DIREKTORAT
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena Berkat
Rahmat dan Karunia-Nya. Rencana Kerja Tahunan Direktorat Surveilans dan Karantina
Kesehatan dapat di selesaikan.
Tujuan pembuatan Recana Kerja Tahunan 2019 adalah sebagai acuan dalam pencapaian
tujuan, sasaran, indikator yang akan dicapai di Tahun 2019, dan pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Surveilans dan
Karantina Kesehatan.
Jakarta,
eilans dan
atan
tohang M. Epid
1991012001
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Bab I
Pendahuluan 1
Bab II
Kelembagaan
2.1. Tugas Pokok dan Fungsi 10
2.2. Struktur Organisasi Dit. Surveilans dan Karantina Kesehatan 14
Bab III
Gambaran Kegiatan
3.1. Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK)
Surveilans dan Kekantinaan Kesehatan 15
3.9.Layanan Overhead 35
Rincian Anggaran 40
BAB IV Penutup 41
GAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan merupakan salah satu unit kerja yang
berada di bawah struktur Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(selanjutnya disebut Ditjen P2P). Seperti yang diamanahkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan
bahwa Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan memiliki ruang lingkup tugas yang
meliputi surveilans, karantina kesehatan, Penyakit Infeksi dan Emerging (PIE) dan
imunisasi.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemerataan pelayanan kesehatan, Sasaran yang akan dicapai dalam program
RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Indonesia Sehat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN
2015-2019) adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang didukung melalui
strategis pembangunan nasional. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 disebutkan
bahwa diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan dalam bentuk kegiatan dengan strategi pendekatan pelayanan
kesehatan promotive, preventif,kuratif
, dan rehabilitatif.
Dengan telah ditetapkan RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015
dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan
nomor HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
telah menyusun Rencana Aksi Program PP dan PL.
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan merupakan salah satu unit kerja yang
berada di bawah struktur Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(selanjutnya disebut Ditjen P2P). Seperti yang diamanahkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan
bahwa Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan memiliki ruang lingkup tugas yang
meliputi surveilans, karantina kesehatan, PIE dan imunisasi.
Kebijakan dan strategi ini sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019, terutama dalam hal menurunkan angka kesakitan akibat penyakit menular dan
diharapkan akan mampu mewujudkan target indikator pada tahun 2019, yaitu:
1. Sebanyak 93% anak usia 0-11 bulan mendapat imunisasi dasar lengkap;
2. Sebanyak 70% anak usia 12-24 bulan yang mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib
lanjutan
3. Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar
biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di Kabupaten/Kota (80%);
4. Penemuan kasus discarded campak per 100.000 penduduk;
5. Penemuan kasus AFP non Polio ?.2 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun
6. Sebanyak (106%) Persentase kab/Kota yang mempunyai kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah;
7 Jumlah kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian
penyakit infeksi emerging sebanyak 400 Kabupaten/kota.
1 2 3 4 5 6
1 Persentase Persentase bayi usia 0-11 Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang
cakupan imunisasi bulan yang mendapat satu mendapat imunisasi dasar lengkap di 93
dasar lengkap kali imunisasi Hepatitis B, suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
satu kali imunisasi BOG, tiga dibagi jumlah bayi usia 0-11 bulan di
kali imunisasi DPT-HB-Hib, suatu wilayah pada kurun waktu yang
empat kali imunisasi polio, sama, dikali dengan 100%
dan satu kali imunisasi
campak dalam kurun waktu
satu tahun
2 Persentase anak Persentase anak usia 12-24 Jumlah anak usia 12-24 bulan yang
usia 12-24 bulan bulan yang mendapat mendapat imunisasi DPT-HB-Hib 70
yang imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan dibagi jumlah seluruh anak usia
mendapatkan lanjutan, dalam kurun waktu 12-24 bulan selama kurun waktu yang
imunisasi DPT- satu tahun sama dikali 100%
HB-Hib lanjutan
3 Penemuan kasus Penemuan kasus bukan Rate kasus discarded campak = (Jumlah >2
discarded campak campak per 100.000 kasus negatif campak dibagi jumlah
per 100.000 penduduk spesimen yang diperiksa IgM dan IgR)
penduduk dibagi jumlah penduduk per 100.000
-
RKT Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
4 Penemuan kasus Penemuan kasus lumpuh Rate lumpuh layuh akut/AFP non Polio = >2
AFP non polio per layuh akut (Accute Flaccid kasus AFP non Polio yang ditemukan
100.000 penduduk Paralyse/ AFP) non polio dibagi kasus AFP non Polio yang
usia < 15 tahun per 100.000 penduduk diharapkan.
