BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan : Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
BAB II
GAMBARAN UMUM
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUNTINYUAT
B. KEADAAN KEPENDUDUKAN
1. Jumlah Penduduk
Komposisi penduduk merupakan sebuah mata statistik dari statistik
kependudukan yang membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi
umur dan jenis kelamin.
Untuk lebih jelas mengenai jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Juntinyuat Kabupaten Indramayu pada tahun 2022 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk
Di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Penduduk
Jumlah Jumlah
No Desa
KK Pddk
Laki-laki Perempuan
Penduduk
Jumlah Jumlah
No Desa
KK Pddk
Laki-laki Perempuan
Sex rasio atau komposisi sex adalah suatu komposisi yang berdasarkan jenis
kelamin yang merupakan perbandingan antara jumlah laki-laki dalam setiap 100
wanita.
Struktur umur penduduk seringkali dikaitkan dengan produktivitas secara
ekonomis, yaitu dengan memperhatikan angka rasio beban tanggungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio adalah angka yang menunjukkan beban
ketergantungan penduduk usia produktif pada suatu wilayah. Angka ini menunjukkan
seberapa jauh mereka yang berusia produktif harus menanggung mereka yang
belum produktif dan pasca produktif. Angka beban ketergantungan merupakan
perbandingan antara penduduk yang berusia non produktif (usia 0 – 14 tahun dan
usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 – 64
tahun). Dependency Ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting,
semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase
dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Rasio Beban Tanggungan dapat digunakan juga
sebagai indikator upaya percepatan pembangunan ekonomi, semakin besar angka
rasio beban tanggungan berarti semakin besar pula pendapatan yang diperoleh
kelompok usia produktif yang harus dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan
kelompok usia non produktif, dengan demikian hambatan pembangunan ekonomi
juga akan lebih besar begitupun sebaliknya. Diperlukan pemahaman yang baik dalam
2. Peta Administrasi
Tabel 2.2
Peta Administrasi Kecamatan Juntinyuat dan Cakupan Wilayah Kajian
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Jarak Antar Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Tabel 2.5
Obritasi Jarak Dari Pusat Pemerintahan Desa
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
4. Tingkat Pendidikan
Di dalam Undang – Undang Republik Indonesia Pasal 1 Nomor 20 Tahun
2003 tentang pendidikan nasional, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumberdaya manusia untuk
pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan
tuntunan zaman, dan perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-
persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi
kesiapan bangsa menghadapi tantangan global dimasa depan. Tingkat pendidikan
yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap
informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari,
khususnya dalam hal kesehatan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
perubahan sikap dan perilaku hidup sehat.
Tingkat pendidikan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan - tingkatan
tertentu seperti:
a. Pendidikan dasar awal selama 9 tahun meliputi SD/sederajat, SLTP/sederajat.
b. Pendidikan lanjut
c. Pendidikan menengah minimal 3 tahun meliputi SMA atau sederajat dan
d. Pendidikan tinggi meliputi Diploma, Sarjana, Magister, Doktor dan Spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Program di sektor pendidikan menjadi perhatian utama pemerintah diwilayah
kerja Puskesmas Juntinyuat Kabupaten Indramayu, mengingat pentingnya
meningkatkan sumberdaya manusia agar dapat mengimbangi cepatnya
pembangunan di sektor lain.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. ANGKA KEMATAN
Tabel 3.1
Penyebab Kematian Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Desa
N Penyebab Junti Lim
Junti Junti Junti Dada Lom Jml
o Kematian kedok bang
nyuat kebon weden p bang
an an
1. Asfiksia - - - - 1 1 - 2
2. Infeksi - - - - - - - -
3. Sepsi - - - - - - - -
Kelainan - - - - 1 1 - 2
4.
Kongenital
5. IUFD - 2 1 - 1 - 4
6. BBL - 1 2 2 1 6
7. Lahir Mati - - - - - - - -
Jumlah - 3 1 2 5 3 - 14
B. ANGKA KESAKITAN
Angka kesakitan atau morbiditas yaitu suatu angka yang menunjukkan kejadian
penyakit tertentu pada suatu populasi dalam kurun waktu tertentu. Penyakit yang sering
diselidiki morbiditasnya ialah penyakit menular, yang biasanya merupakan penyakit
infeksi. Angka ini merupakan salah satu indikator dalam menilai tingkat kesehatan
masyarakat dan kecenderungannya dapat digunakan untuk menilai keberhasilan.
Angka kesakitan merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui kasus
penyakit atau gangguan kesehatan pada masyarakat. Indikator ini dapat dimanfaatkan
untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat secara umum yang dilihat dari adanya
keluhan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu. Pengetahuan mengenai
derajat kesehatan suatu masyarakat dapat menjadi pertimbangan dalam pembangunan
bidang kesehatan, yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut,
diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Semakin
banyak penduduk yang mengalami keluhan kesehatan berarti semakin rendah derajat
kesehatan dari masyarakat yang bersangkutan.
Prevalen dan insiden penyakit merupakan dua jenis indikator yang menunjukkan
angka kesakitan. Angka prevalen mengacu pada saat ini jumlah orang yang menderita
penyakit tahun tertentu, angka prevalen penyakit sangat berguna untuk merencanakan
volume kegiatan/ program penanggulangan penyakit, sedangkan insiden mengacu pada
frekuensi perkembangan penyakit yang baru dalam periode waktu tertentu, angka
insiden penyakit berguna dalam evaluasi efektifitas program yang dilaksanakan untuk
menanggulangi suatu penyakit. Untuk memperoleh angka prevalen dan insiden yang
tepat, maka perlu dilakukan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).
Tabel 3.3
Jumlah Kunjungan Pasien
di Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
JUMLAH TOTAL KUNJUNGAN
NO BULAN
DALAM GEDUNG LUAR GEDUNG
JUMLAH
JKN UMUM JKN UMUM
PBI NON PBI PBI NON PBI
1 Januari 315 177 808 2 1761 3063
2 Pebruari 229 162 728 3 2865 3987
3 Maret 476 202 730 8 2187 3603
4 April 304 137 490 2 1321 2254
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022 |Halaman
19
63
Tabel 3.4
10 Besar Penyakit Yang Berkunjung Ke Puskesmas
di Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
NO Nama Penyakit Jumlah
1 Acute nasopharyngitis [common cold] 3240
2 Dyspepsia 1184
3 Essential (primary) hypertension 1010
4 Myalgia 999
5 Other dermatitis 562
6 Non-insulin-dependent diabetes mellitus 424
7 Acute pharyngitis 300
8 Congestive heart failur 149
9 Cutaneous abcess, furuncle and carbuncle 116
10 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infection 111
hidup masyarakat semakin baik. Dengan demikian umur harapan hidup merupakan salah
satu indikator yang sangat penting sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan
kesehatan.
Tabel 3.5
Jumlah Kematian Kasar
di Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
NO Nama Desa Jumlah
1 Juntinyuat 61
2 Juntikebon 76
3 Juntikedokan 125
4 Juntiweden 25
5 Dadap 269
6 Lombang 50
7 Limbangan 58
8 Jumlah 664
Tabel 3.6
Data Hasil BPB
di Wilayah Kerja Puskesmas JuntinyuatTahun 2022
Hasil BPB
No. Desa S D BGM GBR Stunting
FEB AGT FEB AGT FEB AGT FEB AGT FEB AGT
1. Juntinyuat 23 15
436 405 436 405 2 1 0 0
Hasil BPB
No. Desa S D BGM GBR Stunting
2. Juntikebon 26 20
386 376 386 376 3 2 0 1
3. Juntikedokan 25 21
587 566 587 566 1 2 0 0
4. Juntiweden 7 9
245 252 245 252 0 4 1 2
5. Dadap 53 59
1387 1363 1387 1363 7 11 1 3
6. Lombang 22 20
457 418 457 418 2 3 1 0
7. Limbangan 7 9
233 255 233 255 0 0 0 0
Jumlah 163 153
3731 3635 3731 3635 15 23 3 6
Banyak faktor yang mengakibatkan gangguan nutrisi pada anak seperti pola
makan anak dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian jenis makanan yang
seimbang, juga karena adanya penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh
tidak mampu mencerna dan menyerap makanan secara sempurna. Selain itu terdapat
faktor yang berhubungan secara tidak langsung dengan keadaan malnutrisi seperti
kemiskinan. Sebagian besar kasus gizi buruk yang ditemukan adalah dari keluarga
miskin karena kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarganya yang kurang cukup baik jumlah maupun mutunya.
Untuk menangani kasus malnutrisi yang terjadi pada anak dibutuhkan perhatian
khusus dari keluarga dan harus adanya kerjasama yang terpadu dan komprehensif
antara orang tua dan petugas kesehatan, juga memerlukan dukungan sektor lain dalam
pemberdayaan ekonomi keluarga, dan keterpaduan penanganan antara pelayanan gizi
dengan pengobatan penyakit penyerta.
Dalam penanganan stunting, UPTD Puskesmas Juntinyuat mempunyai program
inovasi yaitu Juragan Anting (Juntinyuat Bergerak Cegah dan Penanggulangan Anak
Stunting). Adapun kegiatan Juragan Anting terdiri dari kegiatan edukasi terintegrasi:
1. Edukasi pada remaja
2. Edukasi pada calon pengantin
3. Edukasi pada ibu hamil
4. Edukasi pada ibu balita
5. Edukasi pada lansia
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat. Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai
kebutuhan masyarakat (client oriented), dan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu.
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Upaya
Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pengamanan zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.
Upaya Kesehatan Perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan meliputi upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan rawat jalan, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan pada
perorangan.
Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya yang mempunyai daya
ungkit tinggi dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk
rentan, antara lain : ibu, bayi, anak, usia lanjut, dan keluarga miskin.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan yang telah
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
Tabel 4.1
Cakupan Kunjungan K1 dan K4
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Kunjungan dan Target
Jumlah
No Desa K1 K4
Bumil
Hasil % Hasil %
1. Juntinyuat 89 90 101,12 69 77,53
2. Juntikebon 66 80 121,21 57 86,36
3. Juntikedokan 139 123 88,49 100 71,94
4. Juntiweden 48 62 129,17 46 95,83
5. Dadap 284 306 107,75 284 100,00
6. Lombang 89 109 122,47 114 128,09
7. Limbangan 81 81 100,00 74 91,36
Jumlah 796 851 106,91 744 93,47
b. Pertolongan Persalinan
Cakupan pertolongan persalinan adalah cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidnan (linakes).
Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu, dan
terjangkau.
Cakupan pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas
Juntinyuat Kabupaten Indramayu tahun 2022 dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.3
Cakupan Linakes
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Persalinan
Jumlah
No Desa Linkes Non Linkes
Persalinan
Hasil % Hasil %
1. Juntinyuat 85 75 88,24 0 0
2. juntikebon 63 77 122,22 0 0
3. Juntikedokan 133 88 66,17 0 0
4. Juntiweden 46 41 89,13 0 0
5. Dadap 271 273 100,74 0 0
6. Lombang 84 117 139,29 0 0
7. Limbangan 77 67 87,01 0 0
Jumlah 759 738 97,23 0 0
c. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 0 – 6 minggu setelah persalinan dimana organ
reproduksi melai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau
pada umumnya oragan reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan
pasca persalinan.
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan
yang meliputi pemeriksaan kindisi umum, payudara, dinding perut, perineum,
kandung kemih dan organ kandungan, karena dengan perawtan nafas yang
tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas.
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022 |Halaman
27
63
Tabel 4.4
Cakupan Pelayanan Nifas
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Kunjungan dan Target
Jumlah
No Desa Ibu Pel. Kesehatan Vit A
Nifas
Hasil % Hasil %
1. Juntinyuat 85 75 88,24 74 87,06
2. juntikebon 63 77 122,22 77 122,22
3. Juntikedokan 133 88 66,17 88 66,17
4. Juntiweden 46 41 89,13 41 89,13
5. Dadap 271 273 100,74 272 100,37
6. Lombang 84 117 139,29 117 139,29
7. Limbangan 77 67 87,01 67 87,01
Jumlah 759 738 97,23 736 96,97
Tabel 4.5
Cakupan Komplikasi Kebidanan yg Mendapatkan Pelayanan
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
No Desa Jumlah Bumil Komplikasi Ditangani
1. Juntinyuat 89 27 27
2. Juntikebon 66 26 26
3. Juntikedokan 139 34 34
4. Juntiweden 48 14 14
5. Dadap 284 85 85
6. Lombang 89 12 12
7. Limbangan 81 19 19
e. Pemeriksaan Neonatal
Indikator angka cakupan pelayanan kesehatan bayi kurang dari 1 bulan
(neonatal) digunakan untuk mengetahui luasnya jangkauan dan tingkat kualitas
pelayanan kesehatan neonatal. Kunjungan neonatal merupakan kontak bayi
baru lahir (neonatal) dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali, yang terdiri dari
kunjungan neonatal ke 1 (KN1 ) pada bayi umur 6 jam – 2 hari, kunjungan
neonatal ke 2 (KN 2) pada umur nayi 3 -7 hari dan kunjungan neonatal
lengkapan/KNL pada umur bayi 8–28 hari.
Cakupan pemeriksaan Neonatal di Wilayah Kerja Puskesnmas
Juntinyuat Kabupaten Indramayu tahun 2022 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Cakupan Neonatal
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Kunjungan
Jumlah
No Desa KN 1 KN 2 KN 3
Neonatal
Hasil % Hasil % Hasil %
1. Juntinyuat 81 75 92,59 75 92,59 75 92,59
2. Juntikebon 60 77 128,33 76 126,67 76 126,67
3. Juntikedokan 127 88 69,29 88 69,29 88 69,29
4. Juntiweden 44 42 95,45 40 90,91 40 90,91
5. Dadap 258 273 105,81 272 105,43 270 104,65
6. Lombang 80 115 143,75 114 142,50 114 142,50
7. Limbangan 73 68 93,15 68 93,15 68 93,15
Jumlah 723 738 102,07 733 101,38 731 101,11
f. Neonatal Komplikasi
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada neonates, sekitar
10% diantara neonates yang diperiksa dan ditemui tergolong dalam kasus
resiko tinggi yang butuh pelayanan rujukan.
Neonatal resti/komplikasi yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan
kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksia,
tetanus neonatorum sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan
pernafasan dan kelainan neonatal
Tabel 4.7
Cakupan Komplikasi Neonatal yang Ditangani
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Jumlah
Jumlah
No Desa Neo
neonatus Ditangani
Resti
1. Juntinyuat 81 4 4
2. Juntikebon 60 5 5
3. Juntikedokan 127 2 2
4. Juntiweden 44 2 2
5. Dadap 258 16 16
6. Lombang 80 2 2
7. Limbangan 73 2 2
Jumlah 723 33 33
Grafik.4.8
Cakupan Imunisasi Bayi
Di Kabupaten Indramayu Tahun 2022
Cakupan Imunisasi %
No Desa Sasaran
DPT1, DPT3, Campak,
BCG
HB1 HB3 Polio 4
Tabel 4.9
Cakupan KB
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Jenis Alat KB
No Cakupan
Pil Suntik IUD Implant Kondom MOW MOP
2. Drop-Out KB - - - - - - -
memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Selain itu
pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu,
efektif, terjangkau dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian
penyakit menular melalui imunisasi.
b. Pemberantasan penyakit
Pemerintah dan masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam
melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit
menular serta akibat yang ditimbulkannya. Upaya tersebut dilakukan untuk
melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang
sakit, cacat dan/atau nmeninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial
dan ekonomi akibat penyakit menular. Selain itu, upaya pencegahan,
pengendalian dan pemberantasan penyakit menular dilakukan melalui kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative bagi individu atau masyarakat.
Selain pemberantasan penyakit menular juga dilaksanakan
pemberantasan terhadap penyakit tidak menular. Pemberantasan penyakit
tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mengurangi penyakit dengan
perbaikan dan perubahan perilaku masyarakat.
Tabel 4.10
Cakupan Pemberantasan Penyakit
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
DESA
NO JENIS PENYAKIT Jml
Junti Junti Junti Junti Lom Lim
Dadap
nyuat kebon kedokan weden bang bangan
1 TB-Paru BTA (+) 3 3 3 2 7 0 1 19
2 Kusta 4 3 1 5 5 1 0 19
3 DBD 6 3 3 1 7 0 0 20
6 Hepatitis /Reaktif 0 0 0 0 5 0 0 5
17 Covid-19 21 20 20 2 16 29 16 124
Tabel 4.11
Cakupan PTM
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
DESA
JENIS
NO Jml
PENYAKIT Junti Junti Junti Junti Lom Lim
Dadap
nyuat kebon kedokan weden bang bangan
2 DM 30 15 167 37 10 55 35 349
3 ODGJ 16 14 16 13 15 10 9 93
7. Kesehatan Lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Lingkungan
sehat mencakup lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta
tempat dan fasilitas umum. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan
udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,
pengendalian vector penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya.
a. Rumah Sehat
Tabel 4.12
Cakupan Rumah Sehat
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
b. Air Bersih
Kondisi cakupan air bersih di di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuatn
Kabupaten Indramayu Tahun 2022 dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.13
Cakupan Air Bersih
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022 |Halaman
33
63
c. Jamban Keluarga
Jumlah cakupan penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi
yang layak (jamban sehat) di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Kabupaten
Indramayu Tahun 2022 Belum optimalnya cakupan penduduk yang memiliki
akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak disebabkan karena rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat, alasan kemiskinan, disamping terdapat budaya
masyarakat yang biasa buang air besar di tempat terbuka.
Tabel 4.14
Cakupan Pengguna Jamban
Jumlah Kk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat)
menurut Puskesmas dan Data Puskesmas
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
d. Klinik Sanitasi
Pelayanan Klinik Sanitasi Puskesmas merupakan bentuk kegiatan di
dalam dan di luar gedung puskesmas yang tujuannya melakukan konseling dan
bimbingan terhadap klien (pasien) yang mempunyai penyakit berbasis
lingkungan.
Dilihat dari manfaatnya secara tidak langsung dengan adanya klinik
sanitasi dapat menurunkan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan
seperti: diare, cacingan, penyakit kulit, ISPA, TBC, DBD, dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya.
Tabel 4.15
Cakupan Sarana Tempat-Tempat Umum (TTU)
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
1 2 3 4 5 6
1 Hotel - - - -
2 Kolam Renang - - - -
3 Masjid 10 10 9 9
4 Gereja 1 1 1 1
5 Kelenteng - - - -
6 Pura - - - -
1 2 3 4 5 6
7 Terminal :
• Angkutan Darat - - - -
• Angkutan Laut - - - -
• Angkutan Udara - - - -
• Angkutan Sungai - - - -
8 Bioskop - - - -
9 Gedung Pertunjukan - - - -
11 Salon Kecantikan 16 16 16 13
12 Panti pijat 21 21 12 7
13 Pasar - - - -
15 Taman Hiburan 1 1 1 1
16 Sekolah - - - -
• SD / MI 27 27 27 23
• SLTP 5 5 5 4
• SLTA 2 2 2 2
• Perguruan Tinggi/TK 7 7 7 5
17 Pondok Pesantren - - - -
1 2 3 4 5 6
18 Puskesmas 1 1 1 1
19 Rumah Sakit - - - -
20 Poli Klinik - - - -
21 Industri :
• Tekstil - - - -
• Kayu 4 4 4 3
• Logam - - - -
• Cat - - - -
• Kulit - - - -
22 Tempat penggilingan 23 23 22 12
padi/Heller
23 Perkantoran 29 29 25 17
24 PT 3 3 3 2
25 CV 5 5 5 4
melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku adalah faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, emosi, inovasi
dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor
ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, sosial
ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
Perilaku individu maupun masyarakat yang sehat akan meningkatkan derajat
kesehatan, begitupun sebaliknya perilaku yang kurang sehat cenderung akan
menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk merubah perilaku yang tidak
sehat menjadi perilaku yang sehat, diperlukan beberapa upaya diantaranya adalah
dengan memberikan promosi/penyuluhan kesehatan yang diarahkan pada
kemandirian masyarakat untuk menolong dirinya dan memanfaatkan sumber daya
yang ada dalam mempertahankan atau meningkatkan derajat kesehatannya.
upaya peningkatan derajat kesehatan masih rendah dan belum dapat mencapai
target yang diharapkan yakni sebesar 65 % rumah tangga PHBS.
Tabel 4.16
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022 |Halaman
39
63
1 Juntinyuat 0 0 0 0
2 28,5 5 71,5 7
2 Juntikebon 0 0 0 0 0 0
8 100 8
3 Juntikedokan 0 0 0 0
3 37,5 5 62,5 8
4 Juntiweden 0 0 0 0
3 42,8 4 57,2 7
5 Dadap 0 0 0 0
11 61,1 7 38,8 18
6 Lombang 0 0 0 0
4 50 4 50 8
7 Limbangan 0 0 0 0
1 20 4 80 5
Jumlah Kader
Jumlah
No Desa Tidak Jml
Posyandu Aktif
Aktif
1 Juntinyuat
7 35 0 7
2 Juntikebon
8 40 0 8
3 Juntikedokan
8 40 0 8
4 Juntiweden
7 35 0 7
5 Dadap
18 90 0 18
6 Lombang
8 40 0 8
7 Limbangan
5 25 0 5
Jumlah 61 305 0 61
Tabel 4.18
Tingkat Perkembangan Posbindu Usila
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Tingkat Kemandirian
No Desa Jumlah
Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Juntinyuat
1 0 0 0 1
2 Juntikebon
1 0 0 0 1
3 Juntikedokan
1 0 0 0 1
4 Juntiweden
1 0 0 0 1
5 Dadap
1 0 0 0 1
6 Lombang
1 0 0 0 1
7 Limbangan
1 0 0 0 1
Jumlah 7 0 0 0 7
Tabel 4.19
Tingkat Perkembangan Poskesdes
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Tingkat Kemandirian
No Desa
Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Juntinyuat 0 0 0
0
2 Juntikebon 0 0 0
0
3 Juntikedokan 0 0 0
0
4 Juntiweden 0 0 0
1
5 Dadap 0 0
1 0
6 Lombang 0 0
0 0
7 Limbangan 0 0
0 1
Jumlah 1 2 0 0
Tabel 4.20
Analisis Situasi Dana Sehat
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
3 SLTP 7 7 100
4 SLTA 3 3 100
5 TK/RA 16 16 100
Tabel 4.21
Tingkat Perkembangan LSM
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Tabel 4.22
Tingkat Perkembangan Batra
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Jumlah 0 0 0
Tabel 4.23
Tingkat Perkembangan TOGA
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Tingkat Perkembangan
No Desa
Pratama Madya Purnama
1 Juntinyuat
0 0 0
2 Juntikebon
0 0 0
3 Juntikedokan
0 0 0
4 Juntiweden
0 0 0
5 Dadap
0 0 0
6 Lombang
0 0 0
7 Limbangan
0 0 0
Jumlah 0 0 0
Tabel 4.24
Tingkat Perkembangan POD
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Tingkat Kemandirian
No Desa
Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Juntinyuat 0 0 0
0
2 Juntikebon 0 0 0 0
3 Juntikedokan 0 0 0 0
4 Juntiweden 0 0 0 0
5 Dadap 0 0 0 0
Tingkat Kemandirian
No Desa
Pratama Madya Purnama Mandiri
6 Lombang 0 0 0 0
7 Limbangan 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0
Jumlah 4
Tabel 4.26
Tingkat Perkembangan SBH
di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
2 SLTP 7 0 0 0 0
3 SLTA 3 0 0 0 0
JUMLAH 37 0 0 0 0
Persentase desa terkena Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani <24
jam 100%
Persentase ibu hamil mendapat Tabel Fe 90 Tabel 92%
Persentase balita gizi buruk mendapatkan perawatan 100%
Cakupan balita mendapat Vitamin A 2 kali pertahun 90%
Persentasi baduta dengan berat badan di Bawah Garis Merah (BGM) dari
keluarga miskin yang mendapat MP ASI 100%
Bayi 6-11 bulan mendapat Vitamin A 100%
Ibu nifas mendapat Vitamin A 100%
Persentase bayi yang mendapatkan ASI secara Eksklusif 6 bulan 80%
Persentase murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut
100%
Persentase pekerja yang mendapatkan pelayanan kesehatan kerja 80%
Persentase keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan 100%
5) Sumber Daya Kesehatan
Rasio Dokter Umum 29 per 100.000 penduduk
Rasio Dokter Spesialis 8 per 100.000 penduduk
Rasio Dokter Keluarga 2 per 1.000 penduduk
Rasio Dokter Gigi 10 per 100.000 penduduk
Rasio Apoteker 8 per 100.000 penduduk
Rasio Asisten Apoteker 17 per 100.000 penduduk
Rasio Bidan 100 per 100.000 penduduk
Rasio Perawat 14 per 100.000 penduduk
Rasio Ahli Gizi/Nutrisionis 16 per 100.000 penduduk
Rasio Ahli Sanitasi 9 per 100.000 penduduk
Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat 7 per 100.000 penduduk
Persentase penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan
kesehatan 80%
Alokasi anggaran kesehatan pemerintah Rp 100.000,- per kapita pertahun
Rata-rata persentase anggaran kesehatan dalam APBD kabupaten 15%
6) Manajemen Kesehatan
Terselenggaranya Dokumentasi Sistem Kesehatan
Penyusunan Profil Kesehatan Rutin Setiap Tahun
7) Kontribusi Sektor Terkait
Tabel 4.27
Standar Pelayanan Minimal SPM sesuai Permenkes No 4 Tahun 2022
PENCAPAIAN
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
Dalam melaksanakan program kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kaplongan
Kabupaten Indramayu diperlukan dukungan sarana kesehatan yang mencukupi dan
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Data ketersediaan sarana kesehatan yang ada
di wilayah kerja Puskesmas Juntinyuat Kabupaten Indramayu baik milik pemerintah
maupun swasta disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Jumlah Sarana Kesehatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat Tahun 2022
Desa
No Fasilitas Kesehatan Jml
JYuat JKeb JKed JWed Ddp Lom Lim
1 Puskesmas 0 1 0 0 0 0 0 1
2 Puskesmas Keliling 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Desa Siaga 1 1 1 1 1 1 1 7
9 PUSTU 0 0 0 0 1 0 1 2
10 POSKESDES 1 0 0 1 1 0 0 3
Tabel 5.2
Ketersediaan Tenaga Kesehatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Juntinyuat (Desember 2022)
Status
No Jenis Tenaga Non PNS Jumlah
PNS
BOP BOK BLUD THL
A. Fungsional
1 Dokter Gigi 1 - - - - 1
(Kepala
Puskesmas )
2 Dokter umum 1 - - 1 - 2
3 Nutrisionis 1 - - - 1
4 Perawat 17 - - 4 1 22
5 Bidan 7 - - 4 4 15
6 Promkes 1 - 1 - - 2
7 Sanitasi - - 1 - - 1
8 Analis Kesehatan - - - - 1 1
10 Asisten Apoteker - - - 1 - 1
B. Pelaksana
11 TU 1 - - - - 1
12 Administrasi 2 - - 1 4 7
13 Pengelola - - 1 - - 1
Keuangan
14 Kebersihan - - - 1 - 1
15 Supir Ambulan - - - 1 - 1
JUMLAH 31 - 3 13 10 57
Apabila melihat tabel di atas, dapat diketahui bahwa kondisi jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Juntinyuat Kabupaten Indramayu saat ini masih belum
mencukupi apabila dibandingkan dengan kondisi ideal yang diharapkan. Untuk itu
diperlukan percepatan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan melalui perencanaan
kebutuhan tenaga kesehatan yang mengacu pada kebutuhan yang sesuai dengan DSP
(Daftar Standar Pegawai) berdasarkan Kepmenkes RI NO.976/Menkes/SK/VIII/1999
tanggal 5 Agustus 1999.
Program distribusi dan manajemen karir SDM kesehatan juga harus dapat
dilaksanakan dalam rangka mendukung pemerataan dan peningkatan pelayanan
kesehatan. Seperti diketahui, permasalahan kesehatan selain kondisi jumlah tenaga
kesehatan yang masih belum mencukupi sesuai kebutuhan, juga terletak pada tidak
meratanya penempatan tenaga kesehatan yang ada.
Berdasarkan data kepegawaian, diketahui bahwa ada beberapa jenis tenaga
kesehatan yang belum dimiliki puskesmas, antara lain: perawat gigi, apoteker,
pengadministrasi, bendahara, perekam medis. Kondisi tenaga kesehatan yang belum
mencukupi akan berpengaruh terhadap kinerja puskesmas dalam melaksanakan
program kesehatan sehingga akan mengakibatkan rendahnya cakupan program
kesehatan dan tidak optimalnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
BM/ EMEN
MT PUSKE DT
DIKAN PK V BS ISASI SAS AT N K AR
HJ. MAFTUHATUL Keperawatan
8 ZAEDAH, Skep., Ners Perawat Pertama S1 + Profesi √ √ √
H. TONI FIRDAUS, Skep., Keperawatan
9 Ners Perawat Muda S1 + Profesi √ √ √
M KHUDRI YAMANI, Skep., Keperawatan
10 Ners Perawat MUda S1 + Profesi √ √
Keperawatan
11 NURUL HUDA, S.Kep.Ners Perawat Muda S1 + Profesi √ √
Keperawatan
12 SUSANTI, S.Kep.Ners Perawa Pertama S1 + Profesi √
Perawa Pertama Keperawatan
13 ERIH HAYATI, Skep.Ners S1 + Profesi
Perawa Pertama Keperawatan
14 NURAENI, S.Kep.Ners S1 + Profesi
15 CARWILAH, AMd.Kep Perawat Pelaksana D3 Keperawatan √ √
16 DEVIE IRMAYANI, AMd.Kep D3 Keperawatan √ √ √
17 VERAWATI, AMK D3 Keperawatan √
18 SRI RAHAYU, AMKep D3 Keperawatan √ √
SI
19 SUSLIYAH, AMK D3 Keperawatan √ PTM
20 IIT TRIYANI, AMd.Kep D3 Keperawatan √ √
21 DECY ADITAMA, AMd.Kep D3 Keperawatan √ √
P
P
G
D KEL Upd
PENDIDIKAN AP O CT SUFA MTBS IMUNISA AS BBL AB PK APA ate
B. BIDAN JABATAN MU N N U S MTBM SI IBU R PK PR R APN
AN
C
Ter
pad
1 HJ. SHOLIHAH, SST Bidan Madya D4 Kebidanan √ √ √ √ √ √ √ √ u √
2 ONISA, AMd.Keb Pelaksana Bidan D3 Kebidanan √ √ √ √ √ √
B. BIDAN JABATAN PENDI MU AP PP C SU MTB IMUNIS KELAS BBL AB PK AP Upd
DIKAN N GD T FAS S ASI IBU R PK PR AR ate
MTB AP
ON U M N
3 HJ YAYAH J, STr. Keb Bidan Pertama D4 Kebidanan √ √ √ √ √ √ √ √
4 SRI HAYATI, SST Bidan Ahli Pertama D4 Kebidanan √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 RAMINAH, STr.Keb Bidan Pertama D4 Kebidanan √ √ √ √ √ √ √
SRI WIDIYANINGSIH, AMd.
