“STUNTING”
KELOMPOK 5
Nama :
Megawati
Mila Arfina
Muhammad Hafiziannor
Rahma Aprilia
Siti Rahmatina
PRODI S1 GIZI
BANJARBARU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat.
Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses
kurang asupan makanan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau
beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan
jumlah yang lebih besar daripada yang diperoleh (Manary dan Solomons,
2009).
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan
(Manary dan Solomons, 2009).
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada
pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang,
akibat dari gizi yang tidak memadai atau kesehatan.
Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai
potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit
infeksi (ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada
kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa 2
individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai
penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit.
Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi men tal
dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga
didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang mengatakan bahwa stunting
berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan mengingkatkan risiko
kematian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
E. PENCEGAHAN
Stunting atau tubuh pendek dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:
1. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan berat
badan secara teratur dan terus menerus
2. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti
ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia
dibawah empat bulan
3. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan upaya
mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup umur untuk
bekerja dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah dan
efisien. Cara lain yang dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui
peningkatan keterampilan dan kewirausahaan
4. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada
masyarakaat, terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat besi
yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan
kegiatan posyandu.
G. PENANGGULANGAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada
masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan.
2. Penyebab langsung adalah kurangnya asupan makanan dan adanya
penyakit infeksi kemiskinan termasuk gizi, kesehatan, sanitasi dan
lingkungan. kemiskinan, sosial dan budaya, peningkatan paparan
terhadap penyakit infeksi, kerawanan pangan dan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, faktor sosial ekonomi, Usia, jenis
kelamin dan, pendidikan ibu , gizi remaja (underweight dan stunting)
3. Dampak stunting ada 3 yaitu jangka panjang, jangka pendek, dan
dampak pada anak.
4. Pencegahannya dengan cara pemberian asi yang baik, Menghindari
pemberian makanan buatan kepada anak, Meningkatkan pendapatan
keluarga, Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE)
kepada masyarakaat.
5. Penanggulangan Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil, Persalinan
ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air
Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif), Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi
diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus
dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak
memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap, Perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/53775/3/Annisa_Nailis_FR_22010112130136_Lap.KTI_Bab2.p
df