Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja
Dekonsentrasi Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan
dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien
sesuai dengan prinsip-prinsip good governace sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah : 1) meningkatnya status kesehatan
dan gizi ibu dan anak; 2) meningkatnya pengendalian penyakit; 3) meningkatnya
akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan; 4) meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN
Kesehaan; 5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta 6)
meningkatkan resvonsivitas sistem kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas
tahun 2016 yang merupakan awal tahun implementasi Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang
mempunyai visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.
Pembangunan Kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional : 1) Pilar
paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat;
2) Pilar Penguatan Pelayanan Kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis resiko. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan unit yang
sangat berperan dalam mewujudkan pilar pertama dalam “Program Indonesia
Sehat”.
1 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan
laporan kinerja.
Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam mendukung kinerja Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil
capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di
lingkungan Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat di tahun 2018.
Perjanjian kinerja yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian
Kesehatan terdiri dari 6 Kegiatan dan 28 Indikator Kinerja Kegiatan.

B. Maksud dan Tujuan


Penyusunan laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
dalam mendukung penyusunan laporan kinerja Direktoral Jenderal Kesehatan
Masyarakat merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2018
dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana
strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Direktoral Jenderal
Kesehatan Masyarakat oleh Pejabat yang bertanggung Jawab.

C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi


1. Visi dan Misi
Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 tidak ada visi
dan misi, namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah
melalui 7 misi pembangunan yaitu :
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
2 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Visi dan Misi tersebut diterjemahan dalam sembilan agenda prioritas yang
dikenal dengan NAWACITA yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpecaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakkan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpecaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh ke Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

2. Tujuan
Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di
Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat dalam rangka terselenggaranya
pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar meningkatnya
status kesehatan masyarakat.

3. Nilai-Nilai
Guna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis pembangunan
kesehatan, Ditjen Kesehatan Masyarakat menganut dan menjunjung tinggi nilai-
nilai yang telah dirumuskan dalam Renstra Kementerian Kesehatan antara lain :
a. Pro Rakyat;
b. Inklusif;
c. Responsif;
d. Efektif;
e. Bersih.

4. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat

3 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan
peningkatan pembiayaan kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019 meliputi :
a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Bekualitas.
b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat;
c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan;
d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

5. Sasaran Ditjen Kesehatan Masyarakat


Sasaran Direktorat Kesehatan Masyarakat, adalah meningkatnya ketersediaan
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.

6. Indikator Kinerja
Indikator Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat yaitu :
a. Persentase Ibu Bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF);
b. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)
c. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan.

D. Tugas Pokok dan Fungsi


Sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pembinaan gizi dan kesehatan
ibu dan anak;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pembinaan gizi dan
kesehatan ibu dan anak;

4 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga,
gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga,
gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
6. Pelaksanaan administrasi Diirektorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Fungsi tersebut dilaknakan oleh organisasi dengan susunan :


a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Kesehatan Keluarga;
c. Direktorat Kesehatan Lingkungan;
d. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga;
e. Direktorat Gizi Masyarakat; dan
f. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Disamping Direktorat teknis di pusat, Direktoral Jenderal Kesehatan Masyarakat


membina beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah, antara lain :
1. Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) Bandung;
2. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) Makasar;
3. Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) Palembang.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dalam hal ini Bidang Kesehatan
Masyarakat sebagai salah satu Satuan Kerja Dekonsentrasi Program Pembinaan
Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian
Kesehatan, tugas pokoknya adalah :
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga,
gizi masyarakat serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
2. Pelaksanaan kebijakan operasional di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga, gizi
masyarakat serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga,
gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
5 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi
masyarakat serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

E. Potensi dan Permasalahan


Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan.
Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan
sudah cukup baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi
ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu
hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil dengan komplikasi
dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi
dalam kehamilan, perdarahan post partum, serta penyebab karena lain-lain juga
semangkin meningkat. Penyebab dan komplikasi kematian ini dapat diminimalisir
apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu
memeriksa kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat
antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi,
malaria, TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu
tua > 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3
orang). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah
melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun
sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang
menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda
( < 20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah
tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif
tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai.
Demikian juga secara kuantitas, jumlah fasyankes primer dan rujukan mampu
memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal meningkat namun
belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil terutama pada masa remaja, calon pengantin
menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni
19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN)
terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian
anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Sebanyak 11,2%,
6 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan
kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar
benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin
kesehatan lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di
atas neonatal sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi
khususnya pneumonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat
ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.
Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai
dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk
mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis,
karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta
berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib
Puskesmas. Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah
dan di luar sekolah. Prioritas Program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah,
kesehatan reproduksi dan deteksi dini penyakit tidak menular. Salah satu inovasi
yang dikembangkan UKS saat ini adalah pengembangan model sekolah sehat.
Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit
akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang
meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5
tahun terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45
tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar
sejak awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia
kerja adalah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos
Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan
peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan
Pekerja Perempuan.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain
masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi
persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan
masalah stunting. Stunting terjada karena kekurangan gizi kronis yang
disebabkan oleh kemiskinan dan polah asuh tidak tepat, yang mengakibatkan
kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing
rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan
seorang anak adalah masalah kritis yang menentukan masalah depannya. Yang
menjadi masalah, lelwat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat
sulit diobati. Untuk mengatasi stunting, masyaraka tperlu dididik untuk
memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta
dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan
7 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung
sejak konsepsi hinggan anak berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah
stunting secara terintegrasi karena masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan
oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetap juga oleh sektor di Luar
Kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

F. Sistematika
Sistematika penulisan Laporan Kinerja Direktoral Kesehatan Masyarakat
adalah sebagai berikut :
 Ringkasan Eksekutif
 Kata Pengantar
 Daftar Isi
 BAB I
Penjelasan umum organisasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (Stragegic
issued) yang sedang dihadapi organisasi.
 BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat tahun 2019
 BAB III
Penyajian capaian kinerja Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai
berikut : membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi; analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;
analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; analisis program/kegiatan
yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan
kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.
 BAB IV
Penutup, pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
 LAMPIRAN
 Formulir PK : Pengukuran Kinerja

8 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan telah
ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen
pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan untuk mewujudkan
target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang
mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya
mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia.
Perjanjian penetapan kinerja tahun 2019 yang telah ditandatangani oleh Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kementerian Kesehatan berisi Indikator Kinerja Kegiatan Program
Kesehatan Masyarakat.

B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat


Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, program
kesehatan masyarakat memiliki kegiatan-kegiatan yang diukur melalui 3
indikator sebagai berikut :
1. Persentase Ibu Bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF);
2. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)
3. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan.
Cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan menggambarkan akses
ibu hamil terhadap pelayanan persalinan sesuai standar yang dilakukan difasilitas
pelayanan kesehatan (PF). Indikator PF menjadi penting karena penyebab
keamtian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh karena perdarahan dan
infeksi pada saat persalinan, yang seharusnya dapat dicegah bila ibu mendapatkan
pelayanan persalinan sesuai dengan standar di fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurunkan angka kematian ibu merupakan bagian dari kesepakatan global
terhadap pembangunan kesehatan berkelanjutan (SDGs)
Cakupan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) menggambarkan
permasalahan gizi ibu hamil yang disebabkan karena kekurangan asupan
makanan dalam waktu yang cukup lama, dan dapat berdampak terhadap
kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan.
Cakupan kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
menggambarkan bahwa kontribusi lingkungan yang sehat sebagai faktor

9 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
determinan terbesar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai
dengan teori Bloom.
Ketiga indikator diatas diharapkan dapat menjadi daya ungkit terhadap
keberhasilan dalam pencapaian program kesehatan masyarakat. Berikut indikator
program/kegiatan bidang kesehatan masyarakat menurut perjanjian kinerja tahun
2019.

Tabel 1. Indikator Program/Kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat


Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
Indikator Target Target Capaian/
No Program/Kegiatan
Program/Kegiatan Nasional Provinsi Realisasi
1 Pembinaan Gizi Persentase ibu hamil KEK 95 % 95 % 100 %
Masyarakat yang mendapatkan
Pemberian Makanan
Tambahan (PMT).

2 Pembinaan Gizi Persentase bayi usia 50 % 50 % 57,79 %


Masyarakat kurang dari 6 bulan yang
mendapat ASI Ekslusif.

3 Pembinaan Gizi Persentase ibu hamil yang 98 % 98 % 94,39 %


Masyarakat mendapatkan Tablet
Tambah Darah (TTD) 90
tablet selama kehamilan.

4 Pembinaan Gizi Persentase balita kurus 90 % 50 % 99,54 %


Masyarakat yang mendapat makanan
tambahan.

5 Pembinaan Gizi Persentase remaja putri 30 % 50 % 33,95 %


Masyarakat yang mendapatkan Tablet
Tambah Darah (TTD).

6 Pembinaan Gizi Persentase bayi baru lahir 50 % 47 % 83,51 %


Masyarakat mendapat Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)

7 Pembinaan Kesehatan Persentase ibu hamil yang 80 % 90 % 95,24 %


Keluarga mendapatkan pelayanan
antenatal minimal empat
kali (K4).

8 Pembinaan Kesehatan Persentase kunjungan 90 % 92 % 95,45 %


Keluarga neonatal pertama (KN1)

9 Pembinaan Kesehatan Persentase Puskesmas 70 % 72 % 88,24%


Keluarga yang melaksanakan
penjaringan kesehatan
untuk peserta didik kelas 1

10 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
10 Pembinaan Kesehatan Persentase Puskesmas 60 % 69 % 85,29%
Keluarga yang melaksanakan
penjaringan kesehatan
untuk peserta didik kelas 7
dan 10

11 Pembinaan Kesehatan Persentase Puskesmas 45 % 47 % 71%


Keluarga yang menyelenggarakan
kegiatan kesehatan remaja

12 Pembinaan Kesehatan Persentase Puskesmas 90 % 92 % 100 %


Keluarga yang melaksanakan kelas
ibu hamil

13 Pembinaan Kesehatan Persentase Puskesmas 100 % 100 % 100 %


Keluarga yang melakukan Orientasi
Program Perencanaan
Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi
(P4K)

14 Pembinaan Upaya Jumlah pos UKK yang 730 unit 340 unit 341 unit
Kesehatan Kerja dan terbentuk di daerah
Olahraga PPI/TPI

15 Pembinaan Upaya Persentase fasilitas 100 % 100 % 100 %


Kesehatan Kerja dan pemeriksaan kesehatan
Olahraga TKI yang memenuhi
standar.

16 Pembinaan Upaya Persentase Puskesmas 80 % 80 % 82%


Kesehatan Kerja dan yang menyelenggarakan
Olahraga kesehatan kerja dasar

17 Pembinaan Upaya Persentase Puskesmas 60 % 80 % 68,91 %


Kesehatan Kerja dan yang melaksanakan
Olahraga kegiatan kesehatan
olahraga pada kelompok
masyarakat di wilayah
kerjanya

18 Penyehatan Persentase sarana air 50 % 50 % 11 %


Lingkungan minum yang dilakukan
pengawasan.

19 Penyehatan Jumlah desa/kelurahan 45000 45000 24444


Lingkungan yang melaksanakan STBM
(kumulatif).

20 Penyehatan Persentase RS yang 36 % 36 % 25 %


Lingkungan melakukan pengelolaan
limbah medis sesuai
standar
11 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
21 Penyehatan Persentase Tempat- tempat 58 % 58 % 74,78 %
Lingkungan umum (TTU) yang
memenuhi syarat
kesehatan

22 Penyehatan Persentase Tempat 32 % 10 % 38,02 %


Lingkungan Pengelolaan Makanan
(TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan

23 Penyehatan Jumlah kabupaten/kota 386 kab 3 kab 6 kab


Lingkungan yang menyelenggarakan
tatanan kawasan sehat

24 Promosi Kesehatan Persentase Desa yang 50 % 50 % 75,02 %


dan Pemberdayaan memanfaatkan dana Desa
Masyarakat 10% untuk UKBM

25 Promosi Kesehatan Persentase Kab/Kota yang 80 % 80 % 76,47%


dan Pemberdayaan memiliki Kebijakan PHBS
Masyarakat

26 Promosi Kesehatan Jumlah dunia usaha yang 20 1 17


dan Pemberdayaan memanfaatkan CSR- nya
Masyarakat untuk program kesehatan

27 Promosi Kesehatan Jumlah organisasi 15 2 9


dan Pemberdayaan kemasyarakatan yang
Masyarakat memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung
kesehatan

28 Dukungan Manajemen Persentase realisasi 94 % 93 % 97,53 %


dan Pelaksanaan Tugas kegiatan administrasi
Teknis Lainnya pada dukungan manajemen dan
Program Kesehatan pelaksanaan tugas teknis
Masyarakat lainnya Program
Pembinaan Kesehatan
Masyarakat

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi


12 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.
Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk
memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya
organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahaan yang baik di Indonesia.
Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan
dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam
penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah
dicapai pada akhir tahun anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja
adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengukuran pengungkapan
(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
1. Indikator Kinerja Utama (Kinerja Program)
Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian
Kesehatan dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Prevalensi Stunting.
a. Jumlah Kematian Ibu
Analisa Capaian Kinerja
Jumlah kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019
berdasarkan laporan rutin Kesehatan Keluarga berjumlah 105 kasus, lebih
rendah dari target sebesar 118 kasus. Kejadian kematian ibu di
Kabupaten/Kota berkisar antara 1 - 18 kasus. Kasus kematian ibu
tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (18 kasus), kemudian diikuti
oleh Kabupaten Musi Banyuasin (12 kasus), Kabupaten Muaraenim (12
kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar 3.1.
Adapun penyebab kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun
2019 terbanyak adalah perdarahan (36,19%), Hipertensi dalam kehamilan
(26.67%), Infeksi (28,43%), Gangguan Sistem Pembuluh Darah
(32,14%), Gangguan Metabolik (22,11%) dan penyebab lain-lain
(23,81%). Jumlah kematian ibu terlihat kecenderungan menurun,
meskipun terjadi peningkatan signifikan pada kematian ibu yang
disebabkan perdarahan dan infeksi dibandingkan tahun 2018. Kabupaten
yang termasuk banyak jumlah kasus kematian ibu yaitu Kabupaten
Banyuasin. Berdasarkan hasil kajian dan laporan bahwa sebagian ibu
hamil tidak mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan, kurangnya
kewaspadaaan petugas dalam deteksi dini pada bumil dan ANC belum
sesuai standar dan pengambilan keputusan untuk merujuk terlambat dari
keluarga.
13 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Trend kematian ibu dalam 5 tahun terakhir di provinsi Sumatera
Selatan telah mengalami penurunan namun belum signifikan krn pernah
terjadi fluktuasi pada tahun 2018 (120 kasus) walaupun menurun di tahun
2019 (105 kasus).

Gambar 3.1 Jumlah Kematian Ibu


Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019

Gambar 3.2. Trend Jumlah Kematian Ibu dari tahun 2015 - 2019
Provinsi Sumatera Selatan

Analisa Kegagalan
Menurut Prof. Endang L Achadi, Kematian ibu disebabkan oleh
komplikasi kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.

14 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Sementara kejadian komplikasi kebidanan (kehamilan/persalinan) hanya
sekitar 15%, selebihnya (85%) kehamilan/persalinan terjadi normal.
Sebagian besar komplikasi kebidanan tidak dapat diprediksi, artinya setiap
kehamilan berisiko.

Tingginya Jumlah Kematian Ibu dipengaruhi oleh kondisi :


1) Ketersediaan data yang akurat,
Ketidak-tersediaannya data yang akurat, berimplikasi pada tidak
diketahuinya besaran masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa
memonitor dan mengevaluasi keberhasilan/kegagalan program. AKI
yang masih tinggi dan tidak turun, apakah memang tidak turun atau
naik, atau karena datanya yang tidak tersedia atau tidak akurat.
2) Efektivitas Program. Fakta-fakta berikut ini memperlihatkan kondisi
efektivitas program (paparan prof. Endang pada Rakerkesnas 2019) :
 70,15% Bidan tinggal di desa;
 64,86% Bidan di Desa yang mempunyai Kit;
 Bidan di Desa yang mampu Gawat Darurat Obstentri Neonatal
10,80%;
 Bidan di Desa yang telah dilatih APN baru sekitar 46,63%;
 Puskesmas Perawatan mampu PONED baru sekitar 47,4%;
 Puskesmas mampu PONED yang tersedia MgSO4 baru sekitar
42,63%
 Berdasarkan hasil studi di Banten tahun 2006, ada sekitar 100
kematian ibu disebabkan keterlambatan; dan 45% dari
keterlambatan tersebut karena terlambat dalam pengambilan
keputusan.
 Berdasarkan SP2010 - Litbangkes 2012 bahwa sekitar 49,7%-
75,3% kematian ibu terjadi di RS pemerintah dan swasta.
 Berdasarkan rifaskes 2011, bahwa hanya 21% RS Pemerintah
yang memenuhi kriteria umum PONEK;
 Ada sekitar 52,7% RSU Pemerintah dengan Dokter telah
terlatih PONEK;
 Ada sekitar 50,4% RSU Pemerintah dengan Bidan telah dilatih
PONEK;
 Studi di Banten memperlihatkan bahwa 44% terlambat
mendapatkan pelayanan di RS.
Analisa Keberhasilan
Faktor yang mendukung keberhasilan penurunan AKI, adalah sebagai
berikut :

15 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, melalui 3 pilar
yaitu Penerapan Paradigma Sehat, Penguatan Layanan Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Nasional;
2. Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan RS) sehingga
ada peningkatan mutu pelayanan;
3. Adanya sertifikasi tenaga kesehatan sebagai legalisasi untuk
memberikan pelayanan kesehatan;

Alternatif Solusi
Sesuai dengan Rekomendasi yang disampaikan oleh Prof. Endang
pada Rakerkesnas 2019, berapa prioritas yang harus dilakukan yaitu :
1. Perioritas Pertama, Perlunya menjamin kesinambungan pelayanan
kebidanan selam 24 jam 7 hari, mulai tingkat pelayanan pertama,
pelayanan rujukan sampai RS Rujukan, hal ini memerlukan dukungan
Pemerintah Daerah :
a. Ketersediaan SDM yang kompeten di setiap tingkat pelayanan;
b. Kebijakan tentang standar pelayanan yang jelas termasuk
perencanaan pelatihan SDM;
c. Kebijakan tentang sistem rujukan efektif yang jelas (Langsung ke
RS Rujukan pada kasus darurat) dan transportasi;
d. Ketersediaan Sarana dan Prasarana termasuk Darah.
2. Perioritas Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan pada masa nifas :
a. Ibu maternal, pada hari 8-24 pasca salin;
b. Neonatal, pada hari 2-7 pasca lahir.
3. Perioritas Ketiga, meningkatkan kualitas pelayanan ANC, baik untuk
pendeteksian dan pencegahan penyebab kematian maternal langsung
maupun tidak langsung (Termasuk malaria).
4. Perioritas Keempat, ditujukan kepada Remaja Putri dan Wanita Usia
Subur. Menurunkan anemia dan status gizi kurus (wasting) sebelum
kehamilannya untuk mencegah komplikasi kebidanan, prematur dan
BBLR.
5. Perioritas Khusus, menjamin ketersediaan data melalui pengukuran
data pada tingkat kabupaten/kota dengan metoda yang terbukti
mencakup jumlah kematian maksimal.

b. Jumlah Kematian Bayi


Analisa Capaian Kinerja
Kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019
berdasarkan laporan rutin Kesehatan Keluarga berjumlah 509 kasus,
terjadi peningkatan sebanyak 42 kasus dari tahun 2018. Jumlah Kasus
16 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Kematian Bayi Tahun 2019 melebihi target RPJMD 2019 yaitu sebesar
477. Kabupaten Banyuasin salah satu penyumbang kasus terbanyak.
Beberapa faktor penyebab kematian bayi yaitu bumil risiko tidak
seluruhnya melahirkan di RS, persalinan bukan di fasyankes, proses
rujukan belum optimal karena akses/ jarak dan waktu tempuh, diagnosis
bayi yang buruk, dan kelainan bawaan
Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (57
kasus), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (56 kasus),
Kabupaten OKU (53 Kasus) dan seterusnya dapat dilihat pada gambar
3.2.

Gambar 3.2.1. Jumlah Kematian Bayi


menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019

Penyebab kematian bayi dibagi berdasarkan masa neonatal (< 28


hari) dan post neonatal. Penyebab kematian bayi pada masa neonatal
pada tahun 2019 adalah BBLR (155 kasus), Asfiksia (116 kasus), Tetanus
Neonatorum (7 kasus), Sepsis (9 kasus), kelainan bawaan (29 kasus) dan
penyeban lainnya (105 kasus). Sedangkan penyebab kematian bayi pada
masa post neonatal adalah Diare (24 kasus), Pneomonia (10 kasus),
Kelainan Sistem Pencernaan (1 kasus), Kelainan Saraf (1 kasus), Malaria
(0 kasus), dan penyebab lainnya (51 kasus). Kematian neonatal 87%
terjadi pada usia perinatal.
Penyebab kematian usia post neonatal tertinggi adalah diare (66%)
dan pneumonia (28%) yang seharusnya kasus tersebut bisa dicegah
terjadinya kematian dengan deteksi dini tanda bahaya dan penanganan
bayi dan balita sakit menggunakan MTBM dan MTBS.

17 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Analisa Kegagalan
Beberapa kondisi yang mempengaruhi kematian bayi terutama
kematian neonatal adalah :
1) Periode Pra Hamil : terjadi anemia, atau status gizi kurus/gemuk, maka
pada saat memasuki kehamilan akan mengakibatkan anemia, status
gizi kurus/gemuk.
2) Periode Kehamilan : terjadi anemia, atau kurus/gemuk, pertambahan
berat badan hamil rendah, atau tidak imunisasi TT, maka akan
mengakibatkan BBLR, Pramature, bayi lahir dengan defisiensi besi
mengakibatkan anemia di usia 4 bulan dan IQ turun 12 poin,
kemudian risiko tetanus.
3) Periode Saat Persalinan - 24 jam Post Partum : terjadi kualitas
pelayanan persalinan rendah, ada komplikasi, kualitas pelayanan
neonatal rendah dan kualitas pelayanan BBLR dan Prematur rendah
akan mengakibatkan asfiksia, hipotermia atau infeksi pada bayi.
4) Periode hari ke 2-7 dan hari ke 8-27 : terjadi kualitas pelayanan
neonatal rendah seperti asupan yang tidak adequat, lemah dalam
pencegahan dan penanganan infeksi, mengakibatkan infeksi dan
kekurangan zat gizi.

Alternatif Solusi
Keberhasilan penurunan angka kematian bayi dan neonatal adalah
dengan memperkecil atau menghilangkan faktor-faktor risiko yaitu :
1) Peningkatan cakupan TTD bagi remaja putri
2) Peningkatan konsumsi sayur-sayuran
3) Pelayanan ANC berkualitas yaitu 10T terpenuhi
4) Peningkatan Kualitas Pelayanan Persalinan dan Pasca Salin
5) Orientasi dan pelatihan bagi tenaga kesehatan (bidan dan dokter)

2. Indikator Kinerja Kegiatan


a. Pembinaan Gizi Masyarakat
1) Persentase ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan
makanan tambahan.
Analisa Capaian Kinerja
Bumil KEK di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 berjumlah 18.849
orang (6,54 % dari 176.027 ibu hamil tahun 2019). Jika dilihat menurut
kabupaten/kota, semua kabupaten/kota berada diatas 5% sebagai
ambang batas permasalahan kesehatan masyarakat (WHO). Hanya 3

18 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
(tiga) kabupaten yang memiliki Bumil KEK dibawag 5 % yaitu Pagar
Alam (2,08%), OKU Timur (2,33%) dan Banyuasin (4,96%).

Gambar 3.3. Prevalensi Bumil KEK menurut kabupaten/kota


Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Persentase ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan makanan


tambahan tahun 2019 mencapai 97,9 % melampaui dari target 80%.
Sebagian besar kabupaten/kota telah mencapai 100%. Bumil KEK yang
mendapatkan makanan tambahan terendah kabupaten Empat Lawang
(91,66%) dan Kabupaten Lahat (91,77%).

Gambar 3.4. Cakupan Bumil KEK yang mendapat PMT menurut


kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Analisa Kegagalan
19 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2010), batas ambang
masalah kesehatan masyarakat untuk ibu hamil dengan risiko KEK
adalah < 5%, sementara hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka
17,3% untuk prevalensi ibu hamil KEK, dan lebih tinggi dari tahun
2017 (14,8%). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk
Sumatera Selatan masih mempunyai masalah kesehatan masyarakat
kategori sedang (10-19%) untuk masalah ibu hamil dengan risiko KEK.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi ini adalah :
1) lebih dari setengah jumlah bumil di Indonesia masih mengalami
defisit konsumsi energi. Hal ini tergambarkan dari hasil Survei Diet
Total (SDT) tahun 2014, yang menunjukkan sebanyak 52,2% ibu
hamil dengan tingkat kecukupan energi < 70% angka yang
dianjurkan. Data ini diperkuat dengan hasil PSG (2016), dimana
sebanyak 53,9% ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi < 70%
angka yang dianjurkan.
2) Masih ada kabupaten/kota dengan kegiatan pemberian makanan
tambahan (PMT) bagi ibu hamil KEK yang belum mencapai 100%
di tahun 2018.
Beberapa kabupaten/kota yang belum mencapai 100% Bumil KEK
yang mendapatkan PMT disebabkan oleh beberapa faktor :
1) Kurangnya kepatuhan tenaga kesehatan (pengelola gizi) dalam
melaporkan cakupan Pemberian PMT Bagi Bumil KEK.
2) Belum meratanya ketersediaan tenaga gizi

Analisa Keberhasilan
Sementara itu, secara program kegiatan, keberhasilan capaian
program didukung oleh beberapa kondisi yaitu :
1) Rata-rata konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari
Berdasarkan hasil Susenas, rata-rata konsumsi kalori dan protein
per kapita per hari menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada
tahun 2013, konsumsi kalori per kapita per hari sebesar 1.835,58
Kal, meningkat menjadi 2.136,13 Kal pada tahun 2017.
Begitupun konsumsi protein per kapita per hari, tahun 2013 sebesar
52,76 gram, dan meningkat di tahun 2017 menjadi 62,16 gram.
Unicef (1998) mengungkapkan bahwa status gizi seseorang
dipengaruhi langsung oleh asupan makanan dan penyakit infeksi.
Fakta bahwa konsumsi kalori dan protein per kapita per hari
meningkat sejak tahun 2013, secara langsung berpengaruh juga
kepada status gizi masyarakat termasuk ibu hamil.

20 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Peningkatan konsumsi kalori dan protein per kapita per hari
masyarakat Indonesia, didukung juga dengan meningkatnya rata-
rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok barang
makanan. Pada tahun 2013, pengeluaran untuk kelompok barang
makanan sebesar 48,9% per bulan, dan meningkat menjadi 50,8%
per bulan di tahun 2017 (BPS, 2018 dalam Lakip Ditjen Kesmas,
2018)
2) Kegiatan kelas ibu hamil
Kelas ibu hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam
kelompok. Melalui kelas ibu hamil diharapkan terjadi peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku ibu dalam hal
kehamilan. Dalam kegiatan ini pengetahuan tentang gizi dan
konseling dapat diberikan untuk ibu hamil terutama ibu hamil yang
berisiko.
Data laporan rutin Direktorat Kesehatan Keluarga menunjukkan,
puskesmas yang menyelenggarakan kelas ibu hamil meningkat
setiap tahunnya. Pada tahun 2017, sebesar 92,98% puskesmas sudah
melaksanakan kelas ibu hamil dan meningkat menjadi 95,03% di
tahun 2018. Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin banyak ibu
hamil yang meningkat pengetahuan gizinya. (Laporan rutin
Dit.Kesga per tanggal 25 Januari 2019 dalam Lakip Ditjen Kesmas
2018).
3) Penyelenggaraan kegiatan pelayanan antenatal di puskesmas (ibu
hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali)
Kegiatan ini merupakan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu
hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan minimal 4 kali, sesuai dengan
ketetapan waktu kunjungan. Melalui kegiatan ini diharapkan ibu
hamil dapat dideteksi secara dini adanya masalah, gangguan atau
kelainan dalam kehamilannya, dan dilakukan penanganan secara
cepat dan tepat.
Pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga
kesehatan memberikan pelayanan antenatal secara lengkap, salah
satunya adalah nilai status gizi dengan cara mengukur LILA. Pada
tahun 2017, sebanyak 86,35% sudah mendapatkan pelayanan
antenatal minimal 4 kali selama masa kehamilannya, dan meningkat
menjadi 87,05% di tahun 2018 (Laporan rutin Dit.Kesga per tanggal
25 Januari 2019 dalam Lakip Ditjen Kesmas tahun 2018).

21 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
4) Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP).
GP2SP merupakan upaya pemerintah, masyarakat maupun
pengusaha untuk menggalang dan berperan serta, guna
meningkatkan kepedulian dalam upaya memperbaiki kesehatan dan
status gizi pekerja perempuan, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan meningkatkan kualitas generasi penerus.
Kegiatan utama GP2SP diantaranya adalah perusahaan penyediakan
ruang ASI, mengadakan kelas ibu hamil, cek kesehatan secara
berkala dan memperhatikan gizi pekerja hamil dan menyusui di
tempat kerja. Pada tahun 2018, dari 3.041 perusahaan dengan
pekerja perempuan lebih dari 100 orang, sudah sekitar 448 (14,7%),
naik sekitar 2% dari tahun sebelumnya, perusahaan yang sudah
melaksanakan GP2SP.

Alternatif Solusi
Dalam mengatasi hambatan pencapaian kinerja, Bidang Kesmas
pada tahun 2020 akan melakukan :
1. Konseling ibu tentang gizi seimbang bagi ibu hamil yang terintegrasi
di kelas ibu.
2. Penyuluhan tentang MT untuk ibu hamil KEK, dengan
memanfaatkan pangan lokal, sehingga tidak tergantung kepada
pangan jadi atau pangan pabrikan.
3. Pendidikan gizi seimbang dan konsumsi tablet tambah darah bagi
remaja putri, dalam rangka meningkatkan status kesehatan remaja
putri yang merupakan calon ibu.

2) Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah


(TTD)

Analisa Capaian Kinerja


Cakupan Pemberian TTD pada ibu hamil (Fe3) di Sumatera
Selatan pada tahun 2019 mencapai 94,39% meningkat dibandingkan
pada tahun sebelumnya (92,81%), namun belum mencapai target 2019
yang ditetapkan sebesar 98%. 3 kabupaten terendah persentase ibu
hamil yang mendapatkan TTD menurut kabupaten/kota adalah OKU
(87,08%), OKU Selatan (88,06%) dan Musi Rawas Utara (88,06%)
sedangkan persentase tertinggi dicapai oleh Kota Prabumulih (99,37%)
seperti terlihat pada gambar 3.5.

22 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Gambar 3.5. Cakupan Bumil yang mendapatkan TTD menurut
kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Sementara itu, kasus ibu hamil anemia di Provinsi Sumatera Selatan


tahun 2019 mencapai 7,26 %. Ibu hamil anemia di kabupaten/kota
berada pada rentang 0,16 - 61,02%, dimana kasus tertinggi terjadi di
kabupaten PALI (61.02%) yang dapat dilihat pada gambar. 3.6.

Gambar 3.6. Persentase Bumil Anemia menurut kabupaten/kota


Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

23 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Analisa Kegagalan
Capaian kinerja Ibu Hamil yang mendapatkan TTD belum mencapai
target 95% dipengaruhi oleh beberapa kondisi sebagai berikut :
1) Rendahnya kepatuhan Ibu Hamil dalam mengkonsumsi TTD, hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat
mengkonsumsi TTD untuk kesehatan ibu dan bayinya termasuk
lemah pengawasan dari keluarga termasuk suami.
Hal ini didukung oleh hasil Riskesdas 2018, bahwa ibu hamil yang
mengkonsumsi TTD < 90 butir hanya 61,9%, dan TTD 90 butir atau
lebih hanya 38,1%. Faktor lain kurangnya kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi TTD karena efek sampingnya berupa rasa mual dan
faeces berwarna hitam.
2) Terbatasnya ketersediaan TTD di beberapa kabupaten/kota.
Hal ini didukung dari hasil Riskesdas 2018, ibu hamil yang
mendapatkan TTD hanya 73,2%. Dari 73,2% tersebut, Ibu hamil
yang mendapatkan TTD 90 butir lebih hanya 24%, TTD < 90 butir
sekitar 76%.
3) Kurang lengkapnya penjelasan/penyuluhan tentang TTD kepada
Bumil oleh tenaga kesehatan.

Analisa Keberhasilan
Faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian kinerja kegiatan,
adalah dipengaruhi oleh kondisi :
1) Droping TTD dari Kementerian Kesehatan ke Daerah, disamping
ada daerah kabupaten/kota yang juga menganggarkan untuk
penyediaan TTD.
2) Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil oleh setiap puskesmas
3) Pelayanan ANC terpadu berkualitas.

Alternatif Solusi
1) Memastikan setiap ibu hamil terdata, dan secara dini memeriksakan
kehamilannya. Hal ini bisa melibatkan peran serta masyarakat
(kader), membuat kebijakan di tingkat desa, meningkatkan
pengetahuan dan kepedulian suami.
2) Memastikan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil diikuti oleh setiap ibu
hamil, termasuk kualitas pelaksanaan kelas ibu hamil yang tidak
hanya adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang gizi dan
pentingnya konsumsi ttd, juga adanya kesadaran dan kemauan untuk
mengkonsumsi TTD. Indikatornya perlu dirubah dari Puskesmas
24 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
yang melaksanakan kelas ibu hamil menjadi Persentase Ibu Hamil
yang mengikuti Kelas Ibu Hamil.
3) Memastikan ketersediaan TTD disetiap fasilitas kesehatan
4) Pelaksanaan ANC terpadu dan berkualitas.

3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI


Eksklusif

Analisa Capaian Kinerja

Cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI


Eksklusif tahun 2019 Provinsi Sumatera Selatan mencapai 57,79%
melampaui target yang ditetapkan sebesar 47%. Capaian menurut
kabupaten/kota berkisar antara 25,31% - 80,89%, dimana cakupan
terendah adalah Kabupaten OKU (25,31%) dan tertinggi dicapai oleh
Kota Palembang (80.89%) seperti terlihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7. Persentase Bayi usia kurang 6 bulan yang


mendapatkan ASI Eksklusif menurut kabupaten/kota Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019

Analisa Kegagalan

25 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Beberapa faktor yang mempengaruhi masih rendahnya cakupan
bayi umur 0-6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif adalah :
1. Petugas kesehatan kurang memberikan edukasi kepada Ibu dan
Keluarga terkait pentingnya ASI Eksklusif
2. Susu Formula masih gencar dipromosikan
3. Tradisi masyarakat yang memberikan makanan saat bayi baru lahir.
4. Belum semua RS terapkan 10 LMKM (Langkah Menunju
Keberhasilan Menyusui)
5. Belum semua bayi memperoleh IMD
6. Jumlah konselor menyusui masih sedikit
7. Belum semua kantor dan fasilitas umum membuat ruang menyusui

Alternatif Solusi
1. Meningkatkan KIE yang efektif dan terukur kepada Masyarakat
2. Menyusun dan menerapkan kebijakan terkait dengan promosi susu
formula
3. Meningkatkan jumlah dan peran konselor ASI
4. Meningkatkan kepatuhan petugas di rumah sakit dalam menerapkan
10 LMKM
5. Memastikan semua bayi baru lahir memperoleh IMD.

4) Persentase bayi baru lahir mendapat inisiasi menyusui dini (IMD)

Analisa Capaian Kinerja


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah memberikan ASI segera
setelah bayi dilahirkan,biasanya dalam waktu 30 menit sampai satu jam
setelah bayi lahir. Berdasarkan laporan rutin yang disampaikan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan tahun
2019, Cakupan IMD Provinsi Sumatera Selatan sebesar 86,40 %,
dengan rentang antara 31,75% - 100 %. Posisi tiga cakupan tertinggi
dicapai oleh Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin dan Musi Rawas
sebesar masing-masing 100%. Sementara tiga kabupaten/kota yang
mencapai cakupan IMD terendah adalah Kabupaten OKU (31,75%).

26 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Cakupan IMD per kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun
2018 dapat dilihat pada gambar 3.8.

Gambar 3.8. Persentase Bayi baru lahir yang mendapatkan IMD


menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Analisa Kegagalan
Cakupan IMD pada bayi baru lahir masih rendah kemungkinan
dipengaruhi oleh beberapa kondisi, yaitu :
1) Belum ada dukungan regulasi yang mengatur tentang IMD
2) Kepatuhan Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan
persalinan masih kurang untuk pelaksanaan IMD sesuai standar
3) Kurangnya pengetahuan petugas tentang Pelakasnaan IMD
4) Pengetahuan Orang tua / Keluarga masih rendah terkait dengan
IMD.

Alternatif Solusi
1) Menyusun regulasi tentang IMD
2) Meningkatkan kepatuhan petugas dalam melakukan IMD melalui

5) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

Analisa Capaian Kinerja


Cakupan balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 telah mencapai 99,540%, dengan
27 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
rentang 94,05% - 100% telah dicapai oleh 17 kabupaten/kota. Ada 2
(dua) kabupaten yang belum dapat mencapai 100% yaitu Kabupaten
Empat Lawang (94,05), Ogan Ilir (96,93%) dan Lahat (98.81) seperti
terlihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9. Persentase Balita Kurus yang mendapat makanan


tambahan menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun
2019

Analisa Kegagalan
1) Timbul rasa bosan pada Balita, karena mengkonsumsi PMT.
2) Tidak tepat sasaran (bukan dimakan oleh Balita Kurus)
3) Tenaga Kesehatan kurang memberikan penjelasan secara detail
tentang pentingnya konsumsi PMT bagi Balita Kurus

Analisa Keberhasilan
Adanya droping PMT dari Kementerian Kesehatan secara terus
menerus, sehingga tidak akan terjadi kekurangan.

Alternatif Solusi
1) Meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya gizi (keluarga sadar
gizi) dan pemberian makanan bayi dan anak.
2) Meningkatkan pemantauan tumbuh kembang anak, tidak hanya oleh
petugas kesehatan, tapi juga harus terlibat aktif keluarga dan
masyarakat.

28 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
6) Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD)

Analisa Capaian Kinerja


Cakupan Remaja Putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 sebanyak 33,95%, sementara
capaian menurut kabupaten/kota berkisar antara 5,96% - 75,82%. Tiga
Kabupaten yang mencapai cakupan tertinggi adalah Kabupaten PALI
(75,82%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (73,01%) dan
Kota Prabumulih (67,37%). Sedangkan capaian terendah terjadi di
Kabupaten Mura Utara (5,96%) seperti yang tampak pada gambar 3.10.

Gambar 3.10. Persentase Remaja Putri yang Mendapat Tablet


Tambah Darah (TTD) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019

Analisa Kegagalan
Masih rendahnya Cakupan Remaja Putri mendapat Tablet Tambah
Darah (TTD) dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu :
1) Kurang tersedianya TTD untuk remaja putri, penyediaan TTD yang ada
belum mencukupi karena dibagi dengan TTD untuk ibu hamil.
2) Kebanyakan remaja putri tidak minum TTD, walaupun sudah
mendapatkan TTD dengan alasan efek mual.
3) TTD saat ini belum diformulasikan khusus untuk remaja putri, tapi lebih
diformulasikan untuk di konsumi Ibu Hamil.
4) Kurangnya promosi tentang Pentingnya TTD untuk Remaja Putri.

29 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Alternatif Solusi
1) Peningkatan Kegiatan UKS di setiap sekolah besinergi dengan kegiatan
Gizi, untuk memastikan setiap anak sekolah remaja putri meminum
TTD dan mendapatkan penyuluhan tentang pentingnya gizi dan pola
makan yang benar dan seimbang.
2) Peningkatan upaya sadar gizi keluarga melalui kerjasama lintas sektor.

b. Pembinaan Kesehatan Keluarga


1) Persentase Ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)
Persalinan di fasilitas kesehatan merupakan indikator di Renstra
2015-2019. Pada Renstra sebelumnya lebih dikenal dengan “persalinan
olen Nakes” (Pn). Perubahan indikator ini dilakukan sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi ibu dan bayi baru
lahir dalam kerangka penurunan AKI dan AKB. Apabila setiap ibu
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, maka ketika terjadi
komplikasi dan atau kegawatdaruratan maternal neonatal dapat segera
ditangani oleh tim yang kompeten dengan fasilitas medis yang sesuai
dengan standar. Dengan komitmen ini maka akses ibu hamil dan
bersalin terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi sasaran
penting dalam mencapai sasaran Renstra “meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi”. Dengan tujuan akhir
adalah setiap ibu bersalin mendapat pelayanan sesuai standar sehingga
kematian ibu dapat diturunkan.
Pertolongan persalinan merupakan proses pelayanan persalinan yang
dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Capaian program
persalinan di fasyankes (PF) diukur dari jumlah ibu bersalin yang
mendapatkan pertolongan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin
dalam setahun dikali 100%.
Pada tahun 2017 hasil midterm review Renstra Kementerian
Kesehatan yaitu indikator dan target pada Renstra tidak boleh berubah
tetapi definisi operasional berubah sesuai dengan tupoksi Kementerian
Kesehatan. Perubahan terjadi pada indikator PF dengan definsi
operasional jumlah kabupaten/kota yang melaporkan pelaksanaan
pelayanan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan tepat waktu.

Analisa Capaian Kinerja


Cakupan Ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 90,93% belum mencapai target
yang ditetapkan sebesar 87%, sedangkan cakupan Ibu Bersalin di
30 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Fasilitas Pelayanan Kesehatan per kabupaten/kota tahun 2019 berkisar
antara 69,57% - 90,93% Cakupan tertinggi terjadi di Kota Palembang
(99,26%) dan cakupan terendah dicapai oleh Kabupaten Muratara
(69,57%). Berdasarkan target RPJMD tahun 2019, Provinsi Sumatera
Selatan sudah di atas target rata-rata untuk persentase Persalinan di
fasyankes. Namun, masih ada Kabupaten yang rendah cakupan
pertolongan persalinan di fasyankes yaitu Kab. Muratara (69,57%).
Salah satu penyebabnya ialah Perilaku/ tradisi masyarakat, (lebih
memilih bersalin dengan dukun dan di rumah). Lebih terperinci capaian
per kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11. Persentase Ibu Bersalin di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan (PF) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2019

Analisa Kegagalan
Cakupan Ibu Bersalin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dipengaruhi oleh
beberapa kondisi antara lain :
1) Persalinan masih banyak ditolong oleh Bidan Di Desa di Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Polindes, sementara berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2016 pasal 4 ayat 1
menyatakan bahwa jenis fasilitas pelayanan kesehatan terdiri a)
tempat praktek mandiri tenaga kesehatan; b) pusat kesehatan
masyarakat; c) klinik; d) rumah sakit; e) apotek; f) unit transfusi
darah; g) laboratorium kesehatan; h) optical; i) fasilitas pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum; dan j) fasilitas pelayanan

31 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
kesehatan tradisional, sehingga berdasarkan hal tersebut poskesdes
tidak termasuk salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan.
Poskesdes adalah salah satu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat,
dengan Bidan atau Perawat sebagai tenaga inti yang memberikan
pelayanan kesehatan.
2) Kualitas ANC yang masih rendah, sebagai akibat dari kurangnya
kompetensi bidan dalam P4K atau rendahnya kepatuhan bidan dalam
pelaksanaan ANC berkualitas atau tidak memadainya sarana
prasarana (partus set).

Alternatif Solusi
1) Peningkatan faskes yang mampu memberikan pertolongan persalinan
terstandar.
2) Peningkatan kualitas tenaga kesehatan dan kepatuhan dalam
pertolongan persalinan

2) Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)


Analisa Capaian Kinerja
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019 mencapai 95,45% diatas target yang ditetapkan
tahun 2019 yaitu 92%. Capaian menurut kabupaten/kota berada pada
rentang 84,97% - 100%. Cakupan terendah terjadi di Kota Palembang
(84,97%) dan Kabupaten PALI (86,43%). Penyebab cakupan rendah
karena BBL tersebut meninggal sebanyak 5 org pd usia ‹ 48 jam
(sebelum mendapatkan KN1). Secara rinci dapat dilihat pada gambar
3.12.

Gambar 3.12. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)


menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

32 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
3) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke
empat (K4)

Analisis Capaian Kinerja


Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke
empat (K4) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 95,24%,
masih belum mencapai target yang ditetapkan tahun 2019 sebesar
100%. Capaian kabupaten/kota pada rentang 85,54% - 99,37%. cakupan
tertinggi (99,37%) dicapai oleh Kota Prabumulih sedangkan cakupan
terendah dicapai oleh Kabupaten OKU Selatan (85,54%). Rendahnya
cakupan K4 disebabkan karena kurang patuhnya petugas kesehatan thd
standar pelayanan antenatal terpadu, perilaku masyarakat yang belum
memahami pentingnya kunjungan kehamilan, akses ke fasyankes
sebagian sulit dijangkau, pelayanan yang tidak terlaporkan, bumil
melakukan pelayanan di luar wilayah. Secara rinci dapat dilihat pada
gambar 3.13.

Gambar 3.13. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan


Antenatal ke Empat (K4) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019

Alternatif Solusi

1) Upaya pendataan ibu hamil melibatkan peran aktif masyarakat untuk


memastikan setiap ibu hamil terdata dan memeriksakan kehamilan
sedini mungkin.

33 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
2) Mengupayakan ada kebijakan di tingkat desa terkait pendataan ibu
hamil dan pemeriksaan kehamilan sejak awal kehamilan

4) Persentase puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan


untuk peserta didik kelas 1
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
untuk peserta didik kelas 1 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019
mencapai 88,24% masih belum mencapai target yang ditetapkan sebesar
100%. Capaian Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan
kesehatan untuk peserta didik kelas 1 menurut kabupaten/kota berada
pada rentang 62,50% - 100%, dimana cakupan tertinggi (100%) dicapai
oleh 3 (tiga) kabupaten/kota, sedangkan capaian terendah terjadi di
kabupaten Musirawas Utara (62,50%). Secara rinci capaian menurun
kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar 3.14.

Gambar 3.14. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Penjaringan


Kesehatan untuk Peserta Didik Kelas 1 menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

5) Persentase puskesmas yang melakukan penjaringan kesehatan


untuk peserta didik kelas 7 dan 10
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan puskesmas yang melakukan penjaringan kesehatan untuk
peserta didik kelas 7 dan 10 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019
mencapai 85,29 %, telah melampaui target yang ditetapkan sebesar
56%. Capain Cakupan puskesmas yang melakukan penjaring kesehatan

34 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
untuk peserta didik kelas 7 dan 10 di kabupaten/kota berada pada
rentang 25,20% - 100%, dimana cakupan tertinggi dicapai oleh
Kabupaten Muratara, Ogan Ilir dan Kabupaten OKU (masing-masing
100%), sedangkan cakupan terendah dicapai oleh Kabupaten Empat
Lawang (60%). Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.15.
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan untuk
peserta didik sudah di atas target provinsi. Namun, masih ada kabupaten
yang rendah. Salah satu penyebab dikarenakan petugas belum
memahami teknis penjaringan yang benar, dan tidak tersedia dana yg
cukup di Puskesmas maupun sekolah untuk melakukan penjaringan
kesehatan di setiap sekolah pada wilayah kerjanya.

Gambar 3.15. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Penjaringan


Kesehatan untuk Peserta Didik Kelas 7 dan 10 menurut
kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

6) Persentase puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan


remaja.
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan
remaja di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 71% telah
melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 47%.
Cakupan yang dicapai oleh kabupaten/kota berada pada rentang 17,86%
- 100%. Cakupan tertinggi (100%) dicapai oleh 5 (lima) kabupaten,
yaitu Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Empat Lawang, OKU dan
Kabupaten OKI, sedangkan cakupan terendah dicapai oleh Kabupaten

35 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Banyuasin (17,86%) dan Kabupaten Lahat (48,48%). Secara rinci
capaian per kabupaten/kota dapat di lihat pada gambar 3.16.
Gambar 3.16. Persentase Puskesmas yang Menyelenggaraan Kegiatan
Kesehatan Remaja menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019

7) Persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil


Analisa Capaian Kinerja
Cakupan Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 100 % telah melampaui target
yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 92%. Cakupan yang dicapai
Kabupaten/Kota 100%. Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.17.

Gambar 3.17. Persentase Puskesmas yang Kelas Ibu Hamil


menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

36 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
8) Persentase puskesmas yang melakukan Orientasi Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan puskesmas yang melakukan Orientasi Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4) di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 telah mencapai 100% sesuai dengan target
yang telah ditetapkan.

Gambar 3.18. Persentase Puskesmas yang Melakukan Orientasi


Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

37 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
1) Persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja
dasar
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 82% masih belum
mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 84%. Cakupan yang
dicapai kabupaten/kota berada pada rentang 32% - 100%, dimana
cakupan tertinggi (100%) dicapai oleh 6 (enam) kabupaten yaitu kota
Lubuk Linggau, Kota Prabumulih, Kabupaten Muratara, Kabupaten
Musi Banyuasin dan Kabupaten Pali. Sedangkan cakupan terendah
dicapai oleh Kabupaten OKU Selatan (32%) selengkapnya dapat dilihat
secara rinci pada gambar 3.19.

Gambar 3.19. Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan


Kesehatan Kerja Dasar menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

2) Persentase Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja Puskesmas


Analisa Capaian Kinerja
Cakupan Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja puskesmas di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 51%. Belum bisa
memenuhi dengan indikator yang ditetapkan oleh Direktorat Kesehatan
38 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Kerja dan Olahraga yaitu Jumlah Pos UKK yang terbentuk di Daerah
PPI/TPI, karena untuk Sumatera Selatan Daerah PPI/TPI belum
terdata/menjadi sasaran.
Cakupan Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja puskesmas yang
dicapai kabupaten/kota berada pada rentang 0- 257%, dimana capaian
tertinggi (257%) ada di kabupaten Pali, sedangkan Pos UKK yang belum
terbentuk terjadi di Kabupaten OKU Selatan. Target setiap puskesmas
membentuk 1 pos UKK, realisasinya ada beberapa puskesmas yg
membentuk lebih dari 1 pos UKK sehingga capaian lebih dari 100%.
Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.20.

Gambar 3.20. Persentase Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja


Puskesmas menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2019

3) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan


olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya.
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan
olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 68,91% masih belum mencapai
target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 76%. Capaian menurut
kabupaten/kota berada pada rentang 0% - 100%, dimana capaian
terendah terjadi di Kota Pagar Alam dan Kabupaten Musirawas sama
sekali belum melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok
masyarakat di wilayah kerjanya. Selengkapnya dapat dilihat pada
gambar 3.21.

39 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Gambar 3.21. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan
Kesehatan Olahraga pada Masyarakat di Wilayah Kerjanya
menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

4) Persentase Jama’ah Haji yang diperiksa Kebugarannya


Analisa Capaian Kinerja
Cakupan Jama’ah Haji yang diperiksa kebugarannya di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 86 %, sedangkan menurut
kabupaten/kota cakupan jama’ah haji yang diperiksa kebugarannya
berkisar antara 0% - 100%. Cakupan terendah dicapai oleh Kota Pagar
Alam, Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Musi Rawas. Secara
rinci capaian cakupan Jema’ah Haji yang diperiksa kebugarannya dapat
dilihat pada gambar 3.22.

Gambar 3.22. Persentase Jema’ah Haji yang diperiksa


Kebugarannya menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019

40 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
d. Penyehatan Lingkungan
1) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat)
Analisa Capaian Kinerja
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 1.870 dari 2.526
desa/kelurahan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Daerah
kabupaten/kota yang telah mencapai 100% desa ODF adalah Kota
Pagar Alam dan Kabupaten Pali.
Cakupan desa yang melaksanakan STBM pilar 1 yaitu Stop BAB
Sembarangan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai
74,03% secara rinci dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 3.23 dan
3.24.

Tabel 2 : Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM


menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Jumlah
No Kabupaten/Kota Desa STBM %
Desa/Kel
1 Kota Palembang 107 1 0.93
2 Kota Prabumulih 37 8 21.62
3 Kota Pagar Alam 35 35 100.00
4 Kota Lubuklinggau 72 42 58.33
5 Musi Rawas Utara 89 71 79.78
6 Penukal Abab Lematang Ilir 75 75 100.00
7 Empat Lawang 156 119 76.28

41 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
8 Ogan Komering Ulu 157 128 81.53
9 Ogan Komering Ulu Selatan 259 151 58.30
10 Ogan Komering Ulu Timur 322 159 49.38
11 Musi Banyuasin 243 176 72.43
12 Musi Rawas 199 193 96.98
13 Lahat 376 197 52.39
14 Ogan Ilir 241 223 92.53
15 Muara Enim 255 228 89.41
16 Banyu Asin 304 253 83.22
17 Ogan Komering Ilir 327 290 88.69
Sumatera Selatan 2,526 1,870 74.03

Gambar 3.23. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM


menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Gambar 3.24. Persentase Desa/Kelurahan Stop BABS (SBS) menurut


kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

2) Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan pengawasan

42 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan sarana air minum yang dilakukan pengawasan di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 26,84 %, sedangkan
menurut kabupaten/kota cakupan sarana air minum yang dilakukan
pengawasan berkisar antara 0% - 100%. Cakupan terendah dicapai oleh
Kota Pagar Alam, Kabupaten OKU Timur, Kabupaten OKU Selatan
dan Kabupaten Musi Rawas. Secara rinci capaian cakupan sarana air
minum yang dilakukan pengawasan dapat dilihat pada gambar 3.25.

Gambar 3.25. Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan


Pengawasan menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2019

3) Persentase Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat


kesehatan
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 74,78 %,
sedangkan menurut kabupaten/kota cakupan tempat-tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan berkisar antara 10,6 % - 100%. Cakupan
tertinggi dicapai oleh Kabupaten PALI sedangkan cakupan terendah
dicapai oleh Kabupaten Musi Rawas. Secara rinci capaian tempat-
tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan dapat dilihat pada
gambar 3.26.

43 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Gambar 3.26. Persentase Tempat-tempat Umum yang Memenuhi
Syarat Keseharan menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019

4) Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai


standar
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai
standar di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 25 %,
sedangkan menurut kabupaten/kota cakupan RS yang melakukan
pengelolaan limbah medis sesuai standar berkisar antara 0 % - 100%.
Cakupan tertinggi dicapai oleh Kabupaten OKU Selatan sedangkan RS
Kabupaten/Kota yang belum melakukan pengelolaan limbah medis
sesuai standar adalah Pagar Alam, Palembang, Musi Rawas Utara,
PALI, Empat Lawang, OKU Timur, Musi Banyuasin, Musi Rawas,
Lahat, Muara Enim dan OKI. Secara rinci capaian RS yang melakukan
pengelolaan limbah medis sesuai standar dapat dilihat pada gambar
3.27.

Gambar 3.27. Persentase RS yang Melakukan Pengelolaan Limbah


Medis Sesuai Standar menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019
44 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
5) Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan

Analisa Capaian Kinerja


Cakupan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019
mencapai 38,02 %, sedangkan menurut kabupaten/kota cakupan
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
berkisar antara 0 % - 88%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Kota Lubuk
Linggau (87,83%), Kabupaten Muratara (67%) dan Kabupaten OKI
(63%) sedangkan Kabupaten/Kota yang belum memiliki Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan adalah
Kota Pagar Alam, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.28.

Gambar 3.28. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang


Memenuhi Syarat Kesehatan menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019

45 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
6) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan
sehat
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan
kawasan sehat di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 hanya 6
(enam) kabupaten/kota yaitu Palembang, Lubuk Linggau, Ogan Ilir,
Musi Banyuasin, Musi Rawas dan OKU. Terdapat 11 (sebelas)
kabupaten/kota lainnya yang belum menyelenggarakan tatanan
kawasan sehat dapat dilihat pada gambar 3.28.

Gambar 3.29. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan


Tatanan Kawasan Sehat menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019

46 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1) Persentase Kab/Kota yang memiliki kebijakan PHBS
Analisa Capaian Kinerja
Cakupan Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS di
Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan tahun 2019 baru mencapai
76,47%, yakni 13 dari 17 Kabupaten/Kota sebagaimana dijelaskan oleh
tabel 3.

Tabel 3 : Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS


menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

Bentuk Nomor dan


NO Kab/Kota Judul Kebijakan
Kebijakan Tanggal
1 OKU Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
2 OKI Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
3 Muara Enim Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun Kawasan Tanpa
2019 Rokok
Surat Edaran Nomor 2 Tahun Implementasi
2019 Komunikasi
Perubahan Perilaku
Masyarakat Untuk
Mencegah Stunting
4 Lahat Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
5 Musi Rawas Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
6 Musi Peraturan Bupati Nomor 24 Sanitasi Total
Banyuasin (Tanggal 11 Berbasis Masyarakat
Februari 2019)
7 Banyuasin Surat Edaran Nomor Kesiap Siagaan
Kepala Dinas 090/200/Kes/201 peningkatan Kasus

47 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Kesehatan 9 (Tanggal 25 DBD
Januari
Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun Revitalisasi Posyandu
2019
(Tanggal 27
Februari 2019)
Peraturan Bupati Nomor 116 Pembinaan PHBS
Tahun 2019
(Tanggal 12
Agustus 2019)
8 OKU Selatan Peraturan Bupati Nomor Pengukuhan Duta
518/KPTS/DIN Cegah Stunting Kab.
KES/2019 OKU Selatan Tahun
(Tanggal 7 2019
November 2019)
9 OKU Timur Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun Kawasan Tanpa
2019 Rokok
Peraturan Bupati Nomor 19 Tahun Pencanangan dan
2019 Komitmen
Penanganan Stunting
Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun Revitalisasi Posyandu
2019 di Kabupaten OKU
Timur
Keputusan Bupati Nomor 280 Pembentukan
Tahun 2019 Kelompok Kerja
Operasional Pos
Pelayanan Terpadu
Tingkat Kabupaten
OKU Timur
10 Ogan Ilir Surat Edaran Nomor Antisipasi
Bupati 440/1725/II/KES terjangkitnya penyakit
/2019 (Tanggal akibat musim
28 Januari 2019) penghujan,
peningkatan PHBS
Surat Edaran Nomor Kewaspadaan
Bupati 440/1729/II/KES Penyakit DBD
/2019 (Tanggal
28 Januari 2019)
Surat Keputusan Nomor Forum Komunikasi
Bupati 223/kep/dinkes/2 Gerakan Masyarakat
019 (Tanggal 18 Hidup Sehat
April 2019) (GERMAS)
Surat Edaran Nomor Penyediaan fasilitas
Bupati 050/214/Bapped ruang menyusui di
a-II/2019 seluruh OPD dan
(Tanggal 17 Mei UPTD di lingkungan
2019) Pemkab Ogan Ilir

48 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Empat Lawang Surat Keputusan Nomor Pembentukan Forum
Bupati 440/192/kep/tah Kelompok Kerja
un/2019 Operasional Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
Kabupaten Empat
Lawang
Surat Keputusan Nomor Pembentukan
Bupati 188.45/191/kep/ Kelompok Kerja
kes/tahun/2019 Operasional
Pembinaan Pos
Pelayanan Terpadu
Surat Keputusan Nomor Pembentukan Tim
Bupati 400/125/kpts/din Koordinasi
kes/2019 Pelaksanaan Upaya
Kelola Lingkungan
/Upaya Pengelolaan
Lingkungan Pusat
Kesehatan Masyarakat
12 PALI Peraturan Bupati Nomor Pengukuhan Duta
486/KTPS/DIN Cegah Stunting
KES/KESMAS- Kab.PALI Tahun 2019
I/2019 (Tanggal
17 November
2019)
Peraturan Bupati Nomor Peraturan Bupati
23/KPTS/DINK Penukal Abab
ES/P2PII/2019 Lematang Ilir Nomor
(Tanggal 03 23/KPTS/DINKES/P2
Januari 2019) PII/2019 tentang
Pembentukan Tim
Pemeriksaan dan
Pembinaan Kesehatan
Jemaah Haji Tingkat
Puskesmas, Rumah
Sakit dan Petugas
Sistem Komputerisasi
Haji Terpadu Bidang
Kesehatan Kab.PALI
Tahun 2019
Peraturan Bupati Nomor Peraturan Bupati
136/KPTS/DIN Penukal Abab
KES/P2PIII/201 Lematang Ilir Nomor
9 (Tanggal 01 136/KPTS/DINKES/P
Februari 2019) 2PIII/2019 Tim
Panitia Gebyar Visual
dengan Asam Asetat
dan Kanker Payudara
Kab.PALI Tahun 2019
49 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Nomor Peraturan Bupati
162/KTPS/DIN Penukal Abab
KES/P2PIII/201 Lematang Ilir Tim
9 (Tanggal 06 Gerakan Nasional
Februari 2019) Pencegahan dan
Deteksi Dini Kanker
pada Perempuan
Indonesia diwilayah
Kab.PALI Tahun 2019
Nomor Peraturan Bupati
163/KTPS/DIN Penukal Abab
KES/P2P111/20 Lematang Ilir Nomor
19 (Tanggal 06 163/KPTS/DINKES/P
Februari 2019) 2PIII/2019 tentang
Pembentukan Tim
Petugas Pemeriksaan
Inveksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA)
dan Cunical Beast
Examination (CBE)
Kab.PALI Tahun 2019
Muratara Surat Edaran Nomor Gerakan Bawa Botol
Bupati 440/521/DINKE Minum Sendiri
S/KL/2019
Palembang Peraturan Nomor 14 Tahun Menjaga kelestarian
Walikota 2019 (Tanggal lingkungan, menjaga
Palembang 18 Januari 2019) kualitas air sungai
perlu dilaksanakan
Gotong Royong
SK Walikota Nomor Pembentukan
Palembang 236.a/KPTS/DI Kelompok Kerja
NKES/2019 Operasional
Pencegahan dan
Pengendalian Demam
Berdarah Dengue
Tingkat Kota
Palembang
15 Prabumulih Arahan Walikota 12 Febuari 2019 Melakukan PHBS di
Rumah Tangga
16 Pagar Alam Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
17 Lubuk Linggau Keputusan Wali Nomor Penetapan Duta cegah
374/KPTS/Kes/2019
Kota stunting Lubuk
Linggau

2) Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM


Analisa Capaian Kinerja

50 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
Cakupan desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 mencapai 75,62%. Kota
Palembang, Kota Pagar Alam dan Kota Prabumulih tidak memiliki dana
desa. Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten OKU Selatan memiliki
dana desa tapi belum termanfaatkan untuk UKBM.

Gambar 3.29. Persentase Desa yang Memanfaatkan Dana Desa 10%


untuk UKBM menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2019

3) Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program


kesehatan
Analisa Capaian Kinerja
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program
kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 17 perusahaan
sebagaimana dalam tabel 4.

