Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Tema : Stunting
Sub Tema : Kenali dan cegah stunting pada anak sejak dini
Hari/ Tanggal :
Waktu : 60 Menit
Tempat :
Sasaran : Ibu hamil, orang tua anak dan kader

a. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan ini diharapkan sasaran dapat mengenali
dan mencegah stunting pada anak
2. Tujuan Kusus
Setelah mengikuti penyluhan, diharapkan:
a) Ibu dapat mengetahui tentang apa itu stunting
b) Ibu dapat mengetahui bagaimana mengenali anak yang stunting
c) Ibu dapat mengetahui cara mencegah stunting
b. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Praktek
c. Media dan alat
Laptop, LCD Proyektor, Leaflet
d. Rincian Kegiatan
Table 1.1. Rincian Kegiatan Penyuluhan Stunting
No Kegiatan Waktu Metode Pelaksana
1 Pembukaan 5 Menit Ucapan salam, Moderator
perkenalan dan
penyampaian tujuan
2 Penyampaian Materi 50 Menit Ceramah dan diskusi Peserta
Latsar
3 Penutup 5 Menit Salam dan ucapan Moderator
terima kasih
e. Materi Penyuluhan
a. Pengertian stunting
Stunting merupakan salah satu bentuk gangguan pertumbuhan linier yang
didefinisikan sebagai panjang badan atau tinggi badan dengan nilai Z-skor
kurang dari dua standar deviasi (WHO, 2006). Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/ MENKES/ SK/ XII/ 2010 tentang
Standar Antropometri Status Penilai Gizi Anak, pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau
tinggi badan menurut umur (TB/ U) yang merupakan padanan Istilah
terhambat (Pendek) dan sangat terhambat (Sangat pendek). Z-skor untuk
review kategori Pendek Adalah -3 SD Sampai DENGAN <-2 SD dan sangat
pendek adalah <-3 SD (WHO ANTRO). Adapun kategori status gizi anak
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.2 Klasifikasi Antropometri Balita

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas


Berat badan menurut umur Gizi Buruk (severely
(BB/U) anak umur 0 - 60 underweight) < - 3 SD
bulan Gizi Kurang
(underweight) - 3 SD sampai dengan < - 2 SD
Gizi Baik - 2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih > 2 SD
Panjang Badan Menurut Sangat Pendek
Umur (PB/U) atau Tinggi (severely stunted) < - 3 SD
badan menurut umur Pendek (stunted) - 3 SD sampai dengan < - 2 SD
(TB/U) anak umur 0 - 60
Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD
bulan
Tinggi > 2 SD
Berat Badan Menurut Sangat Kurus (severely
Panjang Badan(BB/PB) wasted) < - 3 SD
atau Berat Badan Kurus (wasted) - 3 SD sampai dengan < - 2 SD
menurut Tinggi Badan
Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD
(BB/TB) anak umur 0 - 60
bulan Gemuk > 2 SD
Sumber : Kemenkes 2011

Menurut Darteh et all (2014) stunting adalah reterdasi pertumbuhan linier,


yang dihasilkan oleh asupan makan yang tidak memadai, selama periode
waktu yang Panjang dan diperburuk oleh penyakit kronis. Pada anak yang
normal semakin bertambah umur, maka tinggi badannya akan bertambah
tinggi. Anak yang pendek diakibatkan karena kurangnya asupan atau sakit
dalam jangka waktu yang lama pada periode sebelum atau setelah kelahiran.
Keadaan ini berhubungan erat dengan kondisi yang tidak menguntungkan
dalam jangka waktu yang lama, seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah,
kesehatan lingkungan yang buruk. Oleh karena itu masalah balita pendek
merupakan cerminan dari keadaan sosial ekonomi masyarakat. Masalah balita
stunting ini merupakan masalah yang diakibatkan jangka waktu yang lama,
maka ciri yang masalah gizi yang ditunjukan adalah masalah gizi yang bersifat
kronis. (Depkes,2009).
b. Penyebab stunting
Penyebab stunting sangatlah kompleks, multidimensi, dan saling terkait,
mulai dari faktor fundamental seperti pertumbuhan ekonomi yang lamban,
hingga faktor spesifik seperti asupan, infeksi pernafasan dan diare (Xie C et
al, 2016; Torlesse et ll, 2016). Penelitian lain juga menunjukan faktor-faktor
seperti jenis kelamin anak, berat lahir, urutan lahir, jumlah saudara kandung,
pendidikan ibu, tinggi badan ibu, status gizi ibu saat mengandung, akses
terhadap sanitasi dan kesehatan menjadi determinants dari stunting (Aguayo
et all, 2016; Tiwari R et al, 2014; Chirande et al, 2015).
Selain itu stunting juga disebabkan oleh akumulasi episode stress yang
berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk) yang
kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh). Hal ini
berakibat menurunnya pertumbuhan apabila dibandingkan dengan anak – anak
yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Kusharisupeni, 2004).
Biasanya, pertumbuhan mulai goyah pada sekitar usia enam bulan, dimana
terjadi masa transisi anak-anak yang tidak diberi makanan tidak memadai
kuantitas dan kualitas, dan peningkatan paparan lingkungan yang
menyebabkan penyakit. Menurut UNICEF status gizi disebabkan oleh
penyebab langsung (makan tidak seimbang dan penyakit infeksi) sedangkan
penyebab tidak langsung meliputi : tidak cukup persediaan pangan, pola asuh
tidak memadai dan buruknya sanitasi dan lingkungan. Faktor yang
berpengaruh terhadap status gizi dapat dilihat pada bagan berikut. (Bagan
Penyebab Kurang Gizi, UNICEF 1998)
Gambar 1.1 Bagan Penyebab Masalah Gizi (UNICEF, 1998)

Dampak
KURANG GIZI

Penyebab langsung Makan Penyakit Infeksi


Tidak Seimbang

Sanitasi danAir
Penyebab Tidak Cukup Pola Asuh Anak Bersih/Pelayanan
Tidak langsung Persediaan Pangan Kesehatan Dasar Tidak
Tidak Memadai Memadai

Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan

Pokok Masalah Kurang pemberdayaan wanita dan keluarg,a


kurang pemanfaatan sumberdaya masyarakat
Di Masyarakat

Pengangguran , inflas,i kurang pangan dan kemiskinan

Akar Masalah
Krisis Ekonomi, politik dan sosial
(nasiona)l
c. Akibat stunting
Seseorang anak yang mengalami stunting cenderung sulit mencapai tinggi badan
yang optimal pada periode selanjutnya (Crookston BT et al, 2010), selain itu, anak-
anak yang bertubuh pendek (stunting) pada usia bayi terus menunjukan kemampuan
yang lebih buruk dalam fungsi kognitif yang beragam dan prestasi sekolah yang lebih
buruk jika dibandingkan dengan anak-anak yang bertubuh normal hingga 12 tahun,
permasalahan perilaku, lebih lambat, dan kurang perhatian serta menunjukan gangguan
tingkah laku (conduct disorder) (Gibney J Michael, 2009). Mereka juga memiliki
perkembangan psikomotor dan mental yang rendah (McDonald CM, et al 2013), dan
stunting juga dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas pada anak-anak
(El Taguri A et al, 2009). Selain itu penelitian Walker et all (2015) menunjukan baahwa
stunting memiliki dampak yang berkelanjutan pada generasi berikutnya, dimana anak
yang dilahirkan dari orang tua yang stunting memiliki tingkaat kecerdasan yang lebih
rendah dibandingkan dengan anak dari orang tua yang memiliki tinggi badan normal.
Menurut Hipotesis Barker, di dalam kandungan, janin akan tumbuh dan
berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta
organ – organ lainnya seperti jantung, hati dan ginjal. Janin mempunyai plastisitas yang
tinggi, artinya janin akan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
baik perubahan yang menguntungkan maupun yang merugikan. Pada saat dilahirkan
perubahan tersebut sudah selesai dan menetap, kecuali perkembangan otak dan
imunitas, yang berlanjut sampai beberapa tahun pertama kehidupan bayi. Kekurangan
gizi yang terjadi pada masa di dalam kandungan menyebabkan janin melakukan
penyesuaian, yaitu dengan perlambatan pertumbuhan dan pengurangan jumlah dan
pengembangan sel – sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya. Hasil
penyesuaian tersebut diekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek,
rendahnya kemampuan kognitif atau kecersasan sebagai akibat tidak optimalnya
pertumbuhan dan perkembangan otak. Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga
meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperta hipertensi,
penyakit jantung koroner dan berbagai penyakit ikutan pada usia dewasa.
Penelitian longitudinal yang dilakukan di Guatemala menemukan proporsi wanita
yang sangat pendek di usia 3 tahun , 16 kali akan lebih pendek dibanding yang pendek
ringan. Skor membaca pada laki- laki yang sangat pendek pada usia tiga tahun lebih
rendah 19 poin dibanding yang pendek ringan dan perempuan yang sangat pendek
pada usia tiga tahun skornya lebih rendah 11 poin. Untuk tahun sekolah, laki – laki
yang sangat pendek 1,6 lebih rendahnya tingkat dibanding yang pendek ringan,
sedangkan untuk perempuan lebih rendah 1,3 leih rendah tingkatnya. Sedangkan untuk
pendapatan, laki – laki yang sangat pendek pendapatannya 903 dolar lebih rendah
dibanding yang pendek ringan, untuk wanita 656 dolar lebih rendah dibanding yang
pendek ringan.
Dampak stunting pada pertumbuhan fisik terganggu yang menyebabkan tidak bisa
berkompetisi dengan orang lain dalam mendapatkan pekerjaan dan aspek kehidupan
lainnya. Misalnya, untuk mendapatkan suatu pekerjaan atau masuk sekolah ada yang
mempersyaratkan ukuran tinggi badan, karena pendek akhirnya tidak bisa berkompetisi
untuk mendapatkan pekerjaan atau masuk sekolah tersebut. Selain berdampak pada
pertumbuhan fisik juga berdampak pada perkembangan mental. Konsekuensi dari
pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat dapat berlangsung dalam jangka
panjang serta mengganggu kemampuan akademik dan kontribusi pada masyarakat
(Semba and Bloem, 2011 dalam Hidayah).
Dengan penjelasan tesebut di atas, maka masalah gizi pada umumnya berhubungan
kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan
kematian balita, kecerdasan yang rendah, keterbelakangan mental, tidak mampu
berprestasi, produktivitas rendah lebih lanjut berakibat pada terciptanya sumber daya
manusia yang rendah kualitasnya.
d. Pencegahan dan Intervensi stunting`
1. Intervensi Gizi Spesefik
Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka
kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan
a) Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:
1) Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis.
2) Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
3) Mengatasi kekurangan iodium.
4) Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
5) Melindungi ibu hamil dari Malaria.
b) Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
1) Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
2) Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
c) Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
1) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi
oleh pemberian MP-ASI.
2) Menyediakan obat cacing.
3) Menyediakan suplementasi zink.
4) Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
5) Memberikan perlindungan terhadap malaria.
6) Memberikan imunisasi lengkap.
7) Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
2. Intervensi Gizi Sensitif
Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sector
kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi
gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita
pada 1.000 Hari PertamaKehidupan (HPK).
a) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
b) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
c) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
d) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana
(KB).
e) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
f) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
g) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
h) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
i) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
j) Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada
Remaja.
k) Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
l) Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
3. Referensi
Aguayo VM, Nair R, Badgaiyan N, Krishna V. 2016. Determinants of stunting and poor
linear growth in children under 2 years of age in India: an in-depth analysis of
Maharashtra's comprehensive nutrition survey. Matern Child Nutr.;12 Suppl 1:121-40.
Barker, David. (2008). Nutrition in The Womb. USA : The Barker Foundation.
Darteh EK, Acquah E, Kumi-Kyereme A. 2014. Correlates of stunting among children in
Ghana. BMC Public Health.; 14:504.
Kusharisupeni.(2003). Peran Status Kelahiran Terhadap Stunting pada Bayi : Sebuah Studi
Prospektif. Jurnal Kedokteran Trisakti,Vol 23 No.273-80.
Hidayah, Nor Rofika (2011). Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting
pada Balita Usia 24 – 59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 (Analisis
Data Riskesdas 2010). Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Sarjana
Kesehatan Masyarakat, UI, Depok.
McDonald CM, Manji KP, Kisenge R, Aboud S, Spiegelman D, Fawzi WW, Duggan CP.
2015. Daily Zinc but Not Multivitamin Supplementation Reduces Diarrhea and Upper
Respiratory Infections in Tanzanian Infants: A Randomized, Double-Blind, Placebo-
Controlled Clinical Trial. J Nutr.;145(9):2153-60.
Torlesse H, Cronin AA, Sebayang SK, Nandy R. 2016. Determinants of stunting in
Indonesian children: evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role
for the water, sanitation and hygiene sector in stunting reduction. BMC Public Health.;
16:669.
Walker SP, Chang SM, Wright A, Osmond C, Grantham-McGregor SM. 2015. Early
childhood stunting is associated with lower developmental levels in the subsequent
generation of children. J Nutr.; 145(4):823-8.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Tema : Pemberian Makanan Bayi dan Anak


Sub Tema : PMBA berbasis pangan local untuk pencegahan stunting
Hari/ Tanggal :
Waktu : 60 Menit
Tempat :
Sasaran : orang tua anak dan kader

1. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan ini diharapkan sasaran dapat mengelola bahan pangan
local sebagai bahan makanan pada bayi
b. Tujuan Kusus
Setelah mengikuti penyluhan, diharapkan:
1) Ibu dapat mengetahui tentang PMBA
2) Ibu dapat mengelola secara mandiri PMBA berbasis pangan lokal
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demo masak
3. Media dan alat
Laptop, LCD Proyektor, bahan pangan local, alat masak
4. Rincian Kegiatan
Table 1.1. Rincian Kegiatan Penyuluhan Stunting
No Kegiatan Waktu Metode Pelaksana
1 Pembukaan 5 Menit Ucapan salam, Moderator
perkenalan dan
penyampaian
tujuan
2 Penyampaian Materi 50 Menit Demo Masak Peserta
dan demonstrasi PMBA Latsar
3 Penutup 5 Menit Salam dan Moderator
ucapan terima
kasih

5. Materi Penyuluhan
a. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA)
PMBA merupakan kepanjangan dari Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Dalam
praktik PMBA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Usia anak
2) Frekuensi pemberian makanan dalam sehari
3) Jumlah pemberian makanan atau porsi untuk sekali makan
4) Tekstur makanan
5) Variasi makanan
6) Selalu menjaga kebersihan
7) Memberikan makanan secara aktif kepada anak

Pemberian MP-ASI pada anak didasarkan pada rekomendasi pemberian MP-ASI


menurut kemenkes 2014:
Tabel 1.1. Pemberian Makanan Bayi dan Anak

Usia Rekomendasi
Frekuensi (per Berapa banyak setiap Tekstur (kekentalan/ Variasi
hari) kali makan Konsistensi)
Mulai 2-3 kali Mulai dengan Bubur kental
berikan makan 2-3 sendok makan,
MP-ASI ditambah ASI mulai dengan
ketika pengenalan rasa dan
anak secara perlahan
berusia 6 tingkatkan jumlahnya
bulan
6-9 bulan 2-3 kali 2-3 sendok makan Bubur kental/
Makan penuh setiap Makanan lumat
ditambah ASI kali makan dan
dan 1-2 kali tingkatkan secara
Makanan perlahan sampai
selingan setengah mangkuk
ukuran 250 ml (125
ml)
9-12 bulan 3-4 kali ½ (setengah) sampai Makanan yang
makan ¾ (tiga per empat) dicincang atau
ditambah ASI mangkuk diiris atau makanan
dan ukuran 250 ml (125 dengan potongan
1-2 kali ml kecil yang dapat
makan dipegang
selingan

12-24 3-4 kali ¾ (tiga per empat) Makanan keluarga


makan sampai 1 mangkuk
bulan
Ditambah ASI ukuran
dan 1-2 kali 250 ml (190 ml)
makanan
selingan

Catatan: 1-2 kali Sama dengan di atas Sama dengan di atas Sama
makan ekstra menurut kelompok menurut kelompok
Jika anak dengan di
usia usia +
kurang atas, dengan
dari 24 2 sampai 3 kali penambahan
cairan
bulan 1 sampai 2
tidak gelas susu
diberi ASI per hari
Pemberian makanan  Bersabarlah dan dorong terus bayi anda untuk makan
aktif/responsif (waspada lebih banyak
dan responsif  Jika bayi anda menolak untuk makan, terus dorong untuk
terhadap tanda tanda makan; pangkulah bayi anda sewaktu ia diberi makan,
yang ditunjukkan oleh atau menghadap ke dia kalau ia dipangku oleh orang lain
bayi bahwa ia siap untuk  Tawarkan makanan baru berkali-kali, anak-anak
makan; dorong bayi/ mungkin tidak suka (tidak mau - menerima) makanan
anak untuk makan tapi baru pada awalnya.
jangan dipaksa  Waktu pemberian makan adalah masa-masa bagi anak
untuk belajar dan mencintai. Berinteraksilah dengannya
dan kurangi gangguan waktu ia diberi makan.
 Jangan paksa anak untuk makan.
 Bantu anak yang lebih tua untuk makan
Kebersihan  Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang
bersih; jangan gunakan botol karena susah dibersihkan
dan dapat menyebabkan bayi mengalami diare.
 Cuci tangan Anda dengan sabun sebelum menyiapkan
makanan, sebelum makan dan sebelum memberi makan
anak.
 Cuci tangan anak Anda dengan sabun sebelum ia makan.
Beberapa hal untuk bahan diskusi mengenai kebersihan:
 Awali dengan memberikan pujian
 Gunakan kata kunci untuk memulai diskusi: “Apa yang
harus dilakukan di lingkungan rumah kita serta untuk
kebersihan diri kita”
 Gunakan kegiatan Kelompok Berorientasi Tindakan
untuk diskusi

Pembagian kelompook usia yang digunakaan dalam PMBA adalah:


 0-5 bulan sama dengan 0-5 bulan 29 hari (disebut bayi)
 6-11 bulan sama dengan 6-11 bulan 29 hari (disebut bayi)
 12-23 bulan sama dengan 12-23 bulan 29 hari (disebut anak)
PMBA berfokus pada dua tahun pertama kehidupan seorang anak karena:
1) Gangguan terhadap tumbuh kembang dan perkembangan anak tidak dapat diperbaiki
setelah usia dua tahun
2) Efek kurang gizi (termasuk pendek/stunting) tidak dapatdiperbaiki setelah usia dua
tahun
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) dapat disiapkan secara khusus untuk bayi atau
makanan umumnya sama dengan makanan keluarga, namun tekturnya perlu disesuaikan
dengan usia bayi dan kemampuan bayi dalam menerima makanan. Selain itu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua, keluarga bayi dan anak dalam
persiapan dan pemberian MP-ASI lokal penting untuk dilakukan. Melalui penerapan
perilaku Sadar Gizi dalam makanan keluarga maka keluarga akan dapat didorong untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dan juga
memberikan MPASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan
(Kustiyati and Firrahmawati, 2017).
b. PMBA berbasis pangan local
Bahan makanan lokal adalah bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh
dan harga terjangkau oleh masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan MP-ASI lokal
adalah MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan
makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh
masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi (Kemenkes, 2014).
6. Referensi
Kustiyati, S. and Firrahmawati, L. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Tentang Pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) lokal. Journal Ners, 5(1), pp. 62–69.
Kemenkes RI. 2014. Modul Fasilitator Pelatihan Konseling : Pemberian Makan Bayi dan
Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2013. Modul Peserta Konseling : Pemberian Makan Bayi Dan Anak. Jakarta:
Kemenkes RI.

CONTOH MENU PMT GIZI


NO MENU RESEP
1 Bubur sayur isi ikan a. Bahan
 Beras untuk bubur 10 g
 Ikan 25 g, diambil dagingnya saja, buang durinya
 Bayam 15 g
 Seledri secukupnya
 Bawang putih
b. Cara membuat
1. Cuci terlebih dahulu beras lalu rebus beras hingga
menjadi nasi aron.
2. Cuci terlebih dahulu sayuran sebelum dipotong-
potong.
3. Bayam dicincang halus lalu direbus sampai matang.
4. Rebus ikan bersama dengan seledri dan bawang
putih. Setelah matang, sisihkan/buang seledri dan
bawang putih. Hancurkan ikan rebusan tadi sampai
halus.
5. Tuangkan air rebusan ikan, bayam ke dalam adonan
nasi, masak nasi dan aduk terus sampai menjadi
bubur
6. Kemudian setelah nasi menjadi bubur, masukkan
sayuran, ikan dan tahu ke dalam bubur lalu diaduk
selama kurang lebih 10 menit.

2 Nasi Tim Sayur Isi a. Bahan


ayam  20 gram beras untuk nasi lembek
 25 g Ayam diambil dagingnya, buang tulangnya.
Daging ayam dipotong kecil-kecil
 15 g kangkung
 Seledri secukupnya
 Bawang putih secukupnya, dimemarkan dan dicincang
b. Cara Membuat
1. Cuci terlebih dahulu beras lalu dimasak sampai
menjadi nasi.
2. Kangkung dicincang halus lalu direbus sampai matang.
3. Rebus ayam bersama dengan seledri dan bawang putih.
Setelah matang, sisihkan/buang seledri dan bawang
putih lalu masukkan rebusan kangkung
4. Makanan siap untuk disajikan. Saran penyajian:
masukkan nasi dalam wadah yang sudah disiapkan,
letakkan ayam dan sayur di atas nasi.
3 Ubi a. Bahan
 Ubi 40 g
 Daging ayam giling 20 g
 Wortel 15 g
 Minyak
 Garam
 air
b. Cara Membuat
1. Ubi merah dipotong- potong kecil .
2. Wortel diparut
3. Daging giling ditumis kemudian dihaluskan .
4. Campur semua bahan, tambahkan air lalu di tim
sampai masak
4 Singkong/Kasbi a. Bahan
 Singkong/ kasbi 50 g
 Udang 20 g
 15 g
 Wortel 15 g
 Tomat 10 g
 Garam
 Minyak
b. Cara Membuat
1. Singkong/ kasbi dipotong kecil-kecil
2. Udang direbus lalu dipotong kecil-kecil
3. Daun singkong, wortel, tomat dipotong kecil
4. Campurkan semua bahan dalam panic tim, tambahkan
air lalu di tim sampai marak lalu disajikan

Anda mungkin juga menyukai