Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN


KEHAMILAN SEHAT DI UPT PUSKESMAS SESELA

Untuk memenuhi persyaratan Stase Holistik Pra Konsepsi dan


Perencanaan Kehamilan Sehat

Oleh:
NURRAHIMA SERANANI
NIM P07124222030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat,


Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat di UPT
Puskesmas Sesela, telah diperiksa dan disahkan pada tanggal September
2022.

Mataram, September 2022


A. Tinjauan Teeori Medis
1. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi merupakan penggabungan dua kata, yaitu pra
yang berarti sebelum, konsepsi yang berarti pertemuan antara sel
telur wanita dan sel sperma pria. Prakonsepsi dilakukan untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi resiko biomedis, mekanis
dan sosial terhadap kesehatan wanita ataupun pasangan usia
produktif yang berenca untuk hamil. Persiapan konsepsi dimulai
dari masa remaja Kesehatan organ reproduksi, kebutuhan akan
gizi dan perilaku hidup sehat dan lainya.
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi,
karena setelah menikah wanita akan segera menjalani proses
konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum
kehamilan.Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga
bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus
mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100
hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita pranikah
selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan
menentukan kondisi bayi yang dilahirkan. Prasayarat gizi
sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran
bayi normal dan sehat.
Rhode Island Departement of Health (2012) menyimpulkan
bahwa wanita prakonsepsi merupakan wanita yang siap menjadi
ibu, merencanakan kehamilan dengan memperhatikan kesehatan
diri atau kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan, serta
pekerjaannya.Oleh sebab itu, masa prakonsepsi ini harus diawali
dengan hidup sehat, seperti memperhatikan makann yang
dimakan oleh calon ibu.
Perawatan prakonsepsi juga merupakan suatu langkah-
langkah penilaian dan intervensi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi resiko medis, perilaku, dan
sosial kesehatan wanita, serta hasil kehamilannya dari sebelum
konsepsi empat tujuan untuk meningkatkan kesehatan
prakonsepsi di antaranya yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan prakonsepsi.
b. Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur bisa menerima
pelayanan perawatan prakonsepsi yang akan memungkinkan
mereka akan kesehatan yang optimal.
c. Mengurangi resiko lahir cacat.
d. Mengurangi hasil kehamilan yang merugikan
2. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorpsi, transportasi. Penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organorgan
serta menghasilkan energi.
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah
karbohidrat,lemak, dan protein, oksidasi zatzat gizi ini
menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan
kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk zat organik
yang mengandung karbon yang dapat dibakar, jumlah zat gizi
yang paling banyak terdapat dalam pangan dan disebut juga zat
pembakar.
Pedoman Gizi Seimbang merupakan pedoman untuk
konsumsi makan sehari-hari yang harus mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan
setiap orang atau kelompok umur, mengandung berbagai zat gizi
(energi, protein, vitamin dan mineral), serta dapat dijadikan
sebagai pedoman makan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih
dan mempertahankan berat badan normal (Kemenkes,2014)
Secara umum terdapat pesan khusus gizi seimbang yang
perlu diperhatikan bagi calon pengantin adalah mengonsumsi
aneka ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Hal tersebut meliputi konsumsi zat gizi makro dan mikro
(karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) yang akan digunakan
sebagai proses pertumbuhan tubuh yang cepat, peningkatan
volume darah dan peningkatan hemoglobin dalam darah yang
berguna untuk mencegah anemia yang disebabkan karena
kehilangan zat besi selama proses menstruasi (Kemenkes RI,
2014).
Berikut Merupakan Annjuran Angka Kecukupan Gizi Bagi
WUS Yang Yelah Ditetapkan Kemenkes:
Tabel 1.
Angka Kecukupan Gizi WUS
Zat Gizi 13-15 6-18 19-29 30-49
tahun tahun tahun tahun
Energi 2125 2125 2250 2150
(kkal)
Protein (g) 69 59 56 57
Folat (meg) 400 400 400 400
B6 (mg) 1,2 1,2 1,3 1,3
B12(mg) 2,4 2,4 2,4 2,4
Besi (mg) 2,6 26 26 26
Sumber: Kemenkes RI, 2014
Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat,
lemak, protein, asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral zinc,
besi, kalsium, dan omega- 3. Pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan sebaiknya mulai mengubah pola
makan menjadi teratur dan baik selambat-lambatnya enam bulan
sebulan sebelum kehamilan. Hal ini dapat membantu
memperbaiki tingkat kecukupan gizi pasangan.
Berikut pola makan yang disarankan pada pasangan prakonsepsi
untuk mengonsumsi dalam jumlah yang mencukupi:
a. Karbohidrat Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok
polisakarida (seperti nasi, jagung, sereal, umbi-umbian) dan
disarankan membatasi konsumsi monosakarida (seperti gula,
sirup, makanan, dan minuman yang tinggi gula).
b. Protein Kekurangan protein pada tingkat berat akan
memperlambat perkembangan hormone endokrin sehingga
kemampuan untuk mengikat hormone androgen rendah.
Makanan yang kaya protein bisa diperoleh dari telur, daging,
tempe, dan tahu. Serangan radikal bebas (oksidan) yang
memengaruhi kesehatan reproduksi.
c. Asam Folat Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi
resiko bayi lahir kecacatan system saraf dengan neutral tube
defect (NTD) seperti spina bifida sebanyak 70%.
d. Vitamin B6 Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan,
ginjal, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang,
dan kol.
e. Vitamin D Vitamin D dirodukski dari dalam tubuh dengan
bantuan sinar matahari, selain itu dapat diperoleh dari susu,
telur, mentega, keju, minyak ikan, ikan tuna, dan ikan
salmon.
f. Zinc Zinc sangat penting untuk calon ibu karena zinc
membantu produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi.
Menjaga asupan zinc sesuai AKG, yaitu 15 mg/hari dapat
membantu menjaga sistem reproduksi berfungsi normal.
g. Zat besi Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat
menyebabkan anemia dengan menunjukkan gejala lelah, sulit
konsentrasi, dan gampang infeksi.Juga dapat mengurangi
resiko ibu hamil mengalami defisiensi anemia gizi besi yang
dapat membahayakan ibu dan kandungannya.
Tabel 2.
Sumber Nutrisi Bagi Wanita Prakonsepsi
Sumber Nutrisi Penting
Vitamin A Produk dari susu (susu, mentega, keju, dsb), telur,
minyak ikan, sayuran berwarna hijau, dan kuning.
Vitamin B Semua jenis beras atau gandum, ragi, kacangkacangan,
biji-bijian, dan sayuran daun-daunan hijau.
Vitamin B2 Semua jenis beras atau gandum, sayuran hijau, dan telur
Vitamin B3 Semua jenis beras atau gandum, ragi, minyak ikan, telur,
dan susu
Vitamin B5 Telur, kacang-kacangan, biji-bijian, semua jenis
berasberasan atau gandum, alpukat.
Vitamin B6 Seluruh tepung, ragi, biji gandum, jamur, kentang
Telur,
Vitamin B12 Telur, daging, tiram, susu.
Sayuran
Vitamin C Sayuran daun-daunan hijau, jeruk, dan kacangkacangan.
Vitamin D Buah sitrun, stroberi, lada manis, tomat, dan kentang.
Vitamin E Minyak sayur, biji gandum, kacang- kacangan, biji
bunga matahari, brokoli.
Kalsium Produk susu, sardin kalengan, salmon termasuk
tulangnya, sayur dan daun- daunan hijau,
kacangkacangan
Besi Daging merah, kacang-kacangan, telur, sayuran
daundaunan hijau.
Seng Biji gandum, bekatul, seluruh jenis tepung,
kacangkacangan, bawang, tiram.

3. Konseling Pranikah
a. Pengertian Konseling
Salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai
gizi adalah melalui konseling gizi. Secara umum, definisi konseling
adalah suatu proses dua arah yang terjadi antara konselor dan klien
yang bertujuan untuk membantu klien mengatasi dan mengambil
keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi.
Konseling gizi adalah suatu cara untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga melalui bentuk
pendekatan guna mendapatkan pengertian yang lebih baik, sehingga
diharapkan individu atau keluarga mampu mengambil langkah-
langkah untuk mengatasi masalah gizi termasuk perubahan pola
makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan
hidup sehat.
Peran keluarga juga turut membantu dalam keberhasilan konseling
gizi. Anggota keluarga yang lain dapat mendukung pelaksanaan
perubahan pola makan klien. Hingga pada akhirnya klien dapat
menerapkan pola makan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
b. Tujuan Konseling
Tujuan konseling gizi adalah secara umum adalah membantu klien
dalam upaya megubah prilaku yang berkaitan dengan gizi, sehingga
status gizi klien menjadi lebih baik.Perilaku yang diubah meliputi
pengetahuan dan sikap.
c. Manfaat Konseling
Dalam melakukan konseling diperlukan hubungan yang baik antara
konselor dan klien melalui kesepakatan untuk bekerja sama,
melakukan komunikasi, dan terlibat dalam proses yang
berkesinambungan dalam upaya memberikan pengetahuan,
keterampilan, serta sumber daya. Proses konseling diharapkan dapat
memberikan manfaat pada klien sebagai berikut:
1) Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi
yang dihadapi.
2) Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah.
3) Membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
4) Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang
paling sesuai baginya.
5) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi
klien
d. Tempat Konseling
Pada prinsipnya dapat dilaksanakan dimana saja asal memenuhi
konsep kenyamanan dan informasi yang disampaikan klien tidak
didengar orang yang tidak berkepentingan serta dijamin
kerahasiaanya (Supariasa, 2014). Namun, ada beberapa persyaratan
khusus yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan layak sebagai
tempat dilakukannya konsultasi, antara lain:
1) Ruangan tersendiri terpisah dengan ruangan lain sehingga klien
merasa nyaman.
2) Ada tempat atau meja untuk mendemonstrasikan materi
konseling,
3) Lokasi mudah dijangkau oleh klien, termasuk klien yang
memiliki keterbatasan fisik.
4) Ruangan memiliki cukup cahaya dan sirkulasi udara. e) Ruangan
didukung dengan fasilitas yang memadai antara lain tersedia
poster, leflet, dan food model.
e. Waktu Pelaksanaan Konseling
Waktu pelaksanaan konseling sangat bergantung pada kasus
yang ditangani berat ringannya masalah, keaktifan klien, dan waktu
kunjungan, yaitu kunjungan awal/pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya.Secara umum waktu pelaksanaan konseling berkisar
antara 30-60 menit.Dengan pembagian 30 menit diawal digunakan
untuk menggali data, dan 30 menit berikutnya untuk diskusi dan
oemecahan masalah.
4. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Masa Pra Konsepsi
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum
dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Tujuan asuhan
prakonsepsi adalah untuk memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada
dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat sebelum
kehamilan. Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan
secara fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi.
Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan
dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi,
sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal agar bayi
dapat lahir dengan sehat.
Bagi calon ibu, berikut pemeriksaan klinis yang sebaiknya dilakukan:
a. Rongga Panggul.
Pemeriksaan ini akan mendeteksi, apakah ada masalah pada organ
reproduksi calon ibu. Selain kista, keluhan calon ibu adalah mioma atau
miom, yakni sejenis tumor yang biasanya tumbuh di dinding rahim.Miom
memang tidak bersifat ganas, tapi benjolannya kadang-kadang menekan
jaringan sekitarnya, seperti usus dan kandung kemih.Sehingga, calon ibu
merasakan nyeri dan pendarahan hebat saat haid. Jika kemudian ibu
hamil dengan miom dalam rahimnya, maka yang nyeri panggul akan
dialaminya.
b. Berat Badan
Berat Badan calon ibu bisa berpengaruh terhadap kesuburan. Berat
badan yang berlebihan bisa mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan
hormon yang menyebabkan tingkat kesuburan menurun. Jika pun terjadi
pembuahan saat berat badan berlebih, risiko calon ibu untuk menderita
diabetes cukup besar. Sebaliknya, jika calon ibu terlalu kurus, kesuburan
akan terpengaruh. Calon ibu bisa mengalami gangguan keseimbangan
hormon.Calon ibu yang terlalu kurus menyebabkan ketidakteraturan haid
jika bobot tubuh kurang dari normal, maka tubuh juga susah payah dalam
memproduksi hormon estrogen dengan baik. Ujungnya, ovulasi
(pengeluaran sel telur dari indung telur) gagal berlangsung dengan baik.
c. Pap smear
Dokter melakukan pemeriksaan ini untuk mendeteksi ada tidaknya
kanker atau gangguan lain di leher rahim. Pap smear biasanya dilakukan
tiga tahun setelah melakukan hubungan seks pertama kali.Jika ditemukan
kelainan, maka harus disembuhkan sebelum Anda hamil.
5. Siklus Menstruasi
a. Pengertian Siklus Menstruasi
Menstruasi yakni masa perdarahan yg ada di perempuan memakai
rutin tiap bulan sepanjang waktu fertile (Laila, 2011). Sedangkan dari
Prawirohardjo (2011) pendarahan haid yakni dampak korelasi yang rumit
yang menyangkut sistem hormon memakai organ tubuh, yakni
hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus dan faktor lainnya di luar
organ reproduksi. menurut sebutan haid yakni darah yang keluar berasal
rahim (wanita dewasa) pada waktu khusus selaku penanda kematangan
pembuahan (reproduksi) pada wanita (Masturi, 2017).
b. Fisiologi Siklus Menstruasi
Daur menstruasi diregulasi sang hormon Luteinizing Hormone (LH)
serta Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang pada produksi oleh
kelenjar hipofisis cetuskan ovulasi dan menstimulus ovarium guna
menghasilkan estrogen dan progesteron. Estrogen serta progesteron akan
menstimulus uterus dan kelenjar payudara supaya kompeten guna
memungkinkanya adanya pembuahan (Rosenblatt, 2007). siklus
menstruasi mencakup atas 3 fase yakni: fase folikular (sebelum telur
dilepas), fase ovulasi (perlepasan telur) serta fase luteal (selesainya sel
telur dilepas) (Rosenblatt, 2007). berdasarkan Wikjosastro (2006), daur
menstruasi meliputi atas tiga fase, yakni fase menstruasi, proliferasi dan
sekresi. Menstruasi sangatlah berkaitan menggunakan unsur unsur yg
memberi pengaruh ovulasi, jika tahap ovulasi teratur sebagai akibatnya
daur beraturan.
Fase folikular diawali di hari pertama menstruasi. di fase ini,
endometrium tebal serta kaya akan cairan serta nutrisi yg pada desain
guna nutrisi guna embrio. Bila tidak terdapat sel telur yg di buahi, level
estrogen dan progesteron rendah. Maka lapisan atas uterus yakni
endometrium luruh dan adanya perdarahan menstruasi (Rosenblatt,
2007). Menurut American Congress of Obsetricians and Gynecologists
(2009), lamanya siklus menstruasi umumnya 21-35 hari, umumnya 28
hari. daur permanen dan beraturan pada usia 18-40 tahun. homogen-rata
poly darah 40-50ml, dimana 70% meluruh pada 48 jam pertama dan
kontraksi paling kuat di 24-48 jam pertama.
Ketika waktu yg sama, kelenjar hipofisis menaikkan sedikit produksi
FSH. Hormon ini lalu mengstimulkan pertumbuhan 3-30 folikel, setiap
folikel berisi suatu telur. Akhir fase, biasanya Cuma 1 folikel yang
tumbuh, dikenal folikel de Graaf. Folikel ini selanjutnya cepat
memproduksikan estrogen dan progesterone yang menghambat produksi
FSH. Maka lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin
yg ke 2 yaitu LH (Rosenblatt, 2017).
Folikel de Graaf yang matang anyak memuat estrogen dan
mengakibatkan endmetrium berkembang serta berproliferasi. di sejumlah
referensi ini dikenal fase proliferasi. Fase folikular hingga fase proliferasi
terjadi sepanjang 13-14 hari dan yakni fase paling usang. Fase ini jadi
terpendek saat mengarah ke menopause. Fase ini selesai sesuai waktu LH
naik mendadak (Rosenblatt, 2017). Fase ovulasi diawali waktu folikel de
Graaf jadi semakin matang, mendekat ovarium bawah akibat LH. sehabis
itu folikel tumbuh dan sel telur (ovum) dilepas berasal ovarium (ovulasi).
di ovulasi terkadang ada perdarahan sedikit yg memancing peritoneum di
pelvis, maka ada rasa sakit yg dikenal intermenstrual pain (Mitteoxhmerz).
Disini, endometrium menerus berproliferasi memuat lekukaan
(Wiknjosastro, 2016).
Fase ovulasi umumnya terjadi sepanjang 16-32 jam, selesai setelah
divestasi ovum. Sekiranya 12-14 jam setelahnya, terdapat kenaikan
produksi LH yang bisa diukur berasal urin. Pengukuran ini bersama
mampu tentukan apakah sesorang wanita sedang masa subur. Telur
mampu di buahi Cuma sampai 12 jam selesainya divestasi. Pembuahannya
banyak Jika sperma terdapat pada saluran reproduksi sebelum ovum
(Wiknjosastro, 2006) Fase yang paling akhir yakni fase luteal. Fase ini
terjadi sepanjang rentang 7-14 hari (sehabis saat ovulasi) serta
terselesaikan sesaat sebelum menstruasi timbul. sehabis folikel pecah,
terbentuk korpus luteum yg hasilkan peningkatan produksi progesteron.
Progesteron menyebabkan penebalan dan pengisian endometrium pada
cairan dan nutrisi guna fetus. Sama pula di serviks, mucus menebal supaya
sperma atau bakteri masuk ke uterus. Diluar itu terdapat kenaikan suhu
sepanjang fase ini dan konsisten hingga periode menstruasi pada mulai.
Kadar estrogen di fase ini, jadi tinggi guna mengstimulkan endometrium
supaya menebal. Kenaikan kadar hormon itu mendilatasikan duktus-
duktus kelenjar susu. Maka payudara jadi bengkak dan nyeri (Masturim
2017).
6. Gangguan menstruasi
Selain mempelajari siklus meenstruasi normal dengan Menarche selaku titik
awal, mampu dipaparkan sejumlah gangguan menstruasi menurut Kusmiran
(2011), yaitu:
a. Polimenorhea
Polimenorea yakni panjang siklus menstruasi yg merendah berasal
panjang siklus menstruasi klasik, yakni kurang asal 21 hari per
siklusnya, sedangkan volume perdarahan nya lebih kurang sepadan atau
cenderung banyak berasal volume perdarahan haid biasanya.
b. Oligomenorea
Oligomenorea yakni panjang siklus menstruasi yang memanjang asal
siklus menstruasi klasik, yakni lebih berasal 35 hari per siklusnya.
Besarnya perdarahannya umumnya cenderung kecil berasal besarnya
perdarahan haid biasanya. siklus haid umumnya pun sifatnya ovulatoar
dengan fase profilerasi yg lebih panjang daripada fase proliferasi siklus
haid klasik.
c. Amenorea
Amenorea yakni panjang siklus menstruasi yg memanjang asal panjang
siklus menstruasi klasik (oligomenorea) atau tak terjadi perdarahan
menstruasi, paling sementara waktu 3 bulan terus menerus. Amenorea
digolongan jadi 2 macam:
1) Amenorea Primer
Amenorea primer yakni tak adanya menstruasi pada wanita yang
merasakan amenorea.
2) Amenorea Skunder
Amenorea sekunder yakni tidak adanya menstruasi yg pada selingi
menggunakan perdarahan menstruasi terkadang di wanita yang
merasakan amenorea.
d. Hipermenorea
Hipomenorea yakni perdarahan menstruasi yang cenderung tidak
banyak dari umumnya namun tidak mengganggu fertilitasnya.
Gangguan lainnya yang berkaitan terhadap menstruasi yakni:
(1).Disminorea Disminorea yakni persoalan peredaran darah
menstruasi atau nyeri menstruasi (Proverawati dan Misaroh,
2019).
(2).Mastadinia Nyeri di payudara dan pembesaran payudara sebelum
menstruasi.
(3).Pramenstrual tension masalah ini yakni ketegangan emosional
sebelum haid, contohnya problem tidur, gampang dibawa
perasaan, gelisah, sakit ketua.
(4).Mittelschmerz Rasa nyeri waktu ovulasi, karena pecahnya folikel
de Graff bisa pula diikuti
e. Faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi
(1).Fungsi hormon terkendala yakni menstruasi berkaitan bertenaga
memakai sistem hormon yang di atur otak, jelasnya di kelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirimkan sinyal ke indung
telur guna produksi sel telur. Kelainan sistemik yakn adanya
perempuan yang tubuh nya begitu gemuk dan kurus. Hal ini
memberi impak siklus haidnya sebab sistem metabolisme pada
tubuhnya tidak kerja secara baik atau perempuan mengalami
penyakit diabetes, pun akan memberi impak sistem metabolisme
perempuan maka siklus haidnya juga tidak beraturan.
(2).Stres yakni jangan diremehkan sebab akan menghambat sistem
metabolisme didalam tubuh. mampu saja karena stres, perempuan
jadi praktis lelah, sehingga metabolismenya terganggu. Bila
metabolism terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu.
(3).Hormon prolaktin berlebih di ibu mengasihi, produksi hormon
prolaktinnya tidak mengecewakan tinggi. Hormon prolaktin tidak
jarang kali menghasilkan ibu tidak cepat menstruasi karena
memang hormon ini menekannya di tingkat kesuburan ibu. pada
kasus ini tidak duduk perkara, justru sangat baik buat memberikan
kesempatan di ibu guna memelihara organ reproduksinya.
sebaliknya, Jika tidak sedang menyusui, hormon prolaktin juga
mampu tinggi, umumnya disebabkan kelainan di kelenjar
hipofisis terletak di dalam kepala.
(4).Berat badan dan perubahan berat badan memberi pengaruh fungsi
menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang
mengakibatkan gangguan di ovarium, tergantung derajat tekanan
di ovarium dan lamanya penurunan berat badan. kondisi patologis
mirip berat badan yang kurus serta anorexia nervosa yg
mengakibatkan penurunan berat badan yg berat bisa
menyebabkan amenorea.
(5).Jenjang kegiatan fisik sedang dan berat bisa memperkecil
fungsi menstruasi. perempuan yg berpartisipasi pada olahraga
kompetitif mempunyai resiko yang tinggi terjadinya atau
berkembangnya gangguan makan, iregularitas siklus
menstruasi dan Osteoporosis. Olahraga berlebih bisa
mengakibatkan terjadinya gangguan disfungsi hipotalamus yg
menyebabkan gangguan sekresi GnRH. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya menarche yg tertunda serta gangguan
siklus menstruasi.
(6).Diet mampu memberi dampak fungsi menstruasi. Vegetarian
berkaitan menggunakan anovulasi, penurunan respons hormone
pituitary, fase folikel yg pendek, tidak normalnya siklus
menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak
berafiliasi menggunakan panjangnya siklus menstruasi serta
periode perdarahan. Diet rendah kalori misalnya daging merah
serta rendah lemak berkaitan pada amenorea.
(7).Adanya penyakit-penyakit endokrin contohnya diabetes,
hipertiroid, dan hipertiroid yg berkaitan gangguan menstruasi.
Prevalensi amenorea serta oligomenorea lebih tinggi pasien
diabetes. Penyakit polystic ovarium berkaitan pada obesitas,
resistensi insulin, dan oligomenorea. Amenorea dan
oligomenorea di wanita menggunakan penyakit polystic
ovarium berkaitan dengan insensitivitas hormone insulin serta
jadikan perempuan itu obesitas. Hipertiroid berkaitan dengan
oligomenorea serta semakin lanjut jadi amenorea. Hipotiroid
berkaitan polimenorea serta menoraghia.

A. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
Tanggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
Jam : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
No. RM : Sebagai identitas pasien
2. Data subyektif
Dalam pengkajian data subyektif yang perlu kita tanyakan yaitu :
a. Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain dan untuk
mengenal pasien agar tercipta keakraban yang dapat membantu dalam
mengembangkan hubungan interpersonal
b. Umur : Untuk mendeteksi hubungan umur dan penyulit yang mungkin
terjadi.
c. Alamat : untuk mengetahui daerah lingkungan tempat tinggal, karena
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan pasien.
d. Agama : Untuk mengetahui keyakinan serta cara pandang yang di anutnya.
e. Suku bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat untuk
memperoleh gambaran tentang budaya yang dianut pasien apakah
bertentangan atau mendukung pola-pola kesehatan.
f. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena pendidikan
mempengaruhi sikap sikap perilaku kesehatan seseorang, serta
mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan pasien.
g. Pekerjaan : untuk memperoleh gambaran tentang sosial ekonomi pasien.
h. Riwayat mestruasi : untuk mengetahui keteraturan pola menstruasi pasien.
i. Eksplorasi persepsi remaja mengenai kondisinya, pengaruh budaya atau
etnis, gaya hidup dan pola adaptasi pasien.
j. Evaluasi seberapa ketidaknyaman keputihan yang dialami pasien.
3. Pengkajian data obyektif
Pada data obyektif, hal – hal yang perlu dilakukan yaitu memeriksa :

a. Keadaan Umum : Bagaimana keadaan pasien dengan keluhan keputihan.


b. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah pasien.
b. Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien.
c. Respirasi : Untuk mengetahui respirasi pasien.
d. Suhu : Untuk mengetahui suhu pasien.
c. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala.
b. Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah.
c. Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva.
d. Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan kelainan di
hidung.
e. Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen.
f. Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam keadaan normal.
g. Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar tiroid, limfe
dan vena jugularis.
h. Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan puting, cairan
yang keluar dan hiperpigmentasi areola.
i. Abdomen: untuk mengetahui pembesaran abdomen, bekas luka, dan
leopold.
j. Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-tanda infeksi dan
pengeluaran pada vagina.
k. Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid.
l. Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices.
d. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika ada terdapat kelainan saat
pemeriksaan.
4. Rencana tindakan atau penatalaksanaan
Rencana tindakan atau penatalaksanaan merupakan pengembangan
rencana asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah – langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan
disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien).

Rencana yang diberikan pada keputihan adalah :

a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien


b. Anjurkan pasien untuk makan makanan bergizi dan gizi seimbang
c. Anjurkan pasien untuk tidak memakai celana jeans dan celana dalam yang
ketat.
d. Anjurkan pasien untuk menjaga personal hygine.
e. Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan sabun saat membersihkan alat
genetalia.
f. Anjurkan untuk istirahat yang cukup.
g. Lakukan dokumentasi.

B. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil


Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan dalam
menjalani kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan juga ditujukan kepada laki- laki karena kesehatan laki-laki juga
dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan.
Menurut WHO (2013), pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah
penyediaan pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan intervensi sosial sebelum terjadinya kehamilan yang
bertujuan untuk:

1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi


2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Mencegah terjadinya kompilkasi selama kehamilan dan persalinan
4. Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan,prematuritas.
BBLR.
5. Mencegah kelainan bawaan pada bayi
6. Mencegah infeksi neonatal
7. Mencegah stunting dan KEK
8. Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
9. Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
10. Menurunkan risiko Diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovaskular di
kemudian hari.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil diupayakan dapat
diberikan secara terpadu, sehingga klien mendapatkan semua pelayanan
yang dibutuhkan sekaligus dalam satu kali kunjungan/pelayanan.
Keterpaduan pelayanan antar komponen kesehatan yang diberikan dapat
dilakukan oleh 1 (satu) orang, tetapi bisa juga dilakukan oleh beberapa
orang, namun harus pada 1 (satu) institusi. Pelayanan dilakukan secara
terpadu dalam 1 (satu) tempat yang sama dan dalam 1 (satu) hari, yang
dikenal dengan "One Stop Services" (sekali datang semua pelayanan
diperoleh). Pelayanan komponen program kesehatan yang akan
diterpadukan harus dapat diberikan pada setiap hari kerja.
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil pada kelompok
remaja berasal dari rujukan UKS, penjaringan kesehatan anak sekolah,
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), dan Bina Keluarga Remaja
(BKR). Klien dari kelompok catin adalah catin yang sudah atau akan
mendaftarkan pernikahannya ke KUA/lembaga agama setempat maupun
yang datang atas rekomendasi dari organisasi kemasyarakatan
(kepemudaan, kewanitaan, keagamaan, dan lain-lain). Sementara klien
kelompok PUS dapat berasal dari pendataan keluarga sehat maupun
rujukan Posyandu/Poskesdes.
Kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil mencakup
semua pelayanan yang disediakan oleh program-program yang ada dalam
ruang lingkup kesehatan reproduksi, misalnya:
1. Kesehatan lbu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Pencegahan dan penanggulangan lnfeksi Menular Seksual (IMS),
termasuk HIV dan AIDS
5. Berbagai pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, misalnya deteksi
dini kanker sebagainya. leher rahim dan kanker payudara, infertilitas,
dan sebagainya.
Dalam menyediakan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil yang
berkualitas, setiap fasilitas pelayanan kesehatan dituntut untuk menilai
apakah pelayanan yang diberikan telah menyediakan semua.
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014,
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil ditujukan pada 3 (tiga)
kelompok sasaran yaitu remaja, catin, dan PUS. Pelayanan meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tata laksana
dengan memberikan penekanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
khusus untuk setiap kelompok. Pada kelompok remaja, pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil ditujukan untuk mempersiapkan remaja
menjadi orang dewasa yang sehat, produktif, serta terbebas dari berbagai
gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani
kehidupan reproduksi secara sehat. Sedangkan untuk catin dan PUS,
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bertujuan untuk mempersiapkan
pasangan agar sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Achadi. (2013). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Raja Grafindo, Jakarta.
Ahimsa, Putra, Heddy Shri. (2005). “Kesehatan dalam Perspektif Ilmu
Sosial- Budaya”. Masalah Kesehatan dalam Kajian Ilmu Sosial-Budaya.
Yogyakarta: Kepel Press.
Amy et al. (2015). Reasons for Intrauterine Device Use, Discontinuation
and NonUse in Malawi: A Qualitative Study of Women and their
Partners. African Journal of Reproductive Health 19 (4): 50 -57.
Annisa dan Ike. (2010). Tradisi kepercayaan masyarakat pesisir mengenai
kesehatan ibu di Desa Tanjung Limau Muara Badak Kalimantan Timur.
Vol. 1 No 1, 42 – 50.
Almatsier, S., Soetarjo, S., Soekarti, M . (2011). Gizi Seimbang Dalam
Daur Kehidupan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Arisman. (2009).
Gizi dalam daur kehidupan edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Ayaz, S. and Efe, Y.S. (2008). Potentially harmful traditional practices
during pregnancy and postpartum. The European Journal of Contraception
& Reproductive Health Care, 13 (3), 282-288,
Azwar Saifudin. (2005). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta : Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2015 dalam Indonesia/profilkesehatan-Indonesia2015.
pdf diakses tanggal 19 Oktober 2017
Alat Bantu pengambilan keputusan BerKB, Kementrian Kesehatan republic
Indonesia, 2014. Pedoman Gizi seimbang, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014. Preconception Health and Health Care: Information For Man,
Centers For Diseases Canto/ and Prevention (CDC), 2014. Pedoman Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar,
Kernenterian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Petunjuk Teknis Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Terpadu di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Pedoman Pencegahan dan
penanggulangan Anemia pada Remaja dan Wanita Usia Subur (WUS),
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2016

Anda mungkin juga menyukai