Anda di halaman 1dari 35

RENCANA KERJA TAHUNAN 2019

DIREKTORAT

SURVEILANS DAN KARANTI\A KESEHATA\

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena Berkat
Rahmat dan Karunia-Nya. Rencana Kerja Tahunan Direktorat Surveilans dan Karantina
Kesehatan dapat di selesaikan.

Tujuan pembuatan Recana Kerja Tahunan 2019 adalah sebagai acuan dalam pencapaian
tujuan, sasaran, indikator yang akan dicapai di Tahun 2019, dan pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Surveilans dan
Karantina Kesehatan.

Jakarta,

eilans dan
atan

tohang M. Epid
1991012001
DAFTAR ISI


Kata Pengantar 1

Bab I

Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Visi Misi 4
1.3. Maksud dan Tujuan 6
1.4. Dasar Hukum 6
1.5. Target dan Indikator 8

Bab II

Kelembagaan
2.1. Tugas Pokok dan Fungsi 10
2.2. Struktur Organisasi Dit. Surveilans dan Karantina Kesehatan 14

Bab III
Gambaran Kegiatan
3.1. Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK)
Surveilans dan Kekantinaan Kesehatan 15

3.2 Sumber daya Manusia Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan


yang meningkat Kualitasnya 18
3.3. Sarana dan Prasarana Surveilans dan Karantina Kesehatan 20

3.4.Layanan Kewaspadaan Dini Penyakit berpotensi wabah 14

3.5.Layanan Respon KLB dan Wabah 23

3.6. Layanan Imunisasi 24

3.7.Layanan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging 30

3.8. Layanan Cegah Tangkal Penyakit dalam Pelaksanaan Asian Games

dan Para Games 34

3.9.Layanan Overhead 35

Rincian Anggaran 40

BAB IV Penutup 41
GAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Dimaksud agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat tervvujud. Dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJK) 2005-2025 dalam tahap ke-3
(2015-2019), kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator
pembangunan sumber daya manusia, seperti: meningkatknya derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, kelompok masyarakat, dan
daerah.

Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan merupakan salah satu unit kerja yang
berada di bawah struktur Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(selanjutnya disebut Ditjen P2P). Seperti yang diamanahkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan
bahwa Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan memiliki ruang lingkup tugas yang
meliputi surveilans, karantina kesehatan, Penyakit Infeksi dan Emerging (PIE) dan
imunisasi.

1.2. Visi Misi


Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Dimaksud agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJK) 2005-2025 dalam tahap ke-3
(2015-2019), kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator
pembangunan sumber daya manusia, seperti: meningkatknya derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, kelompok masyarakat, dan
daerah.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 mengikuti Visi dan Misi Presiden
Republik Indonesia yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong", Untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7
misi pembangunan yaitu

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritime dan


mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berdasarkan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati dini sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritime yang mandiri, maju,kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang diwujudkan
yakni :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan


rasa aman pada seluruh warga negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membanguna Indonesia dani pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi system dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatan kualitas hidup manusia Indonesia
6. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sector-sektor strategis
ekonomi domestic.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi social Indonesia.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemerataan pelayanan kesehatan, Sasaran yang akan dicapai dalam program
RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Indonesia Sehat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN
2015-2019) adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang didukung melalui
strategis pembangunan nasional. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 disebutkan
bahwa diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan dalam bentuk kegiatan dengan strategi pendekatan pelayanan
kesehatan promotive, preventif,kuratif
, dan rehabilitatif.

Dengan telah ditetapkan RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015
dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan
nomor HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
telah menyusun Rencana Aksi Program PP dan PL.

Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan merupakan salah satu unit kerja yang
berada di bawah struktur Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(selanjutnya disebut Ditjen P2P). Seperti yang diamanahkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan
bahwa Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan memiliki ruang lingkup tugas yang
meliputi surveilans, karantina kesehatan, PIE dan imunisasi.

1.3 Maksud dan Tujuan

Tujuan dani penyusunan Rencana Kerja Tahunan 2018 adalah:

1. Memberikan informasi kinerja yang akan dicapai dan seharusnya dicapai.


2. Sebagai acuan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan
kinerjanya.
1.4. Dasar Hukum

Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator pelaksanaan kegiatan Direktorat


Surveilans dan Karantina Kesehatan memiliki acuan dasar hukum sebagai berikut :

1. Undang-Undang No.1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.


2. Undang-Undang No.2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
3. Undang-Undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah.
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
5. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
7. Peraturan Pemerintah No.40/1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak;
9. Peraturan Menteri Kesehatan No.45 tentang Penyelenggaraan surveilans
Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi;
11. Keputusan Menteri Kesehatan No.1479/Menkes/SK/ X/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak
Menular Terpadu.
12. Keputusan Menteri Kesehatan No.949/Menkes/SK/ VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
13. Keputusan Menteri Kesehatan No.424/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Upaya
Kesehatan Pelabuhan Dalam Rangka Karantina Kesehatan.
14. Keputusan Menteri Kesehatan No.425/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Karantina Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan No.431/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan Di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas
Dalam Rangka Karantina Kesehatan.
16. Keputusan Menteri Kesehatan No.612/Menkes/SKN/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Karantina Kesehatan Pada Penanggulangan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia.
17. Keputusan Menteri Kesehatan No.1314/Menkes/SK/IX/2010 tentang Pedoman
Standarisasi Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana di Lingkungan Kantor
Kesehatan Pelabuhan.
18. Peraturan Menteri Kesehatan No.1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan VVabah dan Upaya Penanggulangan.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penanggulangan
Hepatitis Virus;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


1.5. Target dan Indikator

Kebijakan dan strategi ini sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019, terutama dalam hal menurunkan angka kesakitan akibat penyakit menular dan
diharapkan akan mampu mewujudkan target indikator pada tahun 2019, yaitu:

1. Sebanyak 93% anak usia 0-11 bulan mendapat imunisasi dasar lengkap;
2. Sebanyak 70% anak usia 12-24 bulan yang mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib
lanjutan
3. Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar
biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di Kabupaten/Kota (80%);
4. Penemuan kasus discarded campak per 100.000 penduduk;
5. Penemuan kasus AFP non Polio ?.2 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun
6. Sebanyak (106%) Persentase kab/Kota yang mempunyai kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah;
7 Jumlah kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian
penyakit infeksi emerging sebanyak 400 Kabupaten/kota.

NO INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN PENCAPAIAN Target Ket.


