Anda di halaman 1dari 10

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMERIKSAAN TANDA-TANDA PELEPASAN PLASENTA
1. Pengertian
Melakukan pengkajian dengan cara periksa pandang dan periksa raba pada
perut ibu untuk mengetahui adanya tanda-tanda plasenta lepas.
2. Tujuan
Untuk mengetahui pelepasan plasenta
3. Indikasi
Dilakukan pada ibu bersalin kala III
4. Referensi
a. Pusdiknakes, WHO, JNPK-KR, 2007, Asuhan Persalinan Normal
b. Rustam Muctar, 2011, Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Pathologi, EGC,
Jakarta.
5. Persiapan alat
-
6. Tahap pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
b. Cuci tangan
7. Tahap orientasi
a. Menyampaikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menyaimpaikan maksud dan tujuan pemeriksaan
c. Menjaga privacy pasien
d. Memastikan kandung kencing kosong
8. Tahap kerja
a. Mempersilahkan dan bantu ibu untuk membebaskan baju pada daerah perut
b. Mengatur posisi ibu
c. Melihat adanya semburan darah per vaginam
d. Melihat adanya pemanjangan tali pusat
e. Melihat perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globuler
f. Menilai Tinggi Fundus Uteri
g. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
h. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
i. Merapikan ibu
9. Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan/kenyamanan klien
b. Simpulkan hasil kegiatan
c. Kontrak pertemuan selanjutnya
10. Dokumentasi
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MANAJEMEN AKTIF KALA III
1. Pengertian
Penatalaksaan yang dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya
placenta dan selaput ketuban
2. Tujuan
a. Menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek
waktu kala III persalinan
b. Mencegah perdarahan kala III
3. Indikasi
Dilakukan pada ibu bersalin kala III
4. Referensi
a. PUSIKNAKES-WHO-JHPIEGO (2002). Buku 3 Asuhan Intrapartum
b. JNPK-KR , (2007) Asuhan persalinan normal: Jakarta
5. Persiapan alat
a. Celemek, kain
b. Handcsoen
c. Klem
d. Tempat plasenta
e. Benkok
f. Spuit 3 CC
g. Oksitosin 10 IU
h. Larutan clorin 0.5 %
i. Air DTT
j. Ember tempat pakaian kotor
k. Phantom panggul
l. Plasenta
m. Bed pemeriksaan
n. Dokumen/catatan dan alat tulis
6. Tahap pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
b. Cuci tangan
7. Tahap orientasi
a. Menyampaikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menyaimpaikan maksud dan tujuan pemeriksaan
c. Menjaga privacy pasien
d. Memastikan kandung kencing kosong
e. Ibu berbaring terlentang dengan kaki sedikit ditekuk
8. Tahap kerja
a. Memakai celemek
b. Mencuci tangan
c. Meletakan kain bersih di atas perut ibu
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

d. Mengenakan sarung tangan


e. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan bayi ke dua
f. Memberi tahu kepada ibu bahwa akan di suntik
g. Menentukan lokasi penyuntikan (1/3 paha kanan atas bagian luar)
h. Menyuntikan oksitosin 10 IU (dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi)
setelah mengaspirasi terlebih dahulu
i. Memindahkan klem + 5 -10 cm dari vulva
j. Melakukan PTT saat ada kontraksi
k. Menganjurkan ibu untuk meneran setelah plasenta lepas, sambil menarik tali
pusat sejajar dengan lantai, sambil meneruskan tekanan ke arah dorso kranial
pada uterus
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva
 Jika plasenta tidak lepas stelah melakukan PTT selama 15 menit:
 Mengulang pemberian oksitosin 10 IU
 Menilai kandung kemih dan bila kandung kemih penuh
kosungkan dengan menggunakan kateter
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Mengulangi PTT selama 15 menit berikutnya
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 25 menit
sejak kelahiran bayi dan tidak ada perdarahan
l. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan pertolongan kelahiran plasenta
dengan dua tangan, dan dengan hati – hati memutar Plasenta hingga selaput
terpilin. Kemudian dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban
tersebut.
 Jika selket robek, pakai sarung tangan DTT/ steril dan memeriksa
vagina dan serviks ibu dg seksama. Menggunakan jari-jari tangan /
klem/ forceps DTT/ steril untuk melepaskan bagian selaput yang
tertinggal.
m. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan massase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan massase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
n. Tangan kanan memeriksa kelengkapan plasenta baik sisi maternal maupun fetal.
o. Memastikan kontraksi uterus baik
p. Menginformasikan pada ibu dan keluarga hasil tindakan
q. Melepas sarung tangan dan merendamnya bersama alat-alat di larutan klorin 0,5
%
r. Melepas celemek
s. Mencuci tangan
9. Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan/kenyamanan klien
b. Simpulkan hasil kegiatan
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

c. Kontrak pertemuan selanjutnya

10. Dokumentasi
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMERIKSAAN KELENGKAPAN PLASENTA

1. Pengertian
Melakukan pemeriksaan plasenta
2. Tujuan
Untuk mengetahui kelengkapan placenta
3. Referensi
a. PUSIKNAKES-WHO-JHPIEGO (2002). Buku 3 Asuhan Intrapartum
b. JNPK-KR , (2007) Asuhan persalinan normal: Jakarta
4. Persiapan alat
a. Sarung tangan 1 pasang
b. Kassa
c. Cairan clorin 0,5 %
d. Wadah placenta yang anti bocor
e. Alat tulis dan buku laporan
f. Perlengkapan lain: tempat sampah
g. Bahan pelatihan :
h. Phantoom placenta dan selaput ketuban
5. Tahap pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
b. Cuci tangan
6. Tahap orientasi
a. Menyampaikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menyaimpaikan maksud dan tujuan pemeriksaan
c. Menjaga privacy pasien
7. Tahap kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan placenta
b. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun dan keringkan dengan
lap/handuk
c. Memakai sarung tangan steril, pastikan sarung tangan tidak berlubang
d. Pegang plcenta dengan kedua tangan dan sisi maternal menghadap ke atas
e. Periksa kotiledon dengan menguncupkan placenta sehingga semua kotiledon
menyatu, pastikan tidak ada bagian yang hilang/dengan menggunakan kassa
f. Periksa kelengkapan selaput ketuban/membran
g. Periksa insersi tali pusat, pastikan posisi insersi tali pusat (centralis, lateralis,
marginalis)
h. Usap ujung tali pusat denga kassa, lihat ujung potongan tali pusat, pastikan ada
2 arteri dan 1 vena. Buanglah kassa yang sudah terpakai di tempat sampah
i. Letakkan placenta pada tempat yang telah disiapkan, pastikan tempat tidak
bocor
j. Lepaskan sarung tangan Cuci tangan dibawah air mengalir
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

8. Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan/kenyamanan klien
b. Simpulkan hasil kegiatan
c. Kontrak pertemuan selanjutnya

9. Dokumentasi
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMERIKSAAN PERINEUM

1. Pengertian
Pemeriksaan dengan cara inspeksi untuk melihat laserasi perineum
2. Tujuan
Mengetahui keadaan perineum
3. Indikasi
Dilaksanakan pada ibu bersalin kala IV
4. Referensi
a. Varney. 1997. Varney’s Midwifery.
b. Buku III Askeb pada ibu intrapartum, Pusdiknakes; WHO; JHPIEGO.
2001.
c. Paduan Praktis Maternal dan Neonatal. WHO, 2001
d. JNPK-KR, (2008) Asuhan Persalinan Normal
5. Persiapan alat
a. Tempat tidur
b. Phatoom
c. Lampu sorot
d. Celemek
e. Spekulum
f. Bengkok
g. Handscoon
h. Kasa steril
i. Betadin
6. Tahap pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
b. Cuci tangan
7. Tahap orientasi
a. Menyampaikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menyaimpaikan maksud dan tujuan pemeriksaan
c. Menjaga privacy pasien
d. Atur posisi litotomi
8. Tahap kerja
a. Menyiapkan alat
b. Memakai celemek
c. Mencuci tangan
d. Memakai sarung tangan
e. Gunakan lampu sorot untuk melihat keadaan perineum
f. Periksa perineum dan perdarahan aktif
g. Bersihkan perineum dengan menggunakan kassa steril untuk melihat luas
laserasi
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

h. Nilai derajat atau perluasan laserasi atau luka episiotomi. Lakukan


penjahitan berdasarkan derajat laserasi.
9. Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan/kenyamanan klien
b. Simpulkan hasil kegiatan
c. Kontrak pertemuan selanjutnya
10. Dokumentasi
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMERIKSAAN VAGINA

1. Pengertian
Pemeriksaan dengan cara inspeksi dengan menggunakan spekulum
2. Tujuan
Mengetahui keadaan vagina
3. Indikasi
Dilaksanakan pada ibu bersalin kala IV
4. Referensi
a. Varney. 1997. Varney’s Midwifery.
b. Buku III Askeb pada ibu intrapartum, Pusdiknakes; WHO;
c. Paduan Praktis Maternal dan Neonatal. WHO, 2001
5. Persiapan alat
a. Tempat tidur
b. Phatoom
c. Lampu sorot
d. Celemek
e. Bengkok
f. Sarung tangan
g. Kasa steril
h. Betadin
6. Tahap pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
b. Cuci tangan
7. Tahap orientasi
a. Menyampaikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menyaimpaikan maksud dan tujuan pemeriksaan
c. Menjaga privacy pasien
d. Atur posisi litotomi
8. Tahap kerja
a. Memakai celemek
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan
d. Pastikan kontraksi uterus baik
e. Gunakan lampu sorot untuk melihat dan meraba vagina ibu
f. Buatlah 4 kuadran dan klem dengan forsep pada ke 4 bagian
g. Gunakan kassa steril untuk membersihkan dinding vagina, kemudian
melihat bagian dalam vagina
h. Periksa adanya robekan atau hematom, dengan cara masukan 3 atau 4 jari
palmar kerah bawah sepanjang dinding posterior vagina
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

i. Tekan dengan kuat dinding posterior vagina dengan ke 4 jari ke bagian atas
secara perlahan
j. Masukan forsep dengan menekan kebawah diatas 4 jari
k. Pegang ujung forsep engan ujung jari dan posisikan di fornik
l. Posterior
m. Tekan forsep berlawanan dengan servik dan jari menekan dinding vagina
n. Selama menekan, pindahkan ujung jari dalam forsep diarahkan keluar dan
lihatlah bagian yang dapat terlihat
o. Ulangi langkah l dan m setelah menempatkan ujung jari dan ujung forsep
pada sisi fornik posterior dan fornik yang lain
p. Periksa dan pastikan sumber perdarahan
9. Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan/kenyamanan klien
b. Simpulkan hasil kegiatan
c. Kontrak pertemuan selanjutnya
10. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai