
peningkatan kejadian darah tinggi dan kolesterol yang disebabkan oleh pola makan yang
tidak sehat, peningkatan populasi dengan kelebihan berat badan, dan konsumsi
tembakau. Akibatnya, beban PTM meningkat menjadi 66%, sementara penyakit menular
turun menjadi 27%3. Pola epidemiologi penyakit yang semakin kompleks dan terjadinya
berbagai transisi makro merupakan tantangan bagi pembangunan kesehatan di
Indonesia.

Indikator derajat kesehatan Indonesia telah meningkat secara signifikan dalam beberapa
dekade terakhir. Anga harapan hidup saat lahir, yang merupakan salah satu indikator
kesehatan, telah menunjukkan peningkatan yang bermakna dari 64,40 tahun pada 1996
menjadi 71,06 tahun pada 2017. Angka fertilitas total menurun secara bermakna dari
5,61 pada 1971 menjadi 2,27 per perempuan pada 2000 dan tetap pada 2,4 per
perempuan pada tahun 20154. Populasi lansia usia 65 tahun ke atas diperkirakan akan
meningkat tajam dibandingkan angka tahun 2015 dan diproyeksikan mencapai 10% dari
populasi pada tahun 2030.

Angka kematian bayi dan balita (AKB) telah menunjukkan penurunan yang bermakna. AKB
adalah 68/1000 pada tahun 1991, 34/1000 pada tahun 2007 dan 25,5 / 1000 pada tahun
2016. Angka kematian anak di bawah lima tahun (balita) menunjukkan penurunan yang
stabil dari 97/1000 pada tahun 1991, menjadi 44/1000 pada tahun 2007, dan 27/1000
pada tahun 20155.

Meskipun demikian tantangan tetap ada, terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu
dan gizi buruk. Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi. Pada 2015, AKI adalah 305 /
100.000 kelahiran hidup6. Jumlah ini masih jauh dari target MDGs yaitu 102 / 100.000
kelahiran hidup pada akhir 2015 dan target SDGs 70 / 100.000 kelahiran hidup pada 2030.
Selain itu, prevalensi anak stunting cukup tinggi. Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat
bahwa prevalensi stunting nasional telah mencapai 30,8% untuk balita dan 29,9% untuk

3
Institute of Health Metrics and Evaluation database (IHME) 2015
4
Badan Pusat Statistik (BPS)
5
Badan Pusat Statistik (BPS)
6
Badan Pusat Statistik (BPS)

4
anak di bawahdua tahun (baduta).Pemerintah mempunyai komitmenkuat untuk
mencegah stunting pada anak dan mengurangi stunting pada baduta menjadi 28% pada
2019.

Indonesia menghadapi masalah peningkatan kejadian kelebihan berat badan dan obesitas
pada anak-anak dan orang dewasa. Antara 2007 dan 2010, prevalensi kelebihan berat
badan meningkat dari 12 menjadi 14% pada anak balita dan 19 hingga 22% pada orang
dewasa7. "Beban ganda gizi buruk" dalam bentuk gizi buruk dan kelebihan gizi muncul
secara bersamaan di komunitas yang sama, yang mengakibatkan peningkatan signifikan
pada PTM seperti diabetes, stroke, dan penyakit jantung.

Indonesia terdiri dari 34 provinsi, 514 kabupaten / kota, dan 72.000 desa dengan 9.825
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), 55.517 Puskesmas Pembantu8 dan
klinikswasta. Terdapat 68 rumah sakit tipe A, 402 rumah sakit tipe B, 1.380 rumah sakit
tipe C, 730 rumah sakit tipe D, 237 rumah sakit tanpa klasifikasi, dan 582 rumah sakit
khusus9. Ada juga 289.635 pusat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dikelola masyarakat
dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

Indonesia memiliki rasio 0,45 dokter, 1,84 perawat, dan 1,73 bidan per 1.000 penduduk10.
Untuk meningkatkan distribusi tenagakesehatan, Pemerintah mengangkat dokter kontrak
dan bidan, menyebarkan tim tenaga kesehatan ke daerah-daerah terpencil (Tim
Nusantara Sehat), melakukan pelatihan dan pengalihan tugas, serta menugaskan magang
untuk dokter dan dokter spesialislulusan baru ke lokasi yang lebih terpencil (4 bulan di
Puskesmas dan 8 bulan di rumah sakit umum).

Meskipun telah terjadi peningkatan anggaran kesehatan di tingkat Pusat, namun


pengeluaran kesehatan sebagai proporsi produk domestik bruto (PDB) tetap di bawah
rata-rata dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah
lainnya. Pada tahun 2009, pengeluaran kesehatan Pemerintah berjumlah Rp 2,7 triliun
atau 2,7% dari pengeluaran pemerintah. Jumlah ini meningkat menjadi Rp 104 Triliun
atau 5% dari pengeluaran pemerintah pada tahun 201711.

Hasil penilaian tentang kapasitas respon global terhadap krisis kesehatan menunjukkan
perlunya integrasi antara berbagai sub-sistem upaya kesehatan, penguatan upaya
ketahanan kesehatan dalam pencegahan, peringatan dan responssecara cepat.
Kemampuan suatu negara untuk mendeteksi, melaporkan dan merespons ancaman
kesehatan ditentukan oleh adanyajejaring yang kuat antara laboratorium klinis, sistem
informasi kesehatan dan teknologi medis, serta antara tenaga bidangkdaruratan
kesehatan dan tenaga kesehatan masyarakat. Selain itu, keberhasilan tanggap darurat

7
Riset Kesehatan Dasar, 2010
8
Kementerian Kesehatan, 2017
9
Kementerian Kesehatan, April 2018, http://sirs.yankes.kemkes.go.id/rsonline/report/
10
Kementerian Kesehatan, 2016
11
Kementerian Keuangan ,2017

5
terhadap ancaman kesehatan sangat ditentukanoleh adanya koordinasi, tersedianya
biaya, berfungsinya sistem manajemen penanggulangan krisis kesehatan, kesadaran dan
keterlibatan masyarakat yang didukung oleh komitmen kuat Pemerintah dan tersedianya
sumber daya Pemerintah yang mencukupi.

Tidak ada DIPA khusus untuk mendukung terwujudnya ketahanan kesehatan, oleh karena
itu komunikasi, koordinasi dan kolaborasi erat antara para pemangku kepentingan sangat
penting terwujud, baik dalam perencanaan, implementasi maupun pemantauan program-
program ketahanan kesehatan.

C. KETAHANAN KESEHATAN (HEALTH SECURITY)


Dalam lima dasawarsa terakhir, terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat antara lain
ditandai oleh penyebaran penyakit menular dan / atau kejadian yang disebabkan oleh
radiasi nuklir, pencemaran biologis, pencemaran bahan kimia, bioterorisme dan makanan
yang menimbulkan masalah kesehatan, dan berpotensi menyebar ke berbagai daerah
atau negara. Berbagai penyakit menular yang muncul telah mengakibatkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang meresahkan dunia (PHEIC), termasuk Ebola (2019 dan 2014),
Poliomyelitis (2018), Penyakit Virus Zika (2016), Influenza A (H1N1) (2009), Sindrom
Pernafasan Akut Parah(SARS) (2002-2003), serta kebocoran reactor nuklir di Hiroshima
yang berisiko munculnya penyakit-penyakit tertentu.

Sejak 2005-2018, terdapat 200 kasus Avian Influenza (AI) dengan 168 kematian (CFR 84%)
di Indonesia. Sejak KLB AI tahun 2005, Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk
mencegah dan mengendalikan AI, termasuk: memperkuat pencegahan dan pengendalian,
komunikasi dan kolaborasi antara sektor-sektor terkait, dan upaya kesiapsiagaan pandemi
influenza komprehensif (seperti mengembangkan pedoman, rencana darurat, dan
melaksanakan simulasi diatas meja dan simulasi lapangan).

Pada tahun 2018, Indonesia melaporkan adanya 1 kasus cVDPV1 dan 2 kontak dari kasus
positif cVDPV1 yang terjadi di Papua. Karena kasus ini berasal dari Papua Nugini (PNG),
selain melaksanakan Pekan Imunisasi sub-Nasional dan meningkatkan imunisasi rutin,
Indonesia juga memperkuat pengawasan lintas batas dan mengembangkan Nota
Kesepahaman (MOU) antara Pemerintah Indonesia dan PNG.

MERS adalah salah satu penyakit yang berpotensi menyebabkan keadaan kedaruratan
kesehatan masyarakat. Jumlah kumulatif dugaan kasus MERS di Indonesia dari tahun
2013 hingga minggu ke-30 tahun 2019 adalah 553 kasus (546 kasus dengan hasil
laboratorium negatif dan 7 kasus dimana spesimen sampel tidak dapat diambil). Hingga
saat ini belum ada kasus MERS yang terkonfirmasi di Indonesia.

Penyakit zoonosis telah menjadi perhatian nasional dan dunia. Ada peningkatan ancaman
penyakit infeksi emerging yang sebagian besaradalah penyakit zoonosis. Pencegahan dan
pengendalian zoonosis dilakukan dengan komunikasi, kolaborasi dan koordinasi lintas
sektor dalam kerangka kerja One Health yang telah diterima sebagai konsep global sejak
6

6
2011. Embrio pendekatan One Health telah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1972
dengan berbagai kerja sama dan peraturan bersama antara Kementerian Kesehatandan
Kementerian Pertanian, diikuti oleh Peraturan Presiden tentang Komisi Nasional Flu
Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi pada 2006 serta Pengendalian Zoonosis pada 2011.
Penerapan konsepOne Health di Indonesia secara lintas sektor telah terlaksana dengan
baik, terutama antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian dan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

IMPLEMENTASI IHR DI INDONESIA


IHR (2005) : (1) telah disepakati oleh 196 negara anggota WHO, termasuk Indonesia, (2)
merupakan acuan kerjasama internasional untuk mewujudkan ketahanan kesehatan
global dan (3) dimaksudkan untuk mencegah, melindungi, mengendalikan dan merespons
ancaman kesehatan masyarakat melalui peningkatan pencegahan dan pengendalian,
serta notifikasi informasi antar negara,dan (4) merupakan instrumen yang memperkuat
jejaring antarke-196 negara anggota WHO. Akan tetapi implementasi IHR (2005) oleh
berbagai negara anggota WHO di tingkat global masih perlu ditingkatkan.

Dalam menerapkan IHR (2005) diperlukan sumber daya di bandara, pelabuhan, dan
perlintasan darat yang merupakan Pintu Masuk Negara (Point of Entry - PoE) agarmampu
: (1) merespons keadaan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan dunia
(PHEIC) setiap saat, (2) mencegah dan mengendalikan penyebaran risiko kesehatan
masyarakat di tingkat internasional, dan (3) mencegah pembatasan perjalanan dan
perdagangan yang tidak perlu. Kenyataan di tingkat global menunjukkan bahwa upaya
untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran PHEIC di bandara, pelabuhan dan
perlintasan darat kurang efektif dan kurang efisien. Ternyata pencegahan dan
pengendalian di lokasi munculnya sumber masalah kesehatan terbukti lebih efektif jika
dilakukan dengan surveilanssecara real-time dan upaya penguatan agarsistem kesehatan
berfungsi dengan baik. Penapisan wisatawan yang keluar lebih penting dibandingkan
penapisan wisatawan yangmasuk.

Indonesia mulai menerapkan IHR (2005) pada tahun 2007 dan melakukan penilaian
sendiri pada delapan kapasitas inti. Penilaian pertama pada tahun 2007 menunjukkan
bahwa Indonesia kekurangan kapasitas dan sumber daya dalam Surveilans, Respon,
Laboratorium dan Pengendalian Infeksi. Oleh karena itu, perlu memperkuat dukungan
dan keterlibatan multi-sektor dan memperkuat kapasitas diPintu Masuk Negara (POE).
Pada tahun 2009, Indonesia menyusun rencana pelaksanaan IHR (2005) dan melakukan
penilaian sendiri pada tahun 2010 dan 2011. Hasilnya menunjukkan bahwa pencegahan
dan pengendalian masalah kesehatan masyarakat dan kapasitas PoE belum memenuhi
persyaratan. Untuk memperkuat komitmen lintas sektor dan mempercepat pemenuhan
kapasitas inti pelaksanaan IHR (2005) dibentuk Komite Nasional IHR (2005) yang terdiri
dari kementerian/ lembaga multi-sektor pada tahun 2011.

7
Pada tahun2012, Indonesia melakukan penilaian sendiri dengan menggunakan instrumen
WHO 2010-2012 dan hasilnya menunjukkan bahwa kapasitas dalam surveilans, respons,
kesiapsiagaan, koordinasi dan pintu masuk negara tidak optimal. Pada tahun 2014,
Indonesia melakukan penilaian sendiri denganmenggunakan instrumen WHO 2013.
Hasilnya cukup menggembirakan dan menunjukkan bahwaimplementasi IHR (2005) di
Indonesia optimal dan berfungsi baik untuk kedelapan kapasitas inti.

IHR (2005) di Indonesia

JOINT EXTERNAL EVALUATION (JEE)


Joint External Evaluation (JEE) - IHR (2005) dimaksudkan untuk menilai kemampuan
negara anggota WHO dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons dengan cepat
ancaman kesehatan masyarakat secara independen, terlepas dari apakah ancaman itu
terjadi secara alami, sengaja, atau tidak sengaja. JEE menilai kesiapan dan kesiapan
respons negara dalam menghadapi PHEIC terhadap 19Area teknis (TA) dan pelaksanaan
koordinasi dan kolaborasi multisektoral. Instrumen JEE mencakup 4 aspek: Cegah,
Deteksi, Respons, dan Lainnya (PoE, Kejadian Kimia, dan Keadaan Darurat Radiasi). Setiap
Area Teknis dikaitkan dengan target, satu atau lebih indikator, dan sistem penilaian yang
diurutkan peringkatnya untuk setiap indikator. Untuk menjamin perbandingan yang adil
antar negara, penilaian dilakukan dengan menggunakan format standar dari instrumen
JEE.

Untuk implementasi JEE, KementerianKesehatan menerbitkan Keputusan Menteri


Kesehatan no. HK.02.02/MENKES/273/2016 tentang penunjukkan coordinator untuk tiap
kategori: Cegah, Deteksi, Respons, dan Lainnya, dan focal point untuk tiap Area Teknis

8
dilingkungan Kementerian Kesehatan. Pelaksanaan evaluasi internal dan eksternal ini
dilakukan berkolaborasi dan berkoordinasi dengan kementerian/ lembaga terkait.
Pemerintah Indonesia meminta WHO untuk memfasilitasi pelaksanaan Joint External
Evaluation (JEE) pada 20-24 November 2017. Laporan tentang hasil penilaian JEE dapat
diakses masyarakat. Negara-negara yang telah melaksanakan JEE diharapkan agar
menyusun Rencana Aksi Nasional untuk Ketahanan Kesehatan (NAPHS) dan memperkuat
kapasitas inti IHR (2005) sesuai hasil penilaian JEE.

Hasil JEE12

Proses JEE memberikan kesempatan bagi Pemerintah untuk mengetahui kapasitas


negara dalam mengatasi tantangan kedaruratan kesehatan. Wilayah Indonesia yang luas
dengan geografi yang bervariasi memerlukan komitmen kuat di tingkat nasional untuk
memastikan terjadinya peningkatankapasitas inti nasional dalam melaksanakan IHR
(2005). Hal ini sesuai denganhasilpenilaianJEE berdasrakan hasil penilaian yang
dilakukansecara mandiri oleh Indonesia dan telah dikonfirmasi oleh tim ahli JEE bersama
team ahliIndonesia.

Di bawah ini adalah ringkasan skor JEE untuk Republik Indonesia:

AREA TEKNIS INDIKATOR SKOR


CEGAH
P.1.1 Undang-undang, peraturan, persyaratan 3
administrasi, kebijakan atau instrumen pemerintah lainnya
sudah memadai untuk implementasi IHR (2005)
National legislation,
P.1.2 Negara dapat menunjukkan bahwa ia telah 3
policy and financing
menyesuaikan dan menyelaraskan perundang-undangan
domestik, kebijakan, dan pengaturan administrasi untuk
memungkinkan kepatuhan terhadap IHR (2005)
IHR coordination, P.2.1 Mekanisme fungsional dibentuk untuk koordinasi 3
communication and dan integrasi sektor-sektor terkait dalam implementasi
advocacy IHR
P.3.1 Deteksi resistensi Antimikroba 2
P.3.2 Surveilans Infeksi yang disebabkan oleh pathogen 2
Antimicrobial
yang resisten terhadap antimikroba
resistance
P.3.3 Program pencegahan dan pengendalian infeksi 3
terkait perawatan kesehatan (HCAI)
P.3.4 Kegiatan penatalayanan antimikroba 3
P.4.1 Sistem surveilans tersedia untuk penyakit / patogen 3
Zoonotic diseases zoonosis prioritas
P.4.2 Tenaga veteriner atau kesehatan hewan 3

Joint external evaluation of the Republic of Indonesia report, November 20-24, 2017
12

9
AREA TEKNIS INDIKATOR SKOR
P.4.3 Mekanisme untuk merespons penyakit zoonosis 2
yang menular dan potensial telah ditetapkan dan
berfungsi
P.5.1 Mekanisme untuk kolaborasi multisektoral telah 3
dibentuk untuk memastikan respons cepat terhadap
Food safety
kedaruratan keamanan pangan dan wabah penyakit
bawaan makanan
P.6.1 Sistem biosafety dan biosecurity pemerintah 3
Biosafety and sepenuhnya tersedia untuk fasilitas manusia, hewan dan
biosecurity pertanian
P.6.2 Pelatihan dan praktik Biosafety and biosecurity 3
P.7.1 Cakupan vaksin (campak) sebagai bagian dari 4
Immunization program nasional
P.7.2 Akses dan pengiriman vaksin nasional 4
DETEKSI
D.1.1 Pengujian laboratorium untuk mendeteksi penyakit 4
prioritas
National laboratory D.1.2 Sistem Rujukan spesimen dan transportasi 4
system D.1.3 Diagnosis modern di tempat pelayanan yang efektif 3
dan berbasis laboratorium
D.1.4 Sistem kualitas laboratorium 3
D.2.1 Sistem Indicator- and event-based surveilans 3
D.2.2 Sistem pelaporan real-time secara elektronik yang 3
Real-time
dioperasikan secara saling berhubungan
surveillance
D.2.3 Integrasi dan analisis data surveilans 2
D.2.4 Sistem Syndromic surveilans 4
D.3.1 Sistem pelaporan yang efisien untuk FAO, OIE dan 3
Reporting WHO
D.3.2 Jaringan dan protokol pelaporan di negara 3
D.4.1 Sumber daya manusia tersedia untuk 3
mengimplementasikan persyaratan kapasitas inti IHR
Workforce
D.4.2 FETP13ataupelatihan epidemiologi terapan lainnya 4
development
tersedia
D.4.3 Strategi tenaga kerja 3
RESPONS
R.1.1 Kesiapsiagaan kedaruratan kesehatan nasional multi- 3
Preparedness bahaya dan rencana respons telah dikembangkan dan
diimplementasikan

13
FETP: Field epidemiology training programme

10

10
AREA TEKNIS INDIKATOR SKOR
R.1.2 Prioritas risiko kesehatan dan sumber daya telah 2
dipetakan dan dimanfaatkan
R.2.1 Kapasitas untuk mengaktifkan operasi emergency 3
Emergency R.2.2 Rencana dan prosedur operasi EOC 2
response R.2.3 Program operasi Emergency 3
operations R.2.4 Prosedur manajemen kasus diterapkan untuk bahaya 3
yang relevan dengan IHR
Linking public R.3.1 Otoritas kesehatan dan keamanan publik (mis. 4
health and security Penegak hukum, Imigrasi, bea cukai) terhubungbila
authorities adasuspek kejadian biologis atau telah dikonfirmasi
R.4.1 Sistem tersedia untuk mengirim dan menerima 4
Medical bantuan medis selama keadaan kedaruratan kesehatan
countermeasures masyarakat
and personnel R.4.2 Sistem tersedia untuk mengirim dan menerima 4
deployment tenaga kesehatan selama keadaan kedaruratan kesehatan
masyarakat
R.5.1 Sistem komunikasi risiko (rencana, mekanisme dll) 3
R.5.2 Koordinasi dan komunikasi Internal dan mitra 3
R.5.3 Komunikasi public 4
Risk communication R.5.4 Komunikasi dengan masyarakat yang terkena 4
dampak
R.5.5 Mendengarkan secara dinamis dan manajemen 4
rumor
BAHAYA IHR LAINNYA DAN PINTU MASUK NEGARA
PoE.1 Kapasitas rutin telah dibentuk di pintu masuk 4
negara
Points of entry
PoE.2 Respons kesehatan masyarakat yang efektif di pintu 4
masuk negara
CE.1 Mekanisme telah dibentuk dan berfungsi untuk 2
mendeteksi dan merespons kejadian atau keadaan darurat
Chemical events kimia
CE.2 Lingkungan yang mendukung tersedia untuk 3
manajemen kejadian kimia
RE.1 Mekanisme telah dibentuk dan berfungsi untuk 3
mendeteksi dan merespons keadaan darurat radiologis
Radiation
dan nuklir
emergencies
RE.2 Lingkungan yang mendukung tersedia untuk 3
manajemen kedaruratan radiasi

11

11
12

12
Hasil Final JEE Indonesia
Skor Final: 63%

INDIKATOR STATUS
0 MERAH (˂40%)
34 KUNING (40-70%)
14 HIJAU (˃70%)

Rekomendasi JEE
Tiga rekomendasi JEE disusun sesuai hasil JEE dan dimaksudkan untuk mengatasi
tantangan yang mempengaruhi kapasitas Indonesia di bidang teknis berikut:
1. Menyusun dan mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional Multisektor yang
terintegrasi untuk implementasi IHR (2005) dan diperkuat dengan dasar hukum yang
kuat.
2. Membangun mekanisme untuk koordinasipelaksanaan IHR(2005) dan untuk
melaksanakan kegiatanguna mewujudkan ketahanan kesehatan global yang
melibatkan semua kementerian/ lembaga dan institusi terkait.
3. Melakukan evaluasi dan memperkuat mekanisme pengambilan keputusan serta
pendelegasian wewenang / tanggung jawab dalam mengambil keputusan dan
melakukan tindakan, baik di tingkat nasional, sub-nasional, maupun antar berbagai
pihak terkait di tingkat nasional.

13

13
IV. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. KERANGKA HUKUM
Dalam memperkuat ketahanan kesehatan, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan
Keputusan Menteri no. Hk.02.02 / Menkes / 273/2016 tentang “Kelompok Kerja
Ketahanan Kesehatan Global di Kementerian Kesehatan” untuk mengoordinasikan
berbagai aspek dari deteksi, cegah, danrespons di sektor kesehatan.

Sealin itu, telah diterbitkan Instruksi Presiden no. 4/2019 tentang “Peningkatan
kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandemi
global, dan kedaruratan nuklir, biologi, dan kimia” pada 17 Juni 2019. Instruksi Presiden
ini mengamanatkan tugas dan tanggung jawab masing-masing kementerian / lembaga
terkait dalam aspek teknis dan manajemen untuk pencegahan dan pengendalian keadaan
kedaruratan kesehatan masyarakat, wabah dan epidemi. Berbagai undang-undang dan
peraturan merujuk pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang “Wabah Penyakit
Menular”. UU No. 4/1984 saat ini sedang direvisi untuk disesuaikan dengan
perkembangan situasi nasional dan global. Selain itu, UU No. 6/2018 tentang "Karantina
Kesehatan" telah diterbitkandan mengatur berbagai aspek karantina kesehatan dan
mencakup aspek mendeteksi, mencegah, dan merespons berbagai penyakit dan masalah
kesehatan yang berkaitan dengan agen biologis, kimia dan nuklir yang berpotensi
menyebabkan kedaruratan kesehatan masyarakat.

Ketahanan kesehatan tlah dimasukkan ke dalam konsep teknokratis RPJMN 2020-2024.


Hal Ini menunjukkan komitmen kuat Pemerintah menjadikanketahanan kesehatan
sebagai bagian integral dari ketahanan nasional.

B. STRATEGI UNTUK IMPLEMENTASI NAPHS


Strategi implementasi untuk NAPHS adalah:

1. Melakukanroad show untuk advokasi tentang NAPHS di kementerian / lembaga /


Institusi terkait
2. Melakukan kerjasamadengan Bank Dunia (WB) dalam menyelesaikan Health Sector
Financing Assessment Tool/ HSFAT dan pemanfaatannya
3. Memperkuat peran pemerintah daerah dalam implementasi IHR (2005) dan NAPHS
4. Memonitor dan mengevaluasi NAPHS secara berkala.

14

14
V. PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI NAPHS
A. PROSES PENGEMBANGAN NAPHS DEVELOPMENT
Rekomendasi Komite IHR (2005) dalam WHA ke-68 menyatakan bahwa evaluasi
kemajuan dan pengembangan kapasitas IHR (2005) dimulai dengan evaluasi diri secara
eksklusif, diikuti dengan pendekatan yang menggabungkan evaluasi diri, penilaian sejawat
dan evaluasi eksternal dengan melibatkan pakar domestik dan pakar independen.
Indonesia telah melaksanakanJoint External Evaluation (JEE) pada November 2017
dengan pendekatan tersebut.

Metodologi NAPHS

1. Memperkuat komitmen dan partisipasi pemangku kepentingan dalam melaksanakan


kegiatan untuk mencapai tingkat kapasitas inti yang lebih tinggi dari ke-19 TA agar
dapat melaksanakan IHR (2005), diperkuat dengandasar hukum yang sesuai, dan
diperkuat dengan koordinasi serta pertemuan rutin.
2. Menggunakan Model Logika Indonesia untuk merencanakan NAPHS. Model logika
Indonesia diselaraskan dengan tahap-tahap yang telah direncanakan dalam
Roadmap Paket Aksi GHSA dengan indikator sesuai instrumen JEE untuk setiap Area
Teknis. Sedangkan rumusan untuk Tingkat Kapasitas bagi setiap indikator dalam
instrumen JEE digunakan untuk pencapaian jangka pendek, menengah dan panjang
mengacu pada Model Logika/

Model Logika Indonesia

Pedoman Umum WHO untuk menyusun NAPHS digunakan dalam proses penyusunan
NAHPS Indonesia. Selain itu, Model Logika (logic model) yang diusulkan Indonesia juga
digunakan dalam penggunaan instrumen JEE. Pedoman WHO tentang pengembangan
NAPHS juga dimodifikasi dengan memanfaatkan Model Logika tersebut.Karena Indikator
dan tingkat kapasitas dalam alat JEE adalah standar, maka langkah ini akan memudahkan
mitra / lembaga nasional dan internasional untuk memahami tingkat kapasitas suatu
negara pada suatu perode tertentu. Demikian pula halnya dalam mengetahui target,
kegiatan yang direncanakan, dan peluang untuk mendanai kegiatan tertentu di Indonesia
terkait Ketahanan Kesehatan. (lihat contoh Model Logika Indonesia di bawah)

Indonesia telah melakukan banyak inisiatif untuk mengimplementasikan IHR (2005), oleh
karena itu pengembangan NAPHS difokuskan pada kegiatan prioritas . Selain itu, kegiatan
prioritas diselaraskan dengan RPJMN dan Rencana Strategis Nasional yang berlaku.
Langkah ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan prioritas dapat
dilaksanakan. Ada atau tidaknya kesenjangan diidentifikasi dengan caramembandingkan
kegiatan yang ada dengan rekomendasi JEE dan tingkat kapasitas, sementara sumber
pendanaan diidentifikasi untuk mengisi kesenjangan jika ada.

15

15
Dalam menyusun NAPHS, Kementerian Kesehatan telah (1) melibatkan semua
kementerian, lembaga, dan institusi yang terkait JEE, (2) melibatkan Kelompok kerja
teknis dari masing-masing 19 TA , (3) mengacu pada prioritas yang diidentifikasi JEE,dan
penilaian lainnya ke dalam kegiatan yang dapat ditindaklanjuti, dan(4) menggunakan
matriks perencanaan yang dibuat WHO.

Bank Dunia telah memulai pengembangan Alat Penilaian Pembiayaan Ketahanan


Kesehatan (HSFAT) pada 2016. HSFAT akan menilai pengeluaran terkait dengan
ketahanan kesehatan. Hasil HSFAT akan menggambarkan besarnya danayang tersedia di
masing-masing kementerian/lembaga dan yang disediakan lain mitra / lembaga dan
institusi untuk ketahanan kesehatan dalam satu tahun terakhir. Sementara itu, NAPHS
mengukur kebutuhan atau permintaan untuk melaksanakan ketahanan kesehatan
nasional. Menyesuaikan persediaan dan permintaan untuk ketahanan kesehatan akan
memberikan perkiraan kesenjangan dalam pembiayaan. Namun, ada beberapa
keterlambatan dalam melakukan penilaian melalui survei menggunakan HSFAT tersebut.

Setelah kegiatan prioritas ditentukan, perhitungan pembiayaan menggunakan biaya


standar Indonesia - berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan - dilakukan untuk setiap
bidang teknis. Beberapa kegiatan diselenggarakan untuk mengumpulkandan
memasukkan pembiayaan ini ke dalam Alat Pembiayaan dari WHO, sebagai berikut:

1. Lokakarya Perencanaan dan Pembiayaan NAPHS, Jakarta, 24 – 27 July 2018

Kementerian Kesehatan mengadakan lokakarya multi-sektor untuk membahas rancangan


NAPHS dengan melibatkan sektor terkait. Dalam lokakarya ini diampilkan kegiatan teknis
yang diusulkan oleh masing-masing TA yang relevan di jajaran Kementerian Kesehatan
kepada sektor terkait. Dengan demikian dapat dieksplorasi in put atau kegiatan
tambahan yang ada di sektor lain atau in put dari pakar lain. Sebagai hasil dari lokakarya
in ada, 12 TA dari 19 TA yang berhasil menyelesaikan penyusunan kegiatan dan
penghitungan biaya menggunakan instrument pembiayaan dari WHO.
2. Rapat finalisasi NAPHS, Jakarta, 25-26 October 2018

Pertemuan finalisasi yang melibatkan lintas-sektor dan mitra telah memetakan semua
kegiatan yang direncanakan dan dianggarkan untuk ke-19 TA terkait ketahanan kesehatan
dan implementasi IHR. Pertemuan ini menghasilkan ikhtisar alokasi dana dan rencana aksi
prioritas selama lima tahun (2018-2022). Hasilnya ditunjukkan dalam Lampiran 1 dan
Lampiran 2 sebagai ilustrasi tentang penganggaran kegiatan prioritas NAPHS(2018-2022).
3. Rapat Teknis untuk Finalisasi Dokumen NAPHS Indonesia, Jakarta, 16-17 July 2019

Dalam pertemuan ini, ke-19 TA menyempurnakan rencana aksi prioritas mereka yang
telah dikembangkan pada tahun 2018 dan menyelesaikannya dalam bentuk Model Logika.

16

16
B. NAPHS 2020 – 2024
Indonesia telah merespons secara komprehensif rekomendasi menyeluruh JEE, sebagai
berikut:

Rekomendasi JEE Kegiatan


1 Mengembangkan dan mengimplementasi- NAPHS dikembangkan dan diselesaikan
kan Rencana Aksi Nasional multisektoral pada Desember 2018
yang terintegrasi penuh untuk
implementasi IHR, difasilitasi oleh
keputusan hukum di tingkat tertinggi.
2 Membangun mekanisme untuk Mempersiapkan Instruksi Presiden
mengkoordinasikan IHR dan kegiatan (Inpres) untuk PHEIC termasuk CBRN:
ketahanan kesehatan global dari semua “Peningkatan kemampuan dalam
kementerian, lembaga, dan institusi terkait mencegah, mendeteksi, dan merespons
3 Mengevaluasi dan meningkatkan struktur wabah penyakit, pandemi global, dan
pengambilan keputusan dan pendelegasi- kedaruratan nuklir, biologi, dan
an wewenang dan tanggung jawab untuk kimia”.Inpres sudah terbit pada Juni
bertindak, tidak hanya antara tingkat 2019
nasional dan sub-nasional, tetapi juga
antara berbagai pihak di tingkat nasional

Seluruh 19 TA juga merencanakan kegiatan prioritas di setiap indikator untuk mencapai


tingkat kapasitas yang lebih tinggi seperti yang ditunjukkan dalam model logika di bawah
ini:

17

17
18
NATIONAL LEGISLATION, POLICY, AND FINANCING
LEVEL LOGIC MODEL

Short-term Outcomes Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone (1-3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


Advokasi implementasi Instruksi Presiden Nomor 4/2019 P.1.1 Undang-undang, peraturan, persyaratan administrasi, kebijakan atau instrumen
1. Penyebaran (Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan) pemerintah lainnya sudah memadai untuk implementasi IHR (2005)
2. Pengembangan pedoman untuk Bupati
3. Rapat koordinasi untuk menyiapkan Strategi Advokasi.
4. Advokasi lembaga terkait utk mengembangkan UU Menteri berupa koordinasi utk melaksanakan Inpres ke kementerian / lembaga internal.
Level 4:
Level 4: Level 5:
Penyebarluasan Rencana Aksi Ketahanan Kesehatan Provinsi & Kabupaten (regional) Kebijakan untuk
Kebijakan Kebijakan untuk
1. Rapat Koordinasi memfasilitasi inti
untuk memfasilitasi IHR
IHR NFP dan NFP inti dan fungsi
Harmonisasi dan Sinkronisasi Kebijakan Strategis di Area Teknis (kesenjangan kebijakan, konflik, kebutuhan) memfasilitasi
fungsi yang yang diperluas dan
1. Rapat Koordinasi inti IHR NFP
diperluas dan untuk memperkuat
dan fungsi
Bantuan Teknis untuk Persiapan Rencana Aksi Ketahanan Kesehatan Provinsi & Kabupaten - 34 Provinsi. untuk kapasitas inti yang
1. Pengembangan Modul
yang diperluas tergabung dalam
memperkuat
2. Pelatihan Pelatih (nasional) dan untuk rencana sektor
kapasitas inti
3. Pelatihan Pelatih (provinsi) memperkuat kesehatan nasional
Man 4. Bantuan Teknis (provinsi) kapasitas inti (NHSP)
Pemantauan dan evaluasi
1. Rapat Persiapan untuk Instrumen Pemantauan dan Evaluasi
Money 2. Pemantauan
3. Evaluasi Jangka Menengah
4. Evaluasi Akhir
Method
Pengembangan rencana aksi lokal dan nasional (2024)
and Response
1. nRapat for Public
koordinasi Health
(rencana Emergency
aksi nasional)Containment Training in POE for Port Health Officer.
Partner 2. Rapat koordinasi (rencana aksi daerah)
2. Flight Surgeon and Flight Nurse Training for Port Health Officer
3. Training
Pemetaan for Health Quarantine
Pembiayaan KetahananCapacity
Kesehatan untuk semua sektor terkait
1. Rapat Koordinasi P.1.2 Negara dapat menunjukkan bahwa ia telah menyesuaikan dan menyelaraskan
perundang-undangan domestik, kebijakan, dan pengaturan administrasi untuk
memungkinkan kepatuhan terhadap IHR (2005)
Harmonisasi kebijakan daerah dengan Rencana Aksi Nasional Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan/Pelatihan pelatih (analisis kebijakan)
untuk menyelaraskan kebijakan di daerah / lokal
1. Rapat koordinasi untuk mengidentifikasi kebijakan lokal dan NAPHS (2020)
2. Bantuan Teknis dalam penyesuaian kebijakan lokal (2021) Level 4:
3. Rapat Persiapan untuk instrumen pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan dalam kebijakan lokal (2022) Level 3: Level 5:
Negara memiliki
4. Monitoring Negara memiliki
referensi UU dan / Negara
referensi UU dan /
atau persyaratan memastikan
atau persyaratan
administrasi untuk
administrasi untuk koordinasi
area spesifik (mis.
area spesifik (mis. kerangka hukum
undang-undang saat
undang-undang saat
ini secara khusus dan peraturan
ini secara khusus
membahas operasi & antar sektor
MONITOR & EVALUATE membahas operasi &
penunjukan IHR NFP)
penunjukan IHR NFP)
IHR COORDINATION
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


P.2.1 Mekanismefungsionaldibentukuntukkoordinasi dan
integrasisektor-sektorterkaitdalamimplementasi IHR

1. Meningkatkankemampuantitikfokusnasional IHR (IHR


NFP)untukmengkomunikasikaninformasirisikokesehatan
Level 2: Level 3: Sebuah
2. Mengembangkanmekanismepelaporanke IHR NFP (MOH internal) dan ke WHO, Mekanismekoordin badan
termasukperan dan tanggungjawab asiantarkementeria multisektoral,
nterkaitsudahtersed multidisiplin,
ia. komiteataugugustu
ProsedurStandarOp gas yang
Man erasiNasional (SOP) menanganipersyara
atau yang tan IHR
setaratersediauntuk mengenaisurveilans
koordinasiantara dan
Money 3. Mengembangkanrencanaaksiuntukkoordinasi dan komunikasitermasuksimulasi / IHR NFP dan responsuntukkeada
sektorterkait ankedaruratankese
TTX untukmeresponsselama PHEIC
Method hatanmasyarakat
4. PenyebaranInstruksiPresiden no 4/2019 di tingkatnasional dan daerah yang
5. Monevuntukimplementasi NAPHS pada tahun 2020 menjadiperhatianna
sional dan
Partner 6. Mengembangkanlaporantahunanimplementasi IHR dan
internasionaltelahte
berbagidenganpemangkukepentinganterkait rsedia dan
berpartisipasidalam
kejadianterbaru

MONITOR&EVALUATE

19
20
ANTIMICROBIAL RESISTANCE
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


1. Penunjukan NRL di Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian P.3.1 Deteksi resistensi Antimikroba
Kelautan dan Perikanan
2. Meninjau NAP AMR Indonesia 2017-2019 untuk menunjuk NCC
3. Pengembangan NAP AMR Indonesia periode berikutnya Level 2: Rencana
nasional untuk
Level 3:
1. Peningkatan kapasitas untuk laboratorium rujukan dan pengujian di Kementerian Kelautan dan deteksi dan
Laboratorium yang
Perikanan pelaporan
ditunjuk sedang
2. Memfasilitasi pembentukan Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (ARCC / KPRA) di prioritas patogen
melakukan
Kementerian Pertanian AMR telah disetujui
deteksi dan
(SOP) atau yang
3. Memfasilitasi studi ARCC / KPRA tentang penggunaan antimikroba (AMU) dan AMR pelaporan beberapa
setara tersedia
4. Meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan tentang penggunaan antimikroba yang patogen AMR
untuk koordinasi
Man bijaksana dan tepat serta risiko kesehatan AMR. prioritas
antara IHR NFP dan
5. Advokasi dengan pemangku kepentingan (Pemerintah Indonesia, sektor / industri swasta) untuk sektor terkait
kepatuhan terhadap peraturan / kebijakan tentang AMU dan AMR
Money 6. Membangun kapasitas pemangku kepentingan untuk melakukan monitoring, surveilans, dan
pengujian untuk AMU dan AMR
Method 1. Penerapan zona biosecurity 3 di peternakan unggas skala menengah P.3.2 Surveilans Infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang
resisten terhadap antimikroba
2. Pencegahan penyakit ikan
Partner 3. Penyusunan Peraturan Obat Ikan

1. Surveilans Global ESBL E Coli Level 2: Rencana


nasional untuk Level 3: Situs
2. Pengawasan AMR pada petani udang dan ikan sentinel yang
pengawasan
3. Rapat / lokakarya koordinasi tentang PPI ditunjuk sedang
infeksi
4. Menghubungkan diagnostik laboratorium dengan program surveilans dan pengendalian melakukan
disebabkan oleh
penyakit hewan lapangan pengawasan infeksi
patogen AMR yang disebabkan
5. Memperkuat kapasitas diagnostik laboratorium untuk EID dan zoonosis prioritas oleh beberapa
telah disetujui patogen AMR
antara IHR NFP prioritas
dan sektor terkait

MONITOR & EVALUATE


ZOONOTIC DISEASES
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone (1-3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs* P.4.1 Sistemsurveilanstersediauntukpenyakit / patogen zoonosis prioritas


1. Identifikasi prioritaspenyakit zoonosis termasuk AI, Rabies, Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis

2. Melakukanidentifikasipenyakit dan kegiatansurveilans yang ditargetkan di lingkunganberisikotinggi dan


pada hewan yang berisikotinggitertular zoonosis dan EID, termasuksatwa liar yang diternakkan dan burung
yang bermigrasi. Level 4:
Level 3:
Sistemsurveilanszoo
Sistemsurveilans
notikditerapkanunt
3. Memperkuatkapasitassurveilanspenyakit dan analisis data zoonosis
uk lima
untukmendukungkebijakanpengendalianpenyakit diterapkanuntuk 1-
ataulebihpenyakit /
4 penyakitzoonostik
patogen zoonosis
4. Peraturan Menteri Kesehatan untukpengendalianrabies / patogen yang
yang
merupakanmasalah
menjadiperhatiante
kesehatanmasyarak
Man rbesarkesehatanma
atterbesar
5. Pengembangan / uji cobaalatpemetaanrisiko (Zoonosis dan EID) syarakat

Money
6. PengembanganSurveilans

Method
P.4.2 Tenaga veterinerataukesehatanhewan
1. PengembanganFETPV - Pelatihan FETPV
Partner 1.

PembentukanperaturanKementerian Pertanianuntukimplementasiotoritasveteriner di
2. 2.
tingkatdaerah Level 3
Level 4
:Kapasitastenagakes
ehatanhewandalams
:Kapasitastenagakes
istemkesehatanpubli ehatanhewandalams
3. MengembangkankapasitasPemerintah Indonesia untukmengimplementasikan zoonosis yang istemkesehatanpubli
knasional dan
ditargetkan dan program pencegahan dan pengendalian EID kurangdarisetengaht knasional dan
ingkat sub-nasional lebihdarisetengahtin
gkat sub-nasional

MONITOR&EVALUATE

21
22
ZOONOTIC DISEASES
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone (1-3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs* P.4.1 Sistemsurveilanstersediauntukpenyakit / patogen zoonosis prioritas


1. Identifikasi prioritaspenyakit zoonosis termasuk AI, Rabies, Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis

2. Melakukanidentifikasipenyakit dan kegiatansurveilans yang ditargetkan di lingkunganberisikotinggi dan


pada hewan yang berisikotinggitertular zoonosis dan EID, termasuksatwa liar yang diternakkan dan burung
yang bermigrasi. Level 4:
Level 3:
Sistemsurveilanszoo
Sistemsurveilans
notikditerapkanunt
3. Memperkuatkapasitassurveilanspenyakit dan analisis data zoonosis
uk lima
untukmendukungkebijakanpengendalianpenyakit diterapkanuntuk 1-
ataulebihpenyakit /
4 penyakitzoonostik
patogen zoonosis
4. Peraturan Menteri Kesehatan untukpengendalianrabies / patogen yang
yang
merupakanmasalah
menjadiperhatiante
kesehatanmasyarak
Man rbesarkesehatanma
atterbesar
5. Pengembangan / uji cobaalatpemetaanrisiko (Zoonosis dan EID) syarakat

Money
6. PengembanganSurveilans

Method
P.4.2 Tenaga veterinerataukesehatanhewan
1. PengembanganFETPV - Pelatihan FETPV
Partner 1.

PembentukanperaturanKementerian Pertanianuntukimplementasiotoritasveteriner di
2. 2.
tingkatdaerah Level 3
Level 4
:Kapasitastenagakes
ehatanhewandalams
:Kapasitastenagakes
istemkesehatanpubli ehatanhewandalams
3. MengembangkankapasitasPemerintah Indonesia untukmengimplementasikan zoonosis yang istemkesehatanpubli
knasional dan
ditargetkan dan program pencegahan dan pengendalian EID kurangdarisetengaht knasional dan
ingkat sub-nasional lebihdarisetengahtin
gkat sub-nasional

MONITOR&EVALUATE
GHSA – BIOSAFETY AND BIOSECURITY
WORKING DRAFT COUNTRY –LEVEL LOGIC MODEL

Inputs Priority Activities/ Milestone Short- Intermediate Long-term


termOutcomes( Outcomes Outcomes
Activities and Outputs* 1-3years) (4-5years) (5+years)
Finalisasi draft NSP
Man
Mengembangkan PP Pedoman nasional untuk biosafety dan biosecurity P.6.1 Sistem biosafety dan biosecurity pemerintah sepenuhnya
Money tersedia untuk fasilitas manusia, hewan dan pertanian
Penyegaran Penilai/asesor SMBL
Method Level 3: Sistem Level 4: Sistem Level 5:
Mengembangkan lembaga Sertifikasi SMBL biosafety dan keamanan Tersedia
biosecurity hayati dan sistem
Partner nasional yang biosekuriti keamanan
Pemeliharaan infrastruktur dan peralatan komprehensif dikembangkan, biosafety dan
sedang
tetapi tidak biosecurity
Mengembangkan standar bangunan laboratorium sesuai dikembangkan;
berkelanjutan yang
dengan biosafety dan biosecurity berkelanjutan

Sistem Pengelolaan Sampah Biomedis Komprehensif

Mengembangkan monitoring inventaris nasional agen berisiko tinggi dalam penyimpanan P.6.2 Pelatihan dan praktik Biosafety and biosecurity

Pertemuan Lintas Sektor Jejaring Stakeholder Level 3: Negara Level 4: Country Level 5: Negara
memiliki memiliki program memiliki program
program pelatihan
pelatihan dengan
Mendidik dan mengirim personel / tim nasional untuk pemeliharaan dan pelatihan berkelanjutan,
kurikulum umum
pengendalian fasilitas keselamatan laboratorium dengan program train-
dan train-the- the-trainers,
kurikulum
trainers dan kurikulum
umum; sudah
mulai program umum. Staf diuji
Mengembangkan pelatihan master dan skema sertifikasi untuk petugas
implementasi setidaknya setiap
biosafety dan biorisk di sektor manusia dan hewan, terakreditasi dan tahun dan latihan
disertifikasi oleh badan internasional terkait seperti WHO, FAO, OIE, IFBA, dilakukan
NSF, dll pada protokol
risiko biologis
MONITOR & EVALUATE

23
24
IMMUNIZATION
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


P.7.1 Cakupan vaksin (campak) sebagai bagian dari program nasional

Level 4: 90% Level 5: 95% daripopulasi negara yang berusia 12


daripopulasi negara
bulantelahmenerimasetidaknyasatudosisvaksin
1. Melakukanimplementasiimunisasirutin: Pengadaanvaksin dan alatkesehatan, yang berusia 12
bulantelahmenerimaseti yang mengandungcampak, seperti yang
pelatihan, advokasi, materiKIE daknyasatudosisvaksin ditunjukkan olehsurveicakupanatau data
yang administrasi; atau 90% daripopulasi negara itu
2. Surveicakupan MR tahap 1 terintegrasidenganimunisasirutin
mengandungcampak, yang berusia 12
3. MengembangkancMYP 2020 – 2024 seperti yang ditunjukkan bulantelahmenerimasetidaknyasatudosisvaksin
4. Pelacakan defaulter - Drop Out DPT1-MCV1 ˂ 5% olehsurveicakupanatau yang mengandungcampak dan lintasankemajuan,
data administrasi. 80% rencanadan
Man darisemuasubnasional(k
kapasitastersediauntukmencapaicakupan 95% di
abupaten / provinsi)
unit telahdicakup tahun 2020

Money
P.7.2 Akses dan pengiriman vaksin nasional
Method

Partner
Level 4:
Level 5: Pengiriman vaksin
Pengirimanvaksin
(menjagarantaidingin) (menjagarantaidingin) tersedia di lebihdari
1. Mengganti dan merawatperalatanrantaidingin: pengadaanberdasarkan CCEI tersedia di 60-79% 80% kabupaten di negara ATAU
2. Penerapanvaksinstok SMS dan logistic distrik di dalam negara pengirimanvaksin (menjagarantaidingin)
ATAU tersediauntuklebihdari 80% populasi
3. PenilaianManajemenvaksin yang efektif (EVMA) Pengiriman vaksin targetnasional;
(menjagarantaidingin) sistemuntukmenjangkaupopulasi yang
tersedia di 60-79% terpinggirkanmenggunakanpraktik yang
daripopulasi target sesuaidenganbudayatersedia;
nasional; pengadaan
pengirimanvaksintelahdiujimelaluikampan
dan
estimasivaksinfungsion yevaksinnasionalataulatihanfungsional;
alsehinggatidakmenyeb pengadaanfungsional dan
MONITOR&EVALUATE abkankehabisanstok di estimasivaksintidakmenyebabkankehabisa
tingkatpusatdan nstok
persediaanlangka di
tingkatkabupaten
NATIONAL LABORATORY
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


D.1.1 Pengujianlaboratoriumuntukmendeteksipenyakitprioritas

1. Revisi peraturan Menteri Kesehatan no 411/2010 tentang Laboratorium Klinik


Level 4:
2. Menyiapkan Pengumpulan Data Laboratorium online Sistemlaboratorium Level 5: Selainmencapai"Kapasitas yang
3. Tinjauan sistem referensi laboratorium nasionalmampumel ditunjukkan",negara memilikisistempengadaan
akukanlima dan jaminankualitasnasional
4. Monev surveilans lingkungan Monev dengan 10 BTKL ataulebihdarisepulu
5. Pengembangan laboratorium veteriner baru (MOA) h inti
tes

Man D.1.2 SistemRujukanspesimen dan transportasi

Money

Method Level 4:
Sistemtersediauntuk
1. Orientasipersonel lab dalampengumpulan, kultur, pengemasan, pengiriman, dan transportasi
spesimenkelaborator Level 5: Kapasitas yang
Partner pemeriksaanspesimendifterisecarakultural dan elektronik pada 7 B / BTKL
iumnasionaldarisetid ditunjukkanditambahtransportasispesimenke /
aknya 80% darilaboratorium lain di wilayah tersebut;
tingkat /
transportasispecimen didanaidarianggaran negara
distrikdalam negara
untuk
diagnostiktingkatlanj
ut

MONITOR&EVALUATE

25
26
NATIONAL LABORATORY
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs* D.1.3 Diagnosis modern di tempatpelayanan yang efektif dan
berbasislaboratorium

Level 3: Level 4: Negara


Strategipengujiandiagnos memilikistrategipengujiandiag
tikberjenjangdidokument nostikkhususberjenjang yang
asikan, terdokumentasi dan
1. Pelatihan SDM untukkalibrasialat lab klinis (BPFK: Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar) tetapitidaksepenuhnyadii sepenuhnyaditerapkan,
2. Meningkatkankapasitaspersonil Lab: pelatihan PCR, mplementasikan. Negara sistemrujukansampelnasional
mahirdalamteknikdiagno dan diagnostikkonfirmatori
PedomanFinalisasiuntukmetodekerjaKalibrasialat lab klinis stikklasiktermasukbakteri yang berpuncak pada
3. Meningkatkankapasitaspemeriksaan di laboratorium (MOA) ologi, serologi dan PCR di kinerjateknikmolekuleratauser
laboratoriumtertentutet ologis modern di
Man apimemiliki proses laboratoriumnasional dan /
rujukan dan atau regional. Negara
konfirmasiterbatas. menggunakandiagnosatitikper
Negara awatanmenurutstrategipenguji
Money menggunakandiagnosatit andiagnostikspesifikberjenjang
ikperawatanuntukpenya untuk diagnosis
kitprioritas negara, dan penyakitprioritas negara
Method setidaknyasatupenyakitp
rioritaslainnya

Partner D.1.4 Sistemkualitaslaboratorium

1. AkreditasiPuskesmasMenurutRencanaStrategis Kementerian Kesehatan dan RPJMM


Level 3:
2. Pelatihan surveyor
SistemperizinanLaborat
3. MeninjauStandar dan instrumenuntukakreditasiPuskesmas oriumkesehatan yang
4. JaminanKualitasEksternaluntukLaboratorium mencakupkesesuaian Level 4:
pada Perizinanwajibuntuksemualaboratoriumkeseha
standarkualitasnasional tansudahada dan sesuai
tersedia denganstandarkualitaswajibnasional
tetapibersifatsukarelaat
aubukankeharusan
untuksemualaboratoriu
m

MONITOR&EVALUATE
REAL TIME SURVEILLANCE
LEVEL LOGIC MODEL

Priority Activities/ Milestone Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


1. Meningkatkankapasitassistemevent-based surveilans di tingkatnasional dan provinsi (34 provinsi) D.2.1 Sistem Indicator- and event-based surveilans
2. Meningkatkankapasitassistemindicator-based surveilans di tingkatnasional dan daerah (provinsi,
kabupaten, rumahsakit) (tingkat 4. EWARS & ISIKNAS, Tingkat 3. SehatSahli)
3. Meningkatkan jumlahPuskesmas yang menyerahkanlaporansurveilansmingguanlengkap dan Level 3: Indicator
tepatwaktuketingkatdaerah / nasional (tingkat 4. EWARS & ISIKNAS, Tingkat 3. SehatSahli) OR event-based
4. PeningkatanKapasitas SDM dalammendeteksi dan melaporkanpenyakitmelalui ISIKHNAS (nasional Level 4: Indicator
surveillance
and event-based
dan sub-nasional) –MOA system(s) in place
surveillance
5. Peningkatankapasitassumberdayamanusiadalammengelolasistemprovinsi dan regional (MOA) to detect public system(s) in place
6. Meningkatkan kemampuanuntukmelakukanintervensi pada Emerging Infectious Diseases (Pelatihan health threats to detect public
TGC, advokasidll) and relevant health threats
7. Menyusunlaporanmingguan dan instrumenanalisisrisikotentang EID sectors
Man

Money
D.2.2 Sistempelaporan real-time secaraelektronik yang
dioperasikansecarasalingberhubungan
Method
1. Sistempelaporanelektronikuntukpenyakit yang
dapatdiberitahukanuntukkesehatanmanusiadilaksanakan (EWARS) - sistempembaruan Level 4: Negara
Partner (pemeliharaan) Level 3: Negara sudahmemilikisistemp
2. Sistempelaporanelektronikuntukpenyakit yang telahmemilikisistempe elaporan real-time
dapatdiberitahukanuntukkesehatanhewandilaksanakan (ISIKHNAS) - pemeliharaansistem laporanelektronik elektronikygdapatdiop
yang erasikan,
dan bantuanteknisuntuk sub-nasional (MOA) dapatdioperasikan, salingberhubungan,
3. Mengembangkansistempelaporanelektronikuntukpenyakit yang salingberhubungan, untukkesehatanmasya
dapatdilaporkanuntukkesehatanhewan (SehatSatli) – MOA baikuntukkesehatanm rakat dan /
4. SistemPelaporanElektronikuntukberbagi data antarsektorada dan diterapkan asyarakatataupengaw ataukedokteranhewan
asanhewan. sistempengawasan.
(Akseskesistemsektor lain) – MOA
Sistembelumdapatber Sisteminibelumsepenu
5. SistemPelaporanElektronikuntukberbagi data antarsektorada dan diterapkan (SIZE) bagidata secara real- hnyadidukung oleh
time. pemerintahtuanruma
h.

MONITOR&EVALUATE

27
28
REAL TIME SURVEILLANCE
LEVEL LOGIC MODEL
Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term
Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


D.2.3 Integrasi dan analisis data surveilans

1. PengembanganKapasitas SDM dalamanalisis data (nasional dan sub-nasional)


2. Data laboratoriumdimasukkankedalamsistempengawasan (sistem)
3. Finalisasirencanaoperasionaljaringanlaboratoriumpengawasankesehatan / public Level 2:
Level 4:
Laporansporadister
4. Identifikasikebijakan dan peraturan yang Pelaporantahunana
kaitdenganpengum Level 3: Pelaporan
taubulanan;
diperlukanuntukmendukungjaringanlaboratoriumkesehatan / pengawasanpublik yang fungsional pulan data data
mengaitkanfungsid
5. Tinjauansistemrujukanspesimen yang adauntuk program penyakitvertikal dan sumberdaya yang denganpenundaan berkaladenganpenu
engan para
(SOP) atau yang ndaan; tim ad-hoc
adauntukrujukanspesimenuntukpenyakitrawanepidemi. ahliuntukmenganali
Man setaratersediauntuk tersediauntukmeng
sis, menilai, dan
koordinasiantara analisis data
melaporkan
1. Membangun unit data di tingkatnasional dan memastikanjumlahpersonelterlatih dan kompeten IHR NFP dan
data
Money yang memadaidalampengelolaan data di semuatingkatan (termasukahliepidemiologi) sektorterkait
2. MembentukkelompokkerjaTeknisNasionaluntukjaringanlaboratoriumpengawasankesehatan /
Method publik

D.2.4 Sistem Syndromic surveilans


Partner
1. Meningkatkan Syndromic surveilans di Puskesmas / daerah
Level 4:
2. Mengembangkan NSPK Syndromic surveilansuntukpenyakitMenularbaru dan SistemSyndromic Level 5:
pedomanuntuk Meningitis Meningokokus surveilanstersediau Selain sistem
3. Pengembangansurveilans sentinel di rumahsakit ntukmendeteksi surveilans di negara
4. Melanjutkan dan PenguatanSurveilans sentinel ILI-SARI tigaataulebihsindro ini,menggunakan
m inti yang keahlian untuk
mengindikasikankes mendukung negara
ehatan lainmengembangkan
publik sistem surveilans

MONITOR&EVALUATE
Reporting
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


D.3.1 Sistempelaporan yang efisienuntuk FAO, OIE dan WHO
1. Pelatihan dan mekanisme IHR NFP (lihatkoordinasi dan komunikasi TA IHR)
2. Pelatihan OIE NFP
Level 4: Negara
telahmenunjukkank
1. Pemeliharaansistempemantauanpenyakitikan Level 3: Negara emampuanuntukme
(PerangkatLunakuntukSistemPemantauanPenyakitIkan / SSMPI) secara online telahmenunjukkank ngidentifikasi PHEIC
emampuanuntukm potensial dan
sebagaidasaruntukmelaporkanpenyakitikanke OIE - MOMAF
engidentifikasi melaporkankepada
2. Pengembangansistempemantauanpenyakitikan (SSMPI) on line dan PHEIC potensial dan WHO dalamwaktu
SistemPeringatanPenyakitHewanAkuatik Indonesia / IAADAS melaporkankepada 24 jam atau OIE
sebagaidasaruntukmelaporkanpenyakitikanke OIE - MOMAF WHO atau OIE untukpenyakit
Man 3. Evaluasilaporanpenyakitikanmelalui SSMPI on line (34 Provinsi) - MOMAF berdasarkanlatihan zoonosis yang
ataukejadiannyata. relevanberdasarkanl
atihanataukejadian
Money nyata
1. PersiapanPeraturan Menteri KesehatantentangKebijakan Satu Data
2. Penelitian dan sinkronisasi data rutinuntukmengakomodasi One Data
Method 3. IntegrasiSistemInformasiKesehatan
4. Peraturan Menteri KesehatantentangSistemInformasiPuskesmas (Review D.3.2 Jaringan dan protokolpelaporan di negara
Partner StandarSistemInformasiPuskesmas)
5. Peraturan Menteri PertaniantentangSistemInformasiKesehatanHewan
Level 4: Negara
Level 3: Negara menunjukkanpelap
1. Audiensipublik SI KesehatanHewan- Kementerian Pertanian telahmenetapkanpro orantepatwaktudari
2. PenyusunanperaturanKementerian Kelautan (MOMAF) tentangPenyakitIkan tokol, proses, PHEIC potensialke
peraturan, dan / WHO dan OIE
3. PengembangankapasitasuntuklaboratoriumReferensi dan atauperundang- untukpenyakit
laboratoriumpengujianpenyakitikan (MOMAF) undangan yang zoonosis yang
mengaturpelaporan relevansejalandeng
dan proses anstandarnasional
untukkoordinasimult dan internasional di
isektoraldalammena tingkatmenengah
nggapipotensi PHEIC yang dipilih
untuk WHO dan OIE (kabupatenatau
MONITOR&EVALUATE untukpenyakit wilayah)
zoonosis yang
berdasarkan pada
relevan.
latihanataukejadian
nyata.

29
30
WORK FORCE
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes Intermediate Outcomes Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone (1-3years) (4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs* D.4.1 Sumberdayamanusiatersediauntukmengimplementasikanpersyaratankapasitas inti IHR

1. Pemetaankebutuhan SDM nasional (dokter, perawat, dokterhewan, biostatistik, ilmu lab, ahliepidemiologi) Level 4:Kapasitas SDM
multidisiplintersediasesuaik
ebutuhan di
2. Pemenuhankebutuhan SDM nasional (dokter, perawat, dokterhewan, biostatistik, ilmu lab, ahliepidemiologi) Level 3 tingkatsistemkesehatanmas
3. Pelatihankepemimpinanuntuksiswaantar-disiplin dan multi-negara untukmengembangkankolaborasi dan Kapasitas SDM yarakat yang relevan
koordinasiuntukmemecahkanmasalahkesehatan. (Kementerian Koordinasiuntukpengembanganmanusia / CMHD) multidisiplintersedi (mis.ahliepidemiologi di
4. Pelatihankepemimpinanuntuk para profesionalkesehatanantar-disiplinuntukmengatasimasalahkesehatan. (CMHD) a di tingkatnasional tingkatnasional dan
5. PelatihanDiplomasiKesehatan Global (GHD) (CMHD) dan menengah menengah dan bantuan
(atauahliepidemiologiterlati
hkursussingkat) di
6. Pengembangan kapasitas untuk Kepala Departemen mengenai epidemiologi terapan dalam pengambilan keputusan dan tingkatlokaltersedia
Man kurikulum pelatihan untuk Kepala Dinas Kesehatan (standar teknis)
7. Pelatihan epidemiologi terapan dalam pelatihan mirip garis depan di FKTP
8. Bimbingan teknis epidemiologis terapan untuk orang-orang di daerah wabah potensial
D.4.2 FETP atau pelatihan epidemiologi terapan lainnya tersedia
Money 9. Mendukung kolaborasi One Health dan koordinasi antara pemerintah dan universitas (MOA)
10. Mendukung pengembangan kurikulum untuk pengembangan kapasitas kesehatan unggas pre-service dan in-service
11. Mendukung pengembangan FETPV di Indonesia
12. Pengembangan kapasitas untuk epidemiologi lapangan untuk petugas veteriner (gelar FETP & non-gelar) Level 4: Program Level 5: Program pelatihan
Method 13. Advokasi kepada para pemangku kepentingan (pusat / regional) tentang pemanfaatan SDM (insentif, penempatan, pelatihanDuatingkat Tiga tingkat FETP (Dasar,
standar kualitas, dll.) FETP (Dasar,Menengah Menengah danLanjut) atau
14. ToT tentang pengawasan untuk Mendukung advokasi kesehatan dan / atauLanjut) epidemiologi terapan yang
Partner 15. Pelatihan One Health (investigasi wabah) atauepidemiologiterapa sebandingtersediadi negara
16. AMTC n yang sebanding tersebut atau di negara lain
tersedia di negara atau melalui perjanjian yang ada,
di negara lain dgnpendanaan nasional
17. MembangunKapasitasuntukahliepidemiologike US CDC untukSistemSurveilans melaluiperjanjian yang yangberkelanjutan
18. Pelatihankolaborasikesehatanperkotaandengan Nanyang Politechnic Singapore ada

D.4.3 Strategitenagakerja

19. Memperkuat basis data SDM untukperencanaan PPSDM


20. Pengembanganrencanastrategis PPSDM nasional
Level 4:
Strategitenagakerjakesehata
nmasyarakattelahdirancang
dan
diimplementasikansecarako
nsisten; strategiditinjau,
MONITOR&EVALUATE dilacakdan
dilaporkansetiaptahun
PREPAREDNESS
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


1. MeninjauRencanaKontinjensiNasional R.1.1 Kesiapsiagaankedaruratankesehatannasional multi-bahaya dan
2. Latihan Table Top rencanaresponstelahdikembangkan dan diimplementasikan
darirencanakontinjensinasionalsesuaidenganhasilmanajemenrisikobahayakabupaten / kota
3. Simulasirencanakontinjensinasionalmenjadirencanaoperasionalsesuaidenganhasilmanajemenrisi
kobahayasecarabertahap / berjenjang.
Level 4: Prosedur,
4. Pelatihankesiapsiagaanmenghadapiancamanbiologis, nuklir, dan kimia yang Level 3:
rencanaataustrategiterse
memilikipotensikedaruratankesehatanmasyarakat Rencanatanggapdarurat
diauntukmerealokasiata
5. MeninjauRencanaKontinjensiNasionaluntuk zoonosis dan EID kesehatanmasyarakatna
umemobilisasisumberda
sionalmencakupbahayat
6. Latihan Table Top darirencanakontinjensinasionaltentang zoonosis dan EID di kabupaten / kota yadaritingkatnasional
erkait IHR dan
7. Latihan Table Top darirencanakontinjensinasionaltentang zoonosis dan EID di provinsi dan
pintumasukDAN
8. LokakaryaKesiapsiagaan EID dan PandemisebagaibagiandariRencanaDaruratRumahSakit menengahuntukmenduk
lonjakankapasitasuntukr
ungtindakan di
Man (RencanaKesiapsiagaanBencanaRumahSakit) esponskeadaandaruratk
tingkatresponslokal
9. Memetakan dan meninjaurencana SOP untukdistribusiobat-obatan dan APD. esehatanygmeresahkan
(termasukkapasitasuntuk
nasional dan dunia
meningkatkantingkatres
Money tersedia
pons)

1. Rencanakontinjensiuntukkabupatendenganakseslangsungke POE internasional


Method 2. Latihan Table Top R.1.2 Prioritasrisikokesehatan dan sumberdayatelahdipetakan dan
darirencanakontinjensinasionalsesuaidenganhasilmanajemenrisikobahayakabupaten / dimanfaatkan
Partner kota(BNPB)

Level 3:
1. Pelatihan / Lokakaryauntukmenggunakanalat JRA untukpenyakit zoonosis
Sumberdayanasion
2. Pelatihan / LokakaryaOne healthuntukbidang-bidangberisikotinggiuntukmasing- Level 2: altelahdipetakan
masingsektordiikutidenganpelatihanBersama Penilaianrisikonasio (logistik, ahli,
3. Penilaianinfrastruktur, layanan dan SDM di rumahsakitnasional dan regional untuk PHEIC naltelahdilakukanu keuangandll.)
ntukmengidentifika Untukbahaya yang
4. Pemetaanrisiko EID sipotensikejadianke relevandengan IHR
sehatanpublik dan risikoprioritas
yangmendesak dan dan
pemetaansumberd rencanauntukmanaj
ayatelahdilakukan emen dan
distribusistokobatn
asionalsudahtersedi
MONITOR&EVALUATE a

31
32
EMERGENCY RESPONSE OPERATION
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


RapatKoordinasiKlasterKesehatan R.2.1 Kapasitasuntukmengaktifkanoperasi emergency

Implementasikerjasama Kementerian Kesehatan& BNPB berdasarkan MoU 2014


Level 3: EOC staff
tentangPenguranganRisikoBencanadalammanajemenbencanakesehatan Level 4: In addition
team is trained in
emergency to activities for
Implementasikerjasama Kementerian Kesehatan& BMKG berdasarkan MoU 2014 management and “developed
capacity”, there is
PHEOC standard
dedicated EOC staff
operating that has received
Kolaborasidengan 3 procedures and is training and can
UniversitastentangPenerapanManajemenRisikoKrisisKesehatanberdasarkan MCC yang available for activate a response
Man diatur pada 2017 (UI, UGM dan Unibraw) dan PerjanjianKerjasama yang response when within two hours
ditargetkanakanditandatangani pada 2019 dengan 3 Universitas lain necessary
(direncanakandenganUnhas, Unsyiah Kuala dan ITB)
Money
Persiapan EOC bersamaantara PKK, Direktorat SKK dan NCC

Method PenyusunanPedomanTeknisuntukStandarLayanan Minimum R.2.2 Rencana dan proseduroperasi EOC


Provinsidalammanajemenkrisiskesehatan (Permendagri)
Partner
RevisiPeraturan Menteri Kesehatan No. 64/2013 tentangManajemenKrisisKesehatan Level 3: In addition
Level 2: EOC
plans/procedures to meeting
describing incident requirements of
PenyusunanPedomanKlaster Kesehatan management “limited capacity”,
structure (IMS) or EOC plans are in
equivalent place
structure are in place;
MenyusunPedomanKomunikasiRisikoKesehatanNasional (rujukke Risk Comm) for functions
plan describes key
structural and including public
operational elements health
for science
basic roles (including (epidemiology,
Incident management medical and other
or command, subject matter
Operations, Planning, expertise), public
Logistics and Finance)
MONITOR&EVALUATE communications,
partner liaison
EMERGENCY RESPONSE OPERATION
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


Asesmenbahaya/ hazard, kerentanan dan kapasitas dikabupaten, provinsi R.2.3 Program operasi Emergency

Level 3: Level 4: EOC


Pengembangankapasitaskabupaten dan provinsiuntuk peta respons, Latihanfungsionaltelah
mengaktifkan
kesiapsiagaanRumahSakitdalambencana, SIPKK, RencanaKontinjensi, Latihan&Simulasi Table Top selesaiuntukmengujik
emampuanoperasiteta
responsa
pi EOC ataulatihankeadaanda
belumdiaktifkanuntuk rurat yang
respons. terkoordinasi
Sistembelummampum dalam 120
engaktifkan menitsetelahidentifik
PenyusunanPedoman Regional KarantinaKesehatan tanggapdaruratterkoo asikedaruratankeseha
Man rdinasi di dalam
tanmasyarakat;respon
120
menitsetelahidentifika
smenggunakanfungsio
Revisi: PP No. 40 Tahun 1991 tentangpenanggulanganepidemi, Permenkes 1501 sikedaruratankesehata perasi, logistik dan
Money nmasyarakat perencanaan
tentangpenyakitpotensialwabahpenyakit, Pedoman PD3I

Method
R.2.4 Prosedurmanajemenkasusditerapkanuntukbahaya yang relevandengan
Diseminasi PMK TentangLayananAmbulans IHR
Partner
Level 3: Panduan
Mekanismeklaimuntukpasienpenyakitbaru /penyakityang munculkembali dan korban terorisme manajemenkasusun Level 4:
tukbahayaterkait Manajemenkasus,
IHR lainnyatersedia rujukanpasien
di dan transportasi,
tingkatsistemkeseh dan manajemen
PelatihanDeteksi dan Respons KKM untukpetugas KKP (POE) atan yang relevan dan
dan SOP transportasipasieny
tersediauntukmana ang
jemen berpotensimenular
dan diimplementasikans
transportasipasieny esuaidengan
ang pedoman dan /
berpotensimenular atau SOP
MONITOR&EVALUATE di masyarakat dan
di PoE

33
34
LINKING PUBLIC HEALTH
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)
Inputs Priority Activities/ Milestone
R.3.1 Otoritas kesehatan dan keamanan publik (mis. Penegak hukum, Imigrasi, bea
Activities and Outputs* cukai) terhubung bila ada suspek kejadian biologis atau telah dikonfirmasi
Revisi UU Karantina Laut dan Udara menjadi UU Karantina Kesehatan
Man
Level 4: Level 5: Otoritas
Setidaknya 1 kesehatan dan
Money Revisi UU Penyakit Menular respons darurat keamanan publik
kesehatan bertukar laporan dan
masyarakat atau informasi tentang
Method
Finalisasi Instruksi Presiden tentang Peningkatan kemampuan dalam mencegah, latihan dalam peristiwa yang menjadi
tahun perhatian bersama di
mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandemi global, dan kedaruratan nuklir,
Partner sebelumnya tingkat nasional,
biologi, dan kimia yang mencakup menengah dan lokal
berbagi menggunakan MOU
informasi formal atau
Menyelesaikan MOU dan SOP tentang pengembangan dan implementasi sistem informasi
dengan Otoritas perjanjian lain (mis.
untuk munculnya penyakit zoonosis dan infeksi yang terhubung antara database kesehatan
Keamanan protokol) kesehatan
manusia dan hewan / Sistem Informasi Zoonosis dan Emerging Infectious Diseases (SIZE) menggunakan publik dan otoritas
MOU formal keamanan terlibat
atau perjanjian dalam program
lainnya (mis., pelatihan bersama
Peningkatan Jumlah Provinsi / Kabupaten / Kota yang Menerima Pelatihan Terorisme / Protokol) untuk mengarahkan,
Bahan Kimia Biologis Nuklir Darurat (NUBIKA) - BNPT melaksanakan, dan
melembagakan
pengetahuan tentang
MOU atau perjanjian
lainnya

MONITOR & EVALUATE


MEDICAL COUNTERMEASURES
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


R.4.1 Sistemtersediauntukmengirim dan
1. Advokasi dan menerimabantuanmedisselamakeadaankedaruratankesehatanmasyarakat
diseminasiperanKemenkesdalammekanismetindakanpenanggulanganmedisuntuklintas program
/ sector Level 4: Level 5: Negara berpartisipasidalamkemitraan
2. Mobilisasiuntuklogistik / obat-obatan Setidaknyasaturesp regional / internasionalataumemilikiperjanjian
3. Mempertahankankapasitasuntukpengirimanataupenerimaanbantuanmedis / ons ATAU formaldengan negara atauorganisasiinternasional
personelmelaluilatihan (TTX atausimulasi) - lihat EOC latihanatausimulasi lain yang menguraikankriteria dan
formal proseduruntukmengirim dan
1. Negara berpartisipasi / memilikiperjanjian formal dalamkemitraan regional / internasional (mis. dalamtahunsebelu menerimabantuanmedis
AADMER, WHO GOARN, dll.) mnya DANberpartisipasidalamlatihanatauresponsdalams
di mana etahunterakhiruntukmempraktikkanpenyebaranat
bantuanmedisdikiri aupenerimaanbantuanmedis
Man matauditerima oleh
negara
1. Advokasi dan
Money diseminasiperanDepkesdalammekanismepenanggulangantenagakesehatanuntuklintas program / R.4.2 Sistemtersediauntukmengirim dan
sector menerimatenagakesehatanselamakeadaankedaruratankesehatan
2. Peraturan / masyarakat
Method pedomanuntukpenempatantenagakesehataninternasionalsesuaidenganstandarinternasional
3. Peraturan / kebijakan Tim MedisDarurat (EMT) yang mengacu pada standar global dan kondisi
Indonesia (pengelompokan), termasuk: Level 4:
Partner Level 5: Negara berpartisipasidalamkemitraan
• Pendaftaranpersonil Setidaknyasaturesp regional / internasionalataumemilikiperjanjian
• Sertifikasipersonel ons ATAU formal dengan negara atauorganisasiinternasional
• Pengirimanpersonel latihanatausimulasi lain yang menguraikankriteria dan
4. Database Tenaga Kesehatan (Basis Data Tenaga Kesehatan yang formal proseduruntukmengirim dan
dapatdimobilisasiuntukkeadaandarurat dan wabah) dalamtahunsebelu menerimatenagakesehatan DAN
mnyaketikatenagak berpartisipasidalamlatihanatauresponsdalamsetah
5. Database / Pemetaanfasilitasperawatankesehatan (termasuk yang dijalankan oleh LSM,
esehatandikirimata unterakhiruntukmempraktikkanpenyebaranataupe
pemerintah, dan aktorlainnya) yang uditerima oleh
mampumengintegrasikanpersonelasingselamakeadaandarurat nerimaantenagakesehatan
negara
6. Monitoring dan evaluasibantuanmedis / personelinternasional
7. Mobilisasiuntuktenagakesehatan (anggaran)

MONITOR&EVALUATE

35
36
RISK COMMUNICATION
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


R.5.1 Sistemkomunikasirisiko (rencana, mekanismedll)
1. Mengembangkanpedomankomunikasirisikokesehatannasional
2. Bantuanteknis oleh konsultanuntukmenyusunpedomankomunikasirisikokesehatan Level 3: Pengaturan Level 4: Sistemnasional
3. Melakukanpelatihankomunikasirisikokesehatan (CDC Atlanta) dan yang
4. Melakukanpelatihankomunikasirisikokesehatan di semuatingkatan sistemresmipemerinta memenuhikriteriatingkat
5. Mengembangkanrencanadaruratnasional, termasukkomunikasirisiko (lihat TA Kesiapsiagaan) htersediadenganprose kapasitassebelumnya,
duroperasistandar dan dengantenaga
6. Manajemenbencana di cluster kesehatan, termasukkomunikasirisiko (lihat EOC)
kapasitasdenganketerl dansukarelawan yang
7. Tenaga terlatihuntukkrisiskesehatan / keadaankedaruratankesehatanmasyarakat,
ibatan multi-sektoral memilikiketerampilan
termasukkomunikasirisiko (lihat EOC) dan multi- yang cukupdan /
8. PedomanKoordinasi Lintas SektorMenghadapiKejadianLuarBiasa / Wabah Zoonosis dan pemangkukepentinga atauterlatih, dan
Man PenyakitMenularbaru (EID) (lihat TA lain) n, tetapialokasi dan sumberdayakeuangan
9. Ketersediaanaplikasisistemperingatandiniuntukbencanaalam (Risiko INA, didirikan pada 2014) penyelarasansumberd dan
ayamanusia dan pengaturanuntukpening
Money keuangantidakmencuk katan/ scale
upi. upsebagaimanadibuktika
ndenganlatihansimulasia
taudiuji oleh
Method keadaandaruratkesehata
1. Pertemuantahunandengan multi-sektoral dan multi-pemangkukepentinganuntukkomunikasi nnyata
R.5.2 Koordinasi dan komunikasi Internal dan mitra
Partner (Forum untuk Dewan KoordinasiHubungan Masyarakat (Bakohumas) Nasional& Regional)
2. KoordinasiklusterKesehatanNasional (lihat EOC, Medical Countermeasures)
Level 3: Level 4:
3. RapatKoordinasiPersiapan Program dan Acara IdentifikasiMasalahdari Kementerian / Lembaga Koordinasikomunikasit Koordinasikomunikasi
(lihat TA lain) ersediatetapidengank yang efektif dan
4. RapatKoordinasiSinkronisasiuntukKebijakan-Program PengendalianPenyakit (lihat TA lain) eterlibatanmitra dan teraturdengansemuam
5. Talkshow Interaktif pemangkukepentinga itratelahmemenuhiper
n yang
syaratantingkatankapa
terbatastermasukpeke
sitassebelumnya, dan
rjakesehatan,
organisasimasyarakats
koordinasitelahdiujide
ipil, sektorswasta dan nganlatihansimulasiata
aktor non-negara udiuji oleh
lainnya keadaandaruratkeseha
tan yang nyata
reports
MONITOR&EVALUATE
RISK COMMUNICATION
LEVEL LOGIC MODEL
Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term
Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


1. KetersediaanrencanakomunikasiDepartemenKesehatanataurencanakomunikasirisiko
R.5.3 Komunikasi publik
2. Mengangkat dan melatihjurubicarapemerintah di setiapkementerian dan lembagapemerintah
3. Keterlibatandengan Media Massa dan Media Sosial Level 4: Level 5: Pemerintah, mitra,
Tersediakomunikasiterencanadenganketerlibat dan berbagai media
anberkelanjutan dan penjangkauan media terlibatdalamkolaborasi yang
proaktif (termasukpengarahan media kuat dan
secaraberkala) yang dipandu oleh semakinresponsifuntukmemb
1. Pengarahanrutin, pelatihan dan keterlibatantimmobilisasisosial dan praktikterbaikkomunikasirisiko dan erikan saran kesehatan,
keterlibatanmasyarakattermasuksukarelawan: mencapaicakupangeografis yang termasukmengatasimasalah
a. desadgnkeharmonisansosial, penguatankearifanlokal, dan komprehensif,
dan rumor masyarakat; dan
pelatihantimlayanandukunganpsikososial dibuktikandenganliputanberkalamasalahkeseh
Man menanganiinformasi yang
atan dan risikodalambahasa yang relevan;
b. DesaSiagaBencana (Kampung SiagaBencana), PelatihanKadetSiagaBencana (Tagana), dan salah
serta oleh aktivitas media dan media
pelatihankawanTaganauntukjurnalis, asosiasiseniman film Indonesia (Parfi), OMS, seniman
sosialselamakeadaandarurat.
Money c. DesaTangguh Bencana, Desa Tangguh Mandiri R.5.4 Komunikasidenganmasyarakat yang terkenadampak
d. Jaringandengan CSO &perusahaan
e. Pembinaankader
Method 2. Penjangkauanmasyarakat (Hotline-Contact Center dan sisteminformasi SIAP / SaluranInformasi, Level 4: Pengarahanrutin, pelatihan dan Level 5: Masyarakat
Aspirasi, dan Pengaduan-Channel untukInformasi, Aspirasi, dan Pengaduan) keterlibatantimmobilisasisosial dan adalahmitra yang
keterlibatanmasyarakattermasukrelawan. setaradalam proses
Partner komunikasirisiko yang
Mekanismeuntukmeningkatkankapasitasada dan
dibuktikandenganpeninjauanl
beroperasi. Umpanbalikdarimendengarkan atihansimulasiataudiuji oleh
(Domain 5) kedaruratankesehatannyata.
denganpelibatanmasyarakatsudahoperasional.
1. Mekanismekonsultasimasyarakattersedia:
a. Sebuah. Sisteminformasiterintegrasi SIAP (SaluranInformasi, Aspirasi, dan Pengaduan /
SaluranuntukInformasi, Aspirasi, dan Pengaduan) denganDepartemenKesehatan R.5.5 Mendengarkansecaradinamis dan manajemen rumor
b. Keluhankonten (sistempelaporankomunitasuntuktipuan/ hoax) dan surveilansrumor.
Contoh: Aduankonten Level 4: Sistem yang kuatdan Level 5: Informasi yang salah
permanenuntukmendengarkan dan manajemen dan rumormemilikitraksi yang
rumor yang sedikitatau minimum
terintegrasikedalampengambilankeputusandan karenakomunikasirisikoefektif
tindakanresponsuntukkomunikasipublik ;
(Domain3), komunikasidengankomunitas yang masyarakatpercayanasihatkes
terkenadampak(Domain 4), ehatanresmi; dan
sertauntukkomunikasi internal dan mitra perubahanperilaku yang
MONITOR&EVALUATE diinginkandapatdibuktikanjika
(Domain 2) perlu

37
38
POINT OF ENTRY
LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


Tenaga kesehatan yang cukupterlatih: PoE.1 Kapasitasrutintelahdibentuk di pintumasuk negara
1. PelatihanDeteksi dan ResponsuntukPengendaliankedaruratanKesehatan Masyarakat di
Pintumasuk negara (POE)untukPetugasKesehatanPelabuhan.
2. Pelatihan Ahli BedahPenerbangan dan
PerawatPenerbanganuntukPetugasKesehatanPelabuhan Level 4: Program
3. PelatihanKapasitasKarantinaKesehatan inspeksiuntukmemast Level 5:
ikanlingkungan yang Personelterlatihun
aman di fasilitas PoE tukinspeksialatang
Ketersediaankebijakannasionaltentangberbagiinformasi dan
berfungsi. Ada kuttersedia di
komunikasisimultankejadiankesehatanmasyarakat: Pintumasuk yang
program yang
1. Advokasi dan diseminasi UU KarantinaKesehatan berfungsiuntukpenge ditunjuk
2. MenyusunDrafPedomanKarantinaKesehatan ndalianvektor dan (Lampiran 1b, Art.
Man reservoir di dalam dan 1c)
di dekat PoE (Annex
Meninjau POE tambahan yang ditunjuk (129 POE) 1b, Art. 1e)
Money
Mempertahankan POE yang dilengkapidenganmemadai (Infrastruktur, rujukan, peralatan, dll)
Method
PoE.2 Responskesehatanmasyarakat yang efektif di pintumasuk
Partner Meningkatkankapasitaskesiapsiagaan di POE negara
Level 4:
Meningkatkanberbagiinformasi dan komunikasidenganpemangkukepentinganterkait:
Sistemrujukan&transp
1. PenerapanKarantinaKesehatan di perlintasandarat ortasiuntuk transfer
2. Berbagisisteminformasidenganpemangkukepentinganterkait (imigrasi, keuangan, yang Level 5: Evaluasi
amanbagiwisatawan dan
urusandalam negeri, maritim)
yang publikasiefektivit
3. Mengembangkan MOU dengan negara-negara berisiko (yaitu negara-negara Afrika) sakitkefasilitasmedisyg asdalammerespo
tentangpersyaratan dan sertifikatvaksinasi tepattersedia dan nskedaruratanke
Dilakukanpembaruan sehatanmasyarak
4. Integrasi Program KarantinaKesehatandengankementerian dan dan atdi PoE
pemangkukepentinganterkait pengujianrencanakonti
njensikedaruratanmasy
arakatnasionalsecarab
erkaladan
laporanditerbitkanrepo
MONITOR&EVALUATE rts
CHEMICAL EVENTS
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes(1- Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone 3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+years)

Activities and Outputs*


Availability of Regulation and Guidelines: CE.1. Mekanismetelahdibentuk dan berfungsiuntukmendeteksi dan
1) PersiapanPedomanPendekatanPartisipatifuntuk Masyarakat di Daerah PenambanganEmas Skala meresponskejadianataukeadaandaruratkimia
Kecil (PESK)
2) RevisiPeraturanPemerintah No. 74/2001 tentangPengelolaanBahanBerbahaya dan Beracun Level 2: Pedoman
3) Keputusan Presiden No. 21/2019 tentangRencanaAksiNasionalPengurangan dan atau manual ttg
PenghapusanMerkuri surveilans,asesmen
4) PedomanBiomarker dan manajemen
kejadian kimia, Level 3: Surveilans
5) Keputusan Menteri LHK tentangTanggapDaruratBahan dan LimbahBerbahaya dan Beracun tersedia untuk
mabuk dan
6) Persiapanperaturan Menteri Perindustrian tentangbahankimia yang dilarang dan kejadian kimia,
keracunan tersedia
diaturuntuksenjata dan untukbahankimiaperintis. (SOP) atau ada yang keracunan, dan
7) Revisiperaturan Menteri Perindustrian No. 23/2013 tentangPelabelanberdasarkan GHS setara untuk keracunan dengan
Man 8) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5/2018 tentangKeselamatan dan KesehatanLingkunganKerja koordinasi antara kapasitas
IHR NFPdan sector laboratorium atau
(diluncurkan 18 Juli 2018)
terkait akses ke kapasitas
9) PenyusunanPeraturan Menteri Perindustrian tentang daftar bahankimia dan bahankimiaorganic laboratorium untuk
Money 10) Persiapan Modul PelatihanImplementasiPendekatanPartisipatifuntuk Masyarakat diPESK mengkonfirmasi
kejadian kimia
Method prioritas
Pelatihan :
Bekerja sama dengan UNEP untuk Peningkatan Kapasitas ttg Bahan Kimia
Partner
Revitalisasi Pusat Penelitian Merkuri Nasional (KLHK)

CE.2. Lingkungan yang


1) Mengembangkan kebijakan dan undang-undang tentang pengawasan kejadian kimia, proses waspada
mendukungtersediauntukmanajemenkejadiankimia
dan respons berdasarkan penilaian situasi
2) Advokasi untuk kemauan politik dan kesadaran publik tentang risiko dan manajemen kejadian kimia
3) Persiapan Konsep dan Roadmap tentang Daftar Rilis dan Transfer Polutan (PRTR) dan Hukum Zat
Level 4: Mekanisme
Kimia & Kontrol
fungsional untuk
4) Mengkaji dan memperbarui Rencana Implementasi Nasional tentang Polutan Organik Persisten Level 3 : Rencana kolaborasi
tanggap darurat multisektoral untuk
yang kejadian kimia
tersedia termasuk
mendefinisikan keterlibatan dalam
peran dan tanggung jaringan kimia /
jawab yang relevan toksikologi
internasional.
Misalnya. INTOX
MONITOR&EVALUATE

39
40
RADIATION EMERGENCY
LEVEL LOGIC MODEL

Short-termOutcomes Intermediate Long-term


Inputs Priority Activities/ Milestone (1-3years) Outcomes(4-5years) Outcomes(5+year
s)
• Peraturan Menteri Kesehatan tentangActivities and Outputs*
Pembentukan Rumah Sakit Rujukan Nasional untuk Bencana
RE.1. Mekanisme telah dibentuk dan berfungsi untuk mendeteksi
Nuklir
Man • Dokumen untuk rencana kontinjensi wilayah Nuklir Bandung dan merespons keadaan darurat radiologis dan nuklir
• Dokumen untuk rencana kontinjensi wilayah Nuklir Yogyakarta
Money • Pertemuan tentang kesiapan nuklir dan koordinasi tanggap darurat area nuklir Serpong Level 4: Pertukaran
• Pertemuan tentang kesiapan nuklir dan koordinasi tanggap darurat area nuklir DIY informasi sistematis Level 5: Ada
• Pertemuan tentang kesiapan nuklir dan koordinasi tanggap darurat area nuklir Bandung antara otoritas mekanisme untuk
Method • Pertemuan tentang kesiapan nuklir dan koordinasi tanggap darurat area nuklir Pasar Jumat mengakses fasilitas
radiologis dan unit
kesehatan dengan
• Penilaian risiko dan monitoring evaluasi radio nuklir di Indonesia surveilans kesehatan kapasitas untuk
• Meningkatkan kapasitas laboratorium nuklir manusia yang kompeten mengelola pasien dari
Partner • Penambahan sumber daya manusia untuk team darurat nuklir ttg kejadian radiologis yg keadaan darurat
• Melakukan inventaris fasilitas untuk rumah sakit rujukan kedaruratan nuklir mendesak dan risiko radiasi
• Mengembangkan SOP untuk repons kedaruratan radiasi potensial yg mungkin
• Tanggap darurat nuklir merupakan keadaan
kedaruratan kesehatan
masyarakat yg
• Pedoman untuk Melindungi Dampak Radiasi terhadap Kesehatan meresahkan dunia
• Peraturan Presiden tentang Kebijakan dan Strategi Keselamatan Nuklir dan Radiasi Nasional
• Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Manajemen Medis untuk Keadaan Darurat RE.2 Lingkungan yang mendukung tersedia untuk manajemen
Radiologi dan Nuklir kedaruratan radiasi
• Revisi dokumen program kesiapsiagaan dan tanggap darurat area nuklir Pasar Jumat
• Revisi dokumen program kesiapsiagaan dan tanggap darurat area nuklir Serpong Emergencies
Level 4: Koordinasi Level 5: Latihan
• Pelatihan kesiapsiagaan darurat nuklir dan tanggap darurat di area nuklir Bandung fungsional dan tanggap darurat
• Pelatihan kesiapsiagaan darurat nuklir dan tanggap darurat di area nuklir Pasar Jumat mekanisme komunikasi radiasi dilakukan
• Pelatihan medis untuk kedaruratan radiasi antara otoritas nasional secara teratur,
• Operasionalisasi OTDNN (Organisasi Tanggap Darurat Nuklir Nasional) terkait yang kompeten termasuk meminta
• Audit evaluasi nasional untuk kedaruratan radiasi dan bertanggung jawab bantuan internasional
• Kesiapsiagaan penangangan kedaruratan medis terhadap bencana Radiasi atas kontrol / (sesuai kebutuhan)
keselamatan regulasi dan pemberitahuan
• Rencana transportasi untuk bahan-bahan radioaktif
nuklir, dan sektor-sektor internasional
• Manajemen limbah bahan radio aktif untuk rumah sakit dan industri terkait
• Persiapan Media KIE untuk Komunitas di sekitar Area reactor nuklir

MONITOR & EVALUATE


C. MONITORING DAN EVALUASI
Setiap Kementerian / Lembaga / Institusi akan melakukan monitoring dan evaluasi
masing-masingterkait implementasi NAPHS untuk bidang: Cegah, Deteksi, dan Respons
sebagaimana dijelaskan dalam Instruksi Presiden no. 4/2019. Setiap tahun 19 TA juga
akan melakukan penilaian sendiri terakit kapasitas inti IHR (2005)menggunakan
instrumenWHO. Pemerintah Daerah dapat menggunakan instrumen pemantauan SPM
untuk memantau kegiatan dengan efisiensi tertinggi dalam mewujudkan ketahanan
kesehatan.
Selain itu, Sekretariat Kabinet juga akan memonitor dan mengevaluasi implementasi dari
Instruksi Presiden no. 4/2019 berdasarkan laporan dari: 1) Kementerian Koordinator
Pembangunan Kesehatan Manusia dan Budaya tentangkedaruratan Kesehatan
Masyarakat dan / atau bencana alam dan 2) Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan
Hak Asasi Manusia tentang kedaruratan kesehatan masyarakat dan / atau bencana alam
yang memiliki aspek keamanan. Hasil monitoring dan evaluasi ini akan dilaporkan
langsung kepada Presiden.

19

41
VI. KESIMPULAN
Dokumen NAPHS ini sangat sangat strategis. Oleh karena itu, Kementerian / Lembaga /
Institusi terkait diharapkan meningkatkan kapasitas masing-masing dalam mencegah,
mendeteksi, dan merespons kejadian luar biasa, pandemi, dan kedaruratan kesehatan
masyarakat yang memerlukan koordinasi lintas Kementerian / Lembaga / Institusi.
Diharapkan dokumen NAPHS ini dijadikan acuan dalam melaksanakan perencanaan,
implementasi dan monitoring serta evaluasi oleh Kementerian / Lembaga / Institusi
terkaitdalam mencapai ketahanan kesehatan yang setinggi-tingginya.

REFERENSI:
1. Indonesia Health Financing System Assessment: Spend More, Right and Better. World
Bank Group. 2016.
2. The Republic of Indonesia, Health system review. Health systems in Transitions, vol 7
no 1, 2017. World Health Organization 2017 (on behalf of the Asia Pacific Observatory
on Health Systems and Policies)
3. http://www.id.undp.org/content/indonesia/en/home/countryinfo.html
4. Joint external evaluation of the Republic of Indonesia report, November 20-24, 2017
5. Kluge H, Martín-Moreno JM, Emiroglu N, et al. Strengthening global health security by
embedding the International Health Regulations requirements into national health
systems. BMJ Glob Health 2018;3:e000656. doi:10.1136/ bmjgh-2017-000656
6. Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening: Health financing and
Universal Health Coverage: a compilation of policy notes, 2015
7. Keynote Speech at International Conference “Working together for Health Security”
Chiang Mai. 10-12 April 2012WORKING TOGETHER for HEALTH SECURITYAGENDA for
the NEXT DECADE, Dr SamleePlianbangchang, Regional Director WHO South-East Asia
Region

20

42
LAMPIRAN
LAMPIRAN1 :ILUSTRASI ALOKASI DANA2018 – 2022(Dalam Rupiah)

Technical Areas Groups


- 1,000,000,000,000 2,000,000,000,000 3,000,000,000,000

Prevent Prevent
Detect
Detect
Respond
Respond
Other IHR Hazard
Other IHR Hazard

Secara keseluruhan, dalam periode 5 Tahun mendatang(2018 – 2022), dari perkiraan USD
308.462.389 untuk implementasi Rencana Aksi Nasional untuk Ketahanan Kesehatan,
Indonesia akan mengalokasikan 95,2% (IDR 261.046.352 / 274.134.122) untuk
implementasi semua program.

Technical Areas
- 1,000,000,000,000 2,000,000,000,000

Immunization
National Laboratory System
Human Resources
Risk Communication
Zoonotic Events
Biosafety and Biosecurity
Real Time Surveillance
AMR
Points of Entry (PoE)
Health Service Provision
National Legislation
National Health Emergency Response
Medical Countermeasures and Personnel Deployment
Food Safety
Chemical Events
Radiation Emergencies
Reporting
Linking Public Health and Security Authorities
IHR Coordination
Other technical area

Grafik di atas menunjukkan bahwa Indonesia mengalokasikan sejumlah besar dana untuk
imunisasi sebagai upaya pencegahan dalam ketahanan kesehatan.

21

43
44
LAMPIRAN2: ILUSTRASI RENCANA AKSI PRIORITAS PER AREA TEKNIS 2018-2022
TA NATIONAL LEGISLATION, POLICY AND FINANCING
Target: Negara anggota harus memiliki kerangka hukum yang memadai untuk mendukung dan memungkinkan pelaksanaan semua kewajiban
dan hak mereka untuk mematuhi dan menerapkan IHR (2005). Di beberapa Negara anggota, implementasi IHR (2005) mungkin memerlukan
undang-undang baru atau yang dimodifikasi. Bahkan di mana undang-undang baru atau revisi mungkin tidak secara khusus disyaratkan dalam
sistem hukum Negara anggota, Negara masih dapat memilih untuk merevisi beberapa undang-undang, peraturan atau instrumen lain untuk
memfasilitasi implementasi dan pemeliharaannya dengan cara yang lebih efisien, efektif atau menguntungkan. Negara anggota harus
memastikan penyediaan dana yang memadai untuk implementasi IHR melalui anggaran nasional atau mekanisme lain.

Rekomendasi JEE:

• Mempertimbangkan kesepakatan lintas Kementerian Koordinator untuk memformalkan koordinasi antara titik fokus, dan termasuk semua
pemangku kepentingan IHR yang relevan
• Melakukan analisis kebijakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kebutuhan akan kebijakan baru; meninjau kebijakan yang ada untuk
kesenjangan dan potensi konflik; dan menyelaraskan dan mengembangkan strategi untuk implementasi kebijakan lintas kementerian dan
tingkat administrasi.
• Bekerja dengan kementerian dan pemangku kepentingan utama, mengembangkan dan mengimplementasikan rencana advokasi untuk
undang-undang dan peraturan tentang ketahanan kesehatan global di bawah IHR (2005)
• Mendokumentasikan dan mempublikasikan pengaturan administrasi dan kebijakan dari berbagai sektor, untuk mendorong kolaborasi lintas
sektoral.

22
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator P.1.1 Undang-undang, peraturan, persyaratan administrasi, kebijakan atau instrumen pemerintah lainnya sudah memadai untuk
implementasi IHR (2005)→ 2017 Capacity level 3
• Payung hukum untuk implementasi Rencana Aksi Nasional PMK (Coordination Ministry of x
Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (NAPHS) Human Development)
• Diseminasi Rencana Aksi Ketahanan kesehatan ke Provinsi & PMK (Coordination Ministry of x
Kabupaten - regional Human Development)
• Harmonisasi dan Sinkronisasi Kebijakan Strategis di Area Coordination Ministry of Politic, Law x x x x
Teknis (kesenjangan kebijakan, konflik, kebutuhan) and Human Rights
• Bantuan Teknis untuk Persiapan Rencana Aksi Ketahanan MOH PADK x
Kesehatan Provinsi & Kabupaten - 34 Provinsi
• Monitoring dan Evaluasi x
• Development of national and local action plan (2022) x
Indicator P.1.2 Negara dapat menunjukkan bahwa ia telah menyesuaikan dan menyelaraskan perundang-undangan domestik, kebijakan, dan
pengaturan administrasi untuk memungkinkan kepatuhan terhadap IHR (2005)→ 2017 Capacity level 3
• Harmonisasi Kebijakan Daerah dengan Rencana Aksi Nasional x x x
Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan

23

45
46
TA IHR COORDINATION, COMMUNICATION AND ADVOCACY
Target: Implementasi IHR yang efektif (2005) membutuhkan pendekatan multisektoral / multidisiplin melalui kemitraan nasional untuk sistem
siaga dan respons yang efektif. Koordinasi sumber daya nasional, termasuk fungsi berkelanjutan dari Focal Point IHR Nasional (NFP), yang
merupakan pusat nasional untuk komunikasi IHR (2005), merupakan syarat utama untuk implementasi IHR (2005). NFP harus dapat diakses
setiap saat untuk berkomunikasi dengan Poin Kontak Regional IHR WHO dan dengan semua sektor terkait dan pemangku kepentingan lainnya
di negara ini. Negara anggota harus memberitahu WHO rincian kontak NFP, terus memperbarui dan setiap tahun mengonfirmasi mereka.

Rekomendasi JEE:
• Meningkatkan dan mengintensifkan komunikasi dan koordinasi yang erat di antara para pemangku kepentingan (nasional, provinsi, dan di
tingkat kota) untuk menguatan dan menjaga kapasitas inti IHR, dan tindakan yang relevan
• Meningkatkan jumlah peluang pelatihan bagi pejabat provinsi dan nasional untuk mendukung komunikasi kasus / kejadian antara ketiga
tingkat pemerintahan
• Meningkatkan kemampuan titik fokus nasional IHR untuk mengkomunikasikan informasi risiko kesehatan melalui jaringan nasional dan
provinsi, memastikan bahwa kemampuan didukung dengan teknologi informasi yang diperlukan.

24
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator P.2.1 Mekanisme fungsional dibentuk untuk koordinasi dan integrasi sektor-sektor terkait dalam implementasi IHR → 2017 Capacity
level 3
• Orientasi IHR national focal point (National) MOH KARKES x
• Orientasi IHR National Focal Point (International) WHO x x x x
• Mengembangkan mekanisme pelaporan ke IHR NFP (MOH internal) dan ke WHO, MOH KARKES x
termasuk peran dan tanggung jawab
• Mengembangkan rencana aksi untuk koordinasi dan komunikasi MOH KARKES x x
• Mengembangkan laporan tahunan implementasi IHR dan berbagi dengan pemangku MOH KARKES x x
kepentingan terkait

25

47
48
TAANTIMICROBIAL RESISTANCE (AMR)
Target: Mendukung pekerjaan yang dikoordinasikan oleh WHO, FAO, dan OIE untuk mengembangkan paket kegiatan global terpadu untuk
memerangi resistensi antimikroba, yang mencakup aspek manusia, hewan, pertanian, pangan dan lingkungan (yaitu pendekatan One-Health),
termasuk: a) Setiap negara memiliki rencana komprehensif nasionalnya sendiri untuk memerangi resistensi antimikroba; b) Memperkuat
kapasitas surveilans dan laboratorium di tingkat nasional dan internasional setelah standar internasional yang disepakati dikembangkan dalam
kerangka rencana Aksi Global, dengan mempertimbangkan standar yang ada dan; c) Peningkatan konservasi perawatan yang ada dan
kolaborasi untuk mendukung berkelanjutanpengembangan antibiotik baru, perawatan alternatif, langkah-langkah pencegahan dan diagnostik
cepat, perawatan di tempat, termasuk sistem untuk mempertahankan antibiotik baru.

Rekomendasi JEE:

• Membentuk Komite Antar-Kementerian tentang implementasi Rencana Aksi Nasional (RAN) Indonesia tentang AMR, untuk memastikan
pendekatan “One Health” yang sistematis dan komprehensif. Komite ini harus terdiri dari: Kementerian Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan; Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan; Kementerian Kesehatan; Kementerian
Pertanian; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Kementerian Pertahanan; Badan
Pengawasan Obat dan Makanan; Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Keuangan; Kementerian Komunikasi
dan Informatika; dan Kementerian Luar Negeri.
• Secara resmi menunjuk laboratorium surveilans untuk AMR di sektor manusia, hewan, akuakultur, dan lingkungan
• Secara resmi menunjuk situs sentinel untuk AMR di sektor manusia, hewan, akuakultur, dan lingkungan
• Menerapkan Sistem Surveilans Antimikroba Global (GLASS) WHO tentang surveilans AMR, menggunakan pendekatan One Health
• Mempromosikan kesadaran publik dan pemberdayaan masyarakat tentang AMR melalui penyedia layanan kesehatan manusia dan hewan
di daerah

26
KEGIATAN DAN WAKTU
PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022
Indicator P.3.1 Deteksi resistensi Antimikroba→2017 Capacity level 2
• Penunjukan NRL MOMAF x
• Peningkatan kapasitas untuk laboratorium rujukan dan pengetesan, termasuk materi MOMAF x
test
• Penunjukan NRL MOA
• Memfasilitasi pembentukanKomite Pengendalian Resistensi Antimikroba (ARCC/KPRA) MOA x
• Memfasilitasistudi ARCC/KPRA studies tentang pemakaian antimikroba (AMU) dan MOA x
AMR
• Membangun kapasitas pemangku kepentingan untuk melakukan monitoring, MOA x
surveilans, dan pengujian untuk AMU dan AMR.
• Meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan tentang penggunaan antimikroba MOA x
yang bijaksana dan tepat serta risiko kesehatan AMR.
• Advokasi dengan pemangku kepentingan (Pemerintah Indonesia, sektor / industri MOA x
swasta) untuk kepatuhan terhadap peraturan / kebijakan tentang AMU dan AMR
• Penunjukan NRL MOH
• Meninjau NAP AMR Indonesia 2017-2019 untuk menunjuk NCC MOH
• Pengembangan NAP AMR Indonesia periode berikutnya MOH
Indicator P.3.2 Surveilans Infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang resisten terhadap antimikroba → 2017 Capacity level 2
• Surveilans Global ESBL E Coli MOH x
• Pengembangan panduan untuk surveilans terintegrasi MOH x
• Pertemuan koordinasi PPI working group, MOH, sectors/ unit terkait MOH x x X x x
• Lokakarya/ diseminasi Program PPI di rumah sakit rujukan (18 rmh sakit regional) MOH x
• Lokakarya/ diseminasi Program PPI di rumah sakit rujukan (20 rmh sakit rujukan) MOH x
• Lokakarya PPI MOH x X x x

27

49
50
• Bantuan teknis di rumah sakit MOH x x X x x
• Studium Generale MOH
• WAAW MOH
• Mengembangkan Surveilans AMR di peternakan udang dan ikan MOMAF x x
• Pencegahan penyakit ikan MOMAF x x
• Surveilans AMU Surveillance di peternakan udang dan ikan MOMAF
• Persiapan peraturan obat ikan MOMAF x
• Implementasi biosecurity zona 3 di peternakan ayam tingkat menengah MOA
• Surveilans AMU di peternakan ayam MOA
• Menghubungkan laboratorium diagnostic dengan surveilans penyakit hewan lapangan MOA x
dan program pemantauan
• Memperkuat kapasitas diagnostic laboratorium untuk EID dan penyakit zoonoses MOA x
Indicator P.3.3 Program pencegahan dan pengendalian infeksi terkait perawatan kesehatan (HCAI) → 2017 Capacity level 3
• Implementasi program gerakan masyarakat cerdas mengunakan obat (Gema Cermat) MOH x x X x x
untuk apoteker dan masyarakat
• Optimalisasi peran dari apoteker sebagai agen perubahan MOH x x X x x
• Persiapan pedoman antibiotik MOH x
• Publikasi POR dan Gema Cermat publication melalui media MOH x X x x
• Meningkatkan kerjasama dalam diseminasi penggunaan antibiotic dan pemantauan MOH x X x x
antibiotic di pelayanan kesehatan
• Pertemuan koordinasi lintas sector tentang pemantauan AMR untuk pemangku MOH x X x x
kepentingan yang relevan
• Monitoring dan Evaluasi implementasi Gema Cermat MOH x X x x
• Evaluasi Studydan data kinerja tentang indicator penggunaan obat yang rasional MOH x X x x
Indicator P.3.4 Kegiatan penatalayanan antimikroba → 2017 Capacity level 3
• Lokakarya implementasi PPRA di rumah sakit MOH x

28
• Lokakarya PRA di FKRTL MOH x X x x
• Bantuan teknis PRA di rumah sakit MOH x x X x x
• Supervisi PPRA MOH x X x x
• Diseminasi Layanan kesehatan rujukan (salah satunya adalah program PRA) MOH x x X x x
• Pertemuan koordinasi KPRA MOH x
• Pertemuan koordinasi KPRA MOH x X x x
• Memperkuat system kesehatan MOH x X x
• Mendukung aktivitas AMR MOH x x x
• Memperkuat surveilans penyakit dan kapasitas analisis data untuk mendukung MOA x
kebijakan pengendalian penyakit
• Melakukan identifikasi penyakit dan kegiatan surveilans yang ditargetkan di MOA x
lingkungan berisiko tinggi dan pada hewan yang berisiko tinggi tertular zoonosis dan
EID, termasuk satwa liar yang diternakkan dan burung yang bermigrasi
• Mengembangkan kapasitas Pemerintah Indonesia untuk mengimplementasikan MOA x
zoonosis yang ditargetkan dan program pencegahan dan pengendalian EID

29

51
52
TA ZOONOTIC DISEASE
Target: Mengadopsi perilaku terukur, kebijakan dan / atau praktik yang meminimalkan penularan penyakit zoonosis dari hewan ke populasi
manusia.

Rekomendasi JEE:

• Surveilans kesehatan satwa liar harus dimasukkan dalam sistem informasi SIZE
• Meningkatkan alokasi anggaran dan sumber daya manusia untuk tim One Health Response, dan untuk pencegahan dan deteksi penyakit
zoonosis di tingkat daerah
• Sistem surveilans SIZE One Health terintegrasi harus diterapkan di tingkat kabupaten di seluruh Republik Indonesia
• Menilai tingkat eksekutif pejabat eksekutif One Health yang bertanggung jawab di berbagai kementerian terkait, untuk merampingkan
kemajuan lintas sektoral One Health melalui kolaborasi antara peserta dengan tingkat hierarki yang setara.

30
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator P.4.1 Sistem surveilans tersedia untuk penyakit / patogen zoonosis prioritas → 2017 Capacity level 3
• Identifikasi prioritas penyakit zoonosis termasuk AI, Rabies, Anthrax, MOA x x
Leptospirosis, Brucellosis
• Melakukan identifikasi penyakit dan kegiatan surveilans yang MOA x
ditargetkan di lingkungan berisiko tinggi dan pada hewan yang
berisiko tinggi tertular zoonosis dan EID, termasuk satwa liar yang
diternakkan dan burung yang bermigrasi.
• Memperkuat kapasitas surveilans penyakit dan analisis data untuk MOA x
mendukung kebijakan pengendalian penyakit
• Peraturan Menteri Kesehatan untukpengendalian rabies MOH ZOONOSES x x x
• Mengembangkan Surveilans MOH ZOONOSES x x
• Pengembangan / uji coba alat pemetaan risiko (Zoonosis dan EID MOH/WHO ZOONOSES x x x x x
• Mengembangkan Surveilans Ministry of Environment x x
and Forestry (MOEF)
Indicator P.4.2 Tenaga veteriner atau kesehatan hewan → 2017 Capacity level 3
• Pengembangan FETPV - Pelatihan FETPV MOA x x x x x
• Pembentukan peraturan Kementerian Pertanian untuk implementasi MOA x x x x x
otoritas veteriner di tingkat daerah
• Mengembangkan kapasitas Pemerintah Indonesia untuk MOA x
mengimplementasikan zoonosis yang ditargetkan dan program
pencegahan dan pengendalian EID
Indicator P.4.3 Mekanisme untuk merespons penyakit zoonosis yang menular dan potensial telah ditetapkan dan berfungsi → 2017 Capacity level 2
• Surveilans dan respons kejadian luar biasa zoonoses MOH ZOONOSES x x x x x
• Koordinasi nasional Zdap MOH ZOONOSES x

• Pengadaan untuk penyakit zoonoses: vaksin rabies n lepto MOH ZOONOSES x x x x x

31

53
54
• Materi KIE untuk penyakit zoonoses MOH ZOONOSES x x x x x
• Pelatihan untuk petugas surveilans / epidemiologi di pusat kesehatan PMK x x
primer, pusat kesehatan hewan, dan pusat kesehatan kabupaten
yang berfokus pada penyelidikan penyakit menular dengan
pendekatan One Health.
• Mendukung kegiatan zoonosis dan komunikasi EID; MOA x x
menyebarluaskan strategi komunikasi pada zoonosis yang
ditargetkan One Health dan pencegahan dan kontrol EID.
• Mendukung pembentukan platform nasional berbasis web untuk MOA x x
zoonosis dan akses dan berbagi informasi EID. (SIZE)
• Identifikasi praktik terbaik kesehatan unggas MOA x x
• Membangun kapasitas penyedia layanan teknis. MOA x x
• Memberikan bantuan teknis untuk peternak unggas. MOA x
• Mempromosikan sistem sertifikasi untuk peternakan unggas yang MOA x
mampu memenuhi praktik kesehatan hewan yang disyaratkan oleh
pemerintah
• Meningkatkan kesadaran tentang praktik terbaik kesehatan unggas MOA x
kepada peternak
• Melakukan studi untuk mendukung pembuatan kebijakan berbasis MOA x
bukti untuk meningkatkan kualitas proses pemasaran unggas.
• Membangun kapasitas pemangku kepentingan (Pemerintah, Swasta) MOA x
untuk meningkatkan biosekuriti di sepanjang rantai pasar unggas.
• Advokasi untuk kolaborasi pemangku kepentingan dalam intervensi MOA x
untuk meningkatkan kualitas proses pemasaran unggas.
• Tingkatkan kesadaran pemangku kepentingan dan konsumen untuk MOA x
meningkatkan kualitas proses pemasaran produk unggas dan unggas.
• Mendukung perencanaan kesiapsiagaan darurat penyakit. MOA x

32
TA FOOD SAFETY
Target: Negara anggota harus memiliki kapasitas surveilans dan respons terhadap risiko atau kejadian penyakit yang ditularkan melalui air dan
makanan. Dibutuhkan komunikasi dan kolaborasi yang efektif antara sektor-sektor yang bertanggung jawab atas keamanan makanan dan air
bersih dan sanitasi

Rekomendasi JEE:

• Menyediakan program ‘pelatihan untuk pelatih/train the trainers’ untuk inspektur tentang kontrol resmi untuk memastikan kepatuhan
operator pangan terhadap undang-undang
• Memastikan penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan di pabrik pengolahan makanan yang berasal dari hewan
• Mengikuti analisis risiko keamanan pangan, perkuat penelitian dalam epidemiologi penyakit bawaan makanan dan investigasi wabah

33

55
56
KEGIATAN DAN WAKTU
PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022
Indicator P.5.1 Mekanisme untuk kolaborasi multisektoral telah dibentuk untuk memastikan respons cepat terhadap kedaruratan keamanan
pangan dan wabah penyakit bawaan makanan → 2017 Capacity level 3
• TOT tentang keamanan pangan MOH and National Food x x x x x
& Drug Control (NFDC)
• Memperkuat analisis risiko keamanan pangan, penelitian dalam epidemiologi penyakit MOH KESLING x x
bawaan makanan dan penyelidikan wabah
• Materi KIE untuk keamanan pangan MOH x x x x x
• Sistem implementasi keamanan pangan: MOA
• Monitoring keamanan produk hewan di UPH (Target 19,000 samples x x x x x
• Sertifikasi NKV certification (veterinary control number) di peternakan hewan x x x x x
farm/ UPH (Target 123 UPH)
• Supervisi Supervision (Target 50 UPH) x x x x x
• Pelatihan auditor NKV dan supervisor/ penyelia kesehatan public veteriner x x x x x
Supervisor

34
TA BIOSAFETY AND BIOSECURITY
Target: Terdapat sistem biosafety dan biosecurity nasional untuk seluruh pemerintah, yang memastikan bahwa patogen yang berbahaya
diidentifikasi, disimpan, diamankan, dan dipantau dalam sejumlah kecil fasilitas sesuai dengan praktik terbaik; pelatihan manajemen risiko
biologis dan penjangkauan pendidikan dilakukan untuk mempromosikan budaya tanggung jawab bersama, mengurangi risiko penggunaan
ganda, mengurangi proliferasi biologis dan ancaman penggunaan yang disengaja, dan memastikan transfer agen biologis yang aman; dan
undang-undang biosafety dan biosecurity khusus negara, perizinan laboratorium, dan langkah-langkah pengendalian patogen tersedia
sebagaimana mestinya.

Rekomendasi JEE:

• Menyelesaikan Rencana Strategis Nasional yang lebih luas untuk biosafety dan biosecurity di laboratorium di Indonesia, menyatukan fungsi-
fungsi laboratorium di berbagai kementerian untuk mengatasi IHR (2005) bidang teknis seperti penyakit zoonosis, sistem laboratorium,
pengembangan tenaga kerja, keamanan pangan, surveilans real-time dan AMR dalam satu rencana tunggal menyeluruh
• Mengembangkan inventaris yang terus diperbarui dan dipantau secara nasional dari agen dengan konsekuensi tinggi dalam penyimpanan
• Mendidik dan menyebarkan fungsi nasional untuk pemeliharaan dan pengendalian fasilitas dan peralatan keselamatan laboratorium
• Mengembangkan pelatihan master dan skema sertifikasi untuk petugas biosafete dan biorisk di sektor manusia dan hewan, terakreditasi
dan disertifikasi oleh badan internasional terkait seperti WHO, FAO, OIE, IFBA, NSF, dll.

35

57
58
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator P.6.1 Sistem biosafety dan biosecurity pemerintah sepenuhnya tersedia untuk fasilitas manusia, hewan dan pertanian → 2017 Capacity level 3
• Finalisasi Draft NSP untuk biosafety and biosecurity MOH x x
• Mengembangkan PP pedoman nasional untuk Biosafety dan biosecurity MOH x
• Penyegaran penilai/ asesor SMBL MOH x
• Mengembangkan Lembaga sertifikasi SMBL MOH x
• Standar pembangunan laboratorium sesuai dengan Biosafety dan biosecurity MOH x x
• Sistem Pengelolaan Sampah Biomedis Komprehensif MOH x x
• Undang undang tentang senjata Biologis MOH x x
• Mengembangkan monitoring inventaris nasional agen berisiko tinggi dalam x
penyimpanan
• Pertemuan Lintas Sektor Jejaring stakeholder x x
• Infrastruktur dan peralatan MOH & MOA x x x x x
Indicator P.6.2 Pelatihan dan praktik Biosafety and biosecurity → 2017 Capacity level 3
• Mendidik dan mengirim personel / tim nasional untuk pemeliharaan dan
pengendalian fasilitas keselamatan laboratorium:
a. Pelatihan x x x
b. Asistensi/ bantuan x x
c. Sertifikasi x x
• Mengembangkan pelatihan master dan skema sertifikasi untuk petugas biosafety
dan biorisk di sektor manusia dan hewan, terakreditasi dan disertifikasi oleh badan
internasional terkait seperti WHO, FAO, OIE, IFBA, NSF, dll:
a. Pelatihan x x x x x
• OHLN 6. Pelatihan laboratorium In-Service PMK x x

36
TA IMMUNIZATION
Target: Sistem pengiriman vaksin nasional yang berfungsi — dengan jangkauan nasional, distribusi yang efektif, akses untuk populasi yang
terpinggirkan, rantai dingin yang memadai, kontrol kualitas yang berkelanjutan - yang mampu merespons ancaman penyakit baru

Rekomendasi JEE:

• Mengembangkan rencana peningkatan cakupan nasional yang berfokus pada kesetaraan, yang menangani putus sekolah dan
mengintensifkan kesadaran masyarakat tentang manfaat vaksinasi
• Melakukan survei cakupan EPI untuk memvalidasi data administrasi yang dilaporkan
• Memperkuat kualitas data EPI. Secara khusus, mengintegrasikan pelaporan cakupan EPI sektor swasta, dan memperkuat mekanisme
pelaporan dan pencatatan berbasis web
• Mengoptimalkan penggunaan alat Sistem Manajemen Stok (SMS) untuk memastikan ketersediaan vaksin di sektor publik dan swasta
• Melakukan studi kasus investasi vaksin untuk BPJS.

37

59
60
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator P.7.1 Cakupan vaksin (campak) sebagai bagian dari program nasional → 2017 Capacity level 4
• Kampanye MR fase 2 di 28 provinces: MOH Immunization
a. Pengadaan vaksin dan peralatan medis x x x x x
b. Pertemuan advokasi dan sosialisasi – tingkat nasional x x x x x
• Pelatihan untuk petugas kesehatan – tingkat nasional x x x x x
• Materi KIE (PSA, cetak dan distribusi materi) x x
• Monitoring dan evaluasi x x x x x
• Survey cakupan MR coverage survey terintegrasi dengan x
imunisasi rutin – kontrak dengan organisasi independen
• Mengembangkna cMYP 2020 - 2024 MOH Immunization x
• Pelacakan defaulter - Drop Out DPT1-MCV1 > 10% MOH Immunization x x

Indicator P.7.2 Akses dan pengiriman vaksin nasional → 2017 Capacity level 4
• Mengganti dan merawat peralatan rantai dingin MOH Immunization x
• Implementasi vaksin stok SMS dan logistik MOH Immunization x x x

38
TA NATIONAL LABORATORY SYSTEM
Target: Biosurveilans real-time dengan sistem laboratorium nasional dan diagnosa modern yang efektif dan berbasis laboratorium

Rekomendasi JEE:

• Semua puskesmas harus terakreditasi sesuai dengan rencana, dan memiliki tempat diagnosa TB pada tahun 2020
• Meningkatkan jumlah laboratorium kesehatan terakreditasi setiap tahun untuk mencapai cakupan 100%
• Meningkatkan jumlah laboratorium rujukan nasional untuk Evaluasi Alat Kesehatan IEC 60601, pengujian stabilitas dan evaluasi kinerja
• Memperkuat ketersediaan laboratorium rujukan hewan perifer dan akreditasi mereka ke ISO 9001
• Meningkatkan jumlah agen yang dapat diuji di tempat perawatan, di pusat perawatan kesehatan primer untuk manusia dan di pusat
kesehatan hewan untuk hewan
• Berusaha mengurangi waktu dari rujukan ke hasil, karena ini dapat mempengaruhi perawatan

39

61
62
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator D.1.1 Pengujian laboratorium untuk mendeteksi penyakit prioritas → 2017 Capacity level 4
• Revisi peraturan Menteri Kesehatan no 411/2010 tentang Laboratorium MOH Yankes Rujukan x x
Klinik
• Pengumpulan Data Laboratorium online MOH x x x x
• Tinjauan sistem referensi laboratorium MOH x x x x
• Monev surveilans lingkungan Monev dengan 10 BTKL MOH Surveillance x x x x x
• Pengembangan laboratorium veteriner baru (Balai) di Papua MOA x
Indicator D.1.2 Sistem Rujukan spesimen dan transportasi → 2017 Capacity level 4
• Orientasi personel lab dalam pengumpulan, kultur, pengemasan, MOH Surveillance x x x
pengiriman, dan pemeriksaan spesimen difteri secara kultural dan
elektronik pada 7 B / BTKL
Indicator D.1.3 Diagnosis modern di tempat pelayanan yang efektif dan berbasis laboratorium → 2017 Capacity level 3
• Pelatihan SDM untuk kalibrasi alat lab klinis (BPFK: Jakarta, Surabaya, MOH Yankes x
Medan, Makassar)
• Pedoman untuk metode kerja Kalibrasi alat lab klinis MOH Yankes x
• Meningkatkan SDM di laboratorium (BBTKL) MOH Surveillance x x x x x
• Meningkatkan kapasitas pemeriksaan di laboratorium MOA x x x x x
Indicator D.1.4 Sistem kualitas laboratorium → 2017 Capacity level 3
• Akreditasi Puskesmas Menurut Rencana Strategis Kementerian Kesehatan MOH MUTU? x x
dan RPJMM
• Pelatihan Surveyor x x x x x
• Jaminan Kualitas Eksternal untuk Laboratorium MOH Surveillance x x x x x

40
TA REAL TIME SURVEILLANCE

Target:Memperkuat dasar dari sistem surveilans indicator- and event-based yang mampu mendeteksi kejadian penting bagi kesehatan
masyarakat, kesehatan hewan, dan ketahanan kesehatan; peningkatan komunikasi dan kolaborasi lintas sektor dan antara tingkat otoritas sub-
nasional (lokal dan menengah), nasional dan internasional terkait dengan surveilans kejadian-kejadian yang memiliki signifikansi kesehatan
masyarakat; peningkatan tingkat negara dan tingkat menengah / regional untuk menganalisis dan menghubungkan data dari dan antara sistem
surveilans real-time yang diperkuat, termasuk sistem pelaporan elektronik yang dapat dioperasikan dan saling berhubungan. Ini dapat
mencakup data epidemiologi, klinis, laboratorium, lingkungan, keamanan dan kualitas produk, dan bioinformatika; dan kemajuan dalam
memenuhi persyaratan kapasitas inti untuk surveilans sesuai dengan standar IHR dan OIE

Rekomendasi JEE:

• Advokasi dan mendorong unit pemerintah daerah untuk menghormati komitmen yang ada untuk implementasi berkelanjutan dan
pendanaan yang memadai untuk program pengawasan
• Melatih staf kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten (termasuk pelatihan untuk pelatih), dan memberikan kursus pelatihan
penyegaran, untuk memperkuat surveilans di daerah-daerah dengan sistem surveilans yang ada, dan untuk membangun surveilans di
daerah yang belum memiliki sistem (terutama untuk sektor satwa liar)
• Membangun mekanisme untuk berbagi data surveilans antara sektor manusia dan hewan di tingkat nasional. Mekanisme ini kemudian
dapat diadopsi di tingkat provinsi dan kabupaten.

41

63
64
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator D.2.1 Sistem Indicator- and event-based surveilans→ 2017 Capacity level 3
• Meningkatkan kapasitas untuk EWARS danEvent based surveilans di tingkat MOH Surveillance x x x x x
provinsi (34 provinsi)
• Meningkatkan kapasitas untuk EWARS di laboratorium dan ruma sakit x x
• TOT team Gerak cepat di tingkat nasional MOH Surveillance x x
• Revisi PMK no 949untuk implementasi EWARS MOH Surveillance x
• Advokasi pada pembuat kebijakan di provinsi MOH Surveillance x x x x
• Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan untuk intervensi pada Emerging MOH INFEM x x
Infectious Diseases
• Pertemuan team ahli EID MOH INFEM x x
• Pertemuan jejaring MOH INFEM x x
• Pengembangan modul pelatihan untuk team gerak cepat untuk EID MOH INFEM x
• Kegiatan advokasi tentang kebijakan EID di tingkat sub-nasional MOH INFEM x
• Kegiatan advokasi untuk kebijakan EID di tingkat sub-nasional MOH INFEM x
• Pertemuan pemangku kepentingan untuk EID MOH INFEM x
• Pengembangan laporan mingguan dan instrument Analisa risiko tentang EID MOH INFEM x
• Meningkatkan kapasitas SDM dalam deteksi dan laporan melalui ISIKHNASdi MOA P2H x x x x x
provinsi
• Meningkatkan kapasitas SDM dalam deteksi dan laporan melalui ISIKHNASdi MOA P2H x x x x x
kabupaten/ kota
• Meningkatkan kemampuan SDM dalam manajemen di provinsi dan regional MOA P2H x x x x x
Indicator D.2.2 Sistem pelaporan real-time secara elektronik yang dioperasikan secara saling berhubungan → 2017 Capacity level 3
• Sistem pelaporan elektronik untuk penyakit yang dapat diberitahukan untuk MOH Surveillance x x x x x
kesehatan manusia dilaksanakan (EWARS)

42
• Sistem Pelaporan Elektronik untuk berbagi data antar sektor ada dan diterapkan PMK x
(SIZE)
• Sistem pelaporan elektronik untuk penyakit yang dapat diberitahukan untuk MOA x x x x x
kesehatan hewan dilaksanakan (ISIKHNAS)
Indicator D.2.3 Integrasi dan analisis data surveilans → 2017 Capacity level 2
• Data laboratorium dimasukkan dalam system surveilans MOH Surveillance x x x x x
• Meningkatan Analisa data MOH Surveillance x x x x x
• Uji coba asesmen risiko EID MOH INFEM
• Meningkatkan kapasitas laboratorium dalam kesehatan masyarakat/ surveilans MOH Surveillance
Indicator D.2.4 Sistem Syndromic surveilans → 2017 Capacity level 4
• Syndromic surveilans di Puskesmas/ sub-nasional untuk EID MOH INFEM x x
• Kesinambungan dan memperkuat surveilans sentinel untuk ILI-SARI MOH ISPA x x x x x

43

65
66
TA REPORTING

Target: Pelaporan penyakit yang tepat waktu dan akurat sesuai dengan persyaratan WHO dan koordinasi yang konsisten dengan FAO dan OIE.

Rekomendasi JEE:

• Meningkatkan jangkauan sistem informasi satwa liar (SEHATSATLI) ke semua provinsi di Indonesia; memperkuat interoperabilitas antara
sistem informasi untuk berbagi data antara kesehatan hewan dan manusia di tingkat nasional; kemudian mengadopsi sistem ini di tingkat
provinsi dan kabupaten
• Mengaktifkan dan mendorong pemerintah dan masyarakat setempat, sejalan dengan kebijakan “Satu Data”, untuk meningkatkan
komitmen mereka untuk menyediakan dan berbagi informasi dan data PHEIC, termasuk melalui pengakuan yang tepat waktu tentang
wabah dan keadaan darurat
• Memperkuat infrastruktur informasi untuk manajemen PHEIC di semua tingkatan, terutama di 112 kabupaten prioritas (Keputusan Presiden
No. 131/2015) —termasuk melalui pelatihan ulang titik fokus IHR NFP dan OIE, dan menyediakan peningkatan kapasitas berkelanjutan /
pelatihan untuk staf di provinsi dan tingkat kabupaten
• Memperkuat kapasitas penilaian risiko di tingkat nasional untuk memfasilitasi pelaporan ke WHO, OIE dan FAO.

44
KEGIATAN DAN WAKTU
PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022
Indicator D.3.1 Sistem pelaporan yang efisien untuk FAO, OIE dan WHO → 2017 Capacity level 3
• Pelatihan OIE NFP MOA x x x x x
• Pemeliharaan sistem pemantauan penyakit ikan (Perangkat Lunak untuk Sistem MOMAF x
Pemantauan Penyakit Ikan / SSMPI) secara online sebagai dasar untuk
melaporkan penyakit ikan ke OIE
• Pengembangan sistem pemantauan penyakit ikan (SSMPI) on line dan Sistem MOMAF x
Peringatan Penyakit Hewan Akuatik Indonesia / IAADAS sebagai dasar untuk
melaporkan penyakit ikan ke OIE
• Evaluasi laporan penyakit ikan melalui SSMPI on line (34 Provinsi) MOMAF x x
Indicator D.3.2 Jaringan dan protokol pelaporan di negara → 2017 Capacity level 3
• Persiapan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Satu Data MOH PUSDATIN x
• Penelitian dan sinkronisasi data rutin untuk mengakomodasi One Data x
• Integrasi Sistem Informasi Kesehatan x
• Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sistem Informasi Puskesmas (Review x x
Standar Sistem Informasi Puskesmas)
• Peraturan Menteri Pertanian tentang Sistem Informasi Kesehatan Hewan MOA x
• Audiensi publik Kementerian Pertanian SI Kesehatan Hewan x
• Penyusunan peraturan Kementerian Kelautan tentang Penyakit Ikan MOMAF x
• Pengembangan kapasitas untuk laboratorium Referensi dan laboratorium x
pengujian penyakit ikan

45

67
68
TA WORKFORCE DEVELOPMENT

Target: Negara anggota harus memiliki tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten untuk surveilans dan respons kesehatan masyarakat
yang berkelanjutan dan fungsional di semua tingkat sistem kesehatan dan implementasi IHR yang efektif (2005). Tenaga kerja termasuk dokter,
kesehatan hewan atau dokter hewan, ahli biostatistik, ilmuwan laboratorium, profesional pertanian / peternakan, dengan target optimal dari
satu ahli epidemiologi lapangan terlatih (atau setara) per 200.000 populasi, yang secara sistematis dapat bekerja sama untuk memenuhi
kompetensi inti IHR dan PVS yang relevan

Rekomendasi JEE:

• Memastikan posisi fungsional diisi dengan personel yang berkualifikasi yang telah dilatih dengan tepat
• Memastikan bahwa tenaga kerja veteriner di tingkat lapangan cukup untuk melakukan inspeksi sebelum dan sesudah kematian di rumah
jagal, dan kegiatan surveilans dan pengendalian kesehatan hewan, sesuai dengan standar internasional
• Memberikan insentif yang sesuai bagi pekerja kesehatan manusia dan hewan untuk ditugaskan di pos tingkat lokal dan ke daerah-daerah
terpencil
• Memperkuat hubungan dengan akademisi dan mitra internasional, untuk memastikan bahwa kualitas pelatihan epidemiologi yang
diterapkan memenuhi standar global

46
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator D.4.1 Sumber daya manusia tersedia untuk mengimplementasikan persyaratan kapasitas inti IHR → 2017 Capacity level 3
• Pemetaan kebutuhan SDM nasional (dokter, perawat, dokter hewan, biostatistik, MOH PPSDM x x x x x
ilmu lab, ahli epidemiologi)
• Pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan melalui program Nusantara Sehat MOH x x x x
• Pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan melalui tugas khusus (tuksus) MOH x x x x
• Peningkatan kompetensi SDM kesehatan MOH x x x x
• Meningkatkan kompetensi SDM karantina hewan (veteriner dan paramedic MOA x x x x x
veteriner)
• Mengembangkan jaringan tenaga kerja kesehatan hewan dan koordinasi kerja MOA x x x x x
• Jaminan kualitas/ standar/ kompetensi tenaga kesehatan MOH x x x x
• Jaminan kualitas/ standar/ kompetensi tenaga kesehatan hewan MOA x x x x
• Pemetaan kebutuhan pelatihan untuk Deteksi 4 (pengembangan SDM kesehatan) MOH x x x x
• Pemetaan kebutuhan pelatihan untuk Deteksi 4 (pengembangan SDM kesehatan MOA x x x x
hewan)
• Pelatihan kepemimpinan untuk siswa antar-disiplin dan multi-negara untuk PMK x x
mengembangkan kolaborasi dan koordinasi untuk memecahkan masalah kesehatan
• Pelatihan kepemimpinan untuk para profesional kesehatan antar-disiplin untuk PMK x x
mengatasi masalah kesehatan.Pelatihan ini termasuk pelatihan di dalam kelas dan
kunjungan lapangan di sungai Citarum.
• Pelatihan Global Health Diplomacy (GHD) adalah program intensif tiga hingga lima PMK x x
hari yang menggabungkan 40 persen teori dan 60 persen praktik
Indicator D.4.2 FETP atau pelatihan epidemiologi terapan lainnya tersedia → 2017 Capacity level 4
• Pengembangan kapasitas untuk Kepala Departemen mengenai epidemiologi MOH x x x x x
terapan dalam pengambilan keputusan dan kurikulum pelatihan untuk Kepala Dinas
Kesehatan (standar teknis)

47

69
70
• Pelatihan epidemiologi terapan dalam pelatihan mirip garis depan di FKTP MOH x x x x
• Bimbingan teknis epidemiologis terapan untuk orang-orang di daerah wabah MOH x x x x
potensial
• Advokasi kepada para pemangku kepentingan (pusat / regional) tentang MOH x x x x
pemanfaatan SDM (insentif, penempatan, standar kualitas, dll.)
• Pembaruan kurikulum dan modul pengawasan ToT untuk mendukung advokasi MOH x
kesehatan
• ToT tentang surveilans untuk mendukung advokasi kesehatan MOH x
• Membangun Kapasitas untuk ahli epidemiologi ke US CDC untuk Sistem Surveilans MOH x
• Pelatihan One Health (investigasi wabah) MOH x x x x x
• AMTC MOH x x x x x
• Mendukung kolaborasi One Health dan koordinasi antara pemerintah dan MOA x
universitas
• Mendukung pengembangan kurikulum untuk pengembangan kapasitas kesehatan MOA x
unggas pre-service dan in-service
• Mendukung pengembangan FETPV di Indonesia MOA x
• Pengembangan kapasitas untuk epidemiologi lapangan untuk petugas veteriner MOA x x x x x
(gelar FETP & non-gelar)
• Advokasi kepada para pemangku kepentingan (pusat / regional) tentang MOA
pemanfaatan SDM (insentif, penempatan, standar kualitas, dll.)
Indicator D.4.3. Strategi Tenaga kerja→ 2017 Capacity level 3
• Memperkuat basis data SDM untuk perencanaan PPSDM Strengthening the HR MOH x x x x
database for PPSDM planning
• Pengembangan rencana strategis PPSDM nasional x x x x

48
TA PREPAREDNESS

Targets: Kesiapansiagaan meliputi pengembangan dan pemeliharaan rencana tanggap darurat kesehatan masyarakat tingkat nasional,
menengah dan lokal atau primer untuk bahaya biologis, kimia, radiologis, dan nuklir yang relevan. Ini mencakup pemetaan potensi bahaya,
identifikasi dan pemeliharaan sumber daya yang tersedia, termasuk cadangan nasional dan kapasitas untuk mendukung operasi di tingkat
respons menengah dan lokal atau primer selama keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat

Rekomendasi JEE:

• Meninjau dan memperbarui rencana bencana nasional, khususnya yang berkaitan dengan bahaya CBRN, kapasitas lonjakan, mobilisasi
sumber daya (termasuk fasilitas perawatan dan laboratorium), dan persediaan
• Meningkatkan pemahaman dan kapasitas untuk mencegah, memverifikasi, dan merespons beragam bahaya di antara para pemangku
kepentingan yang relevan (mis. Pintu masuk negara, laboratorium, pemerintah daerah, dll.). Termasuk pertemuan perencanaan pemangku
kepentingan reguler dan latihan simulasi
• Meningkatkan perencanaan bencana lokal, termasuk dengan memperluas rencana darurat untuk berbagai bahaya dari 300 kabupaten /
kota menjadi 174 kabupaten pada tahun 2020, dan dengan meningkatkan perencanaan pemerintah daerah dan alokasi anggaran untuk
bencana
• Mengkaji penilaian risiko bencana nasional (termasuk indeks risiko) dalam konteks semua bahaya terkait IHR, dan menyusunnya menjadi
profil risiko nasional

49

71
72
KEGIATAN DAN WAKTU
PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022
Indicator R.1.1 Kesiapsiagaan kedaruratan kesehatan nasional multi-bahaya dan rencana respons telah dikembangkan dan diimplementasikan → 2017
Capacity level 3
• Meninjau rencana kontinjensi nasional MOH ISPA x x
• Latihan Table Top dari rencana kontinjensi nasional sesuai dengan hasil MOH ISPA x x x x
manajemen risiko bahaya kabupaten / kota
• Pelatihan kesiapsiagaan menghadapi ancaman biologis, nuklir, dan kimia yang MOH ISPA x x x x
memiliki potensi kedaruratan kesehatan masyarakat
• Meninjau Rencana Kontinjensi Nasional untuk zoonosis dan EID MOH ISPA x x
• Latihan Table Top dari rencana kontinjensi nasional tentang zoonosis dan EID di MOH PIE x x x x
kabupaten / kota
• Latihan Table Top dari rencana kontinjensi nasional tentang zoonosis dan EID di MOH PIE x x x x
provinsi
• Rencana kontinjensi untuk kabupaten dengan akses langsung ke POE MOH KARKES x x
internasional
• Lokakarya Kesiapsiagaan EID dan Pandemi sebagai bagian dari Rencana Darurat MOH PIE x
Rumah Sakit (Rencana Kesiapsiagaan Bencana Rumah Sakit)
• Memetakan dan meninjau rencana SOP untuk distribusi obat-obatan dan APD MOH ISPA x x x x x
• Latihan Table Top dari rencana kontinjensi nasional sesuai dengan hasil BNPB x x x x x
manajemen risiko bahaya provinsi
• Simulasi rencana kontinjensi nasional menjadi rencana operasional sesuai dengan BNPB x x
hasil manajemen risiko bahaya secara bertahap / berjenjang
Indicator R.1.2 Prioritas risiko kesehatan dan sumber daya telah dipetakan dan dimanfaatkan → 2017 Capacity level 2
• Pelatihan / Lokakarya untuk menggunakan alat JRA untuk penyakit zoonosis MOH Zoonoses x x
• Pelatihan / Lokakarya One health untuk bidang-bidang berisiko tinggi untuk MOH Zoonoses x x x x x
masing-masing sektor diikuti dengan pelatihan Bersama
• Penilaian infrastruktur, layanan dan SDM di rumah sakit nasional dan regional MOH ISPA x
untuk PHEIC
• Pemetaan risiko EID MOH PIE x x x x x

50
TA EMERGENCY RESPONSE OPERATIONS

Target: Negaraakan memiliki pusat operasi kedaruratan kesehatan masyarakat (EOC) yang berfungsi sesuai dengan standar umum minimum;
memelihara tim respon cepat yang terlatih, berfungsi, multi-sektoral dan jaringan laboratorium dan sistem informasi biosurveillance “real-
time”; dan staf EOC terlatih yang mampu mengaktifkan tanggap darurat terkoordinasi dalam 120 menit setelah identifikasi kedaruratan
kesehatan masyarakat

Rekomendasi JEE:

• Melaksanakan pelatihan komprehensif dalam manajemen kasus dan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk semua tenaga kesehatan
berdasarkan pendekatan semua-bahaya, dan termasuk IHR (2005)
• Mengembangkan rencana kontinjensi sektor kesehatan nasional untuk bahaya terkait IHR dan mengintegrasikannya dengan rencana
kontinjensi Badan Nasional Penanggulangan Bencana
• Meningkatkan kapasitas manajemen kedaruratan kesehatan masyarakat — khususnya IHR (2005) —untuk rumah sakit rujukan yang
ditunjuk, termasuk melalui pelatihan, pengembangan infrastruktur, dan prosedur operasi standar (SOP)
• Meningkatkan koordinasi dan kolaborasi untuk tanggap darurat antara pusat operasi di dalam Kementerian Kesehatan dan antara
Kementerian Kesehatan dan sektor terkait lainnya
• Memperkuat sistem pertukaran informasi antara Kementerian Kesehatan dan lembaga-lembaga lain dengan mengadakan pertemuan rutin,
melakukan latihan bersama, dan membangun nota kesepahaman (MOU) dengan pusat-pusat operasi lainnya.

52

73
74
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator R.2.1 Kapasitas untuk mengaktifkan operasi emergency → 2017 Capacity level 3
• Pertemuan koordinasi klaster kesehatan MOH PKK x x
• Implementasi kerja sama Kementerian Kesehatan & BNPB berdasarkan MoU 2014 MOH PKK x x x x x
tentang Pengurangan Risiko Bencana dalam manajemen bencana kesehatan
• Implementasi kerja sama Kementerian Kesehatan & BMKG berdasarkan MoU 2014 MOH PKK x x x x x
• Kolaborasi dengan 3 Universitas tentang Penerapan Manajemen Risiko Krisis MOH PKK x
Kesehatan berdasarkan MCC yang diatur pada 2017 (UI, UGM dan Unibraw) dan
Perjanjian Kerjasama yang ditargetkan akan ditandatangani pada 2019 dengan 3
Universitas lain (direncanakan dengan Unhas, Unsyiah Kuala dan ITB)
Indicator R.2.2 Rencana dan prosedur operasi EOC → 2017 Capacity level 2
• Persiapan EOC bersama antara PKK, Direktorat SKK dan NCC
• Revisi Peraturan Menteri Kesehatan No. 64/2013 tentang Manajemen Krisis MOH PKK x
Kesehatan
• Penyusunan Pedoman Teknis untuk Standar Layanan Minimum Provinsi dalam MOH PKK x
manajemen krisis kesehatan (Permendagri)
• Penyusunan Pedoman Klaster KesehatanPreparation of Health Cluster Guidelines MOH PKK x
Indicator R.2.3 Program operasi Emergency→ 2017 Capacity level 3
• Peningkatan kapasitas kabupaten dan provinsi untuk rencana kontingensi (program 3 MOH PKK x x x x x
tahun), yaitu: Bantuan, pelatihan: peta respons, kesiapsiagaan Rumah Sakit dalam
bencana, SIPKK, Rencana Kontinjensi, TTX & Simulasi)
Indicator R.2.4 Prosedur manajemen kasus diterapkan untuk bahaya yang relevan dengan IHR→ 2017 Capacity level 3
• Diseminasi PMK Tentang Layanan Ambulans

53
TA LINKING PUBLIC HEALTH AND SECURITY AUTHORITIES

Target: Dalam hal terjadi kejadian biologis yang diduga atau dikonfirmasikan sebagai disengaja, sebuah negara akan dapat melakukan respons
multisektoral yang cepat, termasuk kapasitas untuk menghubungkan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum, dan untuk menyediakan
dan / atau meminta bantuan internasional yang efektif dan tepat waktu. , termasuk untuk menyelidiki dugaan kejadian penggunaan yang
disengaja

Rekomendasi JEE:

• Merevisi seluruhan hukum/ undang-undang untuk wabah penyakit menular dan karantina kesehatan untuk memastikan dimasukkannya
tindakan karantina darat dan mandat yang jelas untuk kolaborasi
• Meninjau MOU dengan otoritas veteriner. Identifikasi titik kontak dan pemicu untuk pemberitahuan dan berbagi informasi antara otoritas
terkait
• Meninjau peraturan untuk memperkuat kapasitas IHR termasuk langkah-langkah penanggulangan terorisme, termasuk di pintu masuk
negara
• Finalisasi MOU dan SOP tentang pengembangan dan penerapan sistem informasi elektronik untuk zoonosis dan penyakit menular yang
muncul yang terkait dengan database kesehatan manusia dan hewan lainnya. MOU dan SOP harus efektif antara Kementerian Koordinator
Pembangunan Manusia dan Budaya; Kementerian Kesehatan; Kementerian Pertanian; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; dan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
• Meningkatkan jumlah provinsi yang telah menerima pelatihan tentang pertahanan biologis dan kedaruratan kesehatan masyarakat yang
meresahkan dunia (PHEIC) dari 11 hingga semua provinsi.

54

75
76
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator R.3.1 Otoritas kesehatan dan keamanan publik (mis. Penegak hukum, Imigrasi, bea cukai) terhubung bila ada suspek kejadian biologis atau telah
dikonfirmasi→ 2017 Capacity level 4
• Revisi UU Karantina Laut dan Udara menjadi UU Karantina Kesehatan MOH HUKOR x
• Revisi UU Penyakit Menular x x
• Finalisasi Instruksi Presiden tentang Peningkatan kemampuan dalam mencegah, x
mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandemi global, dan kedaruratan
nuklir, biologi, dan kimia
• Menyelesaikan MOU dan SOP tentang pengembangan dan implementasi sistem x x
informasi untuk munculnya penyakit zoonosis dan infeksi yang terhubung antara
database kesehatan manusia dan hewan / Sistem Informasi Zoonosis dan
Emerging Infectious Diseases (SIZE)
• Peningkatan Jumlah Provinsi / Kabupaten / Kota yang Menerima Pelatihan BNPT
Terorisme / Bahan Kimia Biologis Nuklir Darurat (NUBIKA)

55
TA MEDICAL COUNTERMEASURES AND PERSONNEL DEPLOYMENT

Target: Kerangka kerja nasional untuk mentransfer (mengirim dan menerima) penanggulangan medis dan kesehatan masyarakat dan tenaga
medis di antara mitra internasional selama keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat

Rekomendasi JEE:

• Meninjau dan memperbarui undang-undang dan standar untuk pengiriman tenaga kesehatan ke luar negeri sesuai dengan standar
internasional, untuk mendorong pengirimandi kemudian hari
• Mengembangkan peraturan untuk mengirim tindakan balasan medis, berdasarkan standar internasional
• Mengembangkan SOP tentang cara memantaudan mengevaluasi pekerjaan tim respons nasional dan internasional selama keadaan darurat
• Memetakan tim respons yang tersedia dan fasilitas perawatan kesehatan (termasuk yang dijalankan oleh LSM, pemerintah, dan aktor lain)
yang mampu mengintegrasikan personel asing selama keadaan darurat
• Advokasi dan dorong aktivitas dan keterlibatan yang lebih besar dari sektor kesehatan dalam platform koordinasi internasional / regional
seperti AHA Centre ASEAN.

56

77
78
KEGIATAN DAN WAKTU

PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022


Indicator R.4.1 Sistem tersedia untuk mengirim dan menerima bantuan medis selama keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat → 2017 Capacity level 3
• Advokasi dan diseminasi peran Kemenkes dalam mekanisme tindakan MOH PKK x x x x x
penanggulangan medis untuk lintas program / sector
• Mobilisasi untuk logistik / obat-obatan x x
• Negara berpartisipasi / memiliki perjanjian formal dalam kemitraan regional / x x x x x
internasional (mis. AADMER, WHO GOARN, dll.)
Indicator R.4.2 Sistem tersedia untuk mengirim dan menerima tenaga kesehatan selama keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat → 2017 Capacity
level 2
• Peraturan / kebijakan Tim Medis Darurat (EMT) yang mengacu pada standar global MOH PKK x
dan kondisi Indonesia (pengelompokan), termasuk:
•Pendaftaran personil •Sertifikasi personil •Pengiriman personil

• Database Tenaga Kesehatan (Basis Data Tenaga Kesehatan yang dapat dimobilisasi MOH PKK x x x x x
untuk keadaan darurat dan wabah)
• Database / Pemetaan fasilitas perawatan kesehatan (termasuk yang dijalankan oleh MOH PKK x x x x x
LSM, pemerintah, dan aktor lainnya) yang mampu mengintegrasikan personel asing
selama keadaan darurat
• Monitoring dan evaluasi bantuan medis / personel internasional MOH PKK x x x x x
• Mobilisasi untuk tenaga kesehatan (anggaran) MOH PKK x x x x x

57
TA RISK COMMUNICATION

Target: Negara anggota harus memiliki kapasitas komunikasi risiko yang multi-level dan multi-facet, pertukaran informasi real-time, saran dan
pendapat antara para ahli dan pejabat atau orang-orang yang menghadapi ancaman atau bahaya bagi kelangsungan hidup mereka, kesehatan
atau kesejahteraan ekonomi atau sosial sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengurangi dampak ancaman atau
bahaya dan mengambil tindakan protektif dan preventif. Ini mencakup campuran strategi komunikasi dan keterlibatan seperti media dan
komunikasi media sosial, kampanye kesadaran massa, promosi kesehatan, mobilisasi sosial, keterlibatan pemangku kepentingan dan
keterlibatan masyarakat

Rekomendasi JEE:

• Mengintegrasikan dan menyelaraskan lebih lanjut sistem komunikasi risiko lintas lembaga
• Meningkatkan keterampilan komunikasi risiko di pemerintah daerah, terutama untuk bencana non-alam
• Mengembangkan lebih lanjut dan secara teratur memperbarui pedoman komunikasi risiko dan SOP untuk sektor kesehatan
• Memperbarui strategi komunikasi, termasuk strategi pesan dan media
• Meningkatkan jumlah desa siaga bencana, dan meningkatkan pendidikan bencana di sekolah dan masyarakat, terutama di daerah rawan
bencana.

58

79
80
KEGIATAN DAN WAKTU
PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022
Indicator R.5.1 Sistem komunikasi risiko (rencana, mekanisme dll)→ 2017 Capacity level 3
• Mengembangkan pedoman komunikasi risiko kesehatan nasional MOH ROKOM x
• Membuat peraturan pedoman komunikasi risiko kesehatan nasional x
Indicator R.5.2 Koordinasi dan komunikasi Internal dan mitra → 2017 Capacity level 3
• Pertemuan tahunan dengan multi-sektoral dan multi-pemangku Ministry of Information x x x x x
kepentingan untuk komunikasi and Technology (MOIT)
• Pertemuan dengan multi-sektoral dan multi-pemangku kepentingan MOIT x x x x x
• Pertemuan Regular/tahunan dengan multi-sektoral dan multi- PMK x x x x x
pemangku kepentingan
• Pertemuan Regular/tahunan dengan multi-sektoral dan multi- MOH ROKOM x x x x x
pemangku kepentingan untuk koordinasi dan komunikasi
Indicator R.5.3 Komunikasi publik → 2017 Capacity level 4
• Rencana komunikasi atau komunikasi risiko Kemenkes tersedia MOH ROKOM x x x x x
• Juru bicara ditunjuk dan dilatih di setiap kementrian dan lembaga MOH ROKOM x x x x x
• Keterlibatan dengan media masa dan media sosial MOH ROKOM x x x x x
• Keterlibatan dengan media sosial MOIT x x x x x
Indicator R.5.4 Komunikasi dengan masyarakat yang terkena dampak → 2017 Capacity level 4
• Pengarahan rutin, pelatihan dan keterlibatan tim mobilisasi sosial dan Ministry of Social Affair x x x x x
keterlibatan masyarakat termasuk sukarelawan (MOSA)
• Penjangkauan masyarakat (Hotline) MOH ROKOM x x x x x
Indicator R.5.5 Mendengarkan secara dinamis dan manajemen rumor→ 2017 Capacity level 4
• Mekanisme konsultasi dengan masyarakat tersedia MOH ROKOM x x x x x
• Keluhan konten (sistem pelaporan komunitas untuk tipuan/ hoax) dan MOIT
surveilans rumor. Contoh: Aduankonten

59
TA POINTS OF ENTRY
Targets: Negara anggota harus menunjuk dan mempertahankan kapasitas inti di bandara dan pelabuhan internasional (dan apabila dibenarkan
karena alasan kesehatan masyarakat, sebuah Negara anggota dapat menunjuk perlintasan darat) yang menerapkan langkah-langkah kesehatan
masyarakat khusus yang diperlukan untuk mengelola berbagai risiko kesehatan masyarakat.

Rekomendasi JEE:

• Melakukan penilaian kebutuhan sumber daya manusia di pintu masuk negara yang ditunjuk (POE) yang secara sistematis mengidentifikasi
kesenjangan dalam kinerja, redudansi, dan kebutuhan kinerja masa depan (mis. Untuk pelatihan, rekrutmen staf)
• Meninjau kebijakan nasional tentang berbagi informasi dan komunikasi simultan tentang kejadian kesehatan masyarakat antara Focal Point
IHR dan otoritas kompeten lainnya di POE negara tetangga, terutama di perlintasan darat
• Mengevaluasi efektivitas dalam merespons acara kesehatan masyarakat di POE dan mempublikasikan hasilnya
• Meninjau POE tambahan yang dapat ditunjuk untuk implementasi IHR, dengan mempertimbangkan geografi dan jumlah serta distribusi
POE yang ada.

60

81
82
KEGIATAN DAN WAKTU
PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022
Indicator PoE.1 Kapasitas rutin telah dibentuk di pintu masuk negara → 2017 Capacity level 4
• Tenaga kesehatan yang cukup terlatih: MOH KARKES x
• Pelatihan Deteksi dan Respons untuk Pengendalian Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat di Pintu masuk negara (POE) untuk Petugas Kesehatan Pelabuhan
• Pelatihan Ahli Bedah Penerbangan dan Perawat Penerbangan untuk Petugas x
Kesehatan Pelabuhan
• Pelatihan Kapasitas Karantina Kesehatan x x x x
• Ketersediaan kebijakan nasional tentang berbagi informasi dan komunikasi simultan MOH KARKES
kejadian kesehatan masyarakat:
• Advokasi dan diseminasi UU Karantina Kesehatan x
• Menyusun draft pedoman karantina kesehatan x x
• Tambahan jumlah POE yang ditunjuk: MOH KARKES x x x x
• Meninjau POE tambahan yang ditunjuk (129 POE)

• POE yang dielengkapi memadai: x x x x x


Mempertahankan POE yang dilengkapi memadai (infrastruktur, rujukan, peralatan,
dll)
Indicator PoE.2 Respons kesehatan masyarakat yang efektif di pintu masuk negara → 2017 Capacity level 4
• Meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan di POE: MOH KARKES x x x x x
a. Kesiapsiagaan di POE
• Meningkatkan berbagi informasi dan komunikasi dengan pemangku kepentingan MOH KARKES x x x x
terkait:
1. Lokakarya Implementasi karantina kesehatan di perlintasan darat
2. Berbagi sistem informasi dengan pemangku kepentingan terkait (imigrasi, x x
keuangan, urusan dalam negeri, maritim)

61
3. Mengembangkan MOU dengan negara-negara berisiko (yaitu negara-negara Afrika) x x
tentang persyaratan dan sertifikat vaksinasi
4. Integrasi Program Karantina Kesehatan dengan kementerian dan pemangku x x x x
kepentingan terkait

TA CHEMICAL EVENTS
Target: Negara anggota harus memiliki kapasitas surveilans dan respons terhadap risiko atau kejadian kimia. Ini membutuhkan komunikasi dan
kolaborasi yang efektif di antara sektor-sektor yang bertanggung jawab atas keselamatan bahan kimia, industri, transportasi, dan pembuangan
yang aman

Rekomendasi JEE:

• Finalisasi undang-undang terbaru tentang bahaya kimia yang akan berlaku untuk semua lembaga terkait dan yang akan berfungsi sebagai
dasar untuk kesiapsiagaan darurat kimia nasional dan rencana respons; rencana darurat provinsi / kabupaten untuk kejadian kimia;
pedoman teknis; dan protokol untuk tindakan respons
• Mengembangkan sistem surveilans sistematis nasional untuk kejadian kimia, didukung oleh infrastruktur yang sesuai (yaitu pusat racun),
kapasitas laboratorium dan toksikologi klinis, dan keahlian teknis yang relevan tentang penilaian risiko dan manajemen kasus
• Mengembangkan program dan layanan nasional untuk memastikan tersedianya tenaga kerja / kapasitas lonjakan yang berkelanjutan untuk
kesiapsiagaan dan respons terhadap keadaan darurat bahan kimia
• Memperkuat pertukaran informasi dan koordinasi di antara sektor-sektor dan pemangku kepentingan terkait di semua tingkatan (lokal,
nasional, dan internasional), lintas pencegahan, kesiapsiagaan, respons dan pemulihan

62

83
84
KEGIATAN DAN WAKTU
PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022
Indicator CE.1. Mekanisme telah dibentuk dan berfungsi untuk mendeteksi dan merespons kejadian atau keadaan darurat kimia → 2017 Capacity level 2
• Persiapan Pedoman Pendekatan Partisipatif untuk Masyarakat di Daerah MOH Kesling x x
Penambangan Emas Skala Kecil (PESK)
• Memerkuat jaringan laboratorium kimia MOEF x
• Revisi Peraturan Pemerintah No. 74/2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan MOEF x
Beracun

• Persiapan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang sistem tanggap darurat B3 dan MOEF x
limbah B3
• Revitalisasi Pusat Penelitian Merkuri Nasional MOEF X

• Persiapan Modul Pelatihan Implementasi Pendekatan Partisipatif untuk Masyarakat di MOH
PESK
• Persiapan peraturan Menteri Perindustrian tentang bahan kimia yang dilarang dan Ministry of Industry x
diatur untuk senjata dan untuk bahan kimia perintis (MOI)
• Revisi peraturan Menteri Perindustrian No. 23/2013 tentang Pelabelan berdasarkan MOI x
GHS
• Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang daftar bahan kimia dan bahan MOI x
kimia organic
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5/2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Ministry of x
Lingkungan Kerja (diluncurkan 18 Juli 2018) Manpower (MOM)
Indicator CE.2. Lingkungan yang mendukung tersedia untuk manajemen kejadian kimia → 2017 Capacity level 3
• Meninjau dan memperbarui Rencana Implementasi Nasional tentang POPs MOEF x x
• Koordinasi Lintas Program, Lintas Kementerian dan Lembaga terkait dengan respons MOEF x x x x
Kejadian Kimia
• Persiapan Roadmap untuk kejadian Kimia MOEF x
• Pemetaan distribusi dan potensi risiko industri kimia di pulau Jawa MOEF x
• Evaluasi implementasi rencana aksi nasional untuk mengurangi dan menghilangkan MOEF x x x x x
merkuri

63
TA RADIATION EMERGENCIES
Target: Negara anggota harus memiliki kapasitas surveilans dan respons terhadap bahaya / kejadian / darurat radio-nuklir. Hal ini
membutuhkan komunikasi dan kolaborasi yang efektif di antara sektor-sektor yang bertanggung jawab atas manajemen radio-nuklir

Rekomendasi JEE:

• Menyelesaikan / menetapkan rencana respons nasional dan lokal untuk kedaruratan radiologis / nuklir, didukung oleh panduan dan
protokol dan berdasarkan pada kriteria yang ditetapkan secara formal untuk memicu tindakan respon protektif yang mendesak dan lainnya
seperti perlindungan, evakuasi, pemblokiran tiroid yodium (ITB), pembatasan makanan dan air minum, dll., serta protokol manajemen
kasus untuk dokter. Tindakan dapat mencakup pengembangan pedoman dan protokol untuk skenario darurat khusus, strategi perawatan
atau tindakan perlindungan.
• Memperkuat kemampuan fasilitas perawatan kesehatan yang ditunjuk (yaitu rumah sakit dan laboratorium) dengan mengembangkan
infrastruktur yang diperlukan; menyediakan peralatan dan layanan termasuk bioassay dan layanan biodosimetri sitogenetik dan cadangan
nasional; dan melatih tenaga kerja dalam tanggap darurat radiologis / nuklir - terutama di tingkat provinsi di daerah yang berdekatan
dengan fasilitas reaktor nuklir.
• Mengembangkan program pelatihan berkelanjutan untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia untuk tanggap darurat nuklir /
radiologis, terutama di tingkat provinsi dan nasional, melalui pelatihan dan latihan yang dirancang khusus untuk kelompok dan area sasaran
tertentu (misalnya respons pertama, respons pra-rumah sakit, manajemen kasus klinis, penilaian dan manajemen kontaminasi internal,
tindak lanjut jangka panjang, manajemen konsekuensi kesehatan non-radiologis, dll.).
• Mengembangkan advokasi (peningkatan kesadaran) dan materi komunikasi risiko (pertanyaan / FAQ yang sering diajukan, lembar fakta,
infografis, dll.) Dan menyediakan pelatihan komunikasi risiko untuk orang yang merespons keadaan darurat.

65

85
86
KEGIATAN DAN WAKTU
PRIORITY ACTIVITIES MINISTRY UNIT 2018 2019 2020 2021 2022
Indicator RE.1. Mekanisme telah dibentuk dan berfungsi untuk mendeteksi dan merespons keadaan darurat radiologis dan nuklir→ 2017 Capacity level 2
• Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pembentukan Rumah Sakit Rujukan Nasional untuk MOH KESLING x x x
Bencana Nuklir
• Dokumen untuk rencana kontinjensi wilayah Nuklir Bandung BATAN x x
• Dokumen untuk rencana kontinjensi wilayah Nuklir Yogyakarta BATAN x x
• Pertemuan tentang kesiapan nuklir dan koordinasi tanggap darurat area nuklir Serpong BATAN x x x x
• Pertemuan tentang kesiapan nuklir dan koordinasi tanggap darurat area nuklir DIY BATAN x x x x
• Pertemuan tentang kesiapan nuklir dan koordinasi tanggap darurat area nuklir Bandung BATAN x x x x
• Pertemuan tentang kesiapan nuklir dan koordinasi tanggap darurat area nuklir Pasar Jumat BATAN x x x
• Tanggap darurat nuklir BAPETEN x x x x x
Indicator RE.2 Lingkungan yang mendukung tersedia untuk manajemen kedaruratan radiasi→ 2017 Capacity level 3
• Pedoman untuk Melindungi Dampak Radiasi terhadap Kesehatan MOH KESJAOR x x
• Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Manajemen Medis untuk Keadaan Darurat MOH KESLING x x
Radiologi dan Nuklir
• Peraturan Presiden tentang Kebijakan dan Strategi Keselamatan Nuklir dan Radiasi Nasional BAPETEN x x x
• Revisi dokumen program kesiapsiagaan dan tanggap darurat area nuklir Pasar Jumat BATAN x x x
• Revisi dokumen program kesiapsiagaan dan tanggap darurat area nuklir Serpong BATAN x x x
• Pelatihan kesiapsiagaan darurat nuklir dan tanggap darurat di area nuklir Bandung BATAN x x
• Pelatihan kesiapsiagaan darurat nuklir dan tanggap darurat di area nuklir Pasar Jumat BATAN x x
• Persiapan Media KIE untuk Komunitas di sekitar Area reactor nuklir BATAN x x

66

Anda mungkin juga menyukai