TARGET

1 2 3 4 5 6

Direktorat Survetlans dan Karantina Kesehatan

1 Persentase Persentase bayi usia 0-11 Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang
cakupan imunisasi bulan yang mendapat satu mendapat imunisasi dasar lengkap di 93
dasar lengkap kali imunisasi Hepatitis B, suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
satu kali imunisasi BOG, tiga dibagi jumlah bayi usia 0-11 bulan di
kali imunisasi DPT-HB-Hib, suatu wilayah pada kurun waktu yang
empat kali imunisasi polio, sama, dikali dengan 100%
dan satu kali imunisasi
campak dalam kurun waktu
satu tahun

2 Persentase anak Persentase anak usia 12-24 Jumlah anak usia 12-24 bulan yang
usia 12-24 bulan bulan yang mendapat mendapat imunisasi DPT-HB-Hib 70
yang imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan dibagi jumlah seluruh anak usia
mendapatkan lanjutan, dalam kurun waktu 12-24 bulan selama kurun waktu yang
imunisasi DPT- satu tahun sama dikali 100%
HB-Hib lanjutan

3 Penemuan kasus Penemuan kasus bukan Rate kasus discarded campak = (Jumlah >2
discarded campak campak per 100.000 kasus negatif campak dibagi jumlah
per 100.000 penduduk spesimen yang diperiksa IgM dan IgR)
penduduk dibagi jumlah penduduk per 100.000

-
RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
4 Penemuan kasus Penemuan kasus lumpuh Rate lumpuh layuh akut/AFP non Polio = >2
AFP non polio per layuh akut (Accute Flaccid kasus AFP non Polio yang ditemukan
100.000 penduduk Paralyse/ AFP) non polio dibagi kasus AFP non Polio yang
usia < 15 tahun per 100.000 penduduk diharapkan.
dibawah usia 15 tahun

Kasus AFP non Polio yang diharapkan =


Penduduk usia < 15 tahun dibagi
100.000

5 Persentase Persentase respon (Jumlah seluruh kab/kota yang telah 90


respon penanggulangan terhadap melakukan respon terhadap sinyal
penanggulangan sinyal kewaspadaan dini kewaspadaan dafam SKDR dibagi
terhadap sinyal kejadian luar biasa (KLB) jumlah seluruh kab/kota yang telah
kewaspadaan dini untuk mencegah terjadinya mengimplementasikan SKDR) dikalikan
Kejadian Luar KLB di kabupaten/kota yaitu 100%
Biasa (KLB) untuk Persentase respon atas
mencegah sinyal kewaspadaan dini
terjadinya KLB di pada Sistem Kewaspadaan
Kabupaten/Kota Dini dan Respon (SKDR)
Puskesmas oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
dan/atau puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.
Pada pelaksanaannya,
kabupaten/kota dan/atau
puskesmas melakukan
respon terhadap sinyal
kewaspadaan dini dalam
SKDR yang muncul setiap
minggu.

6 Persentase Kab/kota dengan pelabuhan, Jumlah kab/kota dengan pintu masuk


Kab/Kota yang bandar udara dan PLBDN internasional yang mempunyai kebijakan 106
mempunyai yang memiliki kriteria kesiapsiagaan dalam penanggulangan
kebijakan internasional, berfungsi rutin Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
kesiapsiagaan sepanjang tahun, terdapat yang berpotensi wabah dibagi Jumlah
dalam unsur karantina kesehatan, Kab/Kota yang memiliki pintu masuk
penanggulangan imigrasi dan bea cukai telah internasional dikalikan 100%
kedaruratan memiliki kebijakan
kesehatan kesiapsiagaan dalam
masyarakat yang penanggulangan KKM
berpotensi wabah

7 Jumlah Jumlah kabupaten/kota yang (angka absolut)


kabupaten/kota memiliki NSPK terkait 400
yang mampu penyakit infeksi emerging,
melaksanakan pembiayaan terkait penyakit
pencegahan dan infeksi emerging, Tim Gerak
pengendalian Cepat aktif, dan melakukan
penyakit infeksi pengamatan mingguan,
emerging dan/atau penilaian risiko
berkala penyakit infeksi
emerging

6 RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


BAB II

KELEMBAGAAN

2.1.Tugas dan fungsi

Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 pada pasal 284 Direktorat Surveilans dan
Karantina Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang surveilans dan
karantina kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 284, Direktorat Surveilans
dan Karantina Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan dibidang surveilans, penyakit infeksi


emerging,kekarantinaan kesehatan dan imunisasi.
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang surveilans, penyakit infeksi
emerging,kekarantinaan kesehatan dan imunisasi.
3. Penyiapan penyusunan norma,standar, prosedur dan kriteria dibidang surveilans,
penyakit infeksi emerging,kekarantinaan kesehatan dan imunisasi.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang surveilans, penyakit
infeksi emerging,kekarantinaan kesehatan dan imunisasi.
5. Pemantauan,evaluasi, dan pelaporan dibidang surveilans, penyakit infeksi
emerging,kekarantinaan kesehatan dan imunisasi.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan terdiri atas :

1. Subdirektorat Surveilans mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan


dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,standar,prosedur dan kriteria,dan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan bidang surveilans.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana pasal 287 Surveilans menyelenggarakan
fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang kewaspadaan dini dan respon


kejadian luar biasa dan wabah;
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan dibidang kewaspadaan dini dan respon
kejadian luar biasa dan wabah;

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


c. Penyiapan bahan penyusunan norma,standar,prosedur dan kriteria dibidang
kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa dan wabah;
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi dibidang kewaspadaan dini dan
respon kejadian luar biasa dan wabah;
e. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan dibidang kewaspadaan dini dan respon
kejadian luar biasa dan wabah;
Subdit Surveilans terdiri atas 2(dua) seksi :

a. Seksi Kewaspadaan Dini yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan


perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur
dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi,serta
pemantauan,evaluasi dan pelaporan di bidang kewaspadaan dini.
b. Seksi Respon Kejadian Luar Biasa dan Wabah yang mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang Respon Kejadian
Luar Biasa dan Wabah.
2. Subdirektorat Penyakit Infeksi Emerging mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang penyakit infeksi emerging.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana pasal 291 Subdit Penyakit Infeksi
Emerging menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang deteksi dan intervensi


penyakit infeksi emerging;
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan dibidang deteksi dan intervensi
penyakit infeksi emerging;
c. Penyiapan bahan penyusunan norma,standar,prosedur dan kriteria dibidang
deteksi dan intervensi penyakit infeksi emerging;
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi dibidang deteksi dan
intervensi penyakit infeksi emerging;
e. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan dibidang deteksi dan intervensi
penyakit infeksi emerging;

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


Subdit Penyakit Infeksi Emerging terdiri atas 2 (dua) seksi

a. Seksi Deteksi Penyakit Infeksi Emerging yang mempunyai tugas


melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma,standar,prosedur dan kriteria,dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
Deteksi Penyakit Infeksi Emerging .

b. Seksi Intervensi Penyakit Infeksi Emerging yang mempunyai tugas


melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang Intervensi Penyakit Infeksi Emerging.

3. Subdirektorat Karantina Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan


perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang Karantina Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana pasal 295 Subdit Karantina Kesehatan
menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang karantina kesehatan


pelabuhan dan bandar udara dan karantina kesehatan wilayah dan pos lintas
batas darat negara.
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan dibidang karantina kesehatan
pelabuhan dan bandar udara dan karantina kesehatan wilayah dan pos lintas
batas darat negara.
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang
karantina kesehatan pelabuhan dan bandar udara dan karantina kesehatan
wilayah dan pos lintas batas darat negara.
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi dibidang karantina
kesehatan pelabuhan dan bandar udara dan karantina kesehatan wilayah
dan pos lintas batas darat negara.
e. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan dibidang karantina kesehatan
pelabuhan dan bandar udara dan karantina kesehatan wilayah dan pos lintas
batas darat negara.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


Subdit Karantina Kesehatan terdiri atas 2 (dua) seksi :

a. Seksi Karantina Kesehatan Pelabuhan dan Bandar Udara yang mempunyai


tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
Karantina Kesehatan Pelabuhan dan Bandar Udara .
b. Seksi Karantina Kesehatan Wilayah dan Pos Lintas Batas Darat Negara
yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria,
dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang Karantina Kesehatan Wilayah dan Pos Lintas Batas
Darat Negara.
4. Subdirektorat lmunisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di bidang lmunisasi.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana pasal 299 Subdit imunisasi
menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang imunisasi dasar dan


imunisasi lanjutan dan khusus.
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan dibidang imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan dan khusus.
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan dan khusus.
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi dibidang imunisasi dasar
dan imunisasi lanjutan dan khusus.
e. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan dibidang imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan dan khusus.
Subdit lmunisasi terdiri atas 2(dua) seksi

a. Seksi lmunisasi dasar yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan


perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan,evaluasi dan pelaporan di bidang lmunisasi Dasar.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


b. Seksi Imunisasi lanjutan dan khusus yang mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,


standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan

supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Imunisasi


lanjutan dan khusus.

2.2. Struktur Organisasi Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dit. Surveilans dan Karantina
Kesehatan memiliki struktural sebagai berikut:

DIREKTORAT SURVEILANS, DAN


KARANTINA KESEHATAN

TATA
USAHA

SUB SUB
SUB
SUB DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT PENYAKIT
SURVEILANS KARANTINA
IMUNISASI INFEKSI
KESEHATAN
EMERGING

JABATAN FUNGSIONAL
(EPIDEMIOLOG, SANITARIAN,

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


BAB III

RENCANA KEGIATAN

1. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK)

a) Review Draft Pedoman PD3I terhadap pedoman untuk petugas surveilans di

lapangan sebagai standar dan rujukan pelaksanaan kegiatan surveilans


PD3I, agar lebih jell dan tajam dalam memantau dan menangkap suspek
kasus di msyarakat.

b) NSPK Lab. Kesehatan Masyarakat 4 NSPK baru, sebagai dasar legalitas


pelaksanaan kegiatan surveilans berbasis laboratorium yang sedang
dikembangkan di BBTKL

c) Revisi Juknis Imunisasi HPV dalam BIAS 4

d) Revisi Juknis Program Demonstrasi Imunisasi Pneumokokus 4

e) Pencetakan Juknis Pelaksanaan BIAS 4

f) NSPK Kekarantinaan Kesehatan di VVilayah yaitu, PP pelaksanaan


karantina rumah, karantina wilayah, karantina RS dan pembatasan sosial
berskala besar

g) NSPK Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk Negara 4 Revisi Standar


Operasional Prosedur di Pintu Masuk Negara

h) Sosialisasi Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi


Emerging 4 yaitu, NSPK Surveilans Sindrom, Pedoman Pengendalian
Penhyakit Meningitis Menicoccus

2. Layanan Kewaspadaan Dini Penyakit Berpotensi KLB

a) Bimbingan Teknis SKD Penyakit Berpotensi KLB 4 Asistensi teknis ke

daerah dalam melakukan kewaspadaan dini penyakit berpotensi KLB,


meliputi pelaksanaan Surveilans PD3I, SKDR, STP.

b) Monitoring Evaluasi SKD Penyakit Berpotensi KLB memantau hashl

pelaksanaan kewaspadaan dini penyakit berpotensi KLB dan memberikan


umpan batik untuk perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


3. Layanan Respon KLB dan Wabah

a) Bimbingan Teknis Investigasi dan Penanggulangan KLB asistensi teknis

ke daerah secara terintegrasi mengenai pelaksanaan penanggulangan KLB,


bencana dan situasi khusus lainnya

b) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Respon KLB dan Wabah memantau


hasil pelaksanaan respon KLB dan Wabah dan memberikan umpan balik
guna perbaikan pelaksanaan program kewaspadaan dini penyakit berpotensi
KLB selanjutnya

4. Layanan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging

a) Bimbingan Teknis Pelaksanaan Deteksi Dini Penyakit lnfeksi Emerging 4


masih banyak daerah yang belum melakukan prosedur pencegahan dan
penanggulangan penyakit infeksi emerging sesuai dengan pedoman yang
telah dibuat sehingga diperlukan asistensi dalam pelaksanaan kegiatannya

5. Layanan Imunisasi

a) Supervisi Suportif 4 untuk melihat apakah pelaksanaan program imunisasi


sesuai dengan SOP atau tidak, muai dani perencanaan kebutuhan logistik,
penyimpanan vaksin, pengelolaan rantai dingin, sampai dengan pengelolaan
limbah imunisasi. Pemilihan lokasi berdasarkan hasil analisa cakupan
imunisasi, ada/ tidaknya KLB PD3I, atau ada/ tidaknya masalah lain yang
perlu ditindaklanjuti.

b) Asistensi KOMNAS ke KOMDA KIPI untuk memantau peran Komda KIPI


dalam menindaklanjuti kasus KIPI yang terjadi di daerah masing-masing,
serta memberikan bimbingan kepada Komda KIPI terkait permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam menindaklanjuti kasus KIPI.

c) Pelaksanaan Data Quality Self-Assessment (DQS) untuk menilai kualitas


data cakupan hasil pelaksanaan program imunisasi. Hal ini penting dilakukan
untuk memastikan bahwa hasil cakupan imunisasi yang dilaporkan oleh
puskesmas, kab/kota dan provinsi valid, sehingga tidak terjadi under atau
over reporting.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


d) Pelaksanaan Effective Vaccine Management (EVM) --> untuk menilai
manajemen rantai vaksin yang ada di provinsi, kabupaten/ kotta dan
puskesmas. EVM ini penting dilakukan untuk memastikan vaksin disimpan
dan distribusikan pada rantai dingin yang balk.

e) Validasi Logistik -> untuk memeriksa stok vaksin program imunisasi yang ada
di gudang vaksin nasional di Bandung.

f) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Imunisasi Lanjutan -> untuk memantau


pelaksanaan imunisasi lanjutan pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS), pada bulan Agustus dan November.

6. Layanan Kekarantinaan Kesehatan

a) Bimbingan Teknis Pelaksanaan Karantina Kesehatan di Wilayah dan PLBDN


—> ke provinsi dan 10 PLBDN.

b) Bimbingan Teknis Program Kekarantinaan Kesehatan di KKP -->ke pelabuhan


dan bandara di KKP induk maupun wiker

c) Supervisi Suportif Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk


Negara —>

d) Evaluasi Penyelenggaraan Program Kekarantinaan Kesehatan di PLBDN ->


mengevaluasi/membahas program karantina kesehatan mingguan/secara
berkala

e) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Karantina Kesehatan Pelabuhan dan


Bandar Udara -› mom terkait program kekarantinaan kesehatan di pintu
masuk negara dalam rangka pengendalian karantina dan surveilans
epidemiologi, pelayanan kesehatan kekarantinaan kesehatan dan
pengendalian faktor risiko kesehatan.

14 RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


7. Layanan internal: (overhead)

7.1. Renggar:

a. Koordinasi renggar internal direktorat untuk penyusunan renggar tahun selanjutnya


mulai e renggar, pagu indikatif, pagu definitif di lakukan di kantor

b. Penelaahan mulai e renggar, pagu indikatif, pagu definitif oleh Bagian PI, Roren,
DJA, Bappenas untuk tahun selanjutnya, lokasi tergantung dani penelaah.

7.2. Money:

a. Koordinasi & evaluasi program/kegiatan Direktorat (internal direktorat) terkait capaian


output, keuangan, dan indikator di laksanakan di kantor

b. Evaluasi program/kegiatan Direktorat terkait capaian output, keuangan, dan indikator

tahun berjalan dengan melibatkan LS (DJ/DJPB/Bappenas/LKPP/Roren/Rokeu/Bag.


PI) dan LP (Bagian PI, Keuangan, Pegum, KKP Soetta, KKP Priok, BBTKL Jkt)
dengan mekanisme paket meeting di area Jabar

c. Koordinasi LS/LP dengan biaya Direktorat masing-masing baik yang dihadiri eselon
2 maupun staf terkait dengan kegiatan teknis, keuangan, BMN, kepegawaian,
Renggar

7.3. Pengelolaan data dan informasi:

a. Penyusunan laporan kegiatan/program direktorat berupat Laporan tahunan dan


LAKIP dilakukan di kantor

b. Penghapusan dokumen yang lebih dani standar penyimpanan dokumen dilakukan di


kantor

7.4. Pengadaan sarana kantor

a. Belanja keperluan sehari-hari, pengiriman logistik dan dokumen, pencetakan


pelaporan, toner, biaya administrasi bank, sewa mesin fotocopy, pemeliharaan
komputer/laptop, printer,mesin fotocopy

b. Pengadaan meubelair dan partisi surveilans

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


7.5. Pengelolaan keuangan

a. Honor pengelola kegiatan: KPA, PPK, Bendahara, PPSPM, Penguji, pejabat


pengadaan dan penerima, operator SPM dan pajak

b. Koordinasi pengelola keuangan (PPK, bendahara, PUM) internal direktorat diadakan


dikantor

7.6. Pengelolaan BMN

a. Koordinasi internal direktorat yg melibatkan Subdit terkaait dengan BMN untuk


dimasukan ke dalam SIMAK BMN

b. Monitoring logistik untuk menyelesaikan BAST di Dinkes Prov terkait barang yang

diadakan tahun berjalan, maupun tahun sebelumnya yang belum selesai BAST,
termasuk proses hibah BMN

c. Inventarisasi/Penyusunan penghapusan BMN yang sudah masuk kriteria


penghapusan.

7.7. Pengadaan alat pengolah data berupa printer, laptop, komputer

7.8. Koordinasi kepegawaian terkait dengan kenaikan pangkat, beban kerja, jabfung dll
terkait kepegawaian diinternal direktorat

8. Penyediaan Sarana dan Prasarana Surveilans dan Karantina Kesehatan

8.1.Pengadaan Logistik Surveilans

a) Pengadaan Bahan Kesehatan Situasi Khusus didistribusikan pada saat kejadian


bencana atau pada situasi khusus tertentu lainnya (contoh pengungsian TKIB,
imigran, dll)

b) Pengadaan Logistik Surveilans Polio untuk B/BTKL -› agar sampel surveilans polio
lingkungan yang dikirim ke laboratorium dapat langsung diproses untuk dilakukan
pemeriksaan sehingga kasus virus polio liar dengan cepat dapat diketahui

8.2. Pengadaan Alat dan Bahan Kesehatan Kekarantinaan Kesehatan

a). Pengadaan Thermalscanner mampu memindai suhu tubuh secara massal, cepat
dan akurat, sebagai upaya deteksi dini potensi penyakit PHEIC, yang sebagian besar
tanda suatu penyakit potensi PHEIC adalah adanya peningkatan suhu tubuh pada

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


seseorang yang terduga (suspek). Didistribusikan ke 10 KKP: Makassar, Banten,
Ambon, Palangkaraya, Merauke, Pangkalpinang, Jambi, Samarinda, Gorontalo.

b). Pengadaan Boarding KIT 4 digunakan saat petugas KKP melakukan pengawasan
terhadap alat angkut seperti kapal dan pesawat di pelabuhan dan bandar udara.
Didistribusikan ke 49 KKP.

9. Layanan Kewaspadaan Dini Penyakit Berpotensi KLB

9.1. Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi

a) Pertemuan Koordinasi dan Evaluasi Kewaspadaan Dini dan Respon Penyakit


Berpotensi KLB 4 untuk membangun dan memperkuat koordinasi dg Dinkes
Prov di Indonesia, serta mengevaluasi pelaksanaan kewaspadaan dini dan
respon penyakit berpotensi KLB di seluruh provinsi. Peserta: petugas pengelola
program surveilans

b) Sosialisasi dan Uji Coba Pengembangan SKDR bagi B/BTKL dan RS 4 Tahun
ini (2018) akan dilaksanakan pengembangan aplikasi SKDR bagi B/BTKL-PP
dan RS. Kemudian tahun 2019, akan dilaksanakan Sosialisasi dan Uji Coba
Pengembangan SKDR tsb. Tujuannya untuk menjaring penemuan kasus
penyakit potensial KLB di RS, dan untuk mendukung konfirmasi laboratorium
dani B/BTKL maupun RS. Peserta dani 10 B/BTKL dan perwakilan dani 10 RS
rujukan.

9.2. Penemuan Kasus PD3I

a). Konfirmasi Kasus Penyakit PD3I 4 tim pusat memberikan bimbingan


pelaksanaan konfirmasi kasus terhadap provinsi dan kab/kota yang daerahnya
ditemukan kasus suspek PD3I, untuk mengetahui penyebab, sumber dan cara
penularan serta faktor risiko penularan PD3I, sehingga dapat menekan angka
morbiditas, mortalitas serta penyebaran penyakit/kejadian.

b). Koordinasi Tim Ahli Surveilans PD3I 4 untuk membahas perkembangan kasus-
kasus pending PD3I maupun isu terkini mengenai PD3I yang memerlukan
rekomendasi dani tim ahli.

C) Pertemuan Koordinasi dan Evaluasi Nasional PD3I untuk mengevaluasi dan

memonitoring kemajuan pengendalian PD3I di Indonesia, kendala atau


hambatan di lapangan, perkembangan kasus baru di lapangan, maupun

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


beberapa kasus/kejadian KLB di beberapa wilayah di Indonesia. Peserta: dinkes
provinsi.

d) Monitoring Evaluasi Polio Lingkungan di B/BTKL 4 money terhadap suryeilans


polio lingkungan yang selama ini dilakukan oleh B/BTKL, dan melihat langsung
bagaimana suryeilans tersebut dilakukan, termasuk pengambilan dan
pemeriksaan spesimen lingkungan untuk membuktikan tidak terdapat lagi virus
polio di lingkungan

9.3. Verifikasi Sinyal Kewaspadaan Dini Penyakit Berpotensi KLB


verifikasi sinyal sangat diperlukan untuk memastikan bahwa sinyal SKDR yang
ditemukan tersebut benar terjadi atau tidak di masyarakat, sehingga dapat
dilakukan pengendalian dan pemutusan rantai penularan untuk meminimalkan
jumlah kasus.

9.4.Pemeliharaan Sistem Informasi Surveilans

pemeliharaan peralatan IT PHEOC dan jaringan servernya, serta pembelian paket pulsa
untuk mengirimkan feedback sms oleh aplikasi SKDR kepada petugas puskesmas terhadap
laporan sms penyakit mingguan yang telah dikirimkan.

9.5. Penyusunan dan Pengadaan Media KIE 4 pengadaan media KIE yang berupa
leaflet, poster, buku saku untuk petugas surveilans daerah
10. Layanan Respon KLB dan Wabah
10.1. Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi Jejaring Surveilans

a) Pertemuan Koordinasi LS/LP dalam rangka Penanggulangan KLB/Bencana untuk


memperkuat koordinasi dan jejaring dalam pelaksanaan penanggulangan KLB
dan bencana yang sedang atau pernah terjadi, serta membahas mengenai
KLB/bencana yang sedang berlangsung, yang memerlukan masukan dan
kontribusi dani LP/LS terkait.

b). Rapat Koordinasi PHEOC 4 rapat rutin untuk membahas mengenai kejadian
KLB/wabah yang sedang terjadi di daerah.

10.2. Penyelidikan Epidemiologi

Investigasi KLB/VVabah Terintegrasi penyelidikan epidemiologi di lapangan oleh


tim pusat bersama dengan LP/LS, untuk mengetahui penyebab, sumber dan cara
penularan serta faktor risiko penularan penyakit, sehingga dapat menekan angka
morbiditas, mortalitas serta penyebaran penyakit/kejadian.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


10.3. Analisis Data dan Kajian Ilmiah KLB 4 membahas hasil investigasi dan sebagai
bahan evaluasi dan pembelajaran dalam penanganan KLB/wabah di Indonesia.

11. Surveilans Berbasis Kejadian

11.1. Verifikasi Rumor Penyakit Berpotensi KLB verifikasi atas rumor atau informasi
baik dani petugas kesehatan di lapangan/daerah, masyarakat mau pun media massa,

dengan menggunakan media komunikasi seperti telpon, sms, media sosial, dan surat
elektronik atau turun langsung ke lapangan bila diperlukan.

11.2. Operasional PHEOC 4 operasional untuk Public Health Emergency Operation


Centre (PHEOC), termasuk piket mingguan secara bergantian oleh tim pengelola
PHEOC.

12. Layanan Imunisasi, terdiri dani Layanan Imunisasi Rutin (yaitu Imunisasi Dasar
dan Lanjutan) serta Layanan Imunisasi dalam rangka Pengenalan Antigen Baru.
12.1. Layanan Imunisasi Rutin

1 Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi Pelaksanaan Imunisasi Rutin

a) Pertemuan Penguatan Imunisasi Rutin 4 Kegiatan bertujuan untuk


melakukan evaluasi program imunisasi tahun berjalan dan perencanaan
program imunisasi untuk tahun selanjutnya. Kegiatan ini dilakukan dalam
bentuk pertemuan dengan mengundang kepala bidang/kepala seksi yang
membawahi program imunisasi, pengelola imunisasi dan Komda KIPI dani 34
Dinas Kesehatan Provinsi.

b) Koordinasi dg Stakeholder (Technical Working Group/TWG) 4 koordinasi


rutin antara subdit imunisasi dengan ITAGI, WHO, UNICEF, dan LS/LP
lainnya, minimal dua bulan sekali

c) Koordinasi dg Tim Ahli (ITAGI) untuk mengkaji/membahas pelaksanaan


imunisasi, isu-isu terkini mengenai imunisasi, dan/atau hasil kajian tim ahli
mengenai perkembangan vaksin baru, yang melibatkan subdit imunisasi
dengan seluruh anggota tim ahli (ITAGI) dan LS/LP terkait.

d) Pekan Imunisasi Dunia (PID) peringatan Pekan Imunisasi Dunia (PID)


diharapkan dapat meningkatkan awareness dan partisipasi masyarakat
terhadap program imunisasi. Untuk tahun 2019, Pekan Imunisasi Dunia (PID)
akan dilakukan dengan mengundang lintas program, lintas sektor, serta
masyarakat umum

19 RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


e) Pertemuan Koordinasi dan Evaluasi Wasor Imunisasi untuk melakukan
evaluasi terhadap kinerja wakil supervisor (wasor) di kab/kota yang cakupan
imunisasinya rendah. Peserta: provinsi dan wasor dani kab/kota.

f) Advokasi dan Sosialisasi Pelaksanaan Imunisasi Lanjutan untuk akselerasi


cakupan imunisasi lajutan yang masih rendah. Peserta: Kementerian
Pendidikan, Kementerian Agama, Organisasi Profesi, serta LS/LP terkait.

2 Surveilans KIPI dan Pendampingan Penguatan Imunisasi dalam rangka KLB


PD3I

a) Investigasi dan Audit Kasus KIPI untuk menginvestigasi dan mencari tahu
penyebab terjadinya kasus KIPI, serta tindaklanjutnya dengan berpedoman
pada instrument investigasi kasus KIPI, dan dilakukan bersama dengan
Komnas PP KIPI dan Komda KIPI setempat.

3. Asistensi Teknis Penguatan Program Imunisasi dalam rangka KLB PD3I


Pendampingan Akselerasi Imunisasi Nasional

a) Gerakan Akselerasi Pencapaian Target Imunisasi Nasional untuk


akselerasi peningkatan cakupan imunisasi dalam rangka pencapaian target
RPJMN dan Renstra di tahun 2019. Akselerasi pencapaian target imunisasi
nasional itu sendiri dilakukan melalui kegiatan di lapangan berupa DOFU,
BLF dan sweeping, secara serentak di seluruh Indonesia setiap 3 bulan 1
kali, dengan pendanaan dani BOK (DAK non fisik).

b) Advokasi Sosialisasi dalam rangka Akselerasi Pencapaian Target Imunisasi


di NTT -4 untuk akselerasi peningkatan cakupan imunisasi di Prov NTT,
mengundang tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi profesi, organisasi
masyarakat, lintas program/ lintas sektor dani 22 kab/kota di NTT.

C) Money dalam rangka Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional untuk


memantau proses persiapan dan pelaksanaan gerakan akselerasi imunisasi
nasional di 17 prov.

d) Pembinaan Imunisasi di Daerah Terpencil dan Tertinggal (Sustainability


Outreach Service/ SOS) -4 khusus untuk Provinsi yang memiliki daerah
terpencil dan tertinggal, untuk memastikan pelaksanaan imunisasi di daerah
terpencil dan tertinggal tersebut tetap berjalan dengan baik dan sesuai
dengan pedoman pelaksanaan imunisasi untuk daerah terpencil dan

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


tertinggal, serta untuk melihat dan bersama-sama mencarikan solusi
permasalahan yang dihadapi di daerah tersebut.

4. Pencatatan dan Pelaporan Imunisasi Berbasis Web

untuk meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan serta kualitas data yang
dilaporkan. Bekerja sama dengan BNPT dan Pusdatin dalam mengembangkan
sistem RR Imunisasi berbasis web yang terintegrasi dengan aplikasi web yang
dikembangkan pusdatin. Kegiatan akan dilaksanakan di 3 Prov, yaitu NTB, Bali dan
Bangka Belitung.

a) Pengembangan RR Imunisasi Berbasis Web

b) Sosialisasi RR Imunisasi Berbasis Web

C) Training RR Imunisasi Berbasis Web di 3 ProvPiloting (NTB, Bali, Babel)

d) Monitoring Evaluasi Implementasi RR Imunisasi Berbasis We

Pengadaan Media KIE

a) Pengadaan Media KIE Imunisasi Rutin --> pengadaan Media KIE cetak
berupa spanduk, poster, roll banner, flyer, dan buku saku, didistribusi ke 34
prov

b) Pengadaan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) penayangan ILM di TVRI, TV


swasta nasional, radio, media online berbasis internet, TV Commuter Line
dan KA jarak jauh, TV bandara.

13. Layanan Imunisasi dalam rangka Pengenalan Antigen Baru


13.1 Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi Pelaksanaan Imunisasi dalam
rangka Pengenalan Antigen Baru

a) Advokasi dan Sosialisasi Pelaksanaan Program Demonstrasi Imunisasi HPV


untuk membangun dan memperkuat koordinasi dalam rangka pelaksanaan
program demonstrasi imunisasi HPV di Kota Yogyakarta, Kab. Sleman dan
Kab. Bantu!, DIY. Peserta melibatkan Dinas Pendidikan, Organisasi
Keagamaan, Organisasi Profesi, serta LS/LP terkait.

b) Advokasi dan Sosialisasi Pelaksanaan Program Demonstrasi Imunisasi --)


untuk membangun dan memperkuat koordinasi dalam rangka pelaksanaan
program demonstrasi imunisasi Pneumokokus di 3 Prov (Jabar, Jateng, NTB.

13.2. Pendampingan Pelaksanaan Imunisasi dalam rangka Pengenalan Antigen


Baru.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


a). Pendampingan Pelaksanaan Program Demonstrasi Imunisasi Pneumokokus

b). Pendampingan Pelaksanaan Program Demonstrasi lmunisasi HPV

kegiatan tersebut untuk memantau, mengevaluasi dan memberikan umpan


balik hasil pelaksanaan imunisasi dalam rangka pengenalan antigen baru.
Dalam pelaksanaannya, masing-masing provinsi dipilih 2 kab/kota untuk
memastikan semua sasaran telah mendapatkan imunisasi pada saat
pengenalan antigen baru

Pengadaan Media KIE

a) Pengadaan Media KIE Cetak untuk Program Demonstrasi Imunisasi


Pneumokokus dan Program Demonstrasi Imunisasi HPV, berupa spanduk,
poster, roll banner, flyer, dan buku saku

14. Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat

1. Pendampingan Pelaksanaan SOS di Papua dan Papua Barat

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2017, untuk daerah yang
memiliki akses geografi sulit, pelaksanaan imunisasi dilakukan dengan strategi SOS,
dimana pelayanan imunisasi dilakukan 3 bulan sekali terintegrasi dengan pelayanan
kesehatan lainnya. Salah satu provinsi yang perlu melakukan SOS adalah Provinsi
Papua dan Papua Barat. Namun, pelaksanaan SOS di 2 prov tersebut selama ini
belum melembaga dan tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Untuk itu, diperlukan
pendampingan untuk memastikan kegiatan imunisasi melalui strategi SOS ini
dilaksanakan.

15. Layanan Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan di Wilayah dan PLBDN

1 Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi

a) Sosialisasi Advokasi Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan di Wilayah


Melalui kegiatan ini, daerah diharapkan mempunyai kemampuan dalam
sistem kesehatannya untuk dapat melakukan pencegahan, deteksi, dan
respon suatu kejadian yang berpotensi kedaruratan kesehatan masayarakat.
Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah merupakan bentuk
intervensi dalam menghadapi KKM berpotensi wabah. Kegiatan ini
mengundang LP/LS/stakeholder/masyarakat yang terkait dalam kegiatan
penanggulangan KKM.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


b) Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi Program Kekarantinaan Kesehatan di
Wilayah membahas, harmonisasi, dan koordinasi program-program
karantina kesehatan dengan program lainnya balk di Kementerian Kesehatan
maupun dengan K/L lainnya

c) Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi Program Kekarantinaan Kesehatan di


PLBDN ---> membahas, harmonisasi, dan koordinasi program-program
karantina kesehatan dengan program lainnya balk di Kementerian Kesehatan
maupun dengan K/L lainnya di PLBDN

2. Workshop Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan PLBDN

a) Reviu Pelaksanaan Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan di PLBDN


4 berupa pertemuan di KKP yang memiliki PBLDN tersebut yang membahas
terkait pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan alat angkut pada PLBDN.
Reviu dilakukan terhadap ketepatan pelaporan, berapa banyak jumlah alat
angkut yang diawasi, berapa jumlah yang ditindaklanjuti, dan sebagainya

b) Workshop Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan 4 untuk


meningkatkan wawasan dan pengetahuan petugas di PLBDN dalam rangka
menyelenggarakan kekarantinaan kesehatan. Kegiatan dilaksanakan di
PLBDN Skouw (KKP Kelas II Jayapura) dan PLBDN Motaain (KKP Kelas III
Ku pang).

3. Penyusunan Dokumen Rencana Kontinjensi Penanggulangan KKM di Wilayah

4 Yang akan dilaksanakan di 9 kab/kota (Kapuas Hulu, Bengkayang,


Ketapang, Kotawaringin Timur, Tanjung Jabung Barat, Berau, Pangkep,
Bone, Tapanuli Utara)

a) Sosialisasi dan Workshop Penyusunan Renkon Penanggulangan KKM di


Wilayah tujuannya untuk membangun komitmen seluruh lintas sektor
terkait dan kepala daerah tersebut untuk dapat mengimplementasi rencana
kontinjensi yang sudah disusun dan disepakati bersama dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat

b) Penyusunan Rencana Kontinjensi Penanggulangan KKM di Wilayah


penyusunan rencana kontinjensi kedaruratan kesehatan masyarakat dan
table top exercise untuk menguji rencana kontinjensi tersebut. Metode
penyelenggaraan kegiatan ini dengan ceramah, diskusi, tanya jawab dan role

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


play yang dipandu oleh narasumber/ fasilitator yang kompeten, seperti dani
Pemerintah Pusat, WHO, Dinas Kesehatan, BNPP, Sekretariat Komnas
lmplementasi IHR/ Zoonosis, Kepala KKP dan Kepala Daerah/perwakilan
setempat

16. Layanan Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan di Pelabuhan dan Bandar Udara

1 Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi

a) Sosialisasi Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan --> RUU


Kekarantinaan Kesehatan saat ini masih dibahas di Badan Legislasi DPR RI,
dan diharapkan tahun 2019 sudah selesai menjadi Undang-Undang
Kekarantinaan Kesehatan, sehingga dapat disosialisasikan ke seluruh KKP

b) Sosialisasi Kewaspadaan Terhadap KKM dan Importasi Penyakit melalui


Pelayanan Kekarantinaan Kesehatan sosialisasi kegiatan pelayanan
kekarantinaan kesehatan dengan sasaran kepada masyarakat luas terkait
kewaspadaaan dini terhadap kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat
balk episenter maupun kasus importasi penyakit

c) Penyusunan Bahan Advokasi dan Sosialisasi 4 bahan tersebut diperlukan


untuk melakukan advokasi dan sosialisasi program kekarantinaan kesehatan
di Pintu Masuk Negara kepada KKP, pemerintah daerah, LP/LS, stakeholder
di pintu masuk negara, dan masyarakat terkait

2. Koordinasi Program Karantina Kesehatan

a) Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi Program Kekarantinaan Kesehatan


dengan LP/LS membahas, harmonisasi, dan koordinasi program-program
karantina kesehatan dengan program lainnya balk di Kementerian Kesehatan
maupun dengan K/L lainnya

b) Koordinasi Program Kekarantinaan Kesehatan Pada Situasi Khusus -->


dilakukan dalam rangka koordinasi pelaksanaan kekarantinaan kesehatan
pada situasi khusus seperti Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya ldul Adha, Hari
Raya Natal dan Hari Besar Keagamaanya lainnya. Selain itu pelaksanaan
kekarantinaan kesehatan pada event Nasional dan Internasional seperti
Tahun Baru, Sail, dan sebagainya

c) Pertemuan Koordinasi dan Evaluasi Program Kekarantinaan Kesehatan di


Pintu Masuk Negara rutin dalam kantor

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


Review dokumen Rencana Kontinjensi Penanggulangan KKM di Pelabuhan
dan Bandara (yang telah disusun) dilaksanakan untuk melakukan pendampingan
mereviu dan updating informasi/data pada dokumen rencana kontinjensi di pintu
masuk negara

4. Pengembangan dan Pemeliharaan Simkespel --> diperlukan pengembangan guna


meningkatkan utilitas dan fungsi serta perbaikan-perbaikan substansial kegiatan

Penerbitan Dokumen Kekarantinaan Kesehatan berupa Pengadaan Dokumen


ICV dan Buku Kesehatan Kapal, yang didistribusi ke 49 KKP

17. PelatihanANorkshop Petugas dalam Kewaspadaan Dini


a) Workshop Petugas Surveilans dim Pelaksanaan Kewaspadaan Dini di Papua

Tujuan: Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan petugas surveilans


Kabupaten/Kota dalam rangka kewaspadaan dini penyakit dan upaya respon
penanggulangannya.

Peserta: Petugas surveilans Provinsi dan Kab/kota.

b) Pelatihan Kapasitas TGC dalam Respon KLB dibagi menjadi 3 regional (Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan)

Tujuan: meningkatkan dan mengembangkan kemampuan petugas TGC di daerah


dalam upaya kewaspadaan dini dan respon KLB seperti deteksi dini penyakit
menular, PE, investigasi KLB, verifikasi sinyal dan respon KLB, pelaporan
KLB/wabah, dan sebagainya.

C) Workshop Analisis Risiko dan Kajian Data Surveilans di Bali

Peserta: Staf teknis yang mempunyai tugas analisis penyakit berpotensi KLB di unit
program masing-masing dilingkungan Ditjen P2P.

d) Workshop Penguatan Surveilans Berbasis Lab bagi Petugas B/BTKL & RS di


Yogyakarta

Tujuan: Penguatan surveilans berbasis laboratorium (rutin) bagi B/BTKL.


Peserta: 10 B/BTKL, unit program dilingkungan Ditjen P2P dan Badan Litbangkes.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


2 Workshop Petugas Imunisasi dim rangka Pengenalan Antigen Baru

a. Workshop dalam rangka Program Demonstrasi Imunisasi HPV di


Provinsi D.I. Yogyakarta

Tujuan: Meningkatkan kapasitas petugas imunisasi dan pengetahuan LP/LS


untuk persiapan menghadapi program demonstrasi imunisasi Human
Pappilloma Virus (HPV)

Peserta: Perwakilan LP/LS di provinsi, perwakilan Kabupaten, serta


perwakilan puskesmas (kepala puskesmas, petugas imunisasi, dan petugas
pengendalian penyakit tidak menular)

Workshop dalam rangka Program Demonstrasi Imunisasi Pneumokokus


di 3 Prov (Jabar, Jatim, NIB)

Tujuan: Meningkatkan kompetensi petugas imunisasi dan pengetahuan


LP/LS untuk persiapan menghadapi program demonstrasi imunisasi
pneumokokus

Lokasi: Prov. Nusa Tenggara Barat (Kota Bima, Kab. Sumbawa, Kab.
Dompu, Kab. Sumbawa Barat dan Kab. Bima), Provinsi Jawa Barat (Kota
Bekasi, Kab. Bekasi, Kota Bogor dan Kab. Bogor) dan Provinsi Jawa Timur
(Kota Surabaya, Kab. Gresik dan Kab. Sidoarjo).

Peserta: Perwakilan LP/LS, Kabupaten, serta perwakilan puskesmas (kepala


puskesmas, petugas imunisasi dan petugas ISPA)

18. Peningkatan Kemampuan Intervensi Penyakit Infeksi Emerging


a. Pelatihan TGC Penyakit Infem di 7 Prov (Jabar, Jatim, Jateng, Sumsel,
Bengkulu, Jambi, Kalbar)

merupakan tindak lanjut dani TOT TGC Pencegahan dan Pengendalian PIE yang
sudah dilaksanakan pada tahun 2017 dan Pelatihan TGC tahun 2018 yang
dilaksanakan di 5 Propinsi.

Peserta: Dinas Kesehatan Kab/Kota, KKP/wilker, B/BTKL PP, Rumah sakit, dan
Laboratorium Kesehatan Daerah.

b. Workshop Sistem Surveilans Sindrom di Jawa Barat

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas petugas kesehatan dinas
kesehatan, KKP, B/BTKLPP, rumah sakit dalam melakukan deteksi dini penyakit
infeksi emerging melalui surveilans sindrom.

2. Peningkatan Kemampuan Kekarantinaan Kesehatan

a Diklat Deteksi Masalah Kesehatan Akibat Nubika di Jakarta

Tujuan: Meningkatkan kapasitas petugas KKP dalam melakukan deteksi dini


permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh nuklir, biologi, dan kimia
(nubika), melibatkan TNI divisi bidang Nubika, BPPSDM Kesehatan, dan
Bapeten

Peserta: 1 angkatan sebanyak 30 orang

b. Pelatihan Dokter dan Perawat Penerbangan bagi Petugas KKP di


Jakarta

Tujuan: Meningkatkan keterampilan dokter dan perawat dalam pencegahan


dan pengendalian penyakit akibat pekerjaan dan terkait lingkungan kerja
khususnya pilot, awak kokpit, awak kabin, personel darat. Penyelenggaraan
melibatkan Lakespra. khusus dokter selama 118 hari dan perawat selama 90
hari.

c Diklat Kekarantinaan Kesehatan dan Jiwa Korsa bagi Petugas dan


Pejabat Struktural di Jakarta

Tujuan: Meningkatkan kapasitas petugas dalam upaya cegah tangkal


penyakit di pintu masuk negara, dan diharapkan dapat meningkatkan jiwa
korsa di pintu masuk Negara.

Diklat Sanitasi Alat Angkut (Sanitasi Kapal dan Sanitasi Pesawat) di


Jakarta

Tujuan: Meningkatkan kapasitas petugas KKP dalam upaya pengendalian


faktor risiko kesehatan yang berpotensi menimbulkan PHEIC di alat angkut.

e Diklat Bagi Pelatih Pelaksanaan Vaksinasi Internasional

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


Tujuan: Meningkatkan kemampuan dalam mengelola penyelenggaraan
upaya vaksinasi bagi pelaku perjalanan internasional dalam rangka upaya
pencegahan kejadian yang berpotensi kedaruratan kesehatan masyarakat.

Peserta: Penanggung jaab medis pengelolaan vaksinasi di KKP

A. Layanan Deteksi Dini Kejadian Penyakit Infeksi Emerging

1. Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi

a. Pertemuan Tim Ahli Penyakit Infem

Mengundang para ahli di bidang Penyakit Infem, bertujuan untuk melakukan update
informasi serta menganalisis kejadian penyakit infeksi emerging yang sedang
menjadi perhatian dunia.

b. Pertemuan Jejaring Penyakit Infem

Kegiatan berupa diskusi/curah pendapat, bertujuan untuk membangun kesepakatan


dan kesepahaman LP dan LS dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi
emerging. Materi yang dibahas: identifikasi masalah dan kendala dalam
penanggulangan di lapangan, identifikasi faktor risiko, dan indentifikasi sumber daya
pendukung dalam penaggulangan.

c. Koordinasi dengan Unit Terkait LP/LS

Menghadiri undangan dani LP maupun LS terkait

2. Verifikasi Rumor

Verifikasi rumor untuk memastikan bahwa rumor ditemukannya kasus penyakit


infeksi emerging tersebut benar terjadi atau tidak di masyarakat, sehingga dapat
dilakukan pengendalian dan pemutusan rantai penularan untuk meminimalkan
jumlah kasus, melibatkan LP/LS terkait di Provinsi/daerah tempat terjadinya rumor.

3. Surveilans PIE Berbasis Kejadian

Pembuatan surveilans sentinel PIE berbasis sindrom di rumah sakit. Kegiatan terdiri
dan: Pengambilan dan pengiriman spesimen (2x dalam 1 tahun) biaya untuk petugas
rumah sakit yang dan monitoring pelaksanaan surveilans sentinel.

4. Pengadaan Logistik Surveilans Sentinel PIE

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


Berupa logistik pengambilan dan pengiriman spesimen sebagai bahan untuk
melaksanakan pemeriksaan laboratorium. Logistik ini akan didistribusikan ke RS
Surveilans Sentinel PIE. Kriteria pemilihan rumah sakit adalah rumah sakit yang
sudah melaksanakan surveilans sentinel lainnya seperti surveilans sentinel
Influenza-like Illness (ILI), surveilans Severe Acute Repiratory Infections (SARI),
Ssitem Surveilans Sentinel Dengue (S3D), surveilans kelainan kongenital, maupun
surveilans Congenital Rubella Syndrome (CRS).

B. Layanan Intervensi Kejadian Penyakit Infeksi Emerging

1. Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi

a. Pertemuan Penyakit Infeksi Emerging

Berupa pertemuan para pengelola Penyakit infeksi emerging di Provinsi, termasuk


sosialisasi dan advokasi kegiatan Penyakit infeksi emerging dengan LP dan LS

b. Penyelidikan Epidemiologi

PE dilaksanakan di daerah tempat ditemukannya kasus penyakit infeksi emerging


(baik suspek maupun konfirmasi) di seluruh wilayah Indonesia dengan melakukan
verifikasi kepada petugas kesehatan Puskesmas. Selain itu, PE juga dilaksanakan
dalam rangka surveilans faktor risiko penyakit infeksi emerging untuk pencarian ada
atau tidaknya transmisi penyakit virus zika di Indonesia. Pada tahun 2016 telah
dilakukan surveilans faktor risiko zika di 7 Provinsi yaitu Prov. Kepulauan Riau, Prov.
Jambi, Prov. Jateng, Prov. Jatim, Prov. Bali, Prov.Kaltim, dan Prov. Sulteng. Hasil
survei tersebut menunujukkan hasil negative pada sampel manusia, namun
ditemukan hasil positif pada sampel nyamuk yang diambil di Prov. Kepulauan Riau,
Prov. Jateng, Prov. Bali, dan Prov. Kaltim.

3. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

Menyediakan pembiayaan bagi pengiriman spesimen kasus suspek penyakit infeksi


emerging dani mulai lokasi ditemukan kasus sampai di laboratorium rujukan nasional
penyakit infeksi emerging (Balitbangkes Jakarta)

4. Pengadaan Media KIE Penyakit Infeksi Emerging

Berupa Penerbitan buletin MASTER PIE secara berkala (3 bulanan).


5. Pengadaan Logistik Penanggulangan Penyakit !dem

Berupa Alat Pelindung Dini (APD) PIE

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


RINCIAN ANGGARAN TAHUN 2019
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
TAHUN 2019

NO OUTPUT RKAKL TARGET ANGGARAN


(1) (2) (4)
(3)
1 Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) 979.500.000
9 Dokumen
Surveilans dan Karantina Kesehatan

a Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) 286.860.000


Surveilans

b Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) 692.640.000


Kekarantinaan Kesehatan

2 Sumber Daya Manusia Surveilans dan Karantina 11.006.500.000


1.234 Orang
Kesehatan yang Meningkat Kualitasnya [Base Line]

a Sumber Daya Manusia Surveilans yang meningkat 1.358.976.000


kualitasnya

b Sumber Daya Manusia Imunisasi yang Meningkat 5.355.156.000


Kualitasnya

c Sumber Daya Manusia Kekarantinaan Kesehatan 4.292.368.000


yang Meningkat Kualitasnya

3 Sarana dan Prasarana Surveilans dan Karantina


Kesehatan [Base Line] 1. 884 Unit
182.979.440.000
a Sarana dan Prasarana Surveilans 4.928.380.000
b
Sarana dan Prasarana Kekarantinaan Kesehatan
178.051.060.000
4 Layanan kewaspadaan dini penyakit berpotensi KLB 4.941.103.000
[Base Line] 34 Layanan

a Layanan kewaspadaan dini penyakit berpotensi KLB 4.941.103.000

5 Layanan Respon KLB dan Wabah 34 Layanan 2.849.370.000

a Layanan Respon KLB dan Wabah 2.849.370.000

30 RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


6 Layanan lmunisasi 47 Layanan 27.718.108.000

a Layanan lmunisasi Dasar Len gkap 26.492.668.000

b Layanan lmunisasi dalam rangka Pen genalan 1.225.440.000


Antigen Barn

7 Layanan Kekarantinaan Kesehatan 102 Layanan 10.759.182.000

a Layanan Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan di 933.420.000


Wilayah dan PLBDN

b Layanan Pelaksanaan Kekarantinaan Kesehatan di 9.825.762.000


Pelabuhan dan Bandar Udara

8 Layanan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging 76 Layanan 5.711.711.000

a Layanan Deteksi Dini Kejadian Pen yakit Infeksi 3.834.991.000


Emerging

b Layanan lntervensi Kejadian Penyakit Infeksi 1.876.720.000


Emerging

9 Layanan Imunisasi di Papua dan Papua Barat 2 Layanan 1.957.102.000

a Layanan lmunisasi di Papua dan Papua Barat 1.957.102.000

10 Layanan Sarana dan Prasarana Internal 1 Layanan 1.188.318.000

11 Layanan Dukungan Manajemen Satker 1 Layanan 2.206.817.000

Total
252.297.151.000

31 RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


BAB IV

PENUTUP

Tujuan pembuatan Recana Kerja Tahunan 2019 adalah sebagai acuan dalam pencapaian
tujuan, sasaran, indikator yang akan dicapai di Tahun 2019, dan pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Surveilans dan
Karantina Kesehatan.

RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai