Oleh:
NURRAHIMA SERANANI
NIM P07124222030
3. Konseling Pranikah
a. Pengertian Konseling
Salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai
gizi adalah melalui konseling gizi. Secara umum, definisi konseling
adalah suatu proses dua arah yang terjadi antara konselor dan klien
yang bertujuan untuk membantu klien mengatasi dan mengambil
keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi.
Konseling gizi adalah suatu cara untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga melalui bentuk
pendekatan guna mendapatkan pengertian yang lebih baik, sehingga
diharapkan individu atau keluarga mampu mengambil langkah-
langkah untuk mengatasi masalah gizi termasuk perubahan pola
makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan
hidup sehat.
Peran keluarga juga turut membantu dalam keberhasilan konseling
gizi. Anggota keluarga yang lain dapat mendukung pelaksanaan
perubahan pola makan klien. Hingga pada akhirnya klien dapat
menerapkan pola makan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
b. Tujuan Konseling
Tujuan konseling gizi adalah secara umum adalah membantu klien
dalam upaya megubah prilaku yang berkaitan dengan gizi, sehingga
status gizi klien menjadi lebih baik.Perilaku yang diubah meliputi
pengetahuan dan sikap.
c. Manfaat Konseling
Dalam melakukan konseling diperlukan hubungan yang baik antara
konselor dan klien melalui kesepakatan untuk bekerja sama,
melakukan komunikasi, dan terlibat dalam proses yang
berkesinambungan dalam upaya memberikan pengetahuan,
keterampilan, serta sumber daya. Proses konseling diharapkan dapat
memberikan manfaat pada klien sebagai berikut:
1) Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi
yang dihadapi.
2) Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah.
3) Membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
4) Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang
paling sesuai baginya.
5) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi
klien
d. Tempat Konseling
Pada prinsipnya dapat dilaksanakan dimana saja asal memenuhi
konsep kenyamanan dan informasi yang disampaikan klien tidak
didengar orang yang tidak berkepentingan serta dijamin
kerahasiaanya (Supariasa, 2014). Namun, ada beberapa persyaratan
khusus yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan layak sebagai
tempat dilakukannya konsultasi, antara lain:
1) Ruangan tersendiri terpisah dengan ruangan lain sehingga klien
merasa nyaman.
2) Ada tempat atau meja untuk mendemonstrasikan materi
konseling,
3) Lokasi mudah dijangkau oleh klien, termasuk klien yang
memiliki keterbatasan fisik.
4) Ruangan memiliki cukup cahaya dan sirkulasi udara. e) Ruangan
didukung dengan fasilitas yang memadai antara lain tersedia
poster, leflet, dan food model.
e. Waktu Pelaksanaan Konseling
Waktu pelaksanaan konseling sangat bergantung pada kasus
yang ditangani berat ringannya masalah, keaktifan klien, dan waktu
kunjungan, yaitu kunjungan awal/pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya.Secara umum waktu pelaksanaan konseling berkisar
antara 30-60 menit.Dengan pembagian 30 menit diawal digunakan
untuk menggali data, dan 30 menit berikutnya untuk diskusi dan
oemecahan masalah.
4. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Masa Pra Konsepsi
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum
dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Tujuan asuhan
prakonsepsi adalah untuk memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada
dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat sebelum
kehamilan. Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan
secara fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi.
Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan
dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi,
sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal agar bayi
dapat lahir dengan sehat.
Bagi calon ibu, berikut pemeriksaan klinis yang sebaiknya dilakukan:
a. Rongga Panggul.
Pemeriksaan ini akan mendeteksi, apakah ada masalah pada organ
reproduksi calon ibu. Selain kista, keluhan calon ibu adalah mioma atau
miom, yakni sejenis tumor yang biasanya tumbuh di dinding rahim.Miom
memang tidak bersifat ganas, tapi benjolannya kadang-kadang menekan
jaringan sekitarnya, seperti usus dan kandung kemih.Sehingga, calon ibu
merasakan nyeri dan pendarahan hebat saat haid. Jika kemudian ibu
hamil dengan miom dalam rahimnya, maka yang nyeri panggul akan
dialaminya.
b. Berat Badan
Berat Badan calon ibu bisa berpengaruh terhadap kesuburan. Berat
badan yang berlebihan bisa mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan
hormon yang menyebabkan tingkat kesuburan menurun. Jika pun terjadi
pembuahan saat berat badan berlebih, risiko calon ibu untuk menderita
diabetes cukup besar. Sebaliknya, jika calon ibu terlalu kurus, kesuburan
akan terpengaruh. Calon ibu bisa mengalami gangguan keseimbangan
hormon.Calon ibu yang terlalu kurus menyebabkan ketidakteraturan haid
jika bobot tubuh kurang dari normal, maka tubuh juga susah payah dalam
memproduksi hormon estrogen dengan baik. Ujungnya, ovulasi
(pengeluaran sel telur dari indung telur) gagal berlangsung dengan baik.
c. Pap smear
Dokter melakukan pemeriksaan ini untuk mendeteksi ada tidaknya
kanker atau gangguan lain di leher rahim. Pap smear biasanya dilakukan
tiga tahun setelah melakukan hubungan seks pertama kali.Jika ditemukan
kelainan, maka harus disembuhkan sebelum Anda hamil.
5. Siklus Menstruasi
a. Pengertian Siklus Menstruasi
Menstruasi yakni masa perdarahan yg ada di perempuan memakai
rutin tiap bulan sepanjang waktu fertile (Laila, 2011). Sedangkan dari
Prawirohardjo (2011) pendarahan haid yakni dampak korelasi yang rumit
yang menyangkut sistem hormon memakai organ tubuh, yakni
hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus dan faktor lainnya di luar
organ reproduksi. menurut sebutan haid yakni darah yang keluar berasal
rahim (wanita dewasa) pada waktu khusus selaku penanda kematangan
pembuahan (reproduksi) pada wanita (Masturi, 2017).
b. Fisiologi Siklus Menstruasi
Daur menstruasi diregulasi sang hormon Luteinizing Hormone (LH)
serta Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang pada produksi oleh
kelenjar hipofisis cetuskan ovulasi dan menstimulus ovarium guna
menghasilkan estrogen dan progesteron. Estrogen serta progesteron akan
menstimulus uterus dan kelenjar payudara supaya kompeten guna
memungkinkanya adanya pembuahan (Rosenblatt, 2007). siklus
menstruasi mencakup atas 3 fase yakni: fase folikular (sebelum telur
dilepas), fase ovulasi (perlepasan telur) serta fase luteal (selesainya sel
telur dilepas) (Rosenblatt, 2007). berdasarkan Wikjosastro (2006), daur
menstruasi meliputi atas tiga fase, yakni fase menstruasi, proliferasi dan
sekresi. Menstruasi sangatlah berkaitan menggunakan unsur unsur yg
memberi pengaruh ovulasi, jika tahap ovulasi teratur sebagai akibatnya
daur beraturan.
Fase folikular diawali di hari pertama menstruasi. di fase ini,
endometrium tebal serta kaya akan cairan serta nutrisi yg pada desain
guna nutrisi guna embrio. Bila tidak terdapat sel telur yg di buahi, level
estrogen dan progesteron rendah. Maka lapisan atas uterus yakni
endometrium luruh dan adanya perdarahan menstruasi (Rosenblatt,
2007). Menurut American Congress of Obsetricians and Gynecologists
(2009), lamanya siklus menstruasi umumnya 21-35 hari, umumnya 28
hari. daur permanen dan beraturan pada usia 18-40 tahun. homogen-rata
poly darah 40-50ml, dimana 70% meluruh pada 48 jam pertama dan
kontraksi paling kuat di 24-48 jam pertama.
Ketika waktu yg sama, kelenjar hipofisis menaikkan sedikit produksi
FSH. Hormon ini lalu mengstimulkan pertumbuhan 3-30 folikel, setiap
folikel berisi suatu telur. Akhir fase, biasanya Cuma 1 folikel yang
tumbuh, dikenal folikel de Graaf. Folikel ini selanjutnya cepat
memproduksikan estrogen dan progesterone yang menghambat produksi
FSH. Maka lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin
yg ke 2 yaitu LH (Rosenblatt, 2017).
Folikel de Graaf yang matang anyak memuat estrogen dan
mengakibatkan endmetrium berkembang serta berproliferasi. di sejumlah
referensi ini dikenal fase proliferasi. Fase folikular hingga fase proliferasi
terjadi sepanjang 13-14 hari dan yakni fase paling usang. Fase ini jadi
terpendek saat mengarah ke menopause. Fase ini selesai sesuai waktu LH
naik mendadak (Rosenblatt, 2017). Fase ovulasi diawali waktu folikel de
Graaf jadi semakin matang, mendekat ovarium bawah akibat LH. sehabis
itu folikel tumbuh dan sel telur (ovum) dilepas berasal ovarium (ovulasi).
di ovulasi terkadang ada perdarahan sedikit yg memancing peritoneum di
pelvis, maka ada rasa sakit yg dikenal intermenstrual pain (Mitteoxhmerz).
Disini, endometrium menerus berproliferasi memuat lekukaan
(Wiknjosastro, 2016).
Fase ovulasi umumnya terjadi sepanjang 16-32 jam, selesai setelah
divestasi ovum. Sekiranya 12-14 jam setelahnya, terdapat kenaikan
produksi LH yang bisa diukur berasal urin. Pengukuran ini bersama
mampu tentukan apakah sesorang wanita sedang masa subur. Telur
mampu di buahi Cuma sampai 12 jam selesainya divestasi. Pembuahannya
banyak Jika sperma terdapat pada saluran reproduksi sebelum ovum
(Wiknjosastro, 2006) Fase yang paling akhir yakni fase luteal. Fase ini
terjadi sepanjang rentang 7-14 hari (sehabis saat ovulasi) serta
terselesaikan sesaat sebelum menstruasi timbul. sehabis folikel pecah,
terbentuk korpus luteum yg hasilkan peningkatan produksi progesteron.
Progesteron menyebabkan penebalan dan pengisian endometrium pada
cairan dan nutrisi guna fetus. Sama pula di serviks, mucus menebal supaya
sperma atau bakteri masuk ke uterus. Diluar itu terdapat kenaikan suhu
sepanjang fase ini dan konsisten hingga periode menstruasi pada mulai.
Kadar estrogen di fase ini, jadi tinggi guna mengstimulkan endometrium
supaya menebal. Kenaikan kadar hormon itu mendilatasikan duktus-
duktus kelenjar susu. Maka payudara jadi bengkak dan nyeri (Masturim
2017).
6. Gangguan menstruasi
Selain mempelajari siklus meenstruasi normal dengan Menarche selaku titik
awal, mampu dipaparkan sejumlah gangguan menstruasi menurut Kusmiran
(2011), yaitu:
a. Polimenorhea
Polimenorea yakni panjang siklus menstruasi yg merendah berasal
panjang siklus menstruasi klasik, yakni kurang asal 21 hari per
siklusnya, sedangkan volume perdarahan nya lebih kurang sepadan atau
cenderung banyak berasal volume perdarahan haid biasanya.
b. Oligomenorea
Oligomenorea yakni panjang siklus menstruasi yang memanjang asal
siklus menstruasi klasik, yakni lebih berasal 35 hari per siklusnya.
Besarnya perdarahannya umumnya cenderung kecil berasal besarnya
perdarahan haid biasanya. siklus haid umumnya pun sifatnya ovulatoar
dengan fase profilerasi yg lebih panjang daripada fase proliferasi siklus
haid klasik.
c. Amenorea
Amenorea yakni panjang siklus menstruasi yg memanjang asal panjang
siklus menstruasi klasik (oligomenorea) atau tak terjadi perdarahan
menstruasi, paling sementara waktu 3 bulan terus menerus. Amenorea
digolongan jadi 2 macam:
1) Amenorea Primer
Amenorea primer yakni tak adanya menstruasi pada wanita yang
merasakan amenorea.
2) Amenorea Skunder
Amenorea sekunder yakni tidak adanya menstruasi yg pada selingi
menggunakan perdarahan menstruasi terkadang di wanita yang
merasakan amenorea.
d. Hipermenorea
Hipomenorea yakni perdarahan menstruasi yang cenderung tidak
banyak dari umumnya namun tidak mengganggu fertilitasnya.
Gangguan lainnya yang berkaitan terhadap menstruasi yakni:
(1).Disminorea Disminorea yakni persoalan peredaran darah
menstruasi atau nyeri menstruasi (Proverawati dan Misaroh,
2019).
(2).Mastadinia Nyeri di payudara dan pembesaran payudara sebelum
menstruasi.
(3).Pramenstrual tension masalah ini yakni ketegangan emosional
sebelum haid, contohnya problem tidur, gampang dibawa
perasaan, gelisah, sakit ketua.
(4).Mittelschmerz Rasa nyeri waktu ovulasi, karena pecahnya folikel
de Graff bisa pula diikuti
e. Faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi
(1).Fungsi hormon terkendala yakni menstruasi berkaitan bertenaga
memakai sistem hormon yang di atur otak, jelasnya di kelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirimkan sinyal ke indung
telur guna produksi sel telur. Kelainan sistemik yakn adanya
perempuan yang tubuh nya begitu gemuk dan kurus. Hal ini
memberi impak siklus haidnya sebab sistem metabolisme pada
tubuhnya tidak kerja secara baik atau perempuan mengalami
penyakit diabetes, pun akan memberi impak sistem metabolisme
perempuan maka siklus haidnya juga tidak beraturan.
(2).Stres yakni jangan diremehkan sebab akan menghambat sistem
metabolisme didalam tubuh. mampu saja karena stres, perempuan
jadi praktis lelah, sehingga metabolismenya terganggu. Bila
metabolism terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu.
(3).Hormon prolaktin berlebih di ibu mengasihi, produksi hormon
prolaktinnya tidak mengecewakan tinggi. Hormon prolaktin tidak
jarang kali menghasilkan ibu tidak cepat menstruasi karena
memang hormon ini menekannya di tingkat kesuburan ibu. pada
kasus ini tidak duduk perkara, justru sangat baik buat memberikan
kesempatan di ibu guna memelihara organ reproduksinya.
sebaliknya, Jika tidak sedang menyusui, hormon prolaktin juga
mampu tinggi, umumnya disebabkan kelainan di kelenjar
hipofisis terletak di dalam kepala.
(4).Berat badan dan perubahan berat badan memberi pengaruh fungsi
menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang
mengakibatkan gangguan di ovarium, tergantung derajat tekanan
di ovarium dan lamanya penurunan berat badan. kondisi patologis
mirip berat badan yang kurus serta anorexia nervosa yg
mengakibatkan penurunan berat badan yg berat bisa
menyebabkan amenorea.
(5).Jenjang kegiatan fisik sedang dan berat bisa memperkecil
fungsi menstruasi. perempuan yg berpartisipasi pada olahraga
kompetitif mempunyai resiko yang tinggi terjadinya atau
berkembangnya gangguan makan, iregularitas siklus
menstruasi dan Osteoporosis. Olahraga berlebih bisa
mengakibatkan terjadinya gangguan disfungsi hipotalamus yg
menyebabkan gangguan sekresi GnRH. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya menarche yg tertunda serta gangguan
siklus menstruasi.
(6).Diet mampu memberi dampak fungsi menstruasi. Vegetarian
berkaitan menggunakan anovulasi, penurunan respons hormone
pituitary, fase folikel yg pendek, tidak normalnya siklus
menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak
berafiliasi menggunakan panjangnya siklus menstruasi serta
periode perdarahan. Diet rendah kalori misalnya daging merah
serta rendah lemak berkaitan pada amenorea.
(7).Adanya penyakit-penyakit endokrin contohnya diabetes,
hipertiroid, dan hipertiroid yg berkaitan gangguan menstruasi.
Prevalensi amenorea serta oligomenorea lebih tinggi pasien
diabetes. Penyakit polystic ovarium berkaitan pada obesitas,
resistensi insulin, dan oligomenorea. Amenorea dan
oligomenorea di wanita menggunakan penyakit polystic
ovarium berkaitan dengan insensitivitas hormone insulin serta
jadikan perempuan itu obesitas. Hipertiroid berkaitan dengan
oligomenorea serta semakin lanjut jadi amenorea. Hipotiroid
berkaitan polimenorea serta menoraghia.
1. Pengkajian
Tanggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
Jam : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
No. RM : Sebagai identitas pasien
2. Data subyektif
Dalam pengkajian data subyektif yang perlu kita tanyakan yaitu :
a. Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain dan untuk
mengenal pasien agar tercipta keakraban yang dapat membantu dalam
mengembangkan hubungan interpersonal
b. Umur : Untuk mendeteksi hubungan umur dan penyulit yang mungkin
terjadi.
c. Alamat : untuk mengetahui daerah lingkungan tempat tinggal, karena
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan pasien.
d. Agama : Untuk mengetahui keyakinan serta cara pandang yang di anutnya.
e. Suku bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat untuk
memperoleh gambaran tentang budaya yang dianut pasien apakah
bertentangan atau mendukung pola-pola kesehatan.
f. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena pendidikan
mempengaruhi sikap sikap perilaku kesehatan seseorang, serta
mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan pasien.
g. Pekerjaan : untuk memperoleh gambaran tentang sosial ekonomi pasien.
h. Riwayat mestruasi : untuk mengetahui keteraturan pola menstruasi pasien.
i. Eksplorasi persepsi remaja mengenai kondisinya, pengaruh budaya atau
etnis, gaya hidup dan pola adaptasi pasien.
j. Evaluasi seberapa ketidaknyaman keputihan yang dialami pasien.
3. Pengkajian data obyektif
Pada data obyektif, hal – hal yang perlu dilakukan yaitu memeriksa :