Anda di halaman 1dari 1

DETEKSI DINI STUNTING TERHADAP An.

R DI POLI KIA

An R; Perempuan; 1 tahun 8 bulan ; BB 9 kg; TB 75 cm; datang ke poli KIA Puskesmas Sumur Batu
dengan keluhan batuk dan pilek, selain diberikan pengobatan pasien juga dilakukan pengukuran TB
untuk deteksi dini stunting

Status Gizi berdasarkan WHO

BB/TB : - 1 SD s/d +1 SD = gizi baik


BB/U : - 2 SD s/d +2 SD = normal
TB/U : - 3 SD s/d -2 SD = pendek (stunted)

Dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan An. R didapatkan TB/U berdasarkan WHO yaitu
pendek (stunted). Kemudian dilakukan analisis faktor risiko. Dari hasil wawancara dengan ibu An. R
didapatkan faktor risiko diantaranya riwayat ibu kurang mengkonsumsi tablet FE, riwayat anak ASI
Eksklusif, namun Ibu tidak memberikan MPASI secara maksimal karena anak jarang memakan makanan
yang disediakan dan cenderung makanan snack kemasan. Ibu juga kurang memperhatikan PHBS dan
jarang membawa anaknya ke posyandu.

Latar Belakang

Stunting merupakan suatu kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena
malnutrisi jangka panjang. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada awal bayi baru
lahir. Kondisi Stunting baru akan tampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting adalah balita dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standard batas
(z-score) <-2 SD sesuai panduan WHO Child Growth Standard (WHO, 2013). Balita tergolong Stunting
apabila Panjang atau tinggi badan menurut umurnya rendah dari standar nasional yang berlaku.

Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan fisik dan
mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya
pertumbuhan kemampuan motorik dan mental. Stunting yang terjadi pada balita disebabkan oleh
bebrapa faktor diantaranya akibat status ekonomi keluarga, ASI eksklusif, status imunisasi, tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dan BBLR.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi stunting (TB/U) provinsi Jawa Tengah
sebesar 31,3% diantaranya 20,1% pendek dan 11,2% sangat pendek. Keadaan ini lebih tinggi
dibandingkan dengan prevalensi stunting secara nasional yaitu 30,8% dan dan lebih besar dari batas
maksimal prevalensi stunting yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 20%. Salah satu tindakan yang
dilakukan pelayanan kesehatan dalam upaya mencegah stunting pada anak adalah medeteksi sedini
mungkin dan upaya promosi kesehatan tentang stunting.

Anda mungkin juga menyukai