dibawah usia 15 tahun
KELEMBAGAAN
Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 pada pasal 284 Direktorat Surveilans dan
Karantina Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang surveilans dan
karantina kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 284, Direktorat Surveilans
dan Karantina Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dit. Surveilans dan Karantina
Kesehatan memiliki struktural sebagai berikut:
TATA
USAHA
SUB SUB
SUB
SUB DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT PENYAKIT
SURVEILANS KARANTINA
IMUNISASI INFEKSI
KESEHATAN
EMERGING
JABATAN FUNGSIONAL
(EPIDEMIOLOG, SANITARIAN,
RENCANA KEGIATAN
5. Layanan Imunisasi
e) Validasi Logistik -> untuk memeriksa stok vaksin program imunisasi yang ada
di gudang vaksin nasional di Bandung.
7.1. Renggar:
b. Penelaahan mulai e renggar, pagu indikatif, pagu definitif oleh Bagian PI, Roren,
DJA, Bappenas untuk tahun selanjutnya, lokasi tergantung dani penelaah.
7.2. Money:
c. Koordinasi LS/LP dengan biaya Direktorat masing-masing baik yang dihadiri eselon
2 maupun staf terkait dengan kegiatan teknis, keuangan, BMN, kepegawaian,
Renggar
b. Monitoring logistik untuk menyelesaikan BAST di Dinkes Prov terkait barang yang
diadakan tahun berjalan, maupun tahun sebelumnya yang belum selesai BAST,
termasuk proses hibah BMN
7.8. Koordinasi kepegawaian terkait dengan kenaikan pangkat, beban kerja, jabfung dll
terkait kepegawaian diinternal direktorat
b) Pengadaan Logistik Surveilans Polio untuk B/BTKL -› agar sampel surveilans polio
lingkungan yang dikirim ke laboratorium dapat langsung diproses untuk dilakukan
pemeriksaan sehingga kasus virus polio liar dengan cepat dapat diketahui
a). Pengadaan Thermalscanner mampu memindai suhu tubuh secara massal, cepat
dan akurat, sebagai upaya deteksi dini potensi penyakit PHEIC, yang sebagian besar
tanda suatu penyakit potensi PHEIC adalah adanya peningkatan suhu tubuh pada
b). Pengadaan Boarding KIT 4 digunakan saat petugas KKP melakukan pengawasan
terhadap alat angkut seperti kapal dan pesawat di pelabuhan dan bandar udara.
Didistribusikan ke 49 KKP.
b) Sosialisasi dan Uji Coba Pengembangan SKDR bagi B/BTKL dan RS 4 Tahun
ini (2018) akan dilaksanakan pengembangan aplikasi SKDR bagi B/BTKL-PP
dan RS. Kemudian tahun 2019, akan dilaksanakan Sosialisasi dan Uji Coba
Pengembangan SKDR tsb. Tujuannya untuk menjaring penemuan kasus
penyakit potensial KLB di RS, dan untuk mendukung konfirmasi laboratorium
dani B/BTKL maupun RS. Peserta dani 10 B/BTKL dan perwakilan dani 10 RS
rujukan.
b). Koordinasi Tim Ahli Surveilans PD3I 4 untuk membahas perkembangan kasus-
kasus pending PD3I maupun isu terkini mengenai PD3I yang memerlukan
rekomendasi dani tim ahli.
pemeliharaan peralatan IT PHEOC dan jaringan servernya, serta pembelian paket pulsa
untuk mengirimkan feedback sms oleh aplikasi SKDR kepada petugas puskesmas terhadap
laporan sms penyakit mingguan yang telah dikirimkan.
9.5. Penyusunan dan Pengadaan Media KIE 4 pengadaan media KIE yang berupa
leaflet, poster, buku saku untuk petugas surveilans daerah
10. Layanan Respon KLB dan Wabah
10.1. Advokasi, Sosialisasi, dan Koordinasi Jejaring Surveilans
b). Rapat Koordinasi PHEOC 4 rapat rutin untuk membahas mengenai kejadian
KLB/wabah yang sedang terjadi di daerah.
11.1. Verifikasi Rumor Penyakit Berpotensi KLB verifikasi atas rumor atau informasi
baik dani petugas kesehatan di lapangan/daerah, masyarakat mau pun media massa,
dengan menggunakan media komunikasi seperti telpon, sms, media sosial, dan surat
elektronik atau turun langsung ke lapangan bila diperlukan.
12. Layanan Imunisasi, terdiri dani Layanan Imunisasi Rutin (yaitu Imunisasi Dasar
dan Lanjutan) serta Layanan Imunisasi dalam rangka Pengenalan Antigen Baru.
12.1. Layanan Imunisasi Rutin
a) Investigasi dan Audit Kasus KIPI untuk menginvestigasi dan mencari tahu
penyebab terjadinya kasus KIPI, serta tindaklanjutnya dengan berpedoman
pada instrument investigasi kasus KIPI, dan dilakukan bersama dengan
Komnas PP KIPI dan Komda KIPI setempat.
untuk meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan serta kualitas data yang
dilaporkan. Bekerja sama dengan BNPT dan Pusdatin dalam mengembangkan
sistem RR Imunisasi berbasis web yang terintegrasi dengan aplikasi web yang
dikembangkan pusdatin. Kegiatan akan dilaksanakan di 3 Prov, yaitu NTB, Bali dan
Bangka Belitung.
a) Pengadaan Media KIE Imunisasi Rutin --> pengadaan Media KIE cetak
berupa spanduk, poster, roll banner, flyer, dan buku saku, didistribusi ke 34
prov
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2017, untuk daerah yang
memiliki akses geografi sulit, pelaksanaan imunisasi dilakukan dengan strategi SOS,
dimana pelayanan imunisasi dilakukan 3 bulan sekali terintegrasi dengan pelayanan
kesehatan lainnya. Salah satu provinsi yang perlu melakukan SOS adalah Provinsi
Papua dan Papua Barat. Namun, pelaksanaan SOS di 2 prov tersebut selama ini
belum melembaga dan tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Untuk itu, diperlukan
pendampingan untuk memastikan kegiatan imunisasi melalui strategi SOS ini
dilaksanakan.
b) Pelatihan Kapasitas TGC dalam Respon KLB dibagi menjadi 3 regional (Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan)
Peserta: Staf teknis yang mempunyai tugas analisis penyakit berpotensi KLB di unit
program masing-masing dilingkungan Ditjen P2P.
Lokasi: Prov. Nusa Tenggara Barat (Kota Bima, Kab. Sumbawa, Kab.
Dompu, Kab. Sumbawa Barat dan Kab. Bima), Provinsi Jawa Barat (Kota
Bekasi, Kab. Bekasi, Kota Bogor dan Kab. Bogor) dan Provinsi Jawa Timur
(Kota Surabaya, Kab. Gresik dan Kab. Sidoarjo).
merupakan tindak lanjut dani TOT TGC Pencegahan dan Pengendalian PIE yang
sudah dilaksanakan pada tahun 2017 dan Pelatihan TGC tahun 2018 yang
dilaksanakan di 5 Propinsi.
Peserta: Dinas Kesehatan Kab/Kota, KKP/wilker, B/BTKL PP, Rumah sakit, dan
Laboratorium Kesehatan Daerah.
Mengundang para ahli di bidang Penyakit Infem, bertujuan untuk melakukan update
informasi serta menganalisis kejadian penyakit infeksi emerging yang sedang
menjadi perhatian dunia.
2. Verifikasi Rumor
Pembuatan surveilans sentinel PIE berbasis sindrom di rumah sakit. Kegiatan terdiri
dan: Pengambilan dan pengiriman spesimen (2x dalam 1 tahun) biaya untuk petugas
rumah sakit yang dan monitoring pelaksanaan surveilans sentinel.
b. Penyelidikan Epidemiologi
Total
252.297.151.000
PENUTUP
Tujuan pembuatan Recana Kerja Tahunan 2019 adalah sebagai acuan dalam pencapaian
tujuan, sasaran, indikator yang akan dicapai di Tahun 2019, dan pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Surveilans dan
Karantina Kesehatan.