Anda di halaman 1dari 40

1

LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDRI. A (24 TH)
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE ON CAPD
(CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS)
DI RUANG INAP F RS WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

OLEH :

(NIA DWI FERBIANTI)


(202110461011067)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDRI. A (24 TH)


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIS KIDNEY DISEASE ON CAPD
(CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS)
DI RUANG INAP F RS WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 20 (DUAPULUH)

NAMA: NIA DWI FEBRIANTI


NIM: 202110461011067
TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 01 – 09 November 2021/Minggu 3

Malang, 09 November 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

(Nia Dwi Febrianti) (Dini Widya A, S. Kep., Ners)


DAFTAR ISI
LAPORAN.............................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................2
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Definisi.....................................................................................................................4
B. Etiologi.....................................................................................................................4
C. Epidemologi.............................................................................................................6
D. Klasifikasi................................................................................................................6
E. Tanda dan Gejala.....................................................................................................8
F. Patofisologi dan Pathway.......................................................................................9
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................11
H. Penatalaksanaan...................................................................................................13
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan....................................................................13
J. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................19
K. Luaran Keperawatan............................................................................................19
L. Intervensi Keperawatan.......................................................................................19
Daftar Pustaka (Sumber Reference)............................................................................20
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................21
A. Pengkajian (Focus Assesement)...........................................................................21
B. Analisa Data.............................................................................................................1
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)...............................................................................2
D. Luaran Keperawatan (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI).......................3
BAB III.................................................................................................................................7
INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING).....................................7
A. Masalah keperawatan.............................................................................................7
B. Intervensi by Evidence Based Nursing (journal)..................................................7
C. Daftar Pustaka.........................................................................................................9
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014).

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal


dalam menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang
progresif ditandai dengan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam
darah (Muttaqin & Sari, 2014).

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kondisi dimana ginjal


mengalami kerusakan yang mengakibatkan ginjal tidak mampu membuang
racun dan pada umumnya terjadi pada pasien yang mengalami kondisi seperti
diabetes, hipertensi dan gagal jantung (Webster, Nagler, Morton & Masson,
2017)

B. Etiologi
CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit
komplikasi yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal
(Muttaqin & Sari 2011). Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan
Pranata (2014) penyebab CKD, yaitu:
a) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
b) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
d) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
e) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
f) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
Sedangkan menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa
memicu munculnya CKD, yaitu:
1) Penyakit dari ginjal
a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
b) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
c) Batu ginjal: nefrolitiasis
d) Kista di ginjal: polycitis kidney
e) Trauma langsung pada ginjal
f) Keganasan pada ginjal
g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur

2) Penyakit umum di luar ginjal

a) Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi


sangat berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada ginjal. Saat
kadar insulin dalam darah berlebih akan menyebabkan resistensi
insulin yang dapat meningkatkan lipolisis pada jaringan adiposa
yang membuat lemak dalam darah meningkat termasuk kolesterol
dan trigliserida. Hiperkolesterolemia akan meningkatkan LDL-kol
dan penurunan HDL-kol yang akan memicu aterosklerosis karena
ada akumulasi LDL-kol yang akan membentuk plak pada pembuluh
darah. Terbentuknya plak akan membuat retensi natrium sehingga
tekanan darah naik. Retensi ini yang nantinya akan merusak
struktur tubulus ginjal (Noviyanti dkk, 2015)

b) Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat akumulasi


LDL-kol sehingga memunculkan plak pada pembuluh darah yang
akan meningkatkan tekanan darah karena ada retensi natrium bisa
membuat ginjal rusak (Noviyanti dkk, 2015).
c) SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit autoimun
yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan dan pembuluh
darah di semua bagian tubuh, terutama menyerang pembuluh
darah di ginjal. Pembuluh darah dan membran pada ginjal akan
menyimpan bahan kimia yang seharusnya ginjal keluarkan dari
tubuh karena hal ini ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya
(Roviati, 2012).

d) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena apabila


tidak segera diobati maka bakteri, virus dan parasit akan
menggerogoti organ yang ditempati hingga nanti akan menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah dan menyerang organ lain
seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).

e) preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi


penurunan aliran darah ke ginjal yang berakibat GFR menurun dan
laju ekskresi kreatinin dan urea juga menurun (Fadhila dkk, 2018).

f) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping yaitu


meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam jangka
panjang (Irawan, 2014)

g) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar, diare) akan


membuat seseorang mengalami dehidrasi sehingga akan membuat
urine menjadi lebih pekat (Arifa dkk, 2017).

C. Epidemologi
Angka Kejadian penderita GGK (GGK) di Indonesia yang memiliki
jumlah yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh data dari Riskesdas
(2013) yang menyebutkan bahwa prevalensi GGK sebesar 0,2 % dari
jumlah sampel 1.027.763 orang. Provinsi Jawa Barat menempati urutan
ke-5 tertinggi dari 33 provinsi dengan prevalensi sebesar 0,3% pada
tahun 2013 dari jumlah sampel 722.329 orang.
D. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu,
atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:

∗) pada perempuan dikalikan 0,85

Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 1.

Tabel 1.2 Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas


Dasar Derajat Penyakit (Guyton dan Hall, 2010).

Klasifikasi atas dasar diagnosis tampak pada tabel 2.

Tabel 1.3. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) Atas Dasar
Diagnosis Etiologi (Guyton dan Hall, 2010).
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran
sirkulasi memiliki fungsi yang banyak. Sehingga kerusakan kronis secara
fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan
vasmotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal
ginjal kronis :

1) Ginjal dan gastrointestinal


Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering,
penurunan tugor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi
penurunan kesadaran dan nyeri kepala yang hebat. Dampak dari
peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya
otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak
terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling
khas adalah penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi
2) Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic
pericarditis, effusi perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade
jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema perifer
3) Respiratori sistem
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung
dan sesak nafas.
4) Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif
duodenal, lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis.
Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksi, nause, dan
vomitting.
5) Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecokelatan, kering dan ada scalp.
Selain itu, biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis,
petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
6) Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal
pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan
refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat,
iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukkan
adanya perubahan metabolik encephalopathy.
7) Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan
gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan seksresi
sperma, peningkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan metabolisme
karbohidrat.
8) Hepatopoiteic
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia (dampak dari dialisis), dan kerusakan platelet.
Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukkan
dengan adanya pendarahan ( purpura, ekimosis, dan petechiae).
9) Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan
klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).
(Prabowo dan Pranata, 2014)

F. Patofisologi dan Pathway


CKD diawali dengan menurunnya fungsi ginjal, sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) ada yang utuh dan yang lainnya rusak.
Akibatnya nefron yang utuh atau sehat mengambil ahli tugas nefron yang
rusak. Nefron yang sehat akhirnya meningkatkan kecepatan filtrasi,
reabsorpsinya dan ekskresinya meski GFR mengalami penurunan, serta
mengalami hipertropi. Semakin banyak nefron yang rusak maka beban
kerja pada nefron yang sehat semakin berat yang pada akhirnya akan
mati. Fungsi renal menurun akibatnya produk akhir metabolisme dari
protein yang seharusnya diekskresikan kedalam urin menjadi tertimbun
dalam darah dan terjadi uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh
(Nursalam & Batticaca, 2009; Mutaqqin & Sari, 2011; Haryono, 2013).
Salah satunya yaitu sistem integumen karena adanya gangguan pada
reabsorbsi sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal
sehingga terjadi peningkatan natrium dan ureum yang seharusnya
dikeluarkan bersama urine tetap berada dalam darah pada akhirnya akan
diekskresikan melalui kapiler kulit yang bisa membuat pigmen kulit juga
berubah (Baradero, Dayrit, & siswadi, 2009; Haryono, 2013; Prabowo &
Pranata 2014). Karena sisa limbah dari tubuh yang seharusnya dibuang
melalui urine terserap oleh kulit maka dapat menyebabkan pruritus,
perubahan warna kulit, uremic frosts dan kulit kering karena sering
melakukan hemodialisa (LeMone dkk, 2015). Sindrom uremia juga bisa
menyebabkan respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat ureum pada
jaringan otot yang bisa menyebabkan otot mengalami kelemahan,
kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya bisa menyebabkan terjadi
miopati, kram otot dan kelemahan fisik (Muttaqin & Sari, 2014).

Saat seseorang mengalami gangguan pada jaringan otot bisa membuat


kesulitan dalam beraktivitas hingga tirah baring yang lama hingga bisa
menyebabkan penekanan pada area tulang yang menonjol dan akan
terjadi luka tekan. Sehingga terjadilah gangguan integritas kulit pada
penderita CKD.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien CKD, yaitu:

a) Pemeriksaan pada urine yang meliputi :


1) Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam atau
1.200 ml selama siang hari sedangkan pada orang CKD produksi
urine kurang dari 400 ml/24 jam atau sama sekali tidak ada
produksi urine (anuria) (Debora, 2017).
2) Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan
temuan pada orang CKD didapatkan warna urine keruh karena
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor,
kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin, porfirin (Nuari &
Widayati, 2017).
3) Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika<1.010
menunjukan kerusakan ginjal berat (Nuari & Widayati, 2017).
4) Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai normalnya
menurut Verdiansah (2016), yaitu:
a. Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
b. Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen ada. Normalnnya pada urine
tidak ditemukan kandungan protein.
b) Pemeriksaan darah pada penderita CKD menurut Nuari & Widayati
(2017).
1) BUN meningkat dari keadaan normal 10.0-20.0 mg/dL, kreatinin
meningkat dari nilai normal <0.95 mg/dL, ureum lebih dari nilai
normal 21-43 mg/dL.
2) Hemoglobin biasanya < 7-8 gr/dl
3) SDM menurun dari nilai normal 4.00-5.00, defisiensi eritopoetin
4) BGA menunjukkan asidosis metabolik, pH <7,2
5) Natrium serum rendah dari nilai normal 136-145 mmol/L
6) Kalium meningkat dari nilai normal 3,5-5 mEq/L atau 3,5-5
mmol/L
7) Magnesium meningkat dari nilai normal 1,8-2,2 mg/dL
8) Kalsium menurun dari nilai normal 8,8-10,4 mg/dL
9) Protein (albumin) menurun dari nilai normal 3,5-4,5 mg/dL

c) Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis


ginjal dan ureter. Pielografi retrograde dilakukan bila muncul
kecurigaan adanya obstruksi yang reversibel. Arteriogram ginjal
digunakan untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular massa (Haryono, 2013).
d) Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta ada
atau tidaknya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian
atas (Nuari & Widayati, 2017).
e) Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis (Haryono, 2013).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien CKD dibagi tiga yaitu:

1. Konservatif
a) Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
b) Observasi balance cairan
c) Observasi adanya edema
d) Batasi cairan yang masuk
2. Dialisis
a) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergensi. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD (Continues Ambulatiry Peritonial Dialysis).
HD (hemodialisis) : Avshunt, Double lumen
CAPD (Continues Ambulatiry Peritonial Dialysis) bisa dilakukan
secara mandiri dirumah, menggunakan prinsip steril. Keluarga
diberikan pelatihan.
3. Operasi
a) Pengambilan batu
b) Transplantasi ginjal
(Muttaqin, 2011)

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) lebih
menekankan pada support system untuk mempertahankan kondisi
keseimbangan dalam tubuh (hemodynamically process). Dengan tidak
optimalnya/gagalnya fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya
kompensasi selagi dalam batas ambang kewajaran. Tetapi, jika kondisi
ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan berbagai manifestasi
klinis yang menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut ini adalah
pengkajian keperawatan pada klien dengan CKD:
A. Pengumpulan data
 Identitas penderita, meliputi :
a) Nama
b) Umur
c) Jenis kelamin
d) Agama
e) Pendidikan
f) Pekerjaan
g) Alamat
h) Status perkawinan
i) Suku bangsa
j) Nomor register
k) Tanggal masuk rumah sakit
l) Diagnosa medis.
 Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder
yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun
(oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena
komplikasi pada sistem sirkulasi ventilasi, anoreksia, mual dan
muntah, diaforesis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus.
Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa
metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami
kegagalan filtrasi.
 Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang :
Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa ke RS dan masuk ke
ruang perawatan, komponen ini terdiri dari PQRST yaitu:
P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit,
hal yang meringankan atau memperberat gejala, klien dengan gagal
ginjal mengeluh sesak, mual dan muntah.
Q : Qualitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa
sesak akan membuat lelah atau letih sehingga sulit beraktivitas.
R : Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah keluhan. Sesak
akan membuat kepala terasa sakit, nyeri dada di bagian kiri, mual-
mual, dan anoreksia.
S : Serverity/Scale derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Sesak akan membuat freukensi napas menjadi cepat,
lambat dan dalam.
T :Time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan
freukensinya, waktu tidak menentu, biasanya dirasakan secara
terus-menerus.
 Riwayat kesehatan dahulu
Chronic Kidney Disease (CKD) dimulai dengan periode gagal ginjal
akut dengan berbagai penyebab (multikausa). Oleh karena itu,
informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan
masalah. Kaji riwayat ISK, payah jantung, penggunaan obat yang
bersifat nefrotoksis, BPH dan lain sebagainya yang mampu
mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada beberapa penyakit yang
langsung mempengaruhi/menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes
mellitus, hipetensi, batu saluran kemih (urolithiasis).
 Riwayat kesehatan keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga
silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun,
pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh
terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit
tersebut herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan
jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu saat
sakit.
 Riwayat psikososial, meliputi: Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika
klien memiliki koping adaptif yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis,
biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu klien mengalami
perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien
akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain
itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses
pengobatan, sehingga klien mengalami kecemasan.
2. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue),
tingkat kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana
dapat mempengaruhi system saraf pusat. Pada pemeriksaan TTV
sering dipakai RR meningkat (tachypneu), hipertensi/hipotensi
sesuai dengan kondisi fluktuatif.
2) Pemeriksaan fisik
(1) Sistem pernafasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi
asidosis/alkalosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan
mengalami patologis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dan
dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi
(Kussmaull).
(2) Sistem kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal
kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi di
atas ambang kewajaran akan mempengaruhi volume vaskuler.
Stagnansi ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan
meningkatkan beban jantung.
(3) Sistem pencernanaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit
(stress effect), sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
(4) Sistem hematologi
Biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT>3 detik, palpitasi
jantung,gangguan irama jantung, dan gangguan sirkulasi lainnya.
Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin
tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam ekresinya. Selain itu,
pada fisiologis darah sendiri sering ada gangguan anemia karena
penurunan eritropoetin.
(5) Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis
akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon
reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan
dengan penyakit diabetes mellitus, maka akan ada gangguan dalam
sekresi insulin yang berdampak pada proses metabolisme.
(6) Sistem neuromuskuler
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan
sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan
terjadinya disorientasi akan dialami klien gagal ginjal kronis.
(7) Sistem perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,
sekresi, reabsorpsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine output <400ml/hari bahkan sampai
pada anuria (tidak adanya urine output).
(8) Sistem integumen
Anemia dan pigmentasi yang tertahan menyebabkan kulit pucat dan
berwarna kekuningan pada uremia. Kulit kering dengan turgor buruk,
akibat dehidrasi dan atrofi kelenjar keringat, umum terjadi. Sisa
metabolik yang tidak dieliminasi oleh ginjal dapat menumpuk di kulit,
yang menyebabkan gatal atau pruritus. Pada uremia lanjut, kadar urea
tinggi di keringat dapat menyebabkan bekuan uremik, deposit kristal
urea di kulit.
(9) Sistem muskuloskeletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka
berdampak pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko
terjadinya osteoporosis tinggi.
(Prabowo dan Pranata, 2014)
3. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
adalah :
Pemeriksaan laboratorium atau radiologi perlu dilakukan untuk
memvalidasi dalam menegakkan diagnose sebagai pemeriksaan
penunjang. Menurut Padila, 2012 data penunjang pada pasien CKD
adalah sebagai berikut:
a) Laboratorium
Ureum kreatinin biasanya meninggi biasanya perabandingan antara
ureum dan kreatinin kurang 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi
oleh karena perdarahan saluran cerna, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluraan kemih. Perbandingan ini berkurang, ureum lebih
kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein dan tes klirens kreatinin
yang menurun. Terjadi asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi
menunjukan pH menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
b) Radiologi
Foto polos abdomen untuk melihat bentuk dan besar ginjal (adanya
batu
atau adanya suatu obstuksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan
ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
c) Ultrasonografi (USG)
Gambaran dari ultrasonografi akan memberikan informasi yang
mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal. Pada klien gagal
ginjal biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau jaringan parut
pada ginjal. Selain itu, ukuran dari ginjal pun akan terlihat.
d) Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vascular, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
e) EKG
Untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

J. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ckd, diantaranya:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Hipervolemia (D.0022)
3. Diare (D.0020)
4. Gangguan Pola tidur (D.0055)
5. Resiko jatuh (D.0143)
6. Resiko infeksi (D.0142)
K. Luaran Keperawatan
1. Keseimbangan Cairan (L.03020)
2. Pola Tidur (L.05045)
3. Tingkat jatuh (L.14138)
4. Eliminasi fekal (L.04033)
5. Tingkat infeksi (L.14137)
L. Intervensi Keperawatan
1. Manajemen hipervolemia (1. 03114)
2. Dukungan Tidur (1.05174)
3. Pencegahan jatuh (1.14540)
4. Pemantauan cairan (1.03121)
5. Pencegahan infeksi (1.14539)
Daftar Pustaka (Sumber Reference)
Pertiwi, R. A., & Prihati, D. R. (2020). Penerapan Slow Deep Breathing Untuk
Menurunkan Keletihan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, 4(1), 14–19.
https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.77
Widhawati, R., & Fitriani, F. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Asupan
Cairan terhadap Kepatuhan Pembatasan Cairan Pasien Hemodialisis.
Faletehan Health Journal, 8(02), 140–146.
https://doi.org/10.33746/fhj.v8i02.149
Wulan, S. N., & Emaliyawati, E. (2018). Kepatuhan Pembatasan Cairan dan Diet
Rendah Garam (Natrium) pada Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisa.
Faletehan Health Journal, 5(3), 99–106.
https://doi.org/10.33746/fhj.v5i3.15
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian (Focus Assesement)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDRI. A (24 TH) DENGAN DIAGNOSA MEDIS


CKD ON CAPD DI RUANG INAP F RS WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG

FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 01/11/2021 No. Register : 117XXXXX

Jam Pengkajian : 11.00 wib Tgl. MRS : 30/10/2021

Ruang/Kelas : RIF 323A

I. IDENTITAS

1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : SDRI. A Nama : Ny. S
Umur : 24 tahun Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : P Jenis Kelamin : P
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pekerjaan : tidak terkaji
Pekerjaan : tidak bekerja Alamat : Sumber Manjing
Alamat : sumber manjing Hubungan dengan klien : Ibu pasien
Gol. Darah : O+

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Sdri. A (24 th) mengatakan BAB 4x sejak 2 hari yang lalu, mual muntah,
badan terasa lemas.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Sdri. A (24 th)menyatakan diare BAB 4x dalam sehari, px mengeluh
nyeri diseluruh lapang perut, hilang timbul, seperti diremas-remas, px
tampak meringis, nyeri muncul pada saat berbaring dan tirah baring,
skala nyeri 4,
III. DIAGNOSA MEDIS
CKD ON CAPD, GEA, Gastristis

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Sdri. A (24 th) datang ke IGD RS Wava Husada mengeluh tubuhnya
lemas, px tampak gelisah dan mengeluh BAB sudah 4x sejak 2 hari,
mual, muntah, nafsu makan berkurang. pada sabtu 30/10/2021, pukul
08.26 Px dipindahkan ruangan inap F pada 09.00 wib dengan mengeluh
masih diare, mual, muntah tubuhnya lemas dan nyeri perut pada
seluruh lapang. Px mengalami batuk kering, tidak ada dahak.
Sebelumnya px pernah menerima perawatan inap sekitar 6 bulan yang
lalu.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Sdri. A (24 th) mempunyai penyakit CKD sejak umur 17 tahun. Px
mengatakan pernah di rawat inap di RSSA sekitar bulan Mei menjalani
CAPD 1 namun gagal, kemudian menjalani CAPD 2 sampai saat ini di RS
WAVA. Px juga mengatakan sebelumnya mendapat terapi HD rutin
selama 3 th kemudian beralih CAPD rutin setiap 4jam sekali/24 jam
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada kesehatan yang terganggu

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)
ADL Di Rumah (1 bulan) Di Rumah Sakit
Pola pemenuhan Makan Makan
kebutuhan nutrisi Diit : NL DDI (diet dialisis) Diit : NL DDI, Rendah
dan cairan (Makan Rendah protein protein Rendah Serat
dan Minum ) Jumlah : 100cc/ hari Jumlah : 200/hari
Konsistensi: setengah2 Konsistensi: setengah2
Kesulitan : mual, muntah Kesulitan : mual
Pantangan : memberikan Pantangan : memberikan
makanan yang tidak makanan yang tidak
memperberat kerja ginjal memperberat kerja ginjal
Minum Natrium dibatasi
Jumlah: 400 ml/24 jam Minum
Diit : pembatasan cairan Jumlah: 300 cc/24jam
Usaha Mengatasi Infus : plug
kesulitan : Tidak ada Diit : pembatasan cairan
Usaha Mengatasi
kesulitan : Tidak ada
Pola Eliminasi BAK BAK
BAK : Jumlah, Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak
Warna, Bau, BAK sama sekali BAK sama sekali
Masalah, Cara
Mengatasi. BAB BAB
Jumlah : 4x/sehari px mengatakan awal
Konsistensi: cair masuk ruangan BAB 7x
Warna : kuning hari
BAB : Jumlah, Bau : khas Px terpasang popok
Warna, Bau, Px terpasang popok Konsistensi : cair
Konsistensi, Masalah : tidak ada Bau : Khas
Masalah, Cara Usaha mengatasi : tidak Warna : kuning
Mengatasi. ada Masalah : px BAB cair
Usaha mengatasi :
diberikan terapi medikasi
untuk diare dari RS

Pola Istirahat Tidur Terakhir tidur: 08.00 Terakhir tidur: 08.00


Jumlah/Waktu Px terkadang tidur malam Ganguan tidur : tidak bisa
Gangguan Tidur Ganguan tidur : tidur
Upaya Mengatasi px tidak ada gangguan Sering terbangun karena
gangguan tidur tidur lalu lalang orang
Apakah mudah lewat/penunggu px lain
terbanguan (pukul 23.00, 03.00. dan
Jika terbangun 05.00)
berapa menit bisa Px tidur pukul 22.00
tertidur lagi Sering terbangun karena
Hal-hal yang merasakan nyeri tungkai
mempermudah bawah
tidur
Hal-hal yang
mempermudah
bangun
Pola Kebersihan Diri Mandi : diseka 2x1/hari Mandi : tidak dilakukan,
(PH) Gosok gigi : 2x/hari hanya seka
Frekuensi mandi Cuci rambut : 3x/hari Wajah, tangan dan kaki :
Frekuensi Mencuci Kuku : 1x/minggu diseka 1x/2hari
rambut Gosok gigi : 2x sehari
Frekuensi Gosok gigi Cuci rambut : belum
Keadaan kuku selama di RS
Melakukan mandiri/ Kuku : tampak bersih dan
dibantu ujung jari tidak tajam
Aktivitas Lain Nontov TV, berbaring, Px bedrest
Aktivitas apa yang setiap pagi hari berjemur
dilakukan klien
untuk mengisi
waktu luang ?

2. Riwayat Psikologi
Px terkadang merasa jenuh jika harus terapi capd setiap harinya
3. Riwayat Sosial
Px mempunyai hubungan baik keluarganya
4. Riwayat Spiritual
Px terkadang sering ibadah 5 waktu

VI. KONSEP DIRI


A. Gambaran diri : px kooperatif, ramah, terbuka
B. Identitas diri : px belum menikah
C. Peran : sebagai anak, px merupakan anak bungsu dari 4
bersaudara
D. Ideal diri :-
E. Harga diri :-

VII. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 01/10/2021)


A. Keadaan Umum
GCS E4 V5 M6 compos mentis
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN
Tekanan darah : 136/105 mmHg
SpO²: 98%
RR: 22/menit
Nadi: 87x/menit
Suhu : 36,2℃
BB : 51 kg
TB : 157 cm
C. Pemeriksaan Wajah
1) Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + / - ), Kelopak mata/palpebra
oedem ( + / - ), ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka
( + / - ), peradangan ( + / - ), luka( + / - ), benjolan ( + / - ), Bulu mata
rontok atau tidak, Konjunctiva (anemis / an anemis), sclera (ikterus/
an icterus), perubahan warna ( + / - ), Warna iris (hitam, hijau, biru),
Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor / an
isokor)
2) Hidung
INSPEKSI DAN PALPASI :
bentuk tulang hidung (simetris/ asimetris), posisi septum nasi ( + / - ),
meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ), Pembengkakan ( + / - ),
pembesaran / polip ( + / - ), menggunakan Oksigen: tidak
3) Mulut
INSPEKSI DAN PALPASI :
Bibir : warna bibir, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan
lidah : Caries ( + / - ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Warna lidah,
Perdarahan (+ / - )
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada /
tidak )
Keluhan lainnya: mulut kering
4) Telinga
INSPEKSI DAN PALPASI :
Bagian telinga luar: Bentuk dan ukuran (simetris/ asimetris), lesi ( + /
- ), nyeri tekan ( + / - ), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + /
- ).
Keluhan lain: px terkadang mendengar suara samar samar
D. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher
1) Kepala
INSPEKSI :
Bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/ bulat),
kesimetrisan ( +/ - ). Hidrochepalus ( + / - ), Luka ( + / - ), darah ( +/-),
Trepanasi ( + / - ).
PALPASI :
Nyeri tekan ( + / - )
2) Leher
INSPEKSI :
Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan
parut ( + / - ), perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - )
PALPASI :
pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), pembesaran kelenjar tiroid ( + / - ),
posisi trakea (simetris/tidak simetris), pembesaran Vena jugularis ( +
/-)
Keluhan lain: tidak ada
E. Pemeriksaan Thoraks/Dada
1) Pemeriksaan Paru
INSPEKSI
Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel
chest),
Bentuk dada (simetris / asimetris)
keadaan kulit ? (normal/ tidak)
Retrasksi otot bantu pernafasan : ( + / - ), Retraksi dada ( + / - ),
Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes /
Biot’s / Kusmaul)
Amati : cianosis ( + / - ), (batuk = + / - , produktif / kering / darah ).
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama / tidak sama)
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar )
Suara tambahan Terdengar : ( + / - ), Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ),
Wheezing ( + / - ), Pleural fricion rub ( + / - ), bunyi tambahan lain
tidak ada
Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada
Keluhan lain terkait dengan paru: hasil foto thorax ap, kesimpulan :
efusi pleura kiri
2) Pemeriksaan Jantung
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda), (keras/ lemah), (reguler/ irreguler)
BJ II terdengar (tunggal/ ganda), (keras/ lemah), (reguler/ irreguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur
(+ / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung : tidak ada
F. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ),
Kesimetrisan ( + / - ),
Keluhan lain : turgot kulit pasien kering dan terdapat bekas luka CAPD,
terdapat tekstur garis-garis pada abdomen pasien.
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 20x/menit ( N = 5 – 35 x/menit,Borborygmi
(+/-)
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( +/-) pembesaran ( + / - ),
perabaan (keras / lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi
hepar (tumpul / tajam)
Palpasi Lien : tidak ada pembesaran
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney. nyeri tekan ( + / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar
kontralateral ( + / - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran
( + / - ). (N = ginjal tidak teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : px terkadang
merasakan nyeri perut dan mual
G. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Genetalia Wanita
INSPEKSI
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ), keputihan ( + /
- ), peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
Keluhan lain: tidak ada
H. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
INSPEKSI DAN PALPASI :
Lesi pada kulit punggung ( + / -),kelainan bentuk tulang belakang ( + / -
), deformitas pada tulang belakang ( + / - ), fraktur ( + / - ), nyeri tekan
( + / - ).
Keluhan lain: tidak ada
I. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
INSPEKSI
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -),
fraktur (+ /-), kebersihan luka (bersih / kotor), terpasang Gib ( + / - ),
PALPASI
Oedem : ( + / - ),
Lakukan uji kekuatan otot : 5 5
5 5

Pergerakan : (bebas / terbatas)


Keluhan lain: pasien terpasang double lumen pada femoralis dextra
J. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan
Uji ketajaman pendengaran :
Tes bisik, Dengan arloji, Uji weber : seimbang / lateralisasi kanan /
lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama
dibanding dengan hantaran udara, Uji swabach : memanjang /
memendek / sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang bau-
bauan.
Pemeriksaan tenggorokan: nyeri telan ( + / - ).
Keluhan lain: px tidak ada masalah pendengaran dan penglihatan
Pemeriksaan Fungsi Neurologis
- Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
- Menilai respon membuka mata 4
- Menilai respon Verbal 5
- Menilai respon motorik 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos
Mentis / Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo coma / Coma)
- Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( + / -), nyeri kepala ( + / -), mual –muntah
( + / -) kejang ( + / -) penurunan tingkat kesadaran ( + / -)
- Memeriksa fungsi motoric
Ukuran otot (simetris / asimetris), gerakan-gerakan yang tidak
disadari oleh klien ( + / -)
Keluhan lain yang terkait dengan Neurologis : tidak ada
K. Pemeriksaan Kulit/Integument
1) Integument/Kulit
INSPEKSI :
Lesi ( + / - ), Jaringan parut ( + / - ), Warna kulit: putih langsat, Bila ada
luka bakar: ( + / - ), lokasi: ( + / - ), luas: , cyanotik ( + / -)
PALPASI :
Tekstur (halus/ kasar ), Turgor/Kelenturan(baik/jelek ), Lemak
subcutan ( tebal / tipis ), nyeri tekan ( + / - ) pada daerah mana? + -
2) Identifikasi luka / lesi pada kulit
- Tipe Primer : Makula ( + / - ), Papula ( + / - ) Nodule ( + / - ) Vesikula
(+/-)
- Tipe Sekunder : Pustula (+/-), Ulkus (+/-), Crusta (+/-), Exsoriasi
(+/-), Scar (+/-), Lichenifikasi ( + / - )
Kelainan- kelainan pada kulit : Hiperpigmentasi (+/-), Tatto (+ /- ).
Keluhan lainnya : tampak kerusakan jaringan yang terpasang double
lumen
3) Pemeriksaan Rambut
INSPEKSI DAN PALPASI :
Penyebaran (merata / tidak), Bau ( + / - ), rontok ( + / - ), warna
(hitam/ coklat).
4) Pemeriksaan Kuku
INSPEKSI DAN PALPASI :
warna, bentuk (simetris/ an simetris), dan kebersihan kuku (bersih/
kotor), CRT kembali dalam (<2 detik/ >2 detik)
Keluhan lain: kuku tampak tidak panjang

L. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik (tanggal 30/10/2021)


DARAH LENGKAP
Leukosit : 5.22 ( N : 4.0-5.40 10^3/ul )
Eritrosit : 3.15 ( N : 4.20-5.40 10^6/ul ) ↓
Trombosit : 139 ( N : 150– 400 10^3 / µL ) ↓
Haemoglobin : 8.9 ( N : 12.0-16.0 gr/dl ) ↓
Haematokrit : 26.3 ( N : 37.0 – 47.0 %) ↓
MCV : 83.5 ( N : 80,0 – 93,0 fl )
MCH : 28.3 ( N : 27,0 - 31,0 pg)
MCHC : 33.2 ( N : 32,0 – 36,0 g/dl)
Hitung Eosinofil : 10.0 ( N : 0-4 %)
Hitung Basofil : 1.0 ( N : 0-1 % )
Hitung Neutrofil : 39.9 ( N : 50 - 70 % ) ↓
Hitung Limfosit : 43.5 ( N : 20 - 40 % ) ↑
Hitung Monosit : 5.6 (N: 2-8%)
Neutrofil Limfosit Ratio (NLR): 0.92 ( N : 1-3 % )

Swab Test Antigen (Rapid) Negatif

M. Pemeriksaan Lab Lain:


Kimia Darah
Glukosa Sewaktu : 77 (N : 65-140 mg/dL)
Ureum : 92 (N :16.6-48.5 mg/dL) ↑
Kreatinin : 9.63 (N : 0.51-0.95 mg/dL) ↑
Tanggal (31/10/21)
SGOT : 31 (N : <= 31)
SGPT : 25 (N : <= 31)
Albumin : 1.8 ( N : 3.5-5.2 g/dL) ↓
Elektrolit
Natrium : 131.0 (N : 136-145 mmol/L) ↓
Kalium : 4.40 (N : 3.5-5.0 mmol/L)
Klorida : 103.0 (N : 98-106 mmol/L

N. Pemeriksaan Radiologi :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-
Scan, MRI, Endoscopy dll.
Tgl 30/10/2021
Hasil foto thorax AP
Kesimpulan : efusi pleura kiri

VII. TINDAKAN DAN TERAPI


Pemberian Medikasi
Plug
Inj. Cefoperozone secara IV = 2x1 gr (antibiotic)
Inj. Ondancentron secara IV = 3x8 mg (mual dan muntah)
Inj. Omeprazole secara IV = 1x40 mg (obat maag)
Zinc secara PO = 3x20 mg (untuk mengatasi diare)
Sucralfat P.O= 3x1 mg (obat tukak lambung dan
usus)
Asam folat P.O= 1x3 tablet (jenis vitamin B yang
membantu tubuh
memproduksi dan
mempertahankan sel-sel
baru)
Diagit P.O= 2 tablet (Obat diare)/jika diare
Double lumen Femoralis
CAPD setiap 4 jam sekali/hari

TTD PERAWAT

( Nia Dwi Febrianti )


B. Analisa Data

ANALISA DATA PASIEN SDRI. A (24 Th) DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE

MASALAH
DATA (Tanda mayor & minor) PENYEBAB KEPERAWAT DIAGNOSA KEPERAWATAN
AN
Ds:
- Px mengeluh nyeri perut seluruh lapang
- Px mengeluh mual dan muntah

Do:
Diare b/d iritasi gastrointestinal
- Pasien BAB 4x selama 2 hari
- Konsistensi Feses cair Iritasi Diare d/d px mengeluh mual muntah, px
- Pasien lemas gastrointestinal (D.0020) BAB 4x selama 2 hari konsistensi
- Saat di auskultasi terdapat bunyi krucuk-krucuk cair(D.0020)
(Borborygm) pada abdomen pasien
- Ureum : 92 (N :16.6-48.5mg/dL) ↑
- Albumin : 1.8 ( N : 3.5-5.2 g/dL) ↓
-

Ds: Agen pencedera Nyeri akut Nyeri Akut b/d agen pencedera
- px mengeluh nyeri diseluruh lapang perut, hilang Fisik fisik d/d pasien terpasang CAPD
timbul, seperti diremas-remas, nyeri muncul pada (D.0077)
saat berbaring dan tirah baring, skala nyeri 4

Do :
- nafsu makan pasien berkurang
- pasien tampak meringis
- Vs :
TD : 136/110 mmHg
RR : 22x/menit

Ds : kelemahan Intoleransi Intoleransi aktivitas b/d


- Px mengeluh lemas aktivitas kelemahan d/d px mengeluh lemas
Do :
(D. 0056) (D.0056)
- RR= 22x/menit
- TD= 136/105 mmHg
Ds: Resiko infeksi (D.0142) b.d
Penyakit kronis Penyakit kronis (px dengan CKD
-
Do: (px dengan CKD Resiko infeksi sejak usia 17 tahun dan
Px terdiagnosa CKD ON CAPD sejak usia 17 (D.0142) hiperglikemi) d.d luka pada
Terdapat luka femoralis (double lumen) tahun) adbomen dan femoralis (D.0142)
Terdapat luka pada abdomen kanan bawah(CAPD)

C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:
1. Diare b/d iritasi gastrointestinal d/d px mengeluh mual muntah, px BAB 4x selama 2 hari konsistensi cair(D.0020)
2. Nyeri akut b/d agen pencedera Fisik d/d px terpasang CAPD (D.0077)
3. Resiko infeksi (D.0142) b.d Penyakit kronis (px dengan CKD sejak usia 17 tahun dan hiperglikemi) d.d luka pada
adbomen dan femoralis (D.0142)
D. Luaran Keperawatan (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDRI. A (24 Th) DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE

Diagnosa LUARAN INTERVENSI Hari/ Hari/


No Keperaw Tgl Implementasi Tgl Evaluasi
atan (SLKI) (SIKI)

1. Diare b/d Setelah Pemantauan cairan Senin, - Memonitor frekuensi dan Selasa S : Px mengatakan diare
iritasi dilakukan (1.03121) 01/11/ kekuatan nadi 02/11/ mual muntah
gastrointe tindakan Observasi 2021 - Memonitor frekuensi 2021 berkurang.
- Monitor frekuensi dan nafas
stinal d/d keperawatan
kekuatan nadi - Memonitor tekanan darah O=
px selama 1x24 - Monitor frekuensi nafas - Memonitor RR
mengeluh jam, maka - Monitor tekanan darah RR = 22x/menit 1. Konsistensi feses
mual eliminasi fekal - Monitor RR - Memonitor elastisitas atau cukup membaik
muntah, membaik - Monitor elastisitas atau turgor kulit
turgor kulit - Memonitor kadar albumin 2. Frekuensi defekasi
px BAB 4x dengan kriteria
- Monitor kadar albumin Albumin = 1.8 mg/dL cukup membaik
selama 2 hasil :
- Monitor hasil - Memonitor hasil
hari 3. Peristaltik usus
1. Konsistensi pemeriksaan serum pemeriksaan serum (mis.
konsisten (mis. Hematokrit, Hematokrit, natrium, membaik
feses
si natrium, kalium) kalium)
membaik A= masalah tertasi
cair(D.00 - Monitor intake output Hematokrit : 26.3%
2. Frekuensi sebagian
20) cairan Natrium : 131 mmol/L
defekasi - Identifikasi faktor Kalium : 4.40 mmol/L P = lanjutkan intervensi
membaik risiko - Memonitor intake output
3. Peristaltik ketidakseimbangan cairan
usus cairan (mis. Penyakit CAPD : input 1500ml
membaik ginjal) output 1600ml

Kolaborasi - mengidentifikasi faktor


- Kolaborasi pemberian risiko ketidakseimbangan
diuretik, jika perlu cairan (mis. Penyakit
ginjal)

Kolaborasi
- berkolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
Diagit P.O= 2 tablet
Zinc secara PO = 3x20 mg

2. Nyeri akut Setelah Pemantauan Nyeri Selasa Rabu S= pasien mengatakan


b/d agen dilakukan (I.08242) 02/11/ - Mengidentifikasi faktor 03/11/ nyeri berkurang
pencedera tindakan Observasi 2021 pencetus dan pereda
- Identifikasi faktor nyeri 2021
fisik keperawatan O=
pencetus dan pereda - Memonitor kualitas
selama 1 x24 nyeri nyeri 1. keluhan nyeri cukup
(D.0077)
jam, maka - Monitor kualitas (Nyeri seperti diremas- menurun
tingkat nyeri nyeri remas)
(L.08066) - Monitor lokasi nyeri - Memonitor lokasi nyeri 2. meringis menurun
menurun dengan - Monitor durasi dan (Px mengatakan nyeri
skala nyeri seluruh lapang perut) 3. tekanan darah cukup
kriteria hasil :
- Monitor durasi dan membaik (TD :130/70
1. keluhan nyeri Terapeutik skala nyeri mmHg)
menurun - Atur interval waktu (Skala nyeri 4, nyeri hilang
4. Pola nafas membaik
2. meringis pemantauan sesuai timbul) (20x/menit)
menurun dengan kondisi
pasien Terapeutik 5. nafsu makan cukup
3. tekanan darah - Dokumentasikan - Atur interval waktu membaik
membaik hasil pemantauan pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien A = masalah teratasi
4. Pola nafas Edukasi sebagian
membaik - Informasikan hasil Edukasi
pemantauan, jika - Informasikan hasil P= lanjutan intervensi dan
5. nafsu makan perlu pemantauan, jika perlu pemberian obat sesuai
membaik Kolaborasi - Berkolaborasi anjuran dokter.
- Kolaborasi pemberian analgetik,
pemberian analgetik, jika perlu
jika perlu

3. Intoleransi
aktivitas
b/d
kelemahan
d/d px
mengeluh
lemas

4. Resiko Setelah Pencegahan infeksi Selasa, - Memonitor tanda dan Selasa, S= px mengeluh
infeksi dilakukan (1.14539) 01/10/ gejala infeksi lokal dan 02/10/ nyerinya mulai
(D.0142) tindakan Observasi 2021 sistematik 2021 berkurang
b.d - Monitor tanda dan - membatasi jumlah
keperawatan
Penyakit gejala infeksi lokal dan 08.00 pengunjung 09.00 O=
selama 1 x24
jam, maka sistematik - Mencuci tangan sebelum 1. Nyeri menurun, nyeri
tingkat infeksi Terapeutik dan sesudah kontak sedikit berkurang
(L.14137) - Batasi jumlah dengan pasien dan
pengunjung lingkungan pasien 2. Kultur area luka
menurun membaik, tertutup
- Cuci tangan sebelum - mempertahankan teknik
dengan kriteria dan sesudah kontak aseptik pada pasien rapat dengan kassa
hasil : dengan pasien dan berisiko tinggi 3. Kadar sel darah
lingkungan pasien - menjelaskan tanda dan merah belum
kronis (px 1. Nyeri
- Pertahankan teknik gejala infeksi membaik, (139.000
dengan menurun aseptik pada pasien - mengajarkan cara mencuci menurun)
CKD sejak 2. Kultur area berisiko tinggi tangan dengan benar
usia 17 luka membaik Edukasi - mengajarkan etika batuk A= masalah belum
tahun dan 3. Kadar sel - Jelaskan tanda dan - mengajarkan cara teratasi
hiperglike gejala infeksi memeriksa kondisi luka
darah merah
mi) d.d - Ajarkan cara mencuci - mengajarkan prosedur P= Lanjutkan intervensi
luka pada membaik
tangan dengan benar perawatan luka secara perawatan luka dan
adbomen - Ajarkan etika batuk mandiri melanjutkan pemberian
dan - Ajarkan cara memriksa - berkolaborasi pemberian
femoralis antibiotic dan
kondisi luka antibiotik, jika perlu
(D.0142) pemberian Asam folat
- Ajarkan prosedur Inj. Cefoperozone secara
perawatan luka secara IV = 2x1 gr P.O= 1x3 tablet untuk
mandiri meningkatkan sel darah
Kolaborasi merah.
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
BAB III

INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)


A. Masalah keperawatan
1. Diare b/d iritasi gastrointestinal d/d px mengeluh mual muntah, px BAB 4x selama 2 hari konsistensi
cair(D.0020)
2. Nyeri akut b/d agen pendecera fisik d/d terpasang CAPD(D.0077)
3. Resiko infeksi (D.0142) b.d Penyakit kronis (px dengan CKD sejak usia 17 tahun dan hiperglikemi) d.d luka pada
adbomen dan femoralis (D.0142)
B. Intervensi by Evidence Based Nursing (journal)
1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Asupan Cairan terhadap Kepatuhan Pembatasan Cairan Pasien Hemodialisis
(Widhawati & Fitriani, 2021)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan
pembatasan asupan cairan pasien hemodialisis di Rumah Sakit IMC Bintaro Tangerang Selatan. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian Quasi eksperimen dengan pendekatan Pretest and Posttest non equivalent control
group design untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien Chronic Kidney
Disease yang menjalani Hemodialisis terhadap kepatuhan pembatasan cairan. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 40 pasien hemodialisis yang terdiri dari 20 pasien eksperimen dan 20 pasien kontrol. Analisa yang
digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji paired sample T-test dan Independent T-test.
Hasil analisa data menunjukkan adanya pengaru pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen
(P=0,000), tetapi tidak ada perbedaan kepatuhan pembatasan cairan (P= 0,330) pada kelompok control yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan terhadap tingkat kepatuhan pembatasan cairan pada pasien CKD.
2. Kepatuhan Pembatasan Cairan dan Diet Rendah Garam (Natrium) pada Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisa;
Perspektif Health Belief Model (Wulan & Emaliyawati, 2018)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan pembatasan cairan dan diet rendah
garam (natrium) pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa rutin di RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dari
penelitian ini adalah pasien hemodialisa rutin dengan menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah
sampel 93 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mengukur kepatuhan pembatasan cairan
dan diet rendah garam (natrium). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang patuh terhadap
pembatasan cairan sebanyak 35 orang (37,6%), sedangkan yang tidak patuh 58 orang (62,4 %). Berdasarkan
tingkat kepatuhan diet rendah garam (natrium), responden yang patuh sebanyak 31 orang (33,3%), sedangkan
yang tidak patuh sebanyak 62 orang (66,7 %). Penelitian ini menunjukkan sebagian besar pasien GGK tidak patuh
terhadap pembatasan cairan dan diet rendah garam (natrium). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan frekuensi edukasi motivasi serta konseling diet cairan di setiap jadwal hemodialisa. Berdasarkan
hasil penelitian tentang kepatuhan pembatasan cairan dan diet rendah garam (natrium) pada pasien GGK yang
menjalani HD rutin, maka diperoleh simpulan bahwa pasien GGK yang menjalani HD rutin di RSUP Dr. Hasan
Sadikin lebih banyak yang tidak patuh terhadap pembatasan cairan dan diet rendah garam (natrium)
dibandingkan dengan pasien yang patuh.
3. Penerapan Slow Deep Breathing Untuk Menurunkan Keletihan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (Pertiwi & Prihati,
2020)
Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengatasi keletihan pasien gagal ginjal. Pasien gagal ginjal yang mengalami
keletihan perlu diatasi, salah satunya dengan pemberian terapi Slow Deep Breathing. Slow Deep Breathing adalah
relaksasi yang disadari untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat. Jenis penelitian ini adalah
menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan bentuk rancangan one group pretest posttest. Subjek studi
kasus yang akan di teliti adalah 2 orang responden dengan gagal ginjal yang sedang menjalani rawat inap di RS
Roemani Muhammadiyah Semarang. Hasil studi menunjukkan bahwa ada perubahan pada tingkat keletihan yang
awalnya mengalami keletihan sedang menjadi keletihan ringan setelah diberikan terapi Slow Deep Breathing
selama 3 hari. Rekomendasi perlu konsisten perawat pengawasan dalam melakukan terapi untuk meningkatkan
kesehatan pasien. Kesimpulan dari kedua responden bahwa teknik relaksasi slow deep breathing mampu
mengurangi keletihan dimana tingkat keletihan.

C. Daftar Pustaka
Pertiwi, R. A., & Prihati, D. R. (2020). Penerapan Slow Deep Breathing Untuk Menurunkan Keletihan Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 4(1), 14–19. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.77
Widhawati, R., & Fitriani, F. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Asupan Cairan terhadap Kepatuhan Pembatasan
Cairan Pasien Hemodialisis. Faletehan Health Journal, 8(02), 140–146. https://doi.org/10.33746/fhj.v8i02.149
Wulan, S. N., & Emaliyawati, E. (2018). Kepatuhan Pembatasan Cairan dan Diet Rendah Garam (Natrium) pada Pasien
GGK yang Menjalani Hemodialisa. Faletehan Health Journal, 5(3), 99–106. https://doi.org/10.33746/fhj.v5i3.15

Anda mungkin juga menyukai