EXPOSURE
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum
tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang
berguna bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat,
maka sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan
bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang menginginkan
pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai
kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat
untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial
mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek
keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang
berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi
biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun
mendadak, maupun resiko tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan
keperawatan gawat darurat, yaitu : kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik
kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat, keterbatasan
sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara
profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan diberikan untuk
semua usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang
diberikan harus cepat dan dengan ketepatan yang tinggi.
Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang
mendasar pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus
berkompeten dalam melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertolongan
terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan
dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan bentuk pertolongan yang
akan diberikan kepada pasien. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat
pula dapat dilakukan pengkajian awal sehingga pasien tersebut dapat segera mendapat
pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Pengkajian pada kasus
gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian
sekunder.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam
hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan pengkajian
primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas
disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola
pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai
kontrol perdarahan; D: Disability, mengecek status neurologis; E: Exposure,
enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder, 2002).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahi tentang Exposure pada Primary Survey
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat memahami definisi primary survey
Mahasiswa dapat memahami definisi exposure
Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan pengkajian exposure
Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan teknik log roll
C. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah dari beberapa studi literatur dan
jurnaljurnal penelitian.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini adalah :
BAB I Pendahuluan : Latar belakang, Tujuan Penulisan, Metode penulisan dan Sistematika
penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka : Definisi Primary Survey, Definisi Exposure, Pengkajian
Exposure, dan Teknik Log Roll
BAB III Penutup : Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi Exposure
Exposure/environmental control , membuka baju penderita, tetapi cegah
hipotermia Merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita harus dibuka
keseluruhan pakaiannya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian tubuh. Periksa
punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log roll. Selanjutnya selimuti
penderita dengan selimut kering dan hangat, ruangan yang cukup hangat dan
diberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan untuk mencegah agar pasien tidak
hipotermi.
Expose, Examine dan Evaluate Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa
cedera pada pasien. Jika pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang,
imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan
pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan
eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan
selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang
(Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam
jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
1. Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
2. Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa
pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang
berpotensi tidak stabil atau kritis.
C. Pengkajian Exposure
Periksa seluruh tubuh dengan teknik DOTS:
1. D- deformity yaitu membandingkan antara bagian yang cedera dengan bagian
yang tidak cedera pada sisi lain.
2. O- open wounds atau luka terbuka dapat menunjukkan adanya fraktur jika
disertai adanya tulang yang terlihat keluar atau menembus kulit.
3. T- tenderness atau nyeri tekan sering ditemuka hanya ditempat fraktur.
Korban biasanya dapat menunjuk tempat nyeri atau merasa nyeri bila
disentuh.
4. S – swelling atau pembengkakan yang disebabkan oleh perdarahan yang
terjadi secara cepat setelah fraktur.
3. Jika klien diintubasi atau terpasang tracheostomy tube, suction jalan nafas
sebelum log roll dianjurkan, untuk mencegah batuk yang mugkin
menyebabkan malalignment secra anatomis selama prosedur log roll.
4. Tempat tidur harus diposisikan sesuai tinggi badan penolong yang menahan
kepala dan penolong lainnya.
5. Klien harus dalam posisi supine dan alignment secara anatomis selama
prosedur log roll.
7. Penolong 1, bantu menahan bagian atas badan klien, tempatkan satu tangan
melampaui bahu klien untuk menopang area dada posterior, dan tangan yang
lain melingkari paha klien.
9. Dengan aba-aba dari penolong panahan kepala, klien diputar secara alignment
anatomis denga tindakan yang lembut.
10. Penyelesaian aktivitas, penolong penahan kepala akan memberi aba-aba untuk
mengembalikan klien pada posisi lateral dengan bantal penahan. Klien harus
ditingggalkan dalam posisi alignment anatomis yang benar setiap waktu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA