LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDRI. A (24 TH)
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE ON CAPD
(CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS)
DI RUANG INAP F RS WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
OLEH :
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 20 (DUAPULUH)
A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014).
B. Etiologi
CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit
komplikasi yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal
(Muttaqin & Sari 2011). Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan
Pranata (2014) penyebab CKD, yaitu:
a) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
b) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
d) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
e) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
f) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
Sedangkan menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa
memicu munculnya CKD, yaitu:
1) Penyakit dari ginjal
a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
b) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
c) Batu ginjal: nefrolitiasis
d) Kista di ginjal: polycitis kidney
e) Trauma langsung pada ginjal
f) Keganasan pada ginjal
g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
C. Epidemologi
Angka Kejadian penderita GGK (GGK) di Indonesia yang memiliki
jumlah yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh data dari Riskesdas
(2013) yang menyebutkan bahwa prevalensi GGK sebesar 0,2 % dari
jumlah sampel 1.027.763 orang. Provinsi Jawa Barat menempati urutan
ke-5 tertinggi dari 33 provinsi dengan prevalensi sebesar 0,3% pada
tahun 2013 dari jumlah sampel 722.329 orang.
D. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu,
atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
Tabel 1.3. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) Atas Dasar
Diagnosis Etiologi (Guyton dan Hall, 2010).
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran
sirkulasi memiliki fungsi yang banyak. Sehingga kerusakan kronis secara
fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan
vasmotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal
ginjal kronis :
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien CKD dibagi tiga yaitu:
1. Konservatif
a) Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
b) Observasi balance cairan
c) Observasi adanya edema
d) Batasi cairan yang masuk
2. Dialisis
a) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergensi. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD (Continues Ambulatiry Peritonial Dialysis).
HD (hemodialisis) : Avshunt, Double lumen
CAPD (Continues Ambulatiry Peritonial Dialysis) bisa dilakukan
secara mandiri dirumah, menggunakan prinsip steril. Keluarga
diberikan pelatihan.
3. Operasi
a) Pengambilan batu
b) Transplantasi ginjal
(Muttaqin, 2011)
J. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ckd, diantaranya:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Hipervolemia (D.0022)
3. Diare (D.0020)
4. Gangguan Pola tidur (D.0055)
5. Resiko jatuh (D.0143)
6. Resiko infeksi (D.0142)
K. Luaran Keperawatan
1. Keseimbangan Cairan (L.03020)
2. Pola Tidur (L.05045)
3. Tingkat jatuh (L.14138)
4. Eliminasi fekal (L.04033)
5. Tingkat infeksi (L.14137)
L. Intervensi Keperawatan
1. Manajemen hipervolemia (1. 03114)
2. Dukungan Tidur (1.05174)
3. Pencegahan jatuh (1.14540)
4. Pemantauan cairan (1.03121)
5. Pencegahan infeksi (1.14539)
Daftar Pustaka (Sumber Reference)
Pertiwi, R. A., & Prihati, D. R. (2020). Penerapan Slow Deep Breathing Untuk
Menurunkan Keletihan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, 4(1), 14–19.
https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.77
Widhawati, R., & Fitriani, F. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Asupan
Cairan terhadap Kepatuhan Pembatasan Cairan Pasien Hemodialisis.
Faletehan Health Journal, 8(02), 140–146.
https://doi.org/10.33746/fhj.v8i02.149
Wulan, S. N., & Emaliyawati, E. (2018). Kepatuhan Pembatasan Cairan dan Diet
Rendah Garam (Natrium) pada Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisa.
Faletehan Health Journal, 5(3), 99–106.
https://doi.org/10.33746/fhj.v5i3.15
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
2. Riwayat Psikologi
Px terkadang merasa jenuh jika harus terapi capd setiap harinya
3. Riwayat Sosial
Px mempunyai hubungan baik keluarganya
4. Riwayat Spiritual
Px terkadang sering ibadah 5 waktu
N. Pemeriksaan Radiologi :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-
Scan, MRI, Endoscopy dll.
Tgl 30/10/2021
Hasil foto thorax AP
Kesimpulan : efusi pleura kiri
TTD PERAWAT
ANALISA DATA PASIEN SDRI. A (24 Th) DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE
MASALAH
DATA (Tanda mayor & minor) PENYEBAB KEPERAWAT DIAGNOSA KEPERAWATAN
AN
Ds:
- Px mengeluh nyeri perut seluruh lapang
- Px mengeluh mual dan muntah
Do:
Diare b/d iritasi gastrointestinal
- Pasien BAB 4x selama 2 hari
- Konsistensi Feses cair Iritasi Diare d/d px mengeluh mual muntah, px
- Pasien lemas gastrointestinal (D.0020) BAB 4x selama 2 hari konsistensi
- Saat di auskultasi terdapat bunyi krucuk-krucuk cair(D.0020)
(Borborygm) pada abdomen pasien
- Ureum : 92 (N :16.6-48.5mg/dL) ↑
- Albumin : 1.8 ( N : 3.5-5.2 g/dL) ↓
-
Ds: Agen pencedera Nyeri akut Nyeri Akut b/d agen pencedera
- px mengeluh nyeri diseluruh lapang perut, hilang Fisik fisik d/d pasien terpasang CAPD
timbul, seperti diremas-remas, nyeri muncul pada (D.0077)
saat berbaring dan tirah baring, skala nyeri 4
Do :
- nafsu makan pasien berkurang
- pasien tampak meringis
- Vs :
TD : 136/110 mmHg
RR : 22x/menit
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDRI. A (24 Th) DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE
1. Diare b/d Setelah Pemantauan cairan Senin, - Memonitor frekuensi dan Selasa S : Px mengatakan diare
iritasi dilakukan (1.03121) 01/11/ kekuatan nadi 02/11/ mual muntah
gastrointe tindakan Observasi 2021 - Memonitor frekuensi 2021 berkurang.
- Monitor frekuensi dan nafas
stinal d/d keperawatan
kekuatan nadi - Memonitor tekanan darah O=
px selama 1x24 - Monitor frekuensi nafas - Memonitor RR
mengeluh jam, maka - Monitor tekanan darah RR = 22x/menit 1. Konsistensi feses
mual eliminasi fekal - Monitor RR - Memonitor elastisitas atau cukup membaik
muntah, membaik - Monitor elastisitas atau turgor kulit
turgor kulit - Memonitor kadar albumin 2. Frekuensi defekasi
px BAB 4x dengan kriteria
- Monitor kadar albumin Albumin = 1.8 mg/dL cukup membaik
selama 2 hasil :
- Monitor hasil - Memonitor hasil
hari 3. Peristaltik usus
1. Konsistensi pemeriksaan serum pemeriksaan serum (mis.
konsisten (mis. Hematokrit, Hematokrit, natrium, membaik
feses
si natrium, kalium) kalium)
membaik A= masalah tertasi
cair(D.00 - Monitor intake output Hematokrit : 26.3%
2. Frekuensi sebagian
20) cairan Natrium : 131 mmol/L
defekasi - Identifikasi faktor Kalium : 4.40 mmol/L P = lanjutkan intervensi
membaik risiko - Memonitor intake output
3. Peristaltik ketidakseimbangan cairan
usus cairan (mis. Penyakit CAPD : input 1500ml
membaik ginjal) output 1600ml
Kolaborasi
- berkolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
Diagit P.O= 2 tablet
Zinc secara PO = 3x20 mg
3. Intoleransi
aktivitas
b/d
kelemahan
d/d px
mengeluh
lemas
4. Resiko Setelah Pencegahan infeksi Selasa, - Memonitor tanda dan Selasa, S= px mengeluh
infeksi dilakukan (1.14539) 01/10/ gejala infeksi lokal dan 02/10/ nyerinya mulai
(D.0142) tindakan Observasi 2021 sistematik 2021 berkurang
b.d - Monitor tanda dan - membatasi jumlah
keperawatan
Penyakit gejala infeksi lokal dan 08.00 pengunjung 09.00 O=
selama 1 x24
jam, maka sistematik - Mencuci tangan sebelum 1. Nyeri menurun, nyeri
tingkat infeksi Terapeutik dan sesudah kontak sedikit berkurang
(L.14137) - Batasi jumlah dengan pasien dan
pengunjung lingkungan pasien 2. Kultur area luka
menurun membaik, tertutup
- Cuci tangan sebelum - mempertahankan teknik
dengan kriteria dan sesudah kontak aseptik pada pasien rapat dengan kassa
hasil : dengan pasien dan berisiko tinggi 3. Kadar sel darah
lingkungan pasien - menjelaskan tanda dan merah belum
kronis (px 1. Nyeri
- Pertahankan teknik gejala infeksi membaik, (139.000
dengan menurun aseptik pada pasien - mengajarkan cara mencuci menurun)
CKD sejak 2. Kultur area berisiko tinggi tangan dengan benar
usia 17 luka membaik Edukasi - mengajarkan etika batuk A= masalah belum
tahun dan 3. Kadar sel - Jelaskan tanda dan - mengajarkan cara teratasi
hiperglike gejala infeksi memeriksa kondisi luka
darah merah
mi) d.d - Ajarkan cara mencuci - mengajarkan prosedur P= Lanjutkan intervensi
luka pada membaik
tangan dengan benar perawatan luka secara perawatan luka dan
adbomen - Ajarkan etika batuk mandiri melanjutkan pemberian
dan - Ajarkan cara memriksa - berkolaborasi pemberian
femoralis antibiotic dan
kondisi luka antibiotik, jika perlu
(D.0142) pemberian Asam folat
- Ajarkan prosedur Inj. Cefoperozone secara
perawatan luka secara IV = 2x1 gr P.O= 1x3 tablet untuk
mandiri meningkatkan sel darah
Kolaborasi merah.
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
BAB III
C. Daftar Pustaka
Pertiwi, R. A., & Prihati, D. R. (2020). Penerapan Slow Deep Breathing Untuk Menurunkan Keletihan Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 4(1), 14–19. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.77
Widhawati, R., & Fitriani, F. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Asupan Cairan terhadap Kepatuhan Pembatasan
Cairan Pasien Hemodialisis. Faletehan Health Journal, 8(02), 140–146. https://doi.org/10.33746/fhj.v8i02.149
Wulan, S. N., & Emaliyawati, E. (2018). Kepatuhan Pembatasan Cairan dan Diet Rendah Garam (Natrium) pada Pasien
GGK yang Menjalani Hemodialisa. Faletehan Health Journal, 5(3), 99–106. https://doi.org/10.33746/fhj.v5i3.15