Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A DENGAN PERITONITIS TB DI RUANG


RAWAT INAP E RS WAVA HUSADA KEPANJEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

Oleh:

Nama : Safera Rodatul Ula


NIM : 202110461011083

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN PERITONITIS TB DI RUANG RAWAT


INAP E RS WAVA HUSADA KEPANJEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR


KELOMPOK 19

Nama : Safera Rodatul Ula


NIM : 202110461011083

Tanggal Praktik :
13-15 September 2021

Malang, 15 September 2021


Pembimbing Lahan Pembimbing,

(..............................................) Ollyvia Freeska D.M, S.Kep., Ns., M.Sc


FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 13 September 2021 No. Register : 1211xxxx


Jam Pengkajian : 11.00 WIB Tgl. MRS : 13 September 2021
Ruang/Kelas : Rawat Inap E

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas
Penanggung Jawab
Nama : Ny. A Nama : Ny. Y
Umur : 30 Tahun Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :- Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pekerjaan : Tidak/Belum Bekerja Alamat : Selorejo-Blitar
Gol. Darah :- Hubungan dengan Klien :Orang tua (Ibu)
Alamat : Selorejo-Blitar

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Kedua kaki bengkak, px terlihat sesak

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Px mengatakan kaki bengkak dan nyeri saat di pegang dan berjalan.

III. DIAGNOSA MEDIS


Peritonitis TB

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Px datang dari rawat jalan dengan keluhan kaki bengkak dan nyeri di kedua kaki hilang
timbul

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Px mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada riwayat TB

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)

ADL Di Rumah Di Rumah Sakit


Pola pemenuhan kebutuhan Makan / Minum Makan / Minum
nutrisi dan cairan (Makan dan Jumlah : makan sehari 3x Jumlah :
Minum ) Jenis : Jenis :
- Nasi : putih - Nasi : putih
- Lauk : tahu, tempe, ikan - Lauk : perkedel
- Sayur : semua sayur suka - Sayur : sayur bening, sop
- Minum : 1 liter - Minum/Infus : air putih
Pantangan : tidak ada 500 ml/hari. Infus futrolit
Kesulitan Makan / Minum : Pantangan : tidak ada
Tidak ada Kesulitan Makan / Minum :
Usaha Mengatasi kesulitan : - Tidak ada
Usaha Mengatasi kesulitan : -
Pola Eliminasi BAK : BAK :
BAK : Jumlah, Warna, Bau, - Kira-kira 750 cc/hari - Kira-kira 400 cc/hari
Masalah, Cara Mengatasi. - Warna kuning - Warna kuning

BAB : Jumlah, Warna, Bau, BAB : BAB :


Konsistensi, Masalah, Cara - 1x sehari - Px mengatakan selama
Mengatasi. - Warna (tidak melihat) masuk RS belum BAB
- Tidak bau
- Padat
- Tidak ada masalah
Pola Istirahat Tidur - Tidur mulai jam 22.00- - Selama di RS px bisa tidur
- Jumlah/Waktu 04.00 WIB dengan nyenyak
- Gangguan Tidur - Px terkadang terbangun di
- Upaya Mengatasi malam hari
gangguan tidur
- Apakah mudah terbanguan
- Jika terbangun berapa
menit bisa tertidur lagi
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
- Hal-hal yang
mempermudah bangun
-
Pola Kebersihan Diri (PH) - Pasien biasanya mandi 2x - Selama di RS pasien
- Frekuensi mandi sehari terkadang di seka oleh
- Frekuensi Mencuci rambut - Mencuci rambut 2x suaminya
- Frekuensi Gosok gigi seminggu - Tidak pernah mencuci
- Keadaan kuku - Menggosok gigi 2x / hari rambut
- Melakukan mandiri/ (setiap mandi) - Menggosok gigi 2x
dibantu - Keadaan kuku bersih - Kuku bersih
- Melakukan secara mandiri
Aktivitas Lain - Berkumpul bersama - Hanya terbaring di tempat
Aktivitas apa yang dilakukan keluarga tidur
klien untuk mengisi waktu - Terkadang berbincang
luang ? dengan keluarga yang
menungguinya

2. Riwayat Psikologi
Sikap pasien kooperatif, tidak ada disorientasi, kognitif mudah memahami

3. Riwayat Sosial
Px tinggal di daerah pedesaan, tinggal bersama keluarga, biasanya berbincang-bincang
dengan tetangga maupun teman-temannya

1. Riwayat Spiritual
Px beragama islam, pasien menerima keadaan saat ini. Harapan pasien terhadap perawatan
dan pengobatan yaitu kaki bengkak berkurang, cepat sembuh dapat pelayanan terbaik.

