Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOLOGI

XI IPA 2
Nama Anggota Kelompok :
1. Ni Nengah Adenita Mahitna
2. Ni Nengah Winda Naraswari
3. Ni Nyoman Nita Ristiani
4. Ni Putu Ayu Gita Saraswati
5. Putu Ayu Egidea Naresha Devani
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Biologi ini tepat
pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Makalah Biologi ini
masih banyak kekurangan yang disebabkan karenan keterbatasan waktu,pengetahuan dan
kemampuan penulis. sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan oleh penulis
demi kesempurnaan Makalah Biologi ini.
Harapan penulis semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua.
Akhir kata semoga Makalah Biologi ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Mataram, 08 Februari 2019


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................... 2
C. TUJUAN.................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENCEMARAN UDARA............................................................................... 3
B. JENIS PENCEMARAN UDARA.............................................................................................. 3
C. PENGARUH PENCEMARAN UDARA
TERHADAP ALAT-ALAT PERNAPASAN MANUSIA............................................................. 5
D. CARA MENGATASI PENCEMARAN UDARA.................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN.......................................................................................................................... 7
B. SARAN...................................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya. Hemodialisa
mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan cara mengalirkan melalui “ginjal
buatan”. Hal yang melatar berlakangi isi makalah ini di harapkan agar pengobatan hemodialisa
dapat di cegah bagi para penderita penurunan fungsi ginjal dengan lebih meningkatkan asupan
cairan bagi fungsi ginjal yang belum kronis.
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya,
dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif-permeabel
dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa
dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan
Banyak orang merasa tak nyaman dan ragu-ragu saat-saat pertama dilakukan hemodialisa. Saat
dilakukan hemodialisa sebenarnya anda tidak akan merasakan apa-apa, beberapa orang akan
merasa lelah setelah selesai dilakukan hemodialisa terutama bila baru beberapa kali hemodialisa.
Setelah beberapa kali hemodialisa maka cairan yang berlebih dan racun dari tubuh anda akan
berkurang, anda akan merasa kembali bertenaga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah adalah:


1. Bagaimana untuk mengetahui apa itu cuci darah?
2. Bagaimana proses cuci darah?

C. Tujuan

Menurut rumusan masalah tersebut yang menjadi tujuannya adalah:


1. Untuk mengetahui pengertian cuci darah.
2. Untuk mengetahu proses cuci darah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisa ” artinya pemisahan zat-zat
terlarut. Hemodialisa berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses
penyaringan di luar tubuh. Hemodialisa menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.
Hemodialisa dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’. Haemodialisa dilakukan pada
keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan.

B. Indikasi
1. Indikasi Segera
Indikasi segera yaitu koma, perikarditis, efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi,
hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, dan oliguri berat atau anuria.
2. Indikasi Dini
a. Gejala uremia
Gejala uremia antara lain yaitu mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan
pertumbuhan, perkembangan seks, dan perubahan kulitas hidup.
b. Laboratorium abnormal
Laboratorium abnormal antara lain yaitu asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg%) dan Blood Urea
Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %, TKK : 5 ml/menit.
c. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita
menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
1) Penderita kembali menjalani hidup normal.
2) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4) Tekanan darah normal.
5) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif (Medicastore.com, 2006)
6) Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau
sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal
ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi
ginjal kembali normal.

C. Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, tujuan dari Hemodialis yaitu:
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme
dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan
sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
5. Mempertahankan atau mengembalikan sysstem buffer tubuh.
6. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
D. Peralatan Hemodialisa
Peralatan hemodialisa antara lain sebagai berikut:
1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)
AVBL terdiri dari :
a. Arterial Blood Line (ABL)
Arterial Blood Line (ABL) adalah tubing-tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari
tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b. Venouse Blood Line
Venouse Blood Line adalah tubing/ line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan
tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming
volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama
kali pada AVBL dan kompartemen dialiser. Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah
konektor, ujung runcing, segmen pump, tubing arterial/ venouse pressure, tubing udara, bubble
trap, tubing infuse/ transfuse set, port biru obat, port darah/ merah herah heparin, tubing heparin,
dan ujung tumpul.

2. Dializer/ginjal buatan (artificial kidney)


Dializer/ ginjal buatan (artificial kidney) adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari
2 ruang /kompartemen, yaitu:
a. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
b. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
c. Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
d. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk
keluar masuk dialisat.

3. Mesin Hemodialisa
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan mereknya. Tetapi prinsipnya sama yaitu
blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit,
dillisat circuit, dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan
seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena,
blood volume monitor.

4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar
dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut
komposisinya ada beberapa macam yaitu: jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain.
Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air
murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).

5. Air Water Treatment


Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur yang harus dimurnikan dulu dengan
cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of
Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien
adalah sekitar 120 liter.
E. Proses Hemodialisa
Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam sebuah mesin di
luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur
buatan di antara pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui pembedahan.
Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan dipompa ke dalam mesin dialisis. Untuk
mencegah pembekuan darah selama proses pencucian, maka diberikan obat antibeku yaitu
Heparin.
Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang bernama dialiser. Di
dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal. Pada
dialiser terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai
pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan.
Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada kompartemen lainnya dialirkan
dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal.
Kedua kompartemen dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir
secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah dapat berpindah
melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi
peristiwa difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat
sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang telah
tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialisat yang menjadi kotor
karena mengandung zat racun dan sampah, lalu dialirkan keluar ke penampungan dialisat.
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari bagian pekat ke bagian yang
lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada perbedaan kadar zat terlarut dalam darah dan dalam
dialisat. Dialisat berisi komponen seperti larutan garam dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Jika
tubuh kekurangan zat tersebut saat proses hemodialisa, maka difusi zat-zat tersebut akan terjadi
dari dialisat ke darah.
Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena perbedaan tekanan
hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang lebih tinggi dari dialisat memaksa air
melewati selaput semipermeabel. Air mempunyai molekul sangat kecil sehingga pergerakan air
melewati selaput diikuti juga oleh zat sampah dengan molekul kecil.
Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan dalam dialiser
selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian akan dialirkan kembali ke
dalam tubuh.
Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk menyaring seluruh
darah dalam tubuh. Tabi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan selama seminggu, jadi
3 - 5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga pada tingkat kerusakan ginjalnya.

F. Alasan Dilakukan Hemodialisa


Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:
1. Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
2. Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
3. Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon
4. terhadap pengobatan lainnya.
5. Gagal jantung
6. Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).
G. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah
:

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan hemodialisa
sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
a. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang
mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
b. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium,
penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
c. Pembekuan Darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun
kecepatan putaran darah yang lambat.
d. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur
waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan.
e. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala. Infeksi atau peradangan
bisa terjadi pada akses vaskuler.
f. Kram Otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati
waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan)
yang cepat dengan volume yang tinggi.
g. Sindrom Ketidakseimbangan Dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol
lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan
suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan
perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan
biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
h. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

 Pertanyaan :

1. Bagaimanakah prinsip dialisis darah dan bagimana prosesnya ?


2. Mengapa teknologi dialisis darah mirip dengan fungsi ginjal sebagai penyaring zat-zat sisa
metabolisme ?
3. faktor-faktor apa saja yang harus disiapkan penderita gagal ginjal ketika akan melakukan dialisis
darah ?
4. Berapa kali sebaiknya seorang penderita gagal ginjal melakukan dialisis darah ?

 Jawaban :

1. Prinsip dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis dan ultrafiltrasi pada ginjal
buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Pada hemodialisis, darah dipompa keluar
dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser ( yang berfungsi sebagai ginjal buatan ) untuk
dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk
dialisis (dialisat). Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di
dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui
selaput dan masuk ke dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan difusi solute (zat terlarut)
melalui suatu membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa metabolisme) dari
kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat
terlarut dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah dibersihkan,
darah dialirkan kembali ke dalam tubuh.

Proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang bernama dialiser. Di dalam
dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal. Pada dialiser
terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai pencatat dan
pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan.
Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada kompartemen lainnya dialirkan
dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal.
Kedua kompartemen dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir
secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah dapat berpindah
melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi
peristiwa difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat
sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang telah
tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialisat yang menjadi kotor
karena mengandung zat racun dan sampah, lalu dialirkan keluar ke penampungan dialisat.

2. Cuci darah atau dialisis merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengganti tugas ginjal
yang sehat.Seperti yang telah kita ketahui, ginjal berperan vital bagi tubuh yaitu berfungsi untuk
menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan, menyeimbangkan unsur
kimiawi dalam tubuh sertamenjaga tekanan darah.

3.
1. Persiapkan mental

Informasi kesehatan yang tidak memadai di Indonesia membuat sebagian besar pasien gagal ginjal
kronis merasa enggan dan takut menjalani cuci darah.

Untuk itu, bekali diri dengan dukungan dari keluarga dan kerabat, serta cari informasi sebanyak-
banyaknya soal proses cuci darah. Tentunya dari sumber-sumber terpercaya seperti dokter atau
dari mereka yang telah rutin menjalani proses cuci darah.

Ketahuilah mengenai mitos dan fakta mengenai cuci darah agar Anda tidak perlu merasakan rasa
cemas yang tidak perlu. Ada mitos yang bilang bahwa cuci darah menyebabkan ketergantungan.
Cuci darah memang perlu dilakukan berulang kali pada mereka yang telah mengalami gagal ginjal
stadium akhir. Ini dikarenakan ginjalnya sudah tidak dapat berfungsi dengan normal. Tapi cuci
darah tidak membuat ketergantungan, yang akan menyebabkan sakau bila Anda berhenti
melakukannya. Bila Anda butuh cuci darah lagi, hal itu semata-mata karena ginjal Anda tidak
dapat menjalani tugasnya dengan baik.

2. Cari tahu lokasi hemodialisis

Meskipun menurut Anda cuci darah bisa dilakukan di rumah sakit mana saja yang memiliki
fasilitas hemodialisa. Usahakan mencari lokasi untuk perawatan dialisis di rumah sakit terdekat
dengan rumah Anda. Mengapa hal ini penting? Untuk menjaga pasien cuci darah dari kelelahan
yang tidak perlu.

Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani cuci darah biasanya akan lebih sensitif karena
mengalami banyak ketidaknyamanan dalam tubuhnya. Mencari rumah sakit terdekat dengan
rumah juga menghindari rasa malas, jenuh, dan bosan pada pasien karena harus bolak-balik cuci
darah paling tidak seminggu dua kali dengan durasi waktu yang tidak sebentar. Cari tahu juga rute
tercepat ke rumah sakit.

Terutama bagi Anda yang mengidap hepatitis B, hepatitis C, atau HIV, mencari lokasi
hemodialisis yang memiliki mesin khusus untuk Anda akan menjadi tantangan tersendiri. Pada
umumnya mesin hemodialisis dijaga steril dari virus-virus ini dan ini berarti bahwa mereka dengan
hepatitis B, hepatitis C, atau HIV tidak diizinkan untuk menggunakan mesin yang masih steril agar
tidak menularkan pada mereka yang tidak memiliki infeksi tersebut. Namun Anda jangan
khawatir, beberapa lokasi memiliki mesin yang disediakan khusus bagi mereka yang memiliki
infeksi-infeksi ini.

3. Tanyakan pada dokter mengenai operasi akses vaskular

Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk menjalani prosedur pemasangan akses vaskular
untuk memudahkan proses cuci darah nantinya. Pemasangan akses vaskular bertujuan untuk
membuat aliran darah tetap mengalir lancar dalam jumlah besar selama perawatan dialisis
sehingga darah bisa disaring melewati ginjal tiruan atau mesin dialisis. Pembuluh darah Anda tidak
cukup besar untuk memungkinkan sejumlah besar aliran darah melewati mesin dialisis, oleh
karena itu, diperlukanlah akses vaskular.

Sederhananya, akses vaskular adalah pembukaan jalur agar darah dapat dikeluarkan dari tubuh
pasien untuk disaring lewat mesin dialisis dan dimasukkan lagi ke dalam tubuh Anda.

Jenis akses vaskular yang biasa di gunakan di Indonesia adalah Catheter Double Lumen (CDL)
dan AV fistula (cimino). Kedua akses vaskular ini akan meningkatkan aliran darah sehingga jarum
yang digunakan untuk dialisis mudah ditempatkan di pembuluh darah.

4. Bawa camilan atau makanan

Jika Anda sudah tahu kapan dan dimana Anda akan cuci darah, persiapan cuci darah selanjutnya
adalah membawa camilan atau makanan yang Anda sukai. Anda bisa membawa kue, roti, atau
makanan berat yang diizinkan oleh dokter. Sambil menunggu perawatan dialisis Anda bisa
memakan camilan sembari mengisi energi.

Pasalnya, pasien cuci darah ada kalanya mudah lelah dan tidak memiliki cukup energi setelah cuci
darah. Tubuh terasa lemas dan pusing selama kurang lebih 4 jam, setelah itu baru akan menjadi
normal kembali. Camilan dan makanan ini untuk menambah energi setelah cuci darah

4. Jawabannya ialah bergantung pada kondisi masing-masing pasien. Dalam beberapa kasus, cuci
darah pada kasus gagal ginjal sementara atau yang belum memasuki masa akut bisa dihentikan
saat ginjal sembuh dan sudah dapat melakukan fungsi yang seharusnya.
Namun, lain cerita pada orang yang mengalami gagal ginjal kronis. Orang dengan gagal
ginjal kronis stadium akhir biasanya membutuhkan transplantasi ginjal. Sayangnya menemukan
donor ginjal yang cocok tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk itulah pasien gagal
ginjal kronis dengan kondisi akut memerlukan dialisis sampai donor ginjal yang cocok tersedia.
Namun, sering kali orang yang membutuhkan donor ginjal tidak menemukan donor yang cocok.
Atau mungkin kondisinya tidak cukup baik untuk menjalani operasi besar. Jika hal ini terjadi maka
dialisis kemungkinan besar diperlukan seumur hidup.Kebanyakan orang dapat tetap menjalani
dialisis selama bertahun-tahun, walaupun cara ini hanya dapat mengimbangi hilangnya sebagian
fungsi ginjal. Fakta medis membuktikan bahwa orang bisa meninggal saat menjalani cuci darah
jika mereka tidak juga menjalani transplantasi ginjal. Risiko ini meningkat terutama pada orang
lanjut usia dan mereka yang memiliki masalah kesehatan lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya. Hemodialisa
mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan cara mengalirkan melalui “ginjal
buatan”.
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA apabila terdapat indikasi
Hiperkalemia, Asidosis, Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah, Kelebihan cairan, Perikarditis
dan konfusi yang berat, Hiperkalsemia dan hipertensi.

B. Saran
Semakin berkembangnya zaman dan teknologi semakin meningkat juga resiko akan penyakit pada
manusia terutama dalam hal ini kehilangan fungsi ginjal atau gagal ginjal, maka hemodialisis
merupakan sarana penting dalam mengatasi hal ini sehingga dapat mengembalikan fungsi ginjal
yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
D.A Pratiwi, dkk.2006.Biologi untuk Kelas XI.Jakarta:Erlangga
Suwarno. 2009. BSE. Jakarta: PT Sunda kelapa pustaka.
Irman Soemantri.2008.Sistem Pencernaan Makanan.Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai