Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Masa Prakonsepsi


1. Pengertian Masa Prakonsepsi
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena
setelah menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa
prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan.Periode prakonsepsi adalah
rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi dan
idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar
100 hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita pranikah selama tiga
sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan kondisi bayi
yang dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan
kunci kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati & Kuspriyanto, 2016).
Rhode Island Departement of Health (2012) menyimpulkan bahwa
wanita prakonsepsi merupakan wanita yang siap menjadi ibu, merencanakan
kehamilan dengan memperhatikan kesehatan diri atau kesehatan reproduksi,
kesehatan lingkungan, serta pekerjaannya.Oleh sebab itu, masa prakonsepsi
ini harus diawali dengan hidup sehat, seperti memperhatikan makann yang
dimakan oleh calon ibu.
Perawatan prakonsepsi juga merupakan suatu langkah-langkah
penilaian dan intervensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memodifikasi resiko medis, perilaku, dan sosial kesehatan wanita, serta hasil
kehamilannya dari sebelum konsepsi (Hadar, et al, 2015).Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) mengidintifikasi empat tujuan untuk
meningkatkan kesehatan prakonsepsi di antaranya yaitu:
a) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan prakonsepsi.
b) Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur bisa menerima pelayanan
perawatan prakonsepsi yang akan memungkinkan mereka akan
kesehatan yang optimal.
c) Mengurangi resiko lahir cacat.

5
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
6

d) Mengurangi hasil kehamilan yang merugikan (Rhode Island


Departement of Health, 2012).
a. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi.
Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-
organ serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk. 2002).
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak,
dan protein, oksidasi zatzat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan
tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk zat
organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar, jumlah zat gizi yang
paling banyak terdapat dalam pangan dan disebut juga zat pembakar
(Almatsier, 2011)
Pedoman Gizi Seimbang merupakan pedoman untuk konsumsi makan
sehari-hari yang harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi)
yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur,
mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral), serta
dapat dijadikan sebagai pedoman makan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih
dan mempertahankan berat badan normal (Kemenkes,2014).
Secara umum terdapat pesan khusus gizi seimbang yang perlu
diperhatikan bagi calon pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam
makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal tersebut meliputi
konsumsi zat gizi makro dan mikro (karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral) yang akan digunakan sebagai proses pertumbuhan tubuh yang cepat,
peningkatan volume darah dan peningkatan hemoglobin dalam darah yang
berguna untuk mencegah anemia yang disebabkan karena kehilangan zat besi
selama proses menstruasi (Kemenkes,2014).

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


7

Berikut merupakan anjuran Angka Kecukupan Gizi bagi WUS yang


telah ditetapkan Kemenkes:

Tabel 1.
Angka Kecukupan Gizi bagi WUS
Zat Gizi 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun
Energi
2125 2125 2250 2150
(kkal)
Protein 69 59 56 57
(g)
Folat 400 400 400 400
(meg)
B6 (mg) 1,2 1,2 1,3 1,3
B12 (mg) 2,4 2,4 2,4 2,4
Besi (mg) 26 26 26 26
Sumber: Kemenkes RI 2014.
Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak,
protein, asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral zinc, besi, kalsium, dan
omega-3. Pasangan yang akan melangsungkan pernikahan sebaiknya mulai
mengubah pola makan menjadi teratur dan baik selambat-lambatnya enam
bulan sebulan sebelum kehamilan. Hal ini dapat membantu memperbaiki
tingkat kecukupan gizi pasangan (Susilowati & Kuspriyanto, 2016).
Berikut pola makan yang disarankan pada pasangan prakonsepsi
untuk mengonsumsi dalam jumlah yang mencukupi:
a. Karbohidrat
Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok polisakarida (seperti nasi,
jagung, sereal, umbi-umbian) dan disarankan membatasi konsumsi
monosakarida (seperti gula, sirup, makanan, dan minuman yang tinggi
gula).
b. Protein
Kekurangan protein pada tingkat berat akan memperlambat
perkembangan hormone endokrin sehingga kemampuan untuk mengikat
hormone androgen rendah. Makanan yang kaya protein bisa diperoleh
dari telur, daging, tempe, dan tahu.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


8

serangan radikal bebas (oksidan) yang memengaruhi kesehatan


reproduksi.
c. Asam Folat
Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi resiko bayi lahir
kecacatan system saraf dengan neutral tube defect(NTD) seperti spina
bifida sebanyak 70%.
d. Vitamin B6
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, ginjal, beras merah, kacang
kedelai, kacang tanah, pisang, dan kol.
e. Vitamin D
Vitamin D dirodukski dari dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari,
selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju, minyak ikan,
ikan tuna, dan ikan salmon.
f. Zinc
Zinc sangat penting untuk calon ibu karena zinc membantu produksi
materi genetik ketika pembuahan terjadi. Menjaga asupan zinc sesuai
AKG, yaitu 15 mg/hari dapat membantu menjaga sistem reproduksi
berfungsi normal.
g. Zat besi
Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia dengan
menunjukkan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang infeksi.Juga
dapat mengurangi resiko ibu hamil mengalami defisiensi anemia gizi besi
yang dapat membahayakan ibu dan kandungannya.(Susilowati &
Kuspriyanto, 2016).

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


9

Berikut sekilas sumber nutrisi penting bagi wanita prakonsepsi


hingga masa kehamilan (MacDougall, 2003):
Tabel 2.
Sumber Nutrisi Bagi Wanita Prakonsepsi
Sumber Nutrisi Penting
Produk dari susu (susu, mentega, keju, dsb), telur,
Vitamin A
minyak ikan, sayuran berwarna hijau, dan kuning.
Semua jenis beras atau gandum, ragi, kacang-
Vitamin B1
kacangan, biji-bijian, dan sayuran daun-daunan hijau.
Semua jenis beras atau gandum, sayuran hijau, dan
Vitamin B2
telur.
Semua jenis beras atau gandum, ragi, minyak ikan,
Vitamin B3
telur, dan susu.
Telur, kacang-kacangan, biji-bijian, semua jenis beras-
Vitamin B5
berasan atau gandum, alpukat.
Vitamin B6 Seluruh tepung, ragi, biji gandum, jamur, kentang.
Vitamin B12 Telur, daging, tiram, susu.
Sayuran daun-daunan hijau, jeruk, dan kacang-
Asam folat
kacangan.

Vitamin C Buah sitrun, stroberi, lada manis, tomat, dan kentang.

Susu asam, minyak ikan (sarden), margarin, kuning


Vitamin D
telur, sinar matahari.
Minyak sayur, biji gandum, kacang-kacangan, biji
Vitamin E
bunga matahari, brokoli.
Produk susu, sardin kalengan, salmon termasuk
Kalsium tulangnya, sayur dan daun-daunan hijau, kacang-
kacangan.
Daging merah, kacang-kacangan, telur, sayuran daun-
Besi
daunan hijau.
Biji gandum, bekatul, seluruh jenis tepung, kacang-
Seng
kacangan, bawang, tiram.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


10

B. Konseling
1. Pengertian Konseling
Salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai gizi
adalah melalui konseling gizi. Secara umum, definisi konseling adalah suatu
proses dua arah yang terjadi antara konselor dan klien yang bertujuan untuk
membantu klien mengatasi dan mengambil keputusan yang benar dalam
mengatasi masalah gizi yang dihadapi (Supariasa, 2014).
Konseling gizi adalah suatu cara untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan individu atau keluarga melalui bentuk pendekatan guna
mendapatkan pengertian yang lebih baik, sehingga diharapkan individu
atau keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi
masalah gizi termasuk perubahan pola makan serta memecahkan masalah
terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat (Cornelia, dkk 2013).
Peran keluarga juga turut membantu dalam keberhasilan konseling
gizi. Anggota keluarga yang lain dapat mendukung pelaksanaan perubahan
pola makan klien. Hingga pada akhirnya klien dapat menerapkan pola
makan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
2. Tujuan Konseling
Tujuan konseling gizi adalah secara umum adalah membantu klien
dalam upaya megubah prilaku yang berkaitan dengan gizi, sehingga status
gizi klien menjadi lebih baik.Perilaku yang diubah meliputi pengetahuan
dan sikap.
3. Manfaat Konseling
Dalam melakukan konseling diperlukan hubungan yang baik antara
konselor dan klien melalui kesepakatan untuk bekerja sama, melakukan
komunikasi, dan terlibat dalam proses yang berkesinambungan dalam
upaya memberikan pengetahuan, keterampilan, serta sumber daya. Proses
konseling diharapkan dapat memberikan manfaat pada klien sebagai
berikut:
a)Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi yang
dihadapi.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


11

b) Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah.


c) Membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
d)Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang paling
sesuai baginya.
e) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien.
4. Tempat Konseling
Pada prinsipnya dapat dilaksanakan dimana saja asal memenuhi
konsep kenyamanan dan informasi yang disampaikan klien tidak didengar
orang yang tidak berkepentingan serta dijamin kerahasiaanya (Supariasa,
2014). Namun, ada beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi
untuk dapat dikatakan layak sebagai tempat dilakukannya konsultasi,
antara lain :
a) Ruangan tersendiri terpisah dengan ruangan lain sehingga klien merasa
nyaman.
b) Ada tempat atau meja untuk mendemonstrasikan materi konseling,
c)Lokasi mudah dijangkau oleh klien, termasuk klien yang memiliki
keterbatasan fisik.
d) Ruangan memiliki cukup cahaya dan sirkulasi udara.
e) Ruangan didukung dengan fasilitas yang memadai antara lain tersedia
poster, leflet, dan food model.
5. Waktu
Waktu pelaksanaan konseling sangat bergantung pada kasus yang
ditangani berat ringannya masalah, keaktifan klien, dan waktu kunjungan,
yaitu kunjungan awal/pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.Secara umum
waktu pelaksanaan konseling berkisar antara 30-60 menit.Dengan
pembagian 30 menit diawal digunakan untuk menggali data, dan 30 menit
berikutnya untuk diskusi dan oemecahan masalah.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


12

C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom, pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun
tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu obyek tertentu (Mubarak, 2007)
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo
(2007) mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali)
terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar,
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya). Aplikasi ini

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


13

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip,


dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisa
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata karena dapat menggambarkan, membedakan, dan
mengelompokkan.
5) Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
menghubungkan bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian ini berdasarkan
suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
telah ada sebelumnya.
1. Faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan
Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehinga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


14

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan


tentang sesuatu yang bersifat informasi.
e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dalam hidup.
2. Cara mendapatkan pengetahuan
Notoatmodjo (2003), juga menyatakan bahwa, media informasi yang dapat
menstimulasi pengetahuan seseorang adalah:
a. Media Cetak
Media cetak adalah alat-alat yang dapat member informasi, media cetak
tersebut antara lain :
1) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas
suatu informasi tentang gizi seimbang.
2) Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan mengenai
pengetahuan gizi pada remaja.
3) Poster adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan
yang biasanya ditempel pada dinding, di tempat umum atau kendaraan
umun.
b. Media Elektronik
Media elektronik adalah sebagai sarana untuk menyampaikan pesan atau
informasi kesehatan. Jenis-jenis media elektronik antara alain :
1) Televisi, menyimpaikan pesan atau informasi tentang gizi, melalui
media ini dalam bentuk forum diskusi atau Tanya jawab masalah gizi.
2) Radio, menyampaikan informasi atau pesan tentang gizi dalam
berbagai bentuk antara lain obrolan (tanya jawab), ceramah.
3) Video, menyampaikan informasi atau pesan-pesan kesehatan
melalui ceramah, film, iklan dan lainlain.
c. Media Papan
Media papan merupakan suatu media yang terdapat di tempat-tempat
umum, dapat diisi informasi pengetahuan, seperti halnya informai tentang
gizi.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


15

3. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali kandungan gizi makanan serta keguanaan zat gizi tersebut dalam
tubuh. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
keadaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang
diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Khomsan, 2004).
Pengetahuan tentang gizi yang harus dimiliki masyarakat antara
lain kebutuhan-kebutuhan bagi tubuh (karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral). Selain itu, jenis-jenis makanan sehari-hari yang mengandung
zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh tersebut, baik secara kualitataif dan
kuantitatif, akibat atau penyakit-penyakit yang disebabkan karena kekurangan
gizi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan bahan
makanan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.Pemilihan dan konsumsi
bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.Status gizi baik
atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang
dibutuhkan tubuh.Status gizi kurang tejadi apabila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.Sedangkan status gizi lebih
terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan
sehingga menimbulkan efek yang membahayakan (Almatsier, 2011).
Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan
kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang
dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al,
1985). Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan, yaitu:
1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang
optimal, pemeliharaan dan energi.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


16

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat


belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.
Menurut Khomsan (2004), individu memiliki pengetahuan yang baik
akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam
pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan
mencakupi kebutuhan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2012).
Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
instrument berbentuk pertanyaan pilihan dan berganda (multiple choice test),
instrumen ini merupakan bentuk tes obyektif yang paling sering digunakan.
Di dalam menyusun instrument ini diperlukan jawaban-jawaban yang sudah
tertera diatas.Dan responden hanya memilih jawaban yang menurutnya benar
(Khomsan, 2000).
Tabel 3.
Kategori Pengetahuan Gizi
Kategori pengetahuan gizi Skor
Baik >80%
Cukup 60-80%
Kurang <60%
Sumber: Khomsan, 2000.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah upaya konseling dapat
meningkatkan pengetahuan gizi masa prakonsepsi pada calon pengantin
wanita.

E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang


17

dependent. Variabel independent adalah merupakan variabel yang


memengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependent. Sedangkan variabel dependent sering disebut dengan variabel
output, kriteria, konsekuen atau dalam Bahasa Indonesia disebut variabel
terikat. Menurut Sugiyono (2016), variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
independent pada penelitian ini adalah konseling gizi, sedangkan variabel
dependant pada penelitian ini adalah pengetahuan calon pengantin wanita
tentang gizi masa prakonsepsi.

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Anda mungkin juga menyukai