VI. KONSEP DIRI


A. Gambaran diri : px mengatakan menyukai setiap anggota tubuhnya
B. Identitas diri : px mengatakan bersyukur terlahir sebagai perempuan
C. Peran : di dalam rumah tangga pasien menjadi ibu rumah tangga
D. Ideal diri : pasien mengatakan ingin segera kembali sehat
E. Harga diri : pasien menerima keadaan sakit saat ini, mau melakukan pengobatan
sebagaimana mestinya

VII.PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 13/09/2021)


A. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien cukup, kesadaran compos mentis. GCS (E:4 V:5 M:6)
B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN


Tidak terkaji TD = 120/70 mmHg
Nadi / HR = 150 x / menit
Suhu = 38,5 oC
SPO2 = 98 %
RR = 20x / menit

3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+), Kelopak mata/palpebra oedem (-), ptosis/dalam
kondisi tidak sadar mata tetap membuka (-), peradangan (-), luka(-), benjolan (-), Bulu mata
tidak rontok, Konjunctiva dan sclera perubahan warna (anemis), Warna iris (coklat), Reaksi
pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil (isokor), Ikterik (+)
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada
pembengkokan). Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-),
pembesaran / polip (-), tidak menggunakan Oksigen
c. Mulut
Bibir : tidak simetris, ujung bibir sebelah kanan tidak bisa digerakkan, warna bibir cokelat
kehitaman, lesi (-), Bibir pecah (-), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries (-), Kotoran (-), Gigi
palsu (-), Gingivitis (-), Warna lidah merah muda, Perdarahan (-) dan abses (-).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut (tidak tercium), Benda asing : (-)
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk simetris, Ukuran normal, Warna kuning kecoklatan, lesi
(-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-).
e. Keluhan lain: -

1. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher


a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (Brakhiocephalus/ bulat), kesimetrisan (-). Hidrochepalus (-), Luka
(-), darah (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), fontanella / pada bayi (tidak)
b. Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna (-),
massa (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), posisi trakea
(simetris), pembesaran Vena jugularis (-)
c. Keluhan lain: -

2. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest)
- Susunan ruas tulang belakang (normal),
- Bentuk dada (simetris),
- keadaan kulit (kering)
- Retrasksi otot bantu pernafasan : -
- Pola nafas : (Eupnea/normal)
- Amati : cianosis (-), batuk (-).
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama).
PERKUSI
Area paru : (sonor)
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : (bersih)
Keluhan lain terkait dengan paru: -

b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis (-)
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : (Kuat)
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal, ( keras ), ( reguler )
Keluhan lain terkait dengan jantung : -

3. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (datar ), Massa/Benjolan (- ), Kesimetrisan (+),
Bayangan pembuluh darah vena (-), Asites (+)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 11 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit)

PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan : Nyeri tekan ( - ), perabaan (tidak teraba)
Palpasi Ginjal : nyeri tekan (- ), perabaan (ginjal tidak teraba).
PERKUSI
Hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : -

4. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal


a. Genetalia Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi (-), eritema (-), keputihan (-), peradangan (-).
Keluhan lain : tidak ada

8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Tidak ada lesi pada kulit punggung, Tidak terdapat kelainan bentuk tulang belakang, Tidak
terdapat deformitas pada tulang belakang, tidak terdapat fraktur, tidak ada nyeri tekan.
Keluhan lain: -

2. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), fraktur (-)

b.Palpasi
Oedem : - - Lakukan uji kekuatan otot : 5 5
+ +
5 5

c.Keluhan lain: -

3. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan


Uji ketajaman pendengaran : pasien mampu berkomunikasi dengan baik
Uji Ketajaman Penciuman : pasien masih mampu mencium bau-bauan
Pemeriksaan tenggorokan: tidak ada nyeri telan
Keluhan lain: -

5. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan


o Tanpa Snelen Cart : Ketajaman Penglihatan ( Baik )
o Pemeriksaan lapang pandang : Normal
o Keluhan lain: -

12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis


a.Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata = 4
Menilai respon Verbal = 5
Menilai respon motorik = 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos Mentis )
b.Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual (–), muntah (-) kejang (-)
penurunan tingkat kesadaran ( -)
c.Memeriksa nervus cranialis
Nervus I - Olfaktorius (pembau) = px masih bisa mengenali bau-bauan
Nervus II - Opticus (penglihatan) = px masih bisa melihat dengan jelas
Nervus III – Ocumulatorius = saat di tes putaran bola mata px bisa mengikuti
Nervus IV- Throclearis = saat diminta menggerakkan mata ke atas ke bawah px bisa
mengikuti
Nervus V – Thrigeminus = saat px diminta menggerakkan rahang, px mengalami kesulitan
Nervus VI-Abdusen = saat diminta menggerakkan mata ke kanan ke atas px bisa
mengikuti
Nervus VII – Facialis (ekspresi wajah) = px mampu senyum
Nervus VIII- Auditorius = px mampu mendengarkan suara sekitar
Nervus IX- Glosopharingeal = px masih bisa merasakan rasa buah manis
Nervus X – Vagus = px mampu menelan
Nervus XI- Accessorius = px mampu menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri
Nervus XII- Hypoglosal = px mampu menjulurkan lidah
d.Memeriksa fungsi motorik
Px mampu menggerakkan kaki kanan dan kiri serta tangan kanan dan kiri
e.Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : pasien masih bisa merasakan sentuhan yang dilakukan
menggunakan jari
f.Keluhan lain yang terkait dengan Neurologis : -

4. Pemeriksaan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit
Inspeksi : Adakah lesi (- ), Jaringan parut ( - ), Warna kulit sawo matang, cyanotik (-)
Palpasi : Tekstur (halus), Turgor/Kelenturan (baik), Struktur (tegang), Lemak subcutan
(tebal), nyeri tekan (+ ) pada daerah kaki kanan dan kiri.
b.Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata), tidak berbau, rontok (-), warna hitam
c.Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna putih, kuku bersih, CRT kembali dalam <2 detik
d.Keluhan lain: -

14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik


(tanggal 09/Sep/2021)
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
. Pemeriksaan
Hematologi (Jenis Spesimen : Darah)
1. Hemoglobin 9,9 11.4 – 15.1 gr/dl
2. Eritrosit - 4.000.000 – uL
5.000.000
3. Hematokrit 30,70 37 – 47 %
4. MCV - 80,0-93,0 fL
5. MCH - 27,0-31,0 Pg
6. MCHC - 32,0-36,0 uL
7. Leukosit 5800 4.700-11.300 uL
8. Hitung Eosinofil - 0-4 %
9. Hitung Basofil - 0-1 %
10. Hitung Neutrofil - 51-67 %
11. Hitung Limfosit - 25-33 %
12. Hitung Monosit - 2-5 %
13. GDS - < 200 mg/dL
14. AST (SGOT) 523 0-32
15. ALT (SGPT) 479 0-33
16. Ureum 25,80 10-50 mg/dL
17. Creatinin 1,04 < 1.40 mg/dL
18. Bilirubin Total 8,34 <1,00
19. Bilirubin Direk 6,36 <0,3
20. Bilirubin Indirek 1,98 <0,70
IMUNOSEROLOGI (Jenis Spesimen : Darah)
21. SARS-Cov19 Swab Antigen Negatif
Gula Darah Sewaktu : 163,80 mg/dL (N : < 140 mg/dL)
Urine :
Protein (+2) / Positif (N : Negatif)
Bakteri (++)
Lemak darah
Trigliserida : 360,60 mg/dL (N : <200,00)
Typoid (+) positif
VII. TINDAKAN DAN TERAPI
O2 Nasal Kanul 4-6 lpm
Infus futrolit 12 tpm
IV Paracetamol
p.o Curcuma 1x2 tab
Albumin 3x2 caps

VIII. PEMERIKSAAN RADIOLOGI


USG Abdomen (14/09/2021)
Hepar : Membesar, tepi regular, sudut tajam. Intensitas echoparenchym meningkat homogen
dengan atenuasi posterior. Sistem vaskuler/bilier/porta tak tampak kelainan. Tak tampak
nodul kista/abses
Gall Bladder : Tak melebar, dinding tak menebal. Tak tampak batu/sluge/mass. CBD tak
dilatasi
Pancreas/Lien : ukuran dalam batas normal. Intensitas echoparenchym baik. Tak tampak
nodul/kalsifikasi.
Ren dextra dan sinistra : ukuran dan bentuk dalam batas normal. Intensitas echo cortex tak
meningkat.
Batas cortex-medula baik. Sistema pelviocalyceal tak dilatasi. Tak tampak batu/kista/nodul
Vesica urinaria : Dinding tak menebal. Tak tampak batu/mass
Uterus tak tampak kelainan
Adnexa sinistra tampak kista ukuran 19 mm
Tampak echo cairan bebas introperitoneal
Kesimpulan : - Ascites causa tak jelas, kesan peritonitis TB
- Fatty liver grade 2-3

ANALISA DATA PASIEN Ny. S


DATA MASALAH DIAGNOSA
PENYEBAB
(Tanda mayor & minor) KEPERAWATAN KEPERAWATAN
DS : Efek agen Hipervolemia Hipervolemia b.d
- Px mengeluh kaki bengkak, farmokologis (D.0022) efek agen
- Px merasa sesak farmakologis d.d
DO : dispnea, edema
- Edema pada kaki perifer,
- Hepar membesar (hepatomegali) Hepatomegali, kadar
- Hb : 9,9 gr/µL (menurun) Hb/Ht turun.
- Ht : 30,70% (menurun)
DS : Agen pencedera Nyeri akut Nyeri akut b.d Agen
- Px mengatakan nyeri saat kaki nya fisiologis (edema (D.0077) pencedera fisiologis
di pegang perifer) d.d px mengeluh
DO : nyeri, frekuensi nadi
- P : kaki bengkak nyeri saat di meningkat, tampak
sentuh meringis.
- Q : tajam
- R : nyeri tidak menjalar, hanya
terasa pada kedua kaki
- S : skala 3
- T : saat di sentuh, saat berjalan
terasa nyeri.
- Nadi : 150x/menit
- Px tampak meringis ketika kaki
nya disentuh

DS : Proses penyakit Hipertermia Hipertermia b.d


- (D.0130) Proses penyakit d.d
DO : suhu tubuh diatas
- Suhu 38,5 nilai normal,
- Nadi 150x/menit takikardi, kulit terasa
- Kulit terasa hangat hangat

Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:


1. Hipervolemia b.d efek agen farmakologis d.d dispnea, edema perifer, hepatomegali, kadar
Hb/Ht turun.
2. Hipertermia b.d Proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal, takikardi, kulit terasa
hangat
3. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d px mengeluh nyeri, frekuensi nadi meningkat,
tampak meringis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A
Diagnosa Hari/ Hari/
No LUARAN INTERVENSI Implementasi Evaluasi Ttd
Keperawatan Tgl Tgl
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia 13/9/ 1. Mengidentifikasi tanda 14/9/ S = px mengatakan masih
b.d efek agen intervensi selama 1x24 (I. 03114) 2021 gejala hipervolemia 2021 sesak dan kaki masih
farmakologis jam, maka diharapkan Observasi : 2. Memonitor intake dan bengkak
d.d dispnea, Keseimbangan Cairan 1. Periksa tanda dan gejala output cairan,
O=
edema perifer, Meningkat ( L.03020) hipervolemia 3. Memonitor tanda
hepatomegali, dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab hemokonsentrasi No Indikator
kadar Hb/Ht hipervolemia (BUN, hematokrit, 1. Output urin
turun. No Indikator 3. Montor intake dan output hemoglobin, berat jenis sedang
1. Output urin cairan urin) 2. Asites sedang
meningkat 4. Monitor tanda 4. Membatasi asupan 3. Frekuensi nadi
2. Asites hemokonsentrasi (BUN, cairan dan garam nadi cukup
menurun hematokrit, hemoglobin, 5. Memposisikan kepala membaik
3. Frekuensi nadi berat jenis urin) pasien 30-40º 4. Edema perifer
membaik 5. Monitor kecepatan infis 6. Berkolaborasi sedang
secara ketat pemberian diuretik 5. Dispnea sedang
Status Cairan Terapeutik : 6. Hemoglobin
Membaik 1. Batasi asupan cairan dan cukup membaik
garam 7. Hematokrit
No Indikator 2. Tinggikan kepala 30-40º cukup membaik
1. Edema perifer Edukasi :
menurun 1. Kolaborasi pemberian A = masalah belum teratasi
2. Dispnea diuretik P=
menurun 1. Memonitor intake dan
3. Hemoglobin output cairan
membaik 2. Membatasi asupan cairan
4. Hematokrit dan garam
membaik 3. Berkolaborasi
melanjutkan pemberian
duretik

2. Hipertermia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia 13/9/ 1. Memonitor suhu tubuh 14/9/ S = px mengatakan demam
Proses penyakit intervensi selama 4 (I.15506) 2021 2. Menyediakan 2021 naik turun
d.d suhu tubuh jam, maka diharapkan Observasi lingkungan yang O=
diatas nilai Termoregulasi 1. Identifikasi penyebab dingin No Indikator
normal, Meningkat (L.14134) hipertermia 3. Memberikan asupan 1. Takikardi cukup
takikardi, kulit dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh cairan oral menurun
terasa hangat 2. Suhu tubuh
Terapeutik 4. Menganjurkan tirah
cukup membaik
No Indikator 1. Sediakan lingkungan yang baring
3. Suhu kulit
1. Takikardi dingin 5. Berkolaborasi cukup membaik
cukup 2. Berikan asupan cairan pemberian cairan dan
menurun oral elektrolit intravena
2. Suhu tubuh A = masalah teratasi
Edukasi sebagian
cukup
membaik 1. Anjurkan tirah baring P=
3. Suhu kulit Kolaborasi 1. Memonitor suhu tubuh
cukup 1. Kolaborasi 2. Memberikan asupan
membaik pemberian carian dan cairan oral
elektrolit intravena
3. Berkolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena

3 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238) 13/9/ 1. Mengidentifikasi 14/9/ S = px mengatakan nyeri
Agen pencedera intervensi selama 7 Observasi 2021 lokasi karakteristik, 2021 sedikit berkurang
fisiologis d.d px jam, maka diharapkan 1. Identifikasi lokasi durasi, frekuensi, O=
mengeluh nyeri,
Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, kualitas, intensitas No Indikator
frekuensi nadi
Menurun (L.08066) frekuensi, kualitas, nyeri 1. Keluhan nyeri
meningkat,
tampak dengan kriteria hasil : intensitas nyeri 2. Mengidentifikasi skala cukup menurun
meringis. 2. Identifikasi skala nyeri nyeri 2. Frekuensi nadi
No Indikator Terapeutik 3. Memberikan teknik cukup membaik
1. Keluhan nyeri 1. Berikan teknik nonfarmakologis 3. Meringis cukup
menurun menurun
nonfarmakologis untuk untuk mengurangi
mengurangi nyeri nyeri (teknik relaksasi
2. Frekuensi nadi A = masalah teratasi
2. Fasilitasi istirahat dan nafas dalam)
membaik sebagian
tidur 4. Mengajarkan teknik
3. Meringis P=
Edukasi nonfarmakologis
menurun 1. Memfasilitasi istirahat
1. Jelaskan penyebab, untuk mengurangi rasa
dan tidur
periode, dan pemicu nyeri 2. Berkolaborasi
nyeri 5. Memfasilitasi istirahat
2. Jelaskan strategi dan tidur melanjutkan
meredakan nyeri 6. Berkolaborasi pemberian analgesik
3. Ajarkan teknik pemberian analgesik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Peritonitis TB (Tuberculosis Peritoneal)
Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral
yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis, dan terlihat penyakit ini
mengenai seluruh peritoneum, alat-alat system gastrointestinal, mesenterium dan organ
genitalia interna. Penyakit ini jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan dari
proses tuberkulosa di tempat lain terutama dari tuberculosis paru, namun sering ditemukan
ketika didagnosa bahwa proses tuberkulosa paru sudah tidak ada lagi. Hal ini bisa terjadi
karena proses tuberkulosa di paru mungkin sudah sembuh terlebih dahulu sedangkan
penyebaran masih berlangsung di tempat lain

B. Epidemiolog
Tubercolusis peritoneal lebih sering dijumpai pada wanita di banding pria dengan
perbandingan 1,5 : 1 dan lebih sering pada decade 3 dan 4. Tuberculosis peritoneal dijumpai
2% dari seluruh tuberculosis paru dan 59,8% dari tuberculosis abdominal. Di Negara yang
sedang berkembang, tuberculosis peritoneal masih sering dijumpai terutama di Indonesia,
sedangkan di Amerika Serikat dan Negara Barat lainnya walaupun sudah jarang ada
kecenderungan meningkat dengan meningkatnya jumlah penderita AIDS dan imigran.
Karena perjalanan penyakit berjalan perlahan-lahan dengan gejala yang tidak jelas maka
diagnosa sering sulit ditegakan, atau lambat terdiagnosa. Tidak jarang penyakit ini memiliki
gejala yang nyaris sama seperti penyakit lain, seperti sirosis hepatic atau neoplasma dengan
gejala asites yang tidak terlalu menonjol

C. Etiologi
Penyebab dari Peritonitis Tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Pada
umumnya peritonitis merupakan keadaan akibat adanya proses tuberculosis di tempat lain,
terutama paru-paru. Namun demikian, sering juga dilaporkan bahwa sewaktu diagnosis
peritonitis tuberculosis ditegakkan ternyata proses tuberculosis di paru sudah menyembuh
atau tidak ada lagi. Hal ini mungkin terjadi oleh karena proses tuberculosis di paru dapat
menyembuh dengan sendirinya walaupun sebenarnya di tempat lain masih terdapat
penyebaran.
Pada kebanyakan kasus peritonitis tuberculosis, penyebarannya tidak secara langsung
berlanjut (kontinu) dari alat sekitarnya, tetapi lebih sering disebabkan karena reaktivitas
proses laten yang terdapat di peritoneum yang diperoleh sewaktu terjadi penyebaran
hematogen dari proses primer terdahulu. Oleh karena itu pulalah banyak kasus peritonitis
tuberculosis tanpa diketahui ada kelainan di paru-paru.

Sebaliknya juga bisa terjadi peritonitis tuberculosis pada kejadian penyebaran


hematogen atau proses tuberculosis primer.

Pada sebagian kecil selain terjadi melalui penyebaran hematogen dapat juga melalui
penyebaran langsung tuberculosis usus, tuberculosis alat genitalia interna atau akibat
pecahnya kelenjar limfe mesentrium yang mengalami perkejuan.

D. Gejala klinis
Gejala klinis dapat diketahui dari anamnesa umumnya bervariasi keluhan dan gejala
timbul perlahan-lahan sampai berbulan-bulan, sehingga penderita tidak menyadari keadaan
ini. Lama keluhan biasanya berkisar 2 minggu sampai dengan 2 tahun rata-rata 16
minggu.Keluhan terjadi secara 9 perlahan-lahan sampai berbulan-bulan disertai nyeri perut
hebat yang bersifat lokal maupun umum, pembengkakan perut, disusul tidak nafsu
makan,berat badan menurun, batuk dan demam.Pada fase yang lebih lanjut sakit perut lebih
terasa dan timbul manifestasi seperti sub obstruksi.

Pada pemeriksaan fisik gejala yang sering dijumpai adalah : asites, demam, distensi
abdomen, pucat dan kelelahan. Tergantung lamanya keluhan, keadaan umum pasien biasa
masih cukup baik, sampai keadaan yang kurus dan kahektik. Pada perempuan tuberculosis
peritoneal disertai oleh proses Tuberkulosis pada ovarium atau tuba, sehingga pada
pemeriksaan alat genitalia biasa ditemukan tanda-tanda peradangan yang sukar dibedakan
dari kista ovarii. suspect intra abdominal sangat dibutuhkan untuk melakukan intervensi
gawat darurat dan untuk penggunaan teknik diagnostik. Keadaan umum pasien bisa masih
cukup baik sampai keadaan chachecia, pada wanita sering dijumpai tuberculosis peritoneum
disertai oleh proses tuberculosis pada ovarium atau tuba, sehingga pada alat-alat genital
dijumpai tanda-tanda peradangan. Fenomena papan catur yang khas pada peritonitis
tuberculosis cukup jarang ditemui.
Gambaran klinisnya tergantung pada luas peritonitis, berat peritonitis dan jenis
organisme yang bertanggung jawab. Peritonitis dapat lokal, menyebar, atau umum.
Gambaran klinis yang biasa terjadi pada peritonitis bakterial primer yaitu adanya nyeri
abdomen, demam, nyeri lepas tekan dan bising usus yang menurun atau menghilang. Selain
nyeri, pasien biasanya menunjukkan gejala dan tanda lain yaitu nausea, vomitus, syok
(hipovolemik, septik, dan neurogenik), demam, distensi abdominal, nyeri tekan abdomen
dan rigiditas yang lokal, difus atau umum, dan secara klasik bising usus melemah atau
menghilang. Peritonitis bakterial kronik (tuberculous) memberikan gambaran klinis adanya
keringat malam, kelemahan, penurunan berat badan, dan distensi abdominal.

E. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto Polos
Foto polos thorax dapat menunjukkan bukti TB paru aktif atau sembuh pada
beberapa pasien. Gambaran foto thorax abnormal (sugestif TB) memiliki nilai
sensitivitas diagnostik peritonitis TB sebesar 38%. Namun, walaupun penemuan lesi
TB pada foto thorax mendukung diagnosis peritonitis TB, gambaran foto thorax
normal tidak membatalkan diagnosis. Nodul-nodul TB dapat menyebar di
peritoneum dan omentum, menyebabkan abses, perlengketan, obstruksi intestinalis,
dan ascites. Karena itu, fitur yang muncul dalam foto polos abdomen bervariasi dan
seringkali tidak khas.
2. USG
Pada peritonitis tuberkulosis dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilihat
adanya 1. cairan dalam rongga peritoneum yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk
kantong-kantong) dalam rongga abdomen, 2. pembesaran kelenjar limfe di
retroperitoneal 3. adanya penebalan mesenterium 4. nodul peritoneum 5. abses hepar
dan lien 6. perlengketan lumen usus Pemeriksaan USG juga bisa digunakan sebagai
alat bantu biopsi untuk menegakkan diagnosa peritonitis tuberkulosa.
3. CT Scan
Gambaran CT scan yang dapat terlihat pada peritonitis tuberkulosis, berupa :
 Penebalan noduler atau simetris dari peritoneum dan mesenterikum
 Enhancement abndormal dari peritoneal atau mesenterikum
 Ascites
 Pembesaran hipodens dari nodus limfatikus: limfadenopati dengan atenuasi rendah
17 Sebagai tambahan, dapat terlihat gambaran yang lebih spesifik dengan karateristik
sebagai berikut :
 wet type: ascites dengan atenuasi yang tinggi eksudat (20-45 HU), yang bisa
bermanifestasi secara bebas atau pun terlokalisir; ascites dengan atenuasi yang tinggi
dapat terjadi karena kandungan protein dan seluler yang tinggi
 dry type: menyebabkan limfadenopati mesenterikum dan adesi fibrosis; penebalan
omentum yang diibaratkan ‘cake-like’ omentum
 fibrotic type: massa pada omentum yang menyerupai cake dengan usus yang
menetap; usus yang tak beraturan dan mesenterikum dengan ascites terlokalisir
Keterlibatan omentum mungkin berupa ‘cake-like’, noduler, atau berantakan,
tetapi semua manifestasi atau gambaran mirip dengan karsinoma peritoneum, yang
mana menjadi diagbnosis banding utama dari penyakit ini.
Ketika saluran pencernaan terlibat dalam penebalan dinding, regio ileocaecal
merupakan regio yang paling sering terlibat dan dapat menyebabkan konjungsi
dengan melibatkan peritoneum.
CT scan dan USG dapat digunakan untuk memandu aspirasi jarum halus cairan
ascites atau biopsi spesimen. Fitur CT scan bila digabungkan (makronodul
mesenterika, penebalan peritoneum, massa nodus limfatikus dengan bagian tengah
hipodens, lesi splenikus, dan kalsifikasi) dapat membedakan peritonitis TB dengan
karsinomatosis peritoneum
F. Terapi
Pengobatan TB peritoneal terutama medikamentosa. Regimen antituberkulosis yang
digunakan identik dengan TB paru. Peran kortikosteroid kontroversial, dan data empiris
kurang. Keterlambatan dalam inisiasi terapi medis dapat menyebabkan morbiditas yang
signifikan dan bahkan kematian. Intervensi bedah disediakan untuk komplikasi yang
timbul dari perlengketan dan inflamasi, termasuk perforasi usus, penyumbatan, fistula,
abses, dan perdarahan usus.
G. Pathway

Anda mungkin juga menyukai