Tabel 4 : Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk


program kesehatan menurut kabupaten/kota menurut kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

No Prov/Kab/Kota Nama Mitra Kegiatan


1 OKU Tidak Ada Tidak Ada
Ogan Komering
2 1 PT. Tania Selatan
Ilir
2 PT. Sampoerna

51 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
3 PT. WILMAR
Kegiatan pelatihan dan pembinaan
3 Muara Enim 1 PT. Bukit Asam Anggota Saka Bakti Husada
Cabang Kabupaten Muara Enim
Kegiatan Bantuan Baju Kader
Posyandu di Wilayah Puskesmas
Muara Enim
Kegiatan pelatihan dan pembinaan
Bank Sumsel Babel Cab.
2 Anggota Saka Bakti Husada
Muara Enim
Cabang Kabupaten Muara Enim
4 Lahat Tidak Ada Tidak Ada
5 Musi Rawas Tidak Ada Tidak Ada
6 Musi Banyuasin 1 PT. CONOCO PHILIPS Bantuan Gedung Posyandu
Bank Sumsel Babel Cabang
7 Banyuasin 1 Sponsor Peringatan HKN
Pangkalan Balai
2 BPJS Cabang Banyuasin Sponsor Peringatan HKN
3 PT. Sinar Sosro Palembang Sponsor Peringatan HKN
PT. Tirta Fresindo Jaya
4 Sponsor Peringatan HKN
(Mayora Group)
8 Oku Selatan Tidak Ada Tidak Ada
9 Oku Timur Tidak Ada Tidak Ada
Bantuan 100 butir untuk posyandu
10 Ogan Ilir 1 PT. Java di desa Lubuk Bandung
Payaraman
Posyandu Binaan di Desa Ketiau
2 PT. PTPN VII Cinta manis
Kec. Lubuk Keliat
11 Empat Lawang Tidak Ada Tidak Ada
1 Unit Ambulance untuk
12 Pali 1 PT. Bukit Asam
Puskesmas Tanah Abang
Fasilitas cek GDS, Asam Urat dan
13 Muratara 1 PT. Bara Sentosa Lestari
Kolesterol
UKS KIT
PMT BALITA
Kegiatan Donor Darah
Forum CSR dikelola
langsung oleh Pemkot
14 Palembang
Palembang melalui
Bappeda
Program Kemitraan Bina
Lingkungan dalam rangka
PT. PERTAMINA ASSET
15 Prabumulih 1 penerapan CSR-PKBL yang
II
partisipatif, transparan dan
akuntabel
2 PT. Pegadaian Fasilitasi Pembentukan Posyandu
52 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Ramah Anak di Puskesmas
Fasilitasi Sarana Kegiatan
3 PT. WINRO
Pemeriksaan PTM di Puskesmas
16 Pagar Alam Tidak Ada Tidak Ada
Kegiatan Pemberdayaan
17 Lubuk Linggau 1 CV. ACC Bersaudara masyarakat dalam inovasi satgas
paras
JUMLAH CSR

4) Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber


dayanya untuk mendukung kesehatan.
Analisa Capaian Kinerja
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan
sebanyak 9 (sembilan) ormas. Kabupaten/Kota yang ormasnya belum
memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan adalah
OKU, OKI, Lahat, Musirawas, Banyuasin, 4 Lawang, Muratara dan
Pagar Alam. Sedangkan ormas di kabupaten/kota yang memanfaatkan
sumber dayanya untuk mendukung kesehatan tergambar dalam tabel 5.

Tabel 5 : Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan


sumberdayanya untuk mendukung kesehatan menurut
kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

No Prov/Kab/Kota Nama Organisasi Kemasyarkatan

1 Provinsi Sumatera 1 Ikatan Perempuan Positif Indonesia Sumsel


Selatan 2 PD Ikatan Bidan Indonesi Sumsel
3 DP Aisyiyah Sumsel
4 Forum Kader Posyandu Indonesia Sumsel
5 Yayasan Intan Maharani Sumsel
6 DPW. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Sumsel
7 Universitas Islam Negeri Raden Fatah
8 PERSAKMI Sumsel
9 Perhimpunan Keluarga Berencana Sumsel
2 Ogan Komering Ulu Tidak Ada
3 Ogan Komering Ilir Tidak Ada
4 Muara Enim 1 PKK Kabupaten Muara Enim
2 Saka Bakti Husada

53 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
5 Lahat Tidak Ada
6 Musi Rawas Tidak Ada
7 Musi Banyuasin 1 Karang Taruna Kecamatan Sanga Desa
8 Banyuasin Tidak Ada
9 Oku Selatan 1 Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI)
10 Oku Timur Tidak Ada
11 Ogan Ilir 1 Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI)
2 PD Aisyiyah Ogan Ilir
12 Empat Lawang Tidak Ada
13 Pali 1 TP-PKK Kab. PALI
14 Muratara Tidak Ada
15 Palembang 1 Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI)
16 Prabumulih 1 TB Care Aisyah
17 Pagar Alam Tidak Ada
18 Lubuk Linggau 1 PKK

f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada


Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
1) Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan
Masyarakat.

Analisa Capaian Kinerja


Capaian realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai
97,53% telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 93%.

B. Realisasi Anggaran

54 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
BAB IV
PENUTUP
55 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019
Kesimpulan

1. Pembinaan Gizi Masyarakat


a. Cakupan ibu hamil kurang energi kronik yang mendapatkan makanan
tambahan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 97,9% telah
melampaui target yang ditetapkan sebesar 95 %, sedangkan Prevalensi Bumil
KEK pada tahun 2019 sebesar 3,98 %.
b. Cakupan Pemberian TTD pada ibu hamil (Fe3) di Sumatera Selatan pada
tahun 2019 mencapai 94,39% masih belum mencapai target yang telah
ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 98%.
c. Cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif
tahun 2019 Provinsi Sumatera Selatan mencapai 57,79% melampaui target
yang ditetapkan sebesar 50 %.
d. Cakupan IMD Provinsi Sumatera Selatan sebesar 86,40 % telah melampaui
target yang ditetapkan sebesar 47 %.
e. Cakupan balita kurus yang mendapatkan makanan tambahan di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 99,54%, telah melampaui target yang
ditetapkan sebesar 50 %.
f. Cakupan Remaja Putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 33,95 %, masih belum mencapai
target yang ditetapkan sebesar 50 %.

2. Pembinaan Kesehatan Keluarga


a. Cakupan Ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 90,93% telah mencapai target yang
ditetapkan sebesar 90 %.
b. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2019 mencapai 95,45% masih dibawah target yang ditetapkan tahun
2019 yaitu 92%.
c. Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 95,24%, telah mencapai
target yang ditetapkan tahun 2019 sebesar 90 %.
d. Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk
peserta didik kelas 1 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai
88,24% telah mencapai target yang ditetapkan sebesar 72 %.
e. Cakupan puskesmas yang melakukan penjaringan kesehatan untuk peserta
didik kelas 7 dan 10 Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 85,29
%, telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 69 %.

56 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
f. Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 71 % telah melampaui
target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 47%.
g. Cakupan Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 100 % telah melampaui target yang
ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 92 %.
h. Cakupan puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4) di Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2019 telah mencapai 100% sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga


a. Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 82% masih telah mencapai
target yang telah ditetapkan sebesar 80%.
b. Cakupan Pos UKK yang terbentuk di wilayah kerja puskesmas di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 51 %. Belum bisa memenuhi
dengan indikator yang ditetapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja dan
Olahraga yaitu Jumlah Pos UKK yang terbentuk di Daerah PPI/TPI, karena
untuk Sumatera Selatan Daerah PPI/TPI belum terdata/menjadi sasaran.
c. Cakupan puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada
kelompok masyarakat di wilayah kerjanya di Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2019 mencapai 68,91% masih belum mencapai target yang ditetapkan
pada tahun 2019 sebesar 80 %.
d. Cakupan Jama’ah Haji yang diperiksa kebugarannya di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2019 mencapai 86 %.

4. Penyehatan Lingkungan
a. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2019 mencapai 2.353 dari 3.161 desa/kelurahan yang ada
di Provinsi Sumatera Selatan
b. Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan pengawasan tahun 2019
mencapai 26,84% belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2019
sebesar 50 %.
c. Persentase Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun
2019 mencapai 74,78 % telah mencapai target nasional yang ditetapkan pada
tahun 2019 sebesar 58 %.
d. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
tahun 2019 sebesar 25 % masih belum mencapai target yang ditetapkan pada
tahun 2019 sebesar 36 %.

57 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019
e. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat
kesehatan tahun 2019 sebesar 38,62 % telah mencapai target nasional yang
ditetapkan pada tahun 2019 sebesar 32 %.
f. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat di
tahun 2019 sebanyak 6 Kabupaten/Kota telah melampaui target provinsi
sebeanyak 3 Kabupaten/Kota.

5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Cakupan Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS di Provinsi
Sumatera Selatan sampai dengan tahun 2019 baru mencapai 76,47 % masih
belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 80%.
b. Cakupan desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2019 mencapai 75,02 % telah melampaui target yang
ditetapkan 50%.
c. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan
di Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 17 perusahaan dari target 1
perusahaan.
d. Jumlah organisasi kemasyarakat yang memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan mencapai 9 organisasi dari target 2 organisasi
kemasyarakatan.

6. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program


kesehatan masyarakat.
a. Capaian realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 mencapai 97,53%
telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 93%.

58 | LAPORAN KINERJA KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


2019

Anda mungkin juga menyukai