Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERMASALAHAN AKSES VASKULER

DISUSUN OLEH:

MUMUH MUHTADIN

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN DAERAH

IKATAN PERAWAT DIALISIS INDONESIA

PENGURUS DAERAH JAWA BARAT

TAHUN 2019

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………3


KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….4
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………5
A. Latar Belakang …………………………………………………………….5
B. Tujuan………………………………………………………………………7
BAB 11 TINJAUAN TEORITIS ……………………………………………………...8
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………………..23
BAB IV REFERENSI

3
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH. SWT YANG Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat dan anugerah-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan innayah-Nya kepada Kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah permasalahan akses vaskuler ini.

Makalah ini telah kami susun berdasarkan kebutuhan perawat dalam konteks
teknik aplikasi di ruangan yang berhubungan dengan tindakan terhadap segala
permasalahan akses vaskuler. Sehingga diharapkan dapat menjadikan perawat yang
professional baik peningkatan pengetahuan serta skill psikomotor di lapangan. Penulis
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini
sehingga makalah ini selesai pada waktunya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat/tata bahasa maupun teori yang disampaikan.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik, agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini untuk menjadi lebih baik. lagi

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini memberikan manfaat bagi
semuanya.Aamiin

Bandung, 19 Agustus 2019

Penyusun

Mumuh Muhtadin

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semakin meningkatnya angka kejadian penderita penyakit ginjal kronik yang


menjalani hemodialisis juga sejalan menjamurnya tempat/ unit Hemodiaisis baik di pusat
atau daerah yang tentunya memerlukan kerjasama yang komprehensip antar berbagai lini
mulai dari birokrasi/ struktural atau pun pelaksana/ fungsional dalam hal ini perawat
dilapangan/ruang hemodialisis.

Berdasarkan data Indonesian Renal Registry, peningkatan angka kejadian


penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani cuci darah juga menunjukan
peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun berikutnya.

Jumlah Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan


Cuci Darah
60000

50000

40000

30000

20000

10000

0
2012 2013 2014 2015 2016
Pasien Baru 19621 15128 17193 21050 25446
Pasien Aktif 9161 9396 11689 30554 52835

Gambar 1.1 Perbandingan Angka Penderita Penyakit Ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis/ cuci darah Tahun 2012-2016 dalam Indonesian Renal Registry, 2016

5
Sejalan dengan hal tersebut diatas, yakni meningkatnya kejadian penyakit ginjal
yang menjalani hemodialisis/ cuci darah juga berbanding lurus dengan peningkatan
pasien yang menjalani akses vaskuler .

Gambar 1.2 Angka tindakan akses vaskuler pada penderita penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis/ cuci darah Tahun 2017 dalam Indonesian Renal Registry, 2017

Menjawab tantangan serta perkembangan kejadian penyakit ginjal yang menjalani


hemodialisis/ cuci darah tentunya harus di dukung pula dengan peningkatan ilmu serta
teknologi baik teknik hemodialisis secara umum dan akses vaskuler pada khususnya.
Peningkatan pengetahuan dan skill kompetensi perawat di ruangan hemodialisis
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan atau keberlangsungan kualitas hidup
pasien. Salah satu faktor tersebut adalah akses vaskuler yang baik dan cocok juga sesuai
dengan kondisi pasien.

Pemilihan jenis akses vaskuler yang tepat, tindakan yang professional juga tidak
lupa dengan segala solusi dalam mengatasi semua permasalahannya. Untuk itu penulis
tertarik sekali untuk membahas /shering serta diskusi bersama rekan –rekan sesama

6
perawat serta semua pihak yang berkecimpung di bidang hemodialisis dalam
meningkatkan pengetahuan di bidang hemodialisis khususnya akses vaskuler.

Adapun tema/judul yang diangkat dalam makalah ini adalah “Permasalahan


Akses Vaskuler”.

Semoga dapat bermanpaat bagi semuanya. Aamiin.

B. TUJUAN

Tujuan umum
Untuk meningkatkan pengetahuan serta keilmuan bidang hemodialisis,
khusususnya akses vaskuler.

Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi dan jenis akses vaskuler
2. Mengetahui segala permasalahan akses vaskuler
3. Mengetahui solusi terhadap permasalahan akses vaskuler

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Akses vaskular untuk hemodialisis adalah Adalah jalan untuk memudahkan


mengeluarkan darah dari pembuluhnya untuk keperluan hemodialisis. Juga sebagai jalur
untuk mempertahankan kehidupan pada penderita penyakit ginjal kronik/Chronic Kidney
Disease (CKD). Pada tindakan Hemodialisis, Akses vaskuler dipakai sebagai sarana
hubungan sirkulasi antara sirkulasi darah di tubuh pasien dengan sirkulasi darah
ekstrakorporeal (di luar tubuh pasien).
Dalam akses vaskuler aliran inlet dan outlet dibutuhkan sebagai akses untuk
keluar dan masuknya darah untuk tindakan Hemodialisis. Aliran inlet adalah aliran yang
membawa darah dari akses vaskuler tubuh pasien menuju dialiser/ginjal buatan,
sedangkan aliran outlet adalah aliran darah dari dialiser/ginjal buatan menuju akses
vaskuler tubuh pasien.

B. JENIS AKSES VASKULER


Akses vaskuler dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni akses vaskuler
temporer dan akses vaskuler permanen. Akses vaskuler Temporer adalah Akses yang
dipakai hanya dalam jangka waktu tertentu /jangka pendekdan tidak menetap.sedang
Akses vaskuler Permanen untuk jangka panjang dan menetap.
Akses vaskuler temporer/ sementara dapat dilakukan melalui Femoralis dan
menggunakan kateter hemodialisis non cuffed pada vena sentral. Sedangkan Akses
vaskuler permanen/terus menerus/ menetap untuk jangka waktu panjang,yaitu melalui
Arteriovenous Fistula/AVF, Arteriovenous Grafts/ AVG dan Central Venous Catheter
HD/CVC HD Tunneled Cuffed double lumen Catheter.

8
1. AKSES VASKULER TEMPORER/ SEMENTARA

a. CENTRAL VENOUS CATHETER HEMODIALISIS (CVC HD)


CVC HD adalah sebuah kateter HD yang memiliki dua lumen dan satu ujung
yang diinsersikan kedalam pembuluh darah vena sentral (vena kava inferior melalui vena
femoralis atau vena kava superior melalui vena jugularis atau vena subclavia) yang
dipakai sebagai akses vaskuler pada tindakan HD.

Kateter non cuff atau non tunnel (< 3 minggu)


Kateter ini memiliki satu ujung dua lumen tanpa cuff dan diinsersikan langsung ke
dalam vena kava pasien. Satu lumen disebut sebagai lumen arterial yang akan
dihubungkan dengan arterial blood line HD (warna merah) dan satu lumen disebut
sebagai lumen venous yang akan dihubungkan dengan venous blood line HD (warna
biru). Kateter ini termasuk kedalam tipe pemakaian yang jangka pendek atau sementara,
sampai terbentuknya akses yang permanen

9
1) Katether double lument (CDL) Vena Subklavia

Kateter double lumen dimasukkan melalui midclavicula dengan tujuan kateter


tersebut dapat sampai ke suprastrernal. Kateter vena subclavikula lebih aman dan nyaman
digunakan untuk akses vascular sementara dibandingkan kateter vena femoral, dan tidak
mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit.Hal ini disebabkan keran rendahnya resiko
terjadi infeksi dan dapat dipakai sampai lebih dari 1 minggu.
Kateter vena subklavikula ini dapat menyebabkan komplikasi seperti
pneumotoraks, stenosis vena subklavikula, dan menghalangi akses pembuluh darah di
lengan ipsilateral oleh karena itu pemasangannya memerlukan operator yang terlatih
daripada pemasangan pada kateter femoral. Dengan adanya komplikasi ini maka kateter
vena subklavikula ini sebaiknya dihindari dari pasien yang mengalami fistula akibat
hemodialisis

2) Katether double lument (CDL) Vena Jugularis


Kateter dimasukkan pada kulit dengan sudut 200 dari sagital, dua jari di bawah
clavicula, antara sternum dan kepala clavicula dari otot sternocleidomastoideus.
Pemakaian kateter jugularis internal lebih aman dan nyaman. Dapat digunakan beberapa
minggu dan pasien tidak perlu di rawat di rumah sakit. Kateter jugularis internal memiliki

10
resiko lebih kecil terjadi pneumothoraks daripada subclavian dan lebih kecil terjadi
thrombosis.

