Anda di halaman 1dari 18

INSTRUMENT ASSESMENT CORRECTIONAL SETTING / TATANAN LEMBAGA

PERMASYARAKATAN

KELOMPOK 2 :

1. Nabila Surya Afifa 12. Sisi Puji Astutik


2. Wahyu Tri Fibrianingrum 13. Riska Apri Jayanti
3. Tiara Sekar Sari 14. Okky Wijaya Kusuma
4. Dinar Maulana 15. Revin Raga Hernandini
5. Muhammad Fuad Bawazhir 16. Astiani Nur Kharisma Wati
6. Shefira Liana Dewi 17. Vivi Alfiani
7. Dias Patria Sari 18. Iin Afriyanti Sholekah
8. Dian Wahyuni 19. Aprilia Rusdianawati
9. Arlia Rimadia 20. Diah Nur Syafitri
10. Nur Endah Wulansari 21. Sari Widyawati
11. Rizka Agnes Kurniasari 22. Chyntia Yamlean

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
trlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah keperawatan komunitas denga judul
“Instrument Assesment Correctional Setting/Tatanan Lembaga Permasyarakatan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
bayak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

13 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1


A. Latar Belakang ...........................................................................1
B. Tujuan ...........................................................................2

BAB II TINJUAN PUSTAKA ...........................................................................3


A. Definisi ...........................................................................3
B. Area Correctional Setting ...........................................................................3
C. Masalah Kesehatan Correctional Setting...........................................................4
D. Asuhan Keperawatan Correctional Setting........................................................6

BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................10


A. Instrument Assesment Correctional Setting......................................................10

BAB IV PENUTUP ...........................................................................15


A. Kesimpulan ...........................................................................15
B. Saran ...........................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lembaga pemasyarakatan merupakan tempat untuk melaksanakan pembinaan
terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan
keputusan pengadilan. Para penghuninya hidup dengan aturan-aturan yang ditetapan
oleh lembaga, tetapi karakter dari penghuni-penghuni lain berpengaruh besar pada
kehidupan mereka selama di LP. Mereka hidup terpisah dari masyarakat dan yang
unik adalah penghuninya sama-sama mempunyai latar belakang masalah yang
mengharuskan mereka mendapatkan hukuman dan pada umumnya akan diberi label
yang tidak baik dalam masyarakat. Penghuni LP kebanyakan adalah laki-laki, tetapi
jumlah wanita dan remaja juga ikut berpengaruh pada populasi keseluruhan.
Umumnya para narapidana menjalani hukuman karena suatu tindakan yang
melanggar hukum seperti pembunuhan, pencurian, penipuan, pemerkosaan,
penggunaan obat-obat terlarang, dll. Dalam makalah ini, yang disoroti adalah tentang
pembinaan pada narapidana dengan kasus narkoba karena para narapidana narkoba
kondisinya sangat berbeda yaitu mempunyai karakter dan perilaku yang berbeda
akibat penggunaan narkoba yang telah dikonsumsinya. Diantaranya adalah kurangnya
tingkat kesadaran akibat rendahnya kamampuan penyerapan, keterpurukan kesehatan
dan sifat overreaktif dan overproduktif. Dengan kondisi demikian, maka perlu
penanganan khusus pada narapidana narkoba dibandingkan dengan narapidana yang
lain.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil
dalam memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk “Correctional Setting”.
Perawat memberikan pelayanan secara menyeluruh. Maka perawat menerapkan
praktik correctional setting karena di lapas tenaga medis dan tenaga pembina khusus
narapidana narkoba belum tersedia dan narapidana narkoba dicampur menjadi satu sel
dengan narapidan kasus lain.

1
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari correctional setting
2. Mahasiswa mampu menjelaskan area dari correctional setting
3. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah kesehatan yang ada di correctional
setting
4. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada correctional setting

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Correctional setting adalah pelayanan kesehatan pada suatu komunitas yang


terisolasi, tertutup dari masyarakat, yang mempunyai aturan dan kehidupan dengan
karakteristik yang dibentuk oleh penghuninya dan perawat harus menseting
lingkungan tersebut agar pelayanan kesehatan dapat terpenuhi.

Correctional setting merupakan praktik keperawatan yang relatif baru bagi


keperawatan komunitas. Praktik ini menawarkan posisi yang menantang bagi perawat
kesehatan komunitas untuk memperluas batas praktek keperawatan.

Correctional health setting merupakan suatu cabang profesi keperawatan yang


memberikan pelayanan keperawatan kepada klien di fasilitas correctional (Moritz,
1982; ANA, 1995 dalam Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2003)

B. Area Correctional Setting


Correctional setting dibagi dalam 3 type fasilitas:
1. Prisons, yaitu fasilitas federal atau negara bagian yang memberikan hukuman
lebih dari 1 tahun bagi para narapidana dan biasanya dengan kasus kriminal.
2. Jails, yaitu fasilitas untuk wilayah lokal untuk menahan para detaines dan imates.
Detaines atau tahanan yaitu orang yang belum diputuskan bersalah dan belum ada
jaminan atau karena belum ada jaminan bagi mereka.
3. Juvenille detention facillities, yaitu tempat untuk anak-anak dan remaja yang
dihukum karena masalah criminal dan menjalani masa percobaan tetapi tidak
dapat dibebaskan tanpa ada tanggungjawab dari orang dewasa.

Pelayanan kesehatan correctional setting perlu sekali dilakukan karena beberapa


alasan:

1. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara adil dan optimal dan
melarang kekejaman serta hukuman yang tidak wajar bagi para tahanan untuk
mencegah terjadinya cedera atau penyakit.
2. Para penghuni hidup dalam kemiskinan atau kekurangan, berpendidikan rendah
dan gaya hidup yang tidak sehat seperti penyalahgunaan obat. Karena banyak

3
penghuni yang tidak mampu membayar pelayanan kesehatan diluar maka biaya
akan ditanggung oleh lembaga tersebut.
3. Untuk mencegah penularan penyakit dari lembaga pemasyarakatan ke komunitas,
atau para antar penghuni.

C. Masalah Kesehatan dalam Correctional Setting


a. Kesehatan mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.00 tahanan dilembaga
pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang sering dijumpai
adalah skozofrenia, bipolar affective disorder dan personallity disorder. Karena
banyak yang mengalami gangguan kesehatan jiwa maka pemerintah harus
menyediakan pelayanan kesehatan mental.
b. Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakit
menular seperti HIV, Hepatitis, dan Tuberculosis.
1. HIV
Angka kejadian HI dianara parra narapidana diperkirakan 6 kali lebih tinggi
daripada populasi umum. Tingggiinya angka infeksi HIV ini berkaitan dengan
perilaku yang beresiko tinggi seperti penggunaan obat-obatan, seksual
intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato. Pendekatan yang dilakuukan
untuk menekan angka kejadian yaitu dengan dilakukannya penegaan dan
program pendidikan kesehatan mengenai HIV dan AIDS.
2. Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi daripada populasi umum walaupun
data yang ada belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obat
lewat suntikan, tato, imigran dari daerah dengan insiden hepatitis B dan C
tinggi. National Commision On Correction Health Care (NCCHC)
menyarankan agar dilakukan skrinning pada semua tahanan dan jika di
indikasikan pendidikan bagi semua staff dan tahanan mengenai cara
penyebaran, pencegahan, pengobatan, dan kemajuan penyakit.
3. Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum. Hal ini terkait
dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang mempengaruhi
penyebaran penyakit. Pada tahun 1996, lembaga yang menangani tuberkulosis

4
yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan pengontrolan TB dilembaga
masyarakat yaitu :
a. Diadakannya skrinning TB bagi semua staf dan tahanan
b. Diadakan pencegahan transmisi penyakit dan diberikan pengobatan yang
sesuai
c. Monitoring dan evaluasi skrinning

Populasi yang memiliki masalah kesehatan pada lembaga pemasyarakatan yang unik,
yaitu :

1. Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih kompleks misalnya tahanan wanita
yang dalam keadaan hamil, meningggalkan anak dalam pengasuhan oranglain
(terpisah dari anak), korban penganiayaan dan kekerasan sosial, penyalahgunaan
obat terlarang. Tetapi pelayanan kesehatan yang sela ini diberikan belum cukup
maksimal untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti pemeriksaan ginekologi
untuk wanita hamil dan korban kekerasan seksual. NCCHC menawarkan
ketentuan-ketentuan berikut untuk pemenuhan pelayanan kesehatan :
a. LP memberikan pelayanan lengkap secara rutin termasuk pemeriksaan
ginekologi secara komprehensif
b. Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan reproduksi, korban dari
penipuan, konseling berkaitan dengan peran sebagai orangtua dan pemakaian
obat-obatan dan alkohol.
2. Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat mereka harus
ikut dihukum dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan menghalangi
penemuan kebutuhan untuk berkembang seperti perkembangan fisik, emosi dan
nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja ini akan mempunyai masalah-masalah
kesehatan seperti kekerasan seksual, penyerangan oleh tahanan lain atau tindakan
bunuh diri. Disini perawat harus memantau tingkat perkembangan dan
pengalaman mereka perlu waspada bahwa pada usia ini paling rentan terkena
masalah kesehatan.

5
D. Asuhan Keperawatan dalam Correctional Setting
a. Pengkajian
1. Pengkajian Sosial
a) Umur
Saat ini semakin banyak orang yang tinggal dalam panti rehabilitasi
baik anak muda maupun dewasa. Sebagian besar pelanggaran yang
dilakukan oleh remaja berhubungan dengan kekerasan dan
penyalahgunaan obat. Semakin banyak anak muda yang masuk penjara
dan diperlakukan seperti orang dewasa. Hal ini berarti bahwa pemberian
pelayanan kesehatan harus memenuhi kebutuhan perkembangan usia ini
seperti memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis.
Dalam institusi correctional juga terjadi peningkatan jumlah orang
dewasa secara signifikan. Proses penuaan pada penghuni penjara berarti
bahwa perawat harus mengatasi masalah utama yang terjadi pada orang
dewasa.
b) Fisik
Saat ini semakin banyak orang tinggal dalam panti rehabilitas baik
anak muda maupun dewasa. Sebagian besar pelanggaran yang dilakukan
oleh remaja berhubungan dengan kekerasan dan penyalahgunaan obat.
Semakin banyak anak muda yang masuk penjara dan diperlakukan seperti
orang dewasa. Hal ini berarti bahwa pemberian pelayanan kesehatan harus
memenuhi kebutuhan perkembangan usia ini seperti memenuhi kebutuhan
fisik dan psikologis.
Dalam institusi correctional juga terjadi peningkatan jumlah orang
dewasa secara signifikan. Proses penuaan pada penghuni penjara berarti
bahwa perawat harus mengatasi masalah utama yang terjadi pada orang
dewasa.
c) Genetik
Ada 2 faktor genetik yang mempengaruhi kesehatan dalam correctional
setting adalah jenis kelamin dan etnisitas.
 Jenis kelamin

6
Secara umum fasilitas dalam institusi correctional terpisah
antara pria dan wanita. Sehingga perawat yang bekerja dengan
tahanan pria tidak bekerja seperti tahanan wanita. Namun apapun
gender, perawat munkin menemukan masalah yang unik dalam
kelompok baik pria maupun wanita. Tahanan wanita mengalami
maalah kesehatam yang berbeda karena jumlah mereka kecil.
 Etnisitas
Merupakan aspek lain yang dipertimbangkan dalam populasi
penjara. Anggota kelompok minoritas mempunyai status kesehatan
yang rendah dan memiliki resiko terkena penyakit menular selama
di penjara. Perawat mengkaji kelompok minoritas ini untuk
mengetahui masalah utama yang terjadi pada kelompok ini.
2. Pengkajian Epidemiologi
Perawat dalam Correctional setting perlu mengkaji klien secara
individu untyk mengetahui masalah kesehatan fisik. Perawat perlu untuk
mengidentifikasi masalah yang memiliki kejadian yang tinggi di institusi. Area
yang perlu diperhatikan meliputi penyakit menular, penyakit kronik, cedera
dan kehamilan.
 Penyakit menular meliputi TBC, HIV, AIDS, hepatitis B, dan penyakit
seksual lain.
 TBC
Perawat sebaiknya menanyakan gejala dan riwayat penyakit agar
pasien yang terinfeksi dapat diisolasi.
 HIV AIDS
Perawat mengkaji riwayat HIV, perilaku beresiko tinggi dan
riwayat atau gejala infeksi oportunistik yang mungkin terjadi pada
semua tahanan.
 Hepatitis B dan penyakit seksual lain
Perawat mengkaji riwayat penyakit menular seksual dan hepatitis B
serta waspada adanya tanda fisik dan gejala penyakit ini.
 Penyakit kronis yang biasa terjadi antara lain: diabetes, hipertensi,
penyakit jantung, dan paru serta kejang.

7
Perawat harus mengkaji dengan tepat riwayat kesehatan dari
klien, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan di
komunitas. Perawat harus mengkaji adanya penyakit/kondisi kronik
pada klien dan mengidentifikasi masalah dengan tingkat kejadian yang
tinggi di institusi/populasi dimana ia bekerja.
 Cedera
Merupakan area lain dari fungsi fisiologis yang harus dikaji oleh
perawat. Cedera mungkin diakibatkan karena aktivitas sebelum
penahanan, tindakan petugas atau kecelakaan yang terjadi selama di
tahanan. Perawat harua memperhatikan potensial terjadinya cedera
internal dan mengkaji tanda-tanda trauma.
 Kehamilan
3. Pengkajian Perilaku dan Lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan di correctional setting
meliputi diet, penyalahgunaan obat, merokok, kesempatan
berolahraga/rekreasi, serta penggunaan kondom di lingkungan correctional
setting.
Pengkajian psikologis pada correctional setting juga penting karena:
a) Banyak tahanan yang mengalami penyakit mental yang terjadi selama
berada di tahanan.
b) Berada di tahanan merupakan hal yang menimbulkan stress dan
menimbulkan efek psikis seperti depresi dan bunuh diri. Perawat di
correctional setting harus mewaspadai tanda-tanda depresi dan masalah
mental (correctional setting) lain pada tahanan dan mengkaji potensi
terjadinya bunuh diri. Semua correctional setting harus mempunyai
program pencegahan bunuh diri dan penanganan bunuh diri. Perawat harus
melakukan pengawasan yang ketat pada tahanan yang berada dalam
isolasi.
c) Lingkungan dalam correctional setting juga dapat menimbulkan kekerasan
seksual yang menimbulkan konsekuensi psikis. Dalam mengkaji hal ini,
perawat harus mewaspadai tanda-tanda kekerasan dan menanyakan pada
klien mengenai masalah ini. Jika kekerasan seksual telah terjadi, perawat
perlu untuk melindungi klien dari cedera yang lebih lanjut.

8
d) Layanan kesehatan mental mungkin kurang di beberapa correctional
setting.
e) Tahanan yang dihukum mati, memerlukan dukungan emosi dan psikologis.
Perawat harus mengkaji masalah psikis yang timbul dan membantu
mereka melalui konseling dengan tepat.
4. Pengkajian Administratif dan Policy
Perawat di cirrectional setting juga mengkaji keadekuatan sistem
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan tahanan. Fasilitas di
correctional setting bisa menggunakan salah satu pendekatan di bawah ini
untuk menyediakan perawatan kesehatan untuk tahanan.
a) Layanan kesehatan diberikan oleh staf yang bekerja di institusi.
b) Membuat kontrak dengan agensi untuk menyediakan pelayanan
kesehatan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Instrument Assessment Correctional Setting/Tatanan Lembaga Permasyarakatan


1. Instrumen self-reporting questionnaire (SRQ-20)
Nama :
Tanggal :
Alamat:
Telepon/HP:
Petunjuk : Bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum mulai mengisi. Pertanyaan
berikut berhubungan dengan masalah yang mungkin mengganggu anda selama 30 hari
terakhir. Apabila anda menganggap pertanyaan itu berlaku bagi anda dan anda
mengalami masalah yang disebutkan dalam 30 hari terakhir, berilah tanda pada kolom
Y. Sebaliknya, apabila anda menganggap pertanyaan it tidak berlaku bagi anda dan
anda tidak mengalami masalah yang disebutkan dalam 30 hari terakhir, berilah tanda
pada kolom T. Jika anda tidak yakin tentang jawabannya, berilah jawaban yang paling
sesuai di antara Y dan T. Kami tegaskan bahwa, jawaban anda bersifat rahasia, dan
akan digunakan hanya untuk membantu pemecahan masalah anda.

No Pertanyaan Y T
1 Apakah anda sering menderita sakit kepala?
2 Apakah anda kehilangan nafsu makan?
3 Apakah tidur anda tidak lelap?
4 Apakah anda mudah menjadi takut?
5 Apakah anda merasa cemas, tegang dan khawatir?
6 Apakah tangan anda gemetar?
7 Apakah anda mengalami gangguan pencernaan?
8 Apakah anda merasa sulit berpikir jernih?
9 Apakah anda merasa tidak bahagia?
10 Apakah anda lebih sering menangis?
11 Apakah anda mengalami kesulitan untuk mengambil

10
keputusan?
12 Apakah anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas
sehari-hari?
13 Apakah aktivitas anda terbengkalai?
14 Apakah anda merasa tidak mampu berperan dalam
kehidupan ini?
15 Apakah anda kehilangan minat dalam banyak hal?
16 Apakah anda merasa tidak berharga?
17 Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup
anda?
18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu?
19 Apakah anda merasa tidak enak diperut?
20. Apakah anda mudah lelah?
Interpretasi:
a. Tidak terdapat nilai cut off yang universal yang dapat digunakan.
b. Dalam kebanyakan situasi 5 sampai 7 jawaban YA pada no 1-20 (gejala neurosis)
mengindikasikan adanya masalah psikolog.

2. Apakah saya atau seseorang di dekat saya mengalami hal-hal berikut :

No Pertanyaan Y T
1 Merasa kuatir atau takut yang berlebihan ?
2 Merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang?
3 Mudah berkeringat dingin, berdebar-debar atau gemeter?
4 Merasa murung, mudah sedih?
5 Kehilangan minat atau ketertarikan terhadap aktivitas
sehari-hari?
6 Sulit berkonsentrasi?
7 Perasaan mudah lelah, gangguan lambung, sakit kepala
atau keluhan fisik lain yang berkepanjangan?
8 Mengalami ketakutan atau mempunyai pikiran-pikiran
yang tidak masuk akal (merasa seseorang bermaksud
mencelakai, curiga berlebihan, orang-orang
membicarakan dirinya)?
9 Melihat bayangan atau mendengar suara-suara yang tidak
jelas sumbernya (halusinasi)?
10 Menggunakan alkohol atau narkoba?
Interpretasi:

11
a. Bila jumlah jawaban Ya, sebanyak 3(tiga) atau lebih pada pertanyaan 1-7,
atau
b. Bila jumlah jawaban Ya, sebanyak 1(satu) atau lebih pada pertanyaan 8-10
Sebaiknya menghubungi pesikiater/psikolog.
3. Instrumen skrining kekerasan pada perempuan
Berilah tanda cek didepan jawaban yan sesuai dengan kondisi WBP perempuan.
 Secara umum, bagaimana anda menggambarkan hubungan anda dengan
pasangan?
 Penuh ketegangan
 Agak ada ketegangan
 Tanpa ketegangan
 Apakah anda dan pasangan anda mengatasi pertengkaran mulut dengan
 Sangat kesulitan
 Agak kesulitan
 Tanpa kesulitan
 Apakah pertengkaran mulut mengakibatkan anda merasa direndahkan atau
merasa tidak nyaman dengan diri sendiri?
 Sering
 Kadang-kadang
 Tidak pernah
 Apakah pertengkaran mulut mengakibatkan pasangan anda memukul,
menendang atau mendorong?
 Sering
 Kadang-kadang
 Tidak pernah
 Apakah anda merasa ketakutan pada yang dikatakan atau dilakukan oleh
pasangan anda?
 Sering
 Kadang-kadang
 Tidak pernah
 Pernahkah pasangan anda melakukan kekerasan emosional pada anda?
 Sering
 Kadang-kadang
 Tidak pernah

12
 Pernahkah pasangan anda melakukan kekerasan seksual pada anda?
 Sering
 Kadang-kadang
 Tidak pernah

4. Pertanyaan skrining kekerasan di lapas


Catatan: pertanyaan-pertanyaan digunakan sebagai kerangka acuan bagi petugas. Petugas
diminta untuk menanyakan pertanyaan berikut kepada semua (sebaiknya datang sendiri/tidak
ditemani):

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda pernah merasa takut kepada
orang lain selama tinggal di sini?
2. Dalam tahun terakhir, Apakan anda pernah
dipukul, ditendang, ditinju atau disakiti?
3. Dalam tahun terakhir, apakah Anda pernah
merasa direndahkan, dipermalukan, dikontrol,
atau dibatasi atas apa yang Anda lakukan?
4. Dalam tahun terakhir, apakah Anda pernah
diancam untuk disakiti secara fisik ataupun
seksual?
Jika nomor 4 : Ya
5. Apakah Anda pernah dipaksa melakukan
hubungan seksual atau perlakuan tidak
menyenangkan lain yang bersifat seksual
Apabila telah teridentifikasi ada 1 atau lebih jawaban Ya dari
pertanyaan tersebut di atas, teruskan ke pertanyaan 6 dan 7.
6. Apakah Anda ingin dibantu [sehubungan]
dengan apa yang Anda alami sekarang?
7. Apakah Anda ingin formulir ini diberikan
kepada dokter?

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Correctional setting merupakan praktik keperawatan yang relatif baru bagi
keperawatan komunitas. Praktik ini menawarkan posisi yang menantang bagi perawat
kesehatan komunitas untuk memperluas batas praktek keperawatan. Pelayanan kesehatan
correctional setting perlu sekali dilakukan karena beberapa alasan yaitu hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan secara adil dan optimal dan melarang kekejaman serta
hukuman yang tidak wajar bagi para tahanan untuk mencegah terjadinya cedera atau
penyakit, selanjtnya para penghuni hidup dalam kemiskinan atau kekurangan,
berpendidikan rendah dan gaya hidup yang tidak sehat seperti penyalahgunaan obat,
karena banyak penghuni yang tidak mampu membayar pelayanan kesehatan diluar maka
biaya akan ditanggung oleh lembaga tersebut, dan yang terakhir untuk mencegah

14
penularan penyakit dari lembaga pemasyarakatan ke komunitas, atau para antar
penghuni.

Dalam melakukan Correctional setting ada beberapa hal yang perlu dikaji sehingga
sangat di perlukan Instrument Assessment Correctional Setting/Tatanan Lembaga
Permasyarakatan dalam hal ini. Instrument pengkaian yang dapat diberikan yaitu
instrumen self-reporting questionnaire (SRQ-20), instrumen skrining kekerasan pada
perempuan, dan pertanyaan skrining kekerasan di lapas.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Etika Prisma Karunianingrum.Asuhan Keperawatan Corektional Setting.


https://id.scribd.com/doc/188785455/ASUHAN-KEPERAWATAN-COREKTIONAL-
SETTING di unduh 10 April 2020

Megah Andriany.2008.Pengalaman Narapidana Wanita Dalam Menghadapi Masa


Kebebasan Di Lapas Wanita Kelas IIA Semarang.FIK UI di unduh 13 April 2020
Indonesia Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat.2017.Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Warga
Binaan Permasyarakatan Usia Dewasa di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga
Permasyarakatan.Jakarta.Kementrian Kesehatan RI di unduh 13 April 2020

15

Anda mungkin juga menyukai