6 Keb Pelaksana Bidan D3 Kebidanan √ √ √ √ √ √
DEWI SRI ALININGSIH,
7 STr. Keb Bidan Pertama D3 Kebidanan √ √ √ √ √ √ √
8 FITRIYAH, AMd. Keb D3 Kebidanan √ √ √
9 VIDA AMALIA, STr. Keb D4 Kebidanan √ √ √ √
DESTIKA VENI AFIYANTI,
10 STr. Keb D4 Kebidanan √ √ √ √
11 IIS ISTIQOMAH, AMd. Keb D3 Kebidanan √ √ √ √
SEPTI YULANDA, AMd.
12 Keb D3 Kebidanan √ √
13 TUTI HARYATI, AMd. Keb D3 Kebidanan √ √ √
16 RAHMA NIYAH, AMd. Keb D3 Kebidanan √ √
17 ANDIANI SITI N, AMd.Keb √ √
Analis Kesehatan
1 Kusniyah, AMd.AK D3
TATA USAHA
APAR
1 WACHYUNINGSIH, SST Ka Sub Bag TU D4 Kebidanan
Kesehatan Manajemen
2 SUETIN, SKM Pengadministrasi Umum S1 Masyarakat Puskesmas APAR
PROMKES
Manajem
en
Penyuluh Kesehatan Kesehatan Puskesm PISP
1 IRMAYANTI DJOHAR, SKM masyarakat Pertama S1 Masyarakat pemantauan Pertumbuhan Balita as K
Kesehatan
2 EDY JAMHARI, SKM Promotor Kesehatan S1 Masyarakat APAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Menurut Pasal 170 (1) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 menyebutkan
bahwa Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya. Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai
sumber, baik dari pemerintah, masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi
penyelenggaraan upaya kesehatan, dan dikelola secara berhasil-guna dan berdaya-
guna. Untuk menjamin terpelihara dan terlindunginya masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan, pembiayaan kesehatan diselenggarakan secara nasional
dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
Dalam rangka mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
dibutuhkan pembiayaan kesehatan yang dapat menjamin kecukupan, berkelanjutan,
efektif, efisien, akuntabel, dan berkesinambungan. Pembiayaan kesehatan merupakan
suatu proses yang terus-menerus dan terkendali, sehingga diharapkan dapat tersedia
dana kesehatan yang memadai dan berkesinambungan, yang bersumber dari
masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan sumber lainnya.
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan adalah hal yang penting
sehingga dapat menggali sumber dana kesehatan, mengalokasikannya secara rasional,
menggunakannya secara efisien dan efektif serta diarahkan pada hal-hal pokok yakni
kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas, menghilangkan hambatan
biaya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dikarenakan pembiayaan tunai
perorangan, pemerataan dalam akses pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi dan
efektifitas alokasi sumber daya serta kualitas pelayanan kesehatan.
Pembiayaan kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada
masyarakat miskin akan mendorong tercapainya akses pelayanan kesehatan yang
universal.
Pengalokasian pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah
diharapkan tidak lagi membiayai pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif, sehingga
sepenuhnya diarahkan untuk membiayai upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan
preventif. Pemerintah hanya membiayai upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif bagi
masyarakat rentan dan miskin, yang dikelola melalui sistem jaminan kesehatan.
Pengelolaan pembiayaan kesehatan melalui sistem jaminan kesehatan nasional
diharapkan telah mantap dan semua penduduk juga diharapkan dapat dicakup dalam
jaminan kesehatan nasional.
BAB VI
KESIMPULAN
LAMPIRAN