Kelebihan dan Kekurangan CVC HD


Kelebihan :
a). Mudah dipasang/insersi

b). Dapat segera digunakan

c). Mengurangi rasa sakit, karena tidak ada kanulasi saat HD

d). Mudah dilepas jika pasien beralih dari HD

e). Menurunkan risiko tinggi gangguan jantung

Kekurangan :
a). Infeksi rate tinggi
b) Stenosis
c) Thrombosis
d) malfungsi kateter
e) Umur keawetan CVC pendek
f) Mudah terjadi clotting, karena aliran darah yang tidak adekuat

11
b. Katether double lument (CDL) Vena femoralis

Kateter femoralis adalah pemasangan kanul kateter secara perkutaneous pada


vena femoralis. Kateter dimasukkan ke dalam vena femoralis yang terletak di bawah
ligamen inguinalis. Pemasangan kateter femoral lebih mudah daripada pemasangan pada
kateter subclavia atau jugularis internal dan umumnya memberikan akses lebih cepat
pada sirkulasi. Panjang kateter femoral sedikitnya 19 cm sehingga ujung kateter terletak
di vena cava inferior.
Adapun indikasi pemasangan kateter femoral adalah dimana akses vaskular
lainnya mengalami sumbatan karena bekuan darah tetapi memerlukan tinadak
hemodialisis segera atau pada pasien yang mengalami stenosis pada vena subclavian.
Sedangkan kontraindikasi pemasangan keteter femoral adalah pada pasien yang
mengalami thrombosis ileofemoral yang dapat menimbulkan resiko emboli.
Komplikasi yang umumnya terjadi adalah hematoma, emboli, thrombosis vena
ileofemoralis, fistula arteriovenousus, perdarahan peritoneal akibat perforasi vena atau
tusukan yang menembus arteri femoralis serta infeksi.Tingginya angka kejadian infeksi
tersebut, maka pemakaian kateter femoral tidak lebih dari 7 hari.

12
c. Kanulasi femoralis dengan jarum AV fistula

Kelebihan:

a) Mudah dipasang/insersi

b). Dapat segera digunakan

Kerugian :
a) Pasien kurang nyaman 2x penusukan
b) Tidak boleh bergerak selama 5jam sesi dialisis
c) Perdarahan (Tidak direkomendasikan).

13
2. AKSES VASKULER PERMANEN

a. Arteriovenous Fistula (AVF) /Cimino

AVF/Cimino adalah tipe akses vaskuler permanen yang dibuat dengan cara
menyambungkan pembuluh darah arterial dan pembuluh darah venous melalui operasi
pembedahan. Koneksi antara vena dan arteri terjadi dibawah kulit pasien. Tujuan
penyambungan ini adalah untuk meningkatkan aliran darah venous pasien, sehingga
aliran tersebut mampu dipakai untuk mengalirkan darah pada saat tindakan hemodialisis.
Peningkatan aliran darah dan tekanan pada vena secara bertahap juga akan
memperbesar dan mempertebal dinding vena, inilah yang disebut dengan arterialisasi
dinding vena. AVF disebut juga sebagai Cimino, karena AVF ini pertamakali dilakukan
pada tahun 1966, oleh Brescia-Cimino and Appel.

Vaskular Akses Dengan Metode Anastomosis Arteri Dengan Vena (AV -Shunt )
adalah sebagai berikut:

1) Side to End adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan pembuluh


darah vena yang dipotong dengan sisi pembuluh darah arteri.
2) Side to side adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan sisi pembuluh
darah vena dengan sisi pembuluh darah arteri.
3) End to End adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan pembuluh
darah vena yang dipotong dengan pembuluh darah arteri yang juga di potong.
4) End to side adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan pembuluh
darah arteri yang dipotong dengan sisi pembuluh darah vena.

14
Kelebihan dan Kekurangan av shunt adalah sebagai berikut:

Kelebihan

1) Permanen
2) Ada dibawah kulit
3) Dapat dipakai jangka panjang, bisa sampai dengan 20 th
4) Aliran darah kuat, adekuat untuk HD
5) Risiko komplikasinya rendah
6) Angka hospitalisasinya rendah
7) Angka keawetannya lebih baik dibandingkan CVC HD

Kekurangan

1) Kemungkinan gagal maturasi


2) Tidak dapat segera digunakan (paling baik setelah 6-8 minggu)
3) Tidak semua pasien alirannya adekuat

15
Menurut Chaudhury et al, (2005) ketidak adekuatan aliran AVF dapat terjadi pada
pasien-pasien sebagai berikut:

1) Pasien dengan gangguan arterial (diabetes dan atherosklerosis)


2) Kegemukan
3) Pasien dengan pembuluh darah kecil dan dalam
4) Usia tua
5) Kerusakan pembuluh darah karena faktor mekanik (penusukan berulang)

Komplikasi AV Shunt adalah sebagai berikut:

a) Hematoma

Hematoma terjadi karena pecahnya pembuluh darah pada saat kanulasi atau post
kanulasi HD. Pada hematoma terjadi pembengkakan jaringan karena perdarahan, warna
kemerahan dikulit bahkan sampai dengan kebiru-biruan dan nyeri.
b) Stenosis
Stenosis dapat disebabkan karena aliran darah yang berputar-putar disatu
tempat/turbulence, terbentuknya formasi pseudoaneurysma, adanya luka/kerusakan
karena jarum fistula. Indikasi klinis adanya stenosis diantaranya adalah: episode clotting
yang berulang (dua kali dalam sebulan atau lebih), kesulitan kanulasi fistula
(striktur/penyempitan pembuluh), adanya kesulitan pembekuan darah pada saat jarum
fistula dicabut dan adanya pembengkakan pada lengan yang ada AVF nya.
c) Thrombosis
Thrombosis dapat disebabkan karena faktor teknik pada pembedahan, episode
hipotensi,lesi anatomik karena kerusakan IV, penggunaan AVF yang prematur dan
kemampuan koagulasi darah yang berlebihan (hypercoagulation).
d) Ischemia/ “Steal syndrome”
Ischemia distal dapat terjadi kapan saja setelah AVF dibuat (dalam hitungan jam
atau bulan). Pada ischemia atau “steal syndrome” terjadi hipoksia (kehilangan oksigen) di
jaringan tangan. Pasien dengan diabetes, kelainan pembuluh, usia tua dan atherosklerosis
mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi ischemia. Pada ischemia manifestasi
klinis yang terjadi adalah:tangan teraba dingin, ada gangguan rasa seperti kesemutan atau

16
sampai dengan kehilangan gerak, sakit pada tangan, luka yang tidak sembuh-sembuh,
nekrose jaringan bahkan sampai dengan terjadi kerusakan syaraf. Kadang-kadang
ditemukan juga adanya udema di tangan, yang disebabkan karena tekanan aliranvena
yang tinggi ke tangan.
e) Aneurisma atau Pseudoaneurisma
Aneurisma dapat disebabkan karena adanya stenosis yang dapat meningkatkan
tekanan balik pembuluh darah sehingga terjadilah ketegangan dan kerapuhan dinding dari
pembuluh darah tersebut. Aneurisma dapat juga disebabkan atau diperburuk oleh karena
kanulasi pada area yang sama secara berulang-ulang. Pada aneurisma atau
pseudoaneurisma terjadi pembekuan darah yang tidak adekuat dan ekstravasasi darah
pada saat jarum fistula dicabut. Lesi yang lebih besar dapat dihindari dengan penempatan
jarum fistula jauh dari pembuluh darah yang aneurisma tersebut
f) Infeksi
Penyebab infeksi AVF yang sering ditemukan adalah karena Staphilococcus.
Episode terjadinya infeksi AVF sangat jarang ditemukan, namun demikian setiap pre atau
post HD sebaiknya dilakukan cek tanda-tanda terjadinya infeksi yaitu :
1) Adanya perubahan kulit disekitar AVF
2) Kemerahan
3) Teraba panas (kenaikan temperatur)
4) Pembengkakan
5) Ketegangan kulit dan sakit
6) Keluar cairan dari luka insisi atau tempat kanulasi
7) Keluhan pasien
8) Panas/ada kenaikan suhu badan
9) Letih dan lesu

b. ARTERIOVENOUS GRAF (AVG)

AVG adalah akses vaskuler permanen yang dibuat dengan cara menghubungkan
pembuluh darah arterial dan venous dengan menggunakan tambahan pembuluh
darah/tube sintetik yang ditanamkan/graf melalui pembedahan. Tube bisa terbuat dari
bahan sintetik politetrafluoroethylene atau biologik bovine graf (heterograf), autograf

17
atau homograf. AVG dibuat apabila AVF sudah tidak dimungkinkan lagi.Pemasangannya
lebih rumit sehingga kadang penderita memerlukan rawat inap satu atau dua malam untuk
memantau komplikasi sesudah pemasangan.
Berbeda degan AV fistula yang menggunakan pembuluh darah asli yang
memerlukan waktu untuk matang sekitar 2 sampai 3 bulan, alat ini hanya memerlukan
waktu 2 sampai 3 minggu sebelum dapat digunakan. Tetapi AV graft ini sering
mengalami kegagalan dalam bentuk trombus dan infeksi. Trombus sering terbentuk
didalam graft sehingga terjadi hambatan aliran darah kemesin HD. Diperlukan perawatan
yang lebih telaten untuk akses vaskular yang menggunakan graft.

18
1) Straight Graf (Lurus), dengan cara menghubungkan arteri radialis di
pergelangan tangan dengan Vena Basilika di kubiti

2) Loop atau Curve Graf (Lengkung), dengan cara menghubungkan arteri


brakhialis dengan vena brakhialis di bagian lengan atas atau arteri brakhialis dengan vena
aksilaris

Kelebihan dan Kekurangan AV Graf


Kelebihan
1) Terletak dibawah kulit
2) Area kanulasi lebih luas
3) Mudah untuk kanulasi
4) Waktu maturasi lebih pendek dibanding AVF, hanya 2 minggu

Kekurangan

1) Angka hospitalisasi meningkat


2) Berisiko mudah clotting
3) Angka infeksi lebih besar dari AVF
4) Keawetannya lebih rendah dibanding dengan AVF

Komplikasi AV Graf

a) Hematoma/Infiltrasi
Hematoma terjadi karena pecahnya pembuluh darah pada saat kanulasi atau post
kanulasi HD. Pada hematoma terjadi pembengkakan jaringan karena perdarahan, warna
kemerahan dikulit bahkan sampai dengan kebiru-biruan dan nyeri.
b) Stenosis
Stenosis dapat disebabkan karena aliran darah yang berputar-putar disatu
tempat/turbulence, terbentuknya formasi pseudoaneurysma, adanya luka/kerusakan
karena jarum fistula. Indikasi klinis adanya stenosis diantaranya adalah : episode clotting
yang berulang (dua kali dalam sebulan atau lebih), kesulitan kanulasi fistula
(striktur/penyempitan pembuluh), adanya kesulitan pembekuan darah pada saat jarum
fistula dicabut dan adanya pembengkakan pada lengan yang ada AVGrafnya

19
c) Thrombosis
Thrombosis dapat disebabkan karena faktor teknik pada pembedahan, episode
hipotensi, lesi anatomik karena kerusakan IV, penggunaan AVGraf yang prematur dan
kemampuan koagulasi darah yang berlebihan (hypercoagulation)
d) Ischemia / “Steal syndrome”
Ischemia distal dapat terjadi kapan saja setelah AVG dibuat (dalam hitungan jam
atau bulan). Pada ischemia atau “steal syndrome” terjadi hipoksia (kehilangan oksigen) di
jaringan tangan. Pasien dengan diabetes, kelainan pembuluh, usia tua dan atherosklerosis
mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi ischemia. Pada ischemia manifestasi
klinis yang terjadi adalah : tangan teraba dingin, ada gangguan rasa seperti kesemutan
atau sampai dengan kehilangan gerak, sakit pada tangan, luka yang tidak sembuh-
sembuh, nekrose jaringan bahkan sampai dengan terjadi kerusakan syaraf.
e) Aneurisma atau Pseudoaneurisma
Aneurisma dapat disebabkan karena adanya stenosis yang dapat meningkatkan
tekanan balik pembuluh darah sehingga terjadilah ketegangan dan kerapuhan dinding dari
pembuluh darah tersebut. Aneurisma dapat juga disebabkan atau diperburuk oleh karena
kanulasi pada area yang sama secara berulang-ulang. Pada aneurisma atau
pseudoaneurisma terjadi pembekuan darah yang tidak adekuat dan ekstravasasi darah
pada saat jarum fistula dicabut. Lesi yang lebih besar dapat dihindari dengan penempatan
jarum fistula jauh dari pembuluh darah yang aneurisma tersebut.
f) Infeksi
Penyebab infeksi AVG yang sering ditemukan adalah karena Staphilococcus.
Episode terjadinya infeksi AVG lebih besar dari AVF, namun demikian setiap pre atau
post HD sebaiknya dilakukan cek tanda-tanda terjadinya infeksi yaitu :
1) Adanya perubahan kulit disekitar AVGraf
a) Kemerahan
b) Teraba panas (kenaikan temperatur)
c) Pembengkakan
d) Ketegangan kulit dan sakit
e) Keluar cairan dari luka insisi atau tempat kanulasi

2) Keluhan pasien

20
a) Panas/ada kenaikan suhu badan
b) Letih dan lesu

c. Central Venous Catheter HD/CVC HD Tunneled Cuffed double lumen


Catheter.
Kateter ini lebih panjang, memiliki satu ujung dengan dua lumen dan memiliki
cuff. Kateter diinsersikan kedalam venous dengan exit site di tempat yang berbeda. Jadi
ada sebagian kateter yang ditanamkan dibawah kulit pasien yang disebut sebagai tunnel.
Tunnel ini dimaksudkan sebagai barier terhadap mikroba atau masuknya endotoksin
kedalam venous.

Kelebihan dan Kekurangan CVC HD Tunneled Cuffed double lumen Catheter.


Kelebihan :
a). Mudah dipasang/insersi

b). Dapat segera digunakan

c). Mengurangi rasa sakit, karena tidak ada kanulasi saat HD

d). Mudah dilepas jika pasien beralih dari HD

e). Menurunkan risiko tinggi gangguan jantung


21
Kekurangan :
a) Infeksi rate tinggi
b) Stenosis
c) Thrombosis
d) malfungsi kateter
e) Umur keawetan CVC pendek
f) Mudah terjadi clotting, karena aliran darah yang tidak adekuat

22
BAB III
KESIMPULAN

1. Pentingnya akses vaskuler yang baik dalam proses hemodialisis (Adekuasi Dialisis)
2. Pemilihan jenis akses vaskuler yang tepat untuk setiap kondisi pasien (akses tidak
permanen dan permanen)
3. Pentingnya memperhatikan SOP dalam melakukan tindakan akses vaskuler
4. Perhatikan komplikasi akses vaskuler akses ( koordinasi dokter penanggung jawab)

23
BAB 1V

REFERENSI

Ball Lynda (2006) Determining Maturity of New Arteriovenus Fistula.Nefrology Nursing


Journal

Ching Lin C. and Chang Yang W., 2009, Prognostic Factors Influencing The Patency of
Hemodialysis Vascular Access : Literature Review and Novel Therapeutic Modality by
For Infrared Therapy, Departement of Medicine Veteran General Hospital, Taipei,
Review Articel Elsevier

Indonesian Renal Registry, 2017. Indonesian Renal Registry 2016. Bandung

Indonesian Renal Registry, 2017. Indonesian Renal Registry 2017. Bandung

Lawrence P.F., 2008, vascular Acces for Hemodialysis in Adult in Handbook of Dialysis,
Fourd Edition, Saunders Elsevier, Pp 51-53

National Kidney Fondation-K/DOQI, 2006, Guidlines for Vascular Access

Sukandar, 2006. Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi Ilmiah (PII)
Bagian Ilmu Penyakit Dalam F.K.UNPAD/RSHS Bandung.

Work Group Vascular Acces, 2006, Clinical Practice Guidelines for Vascular Acces,
American Journal of Kidney Deseases. volume 48 suplemen 1. Pp S176-S247

White J.J., et al, 2008, Temporary Acces for Hemodialysis in Adult in Handbook of
Dialysis, Fourd Edition, Saunders Elsevier, Pp 47-50

24

Anda mungkin juga menyukai