Anda di halaman 1dari 24

Stunting

Pendahuluan
Stunting : Tinggi badan (TB) /Umur (U) < −2 standar deviasi (SD) dari
median Standar Pertumbuhan Anak World Health Organization (WHO).
• Stunting pada masa kanak-kanak adalah indikator kesejahteraan anak yang terbaik dan
merupakan cerminan akurat dari kesenjangan sosial.

Insidensi Stunting:

• Global (2018) : 149 juta anak


• 55% diantaranya di Asia dan tingkat insidensinya lebih tinggi dibandingkan wasting dan
overweight pada masa kanak-kanak.
• Global (2020) : 149,2 juta menderita stunting (malnutrisi kronik).
• 6,7% mengalami gizi kurang dan gizi buruk, serta 22,2% atau

Strategi Pencegahan

• UNICEF & WHO : Infant and Young Children Feeding (IYCF) dengan konseling untuk
mengoptimalkan nutrisi pada anak.

Ponum M; Khan S; Hasan O; Mahmood MT; Abbas A; Iftikhar M; et al. Stunting diagnostic and awareness: impact assessment
study of sociodemographic factors of stunting among school-going children of Pakistan. BMC Pediatrics (2020) 20:232
de Onis M, Branca F. Childhood stunting: a global perspective. Matern Child Nutr. 2016 May;12 Suppl 1(Suppl 1):12-26. doi:
10.1111/mcn.12231. PMID: 27187907; PMCID: PMC5084763.
Stunting

Prevalensi Definisi

 Riskesdas 2013: 37,2 persen atau sekitar  Stunting : Panjang atau tinggi badan anak
8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari < 2SD median Standar Pertumbuhan
tiga anak, meningkat dari tahun 2010 Anak WHO untuk usia dan jenis kelamin
(35,6%) dan 2007 (36,8%). yang sama
 Prevalensi stunting di Indonesia lebih  Stunting parah: panjang/tinggi badan
tinggi daripada negara-negara lain di Asia mereka di bawah −3 SD dari median
Tenggara, seperti Myanmar (35%), Standar Pertumbuhan Anak WHO untuk
Vietnam (23%), dan Thailand (16%). usia dan jenis kelamin yang sama.
 Indonesia menduduki peringkat kelima  Panjang badan saat berbaring untuk anak
dunia untuk jumlah anak dengan kondisi < 2 tahun dan tinggi saat berdiri untuk
stunting anak usia >2 tahun)

de Onis M, Branca F. Childhood stunting: a global perspective. Matern Child Nutr. 2016 May;12 Suppl 1(Suppl 1):12-26. doi:
10.1111/mcn.12231. PMID: 27187907; PMCID: PMC5084763.
Sutarto; Mayasari D; Indriyani R. Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya. J Agromedicine. 2018; 5(1)
Penyebab stunting
Malnutrisi (kuantiitas maupun kualitas) & tingginya tingkat insidensi penyakit yang dialami anak

Praktek pengasuhan yang kurang baik kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi
sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI secara ekslusif
 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MPASI.
Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilan)
 Tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007  64% di 2013 dan anak
belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
Masih kurangnya akses rumah tangga / keluarga ke makanan bergizi.

Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.


 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka
 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.
Sutarto; Mayasari D; Indriyani R. Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya. J Agromedicine. 2018; 5(1)
Malnutrisi
Malnutrisi : Kondisi defisiensi, kelebihan dan/atau
ketidakseimbangan asupan energi
 Kekurangan gizi (undernutrition)
o Gizi kurang (berat badan rendah menurut panjang/tinggi badan),
stunting (tinggi/panjang badan rendah menurut usia dan jenis
kelamin), dan berat badan kurang/underweight (berat badan rendah
menurut usia dan jenis kelamin).
 Malnutrisi terkait zat gizi mikro mencakup kekurangan atau kelebihan
zat gizi mikro yang penting (vitamin dan mineral).
• Gizi lebih dan obesitas yang dapat berisiko menjadi penyakit tidak
menular di kemudian hari seperti penyakit jantung, stroke, diabetes
dan kanker.
Kemenkes 2022
Penyebab potensial perlambatan pertumbuhan (modifikasi)

Penyebab asupan kalori yang tidak


Absorsi yang tidak adekuat: Peningkatan metabolisme:
adekuat:
- Gastroesofageal refluks - Anemia, defisiensi besi - Infeksi kronik (HIV-AIDS,
- Pasokan ASI tidak adekuat atau - Atresia bilier tuberkulosis)
perlekatan tidak efektif - Penyakit celiac - Kelainan jantung bawaan
- Penyiapan susu formula yang salah - Gangguan gastrointestinal kronis - Penyakit paru kronik (pada bayi
- Gangguan mekanik dalam menyusu (misal irritable bowel syndrome), dengan riwayat prematur)
(misal celah bibir/ langit-langit) infeksi - Keganasan
- Penelantaran atau kekerasan anak - Fibrosis kistik - Gagal ginjal
- Kebiasaan makan yang buruk - Kelainan metabolisme bawaan - Hipertiroid
- Gangguan koordinasi neuromotor - Alergi susu sapi • Kondisi infalamasi (misal asma,
oral - Kolestasis, penyakit hati inflammatory bowel disease)
- Gangguan gastrointestinal yang
diinduksi toksin (misal peningkatan
kadar timbal menyebabkan
anoreksia, konstipasi, atau nyeri
perut)

Kemenkes 2022
Prediktor stunting

Stunting selalu diawali oleh perlambatan pertambahan berat badan (weight faltering)
yang dapat terjadi sejak in utero dan berlanjut setelah lahir

Faktor prediktor terjadinya stunting di usia 12 bulan adalah perlambatan


pertumbuhan yang terjadi dalam tiga bulan pertama kehidupan

Jika rerata BB/U pada penimbangan selama 3 bulan pertama sejak lahir berada <-1
SD maka risiko untuk mengalami stunting di usia 12 bulan adalah 14 kali lipat.

Kemenkes 2022
The World Health Organization
conceptual framework on
childhood stunting: Proximate
causes and contextual
determinants

Kemenkes 2022
Diagnosis stunting
Anamnesis

- Anak lebih pendek dibandingkan anak lain seusianya.


- Faktor ibu : riwayat prakonsepsi, kehamilan dan laktasi, riwayat Pertumbuhan Janin Terhambat
(PJT) dan kelahiran prematur.
o Ibu pada masa prakonsepsi yang memiliki TB <150 cm, BB <43 kg, IMT <17.5 atau IMT <18
kg/m2 berisiko tinggi memiliki anak stunting pada usia dua tahun.
- Faktor anak : evaluasi praktik pemberian ASI dan MPASI, imunisasi, perkembangan dan riwayat
penyakit infeksi berulang.
- Faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan weight faltering dan stunting

Pemeriksaan fisik

- Pengukuran antropometrik terdiri dari Berat Badan menurut Umur (BB/U), Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB), Lingkar Kepala (LK) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).
- Kriteria antropometrik stunting adalah berdasarkan indeks panjang badan atau tinggi badan
menurut umur dan jenis kelamin (PB/U atau TB/U) <-2 SD berdasarkan kurva WHO 2006 untuk
anak 0-5 tahun.

Kemenkes 2022
Diagnosis stunting
Pemeriksaan Laboratorium

- Kultur urin, darah samar dan analisis feses, profil besi, elektrolit darah, fungsi ginjal,
fungsi hati, hormon tiroid (termasuk skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru
lahir), eksplorasi infeksi tuberkulosis dan penyebab infeksi lain
- Skrining TBC harus dilakukan pada semua anak stunting, dan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan ada tidaknya TBC pada anak stunting dilakukan pada
yang terindikasi

Pada setiap anak pendek harus dilakukan evaluasi sebagai


berikut:
• Langkah pertama: membedakan antara pendek yang merupakan varian normal
dengan kondisi patologis. Perawakan pendek patologis dikategorikan menjadi
proporsional dan disproporsional.
• Langkah kedua: menentukan stunting atau bukan melalui penilaian laju pertumbuhan
(weight dan length increment < persentil lima) dan menghitung Potensi Tinggi Genetik
(PTG).

Kemenkes 2022
Tata Laksana stunting

Tata laksana nutrisi Tata laksana non-nutrisi,

- Pemberian makan yang - Jadwal tidur teratur dengan


benar dan energi cukup waktu tidur malam mulai
(protein energy ratio, PER pukul 21.00 untuk mencapai
10-15%) tidur dalam (deep sleep)
- Sebagian besar protein pada pukul 23.00-03.00
hewani merupakan protein - Olahraga/aktivitas fisik
yang mencapai kategori teratur paling tidak 30-60
kualitas protein sangat baik menit, minimal 3-5 hari
dengan skor Digestible dalam seminggu
Indispensable Amino Acid
Score (DIAAS) ≥100.

Kemenkes 2022
Tata Laksana stunting

Penentuan Kebutuhan dengan Pangan untuk


Keperluan Medis Khusus (PKMK)
- Recommended Dietary Allowance (RDA) atau
Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Penentuan Cara Pemberian


- Rute pemberian dapat berupa oral, enteral
dan parenteral

Kemenkes 2022
Tata Laksana stunting
Pada anak stunting dengan gizi kurang atau gizi buruk yang disertai red flags, atau anak
tidak memungkinkan mengonsumsi ASI atau MPASI dan memiliki faktor risiko seperti
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), lahir sangat prematur, alergi protein susu
sapi dan kelainan metabolisme bawaan

• 1) Oral nutrition supplement (ONS) dengan kandungan energi lebih dari 0.9 kkal/mL.
• 2) Untuk bayi sangat prematur (masa gestasi <32 minggu) dan bayi berat lahir
sangat rendah (< 1500 gram) berupa:
• a) Formula prematur dengan ketentuan kandungan energi minimal 24 kkal/30 ml,
atau
• b) Pelengkap gizi air susu ibu (Human Milk Fortifier/HMF)
• 3) Formula berbasis susu sapi dengan protein terhidrolisat ekstensif atau asam
amino bebas untuk alergi protein susu sapi.
• 4) Formula dengan komposisi makronutrien dan mikronutrien spesifik untuk kelainan
metabolisme bawaan tertentu.

Kemenkes 2022
Tata Laksana stunting

Alergi susu sapi, penyakit jantung


Tatalaksana PKMK berupa Human Milk
bawaan dan kelainan metabolisme
Fortifier dan susu formula prematur
bawaan termasuk kondisi-kondisi yang
diindikasikan pada bayi BBLSR (berat
terbukti berisiko mengalami stunting
lahir <1500 gram) dan bayi sangat
sehingga diindikasikan mendapat
prematur (usia kehamilan <32 minggu).
PKMK

Pemberian growth hormones (GH)


hanya direkomendasikan pada balita Pemberian imunisasi beserta booster
dengan riwayat kecil masa kehamilan sesuai usia diindikasikan pada semua
(KMK) dengan Z score TB/U <-2 SD kasus stunting
pada usia 4 tahun.

Kemenkes 2022
Tata Laksana stunting

Anak stunting yang mengalami keterlambatan perkembangan, perlu dilakukan


pemeriksaan lanjutan dan intervensi multidisiplin termasuk program rehabilitasi medis.

Penyakit penyerta pada anak stunting diberikan pengobatan sesuai dengan indikasi

Kemenkes 2022
Komplikasi stunting
Jangka pendek: Jangka panjang:

 peningkatan morbiditas dan  kegagalan seorang anak


mortalitas, penurunan mencapai potensi kognitif dan
kekebalan sistem imun dan kemampuan fisiknya 
peningkatan risiko infeksi memengaruhi kapasitas kerja
dan status sosial ekonomi
 penurunan oksidasi lemak 
mengalami akumulasi lemak
sentral dan resistensi insulin 
penyakit degeneratif seperti
diabetes, hipertensi,
dislipidemia, serta fungsi
reproduksi yang terganggu pada
masa dewasa

Kemenkes 2022
Stunting syndrome.

Kemenkes 2022
Stunting
Pertumbuhan linear merupakan indikator kesejahteraan anak yang terbaik dan
merupakan penanda kesenjangan sosial yang akurat.

Anak stunting gagal mencapai potensi pertumbuhan linear karena kondisi kesehatan
yang tidak optimal serta gizi dan perawatan yang tidak optimal

Anak stunting juga menderita gangguan perkembangan fisik dan defek kognitif parah
yang tidak dapat diperbaiki yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

de Onis M, Branca F. Childhood stunting: a global perspective. Matern Child Nutr. 2016 May;12 Suppl 1(Suppl 1):12-26. doi:
10.1111/mcn.12231. PMID: 27187907; PMCID: PMC5084763.
Fokus internasional tentang stunting sebagai masalah kesehatan
masyarakat utama
Stunting ditemukan pada banyak anak di seluruh dunia.

Stunting mempunyai konsekuensi kesehatan dan fungsional jangka pendek dan jangka panjang, termasuk
rendahnya kemampuan kognitif dan inteligensi, serta hilangnya produktivitas.

Pembentukan konsensus tentang definisi dan standar pertumbuhan manusia normal yang dapat diterapkan
di mana pun.

Kesepakatan mengenai rentang waktu kritis – mulai dari konsepsi hingga 2 tahun pertama kehidupan –
dimana pertumbuhan linier paling sensitif terhadap faktor-faktor yang dapat dimodifikasi oleh lingkungan
yaitu pemberian makanan, infeksi, dan perawatan psikososial.
Stunting merupakan masalah lintas sektoral yang memerlukan respons multisektoral.

de Onis M, Branca F. Childhood stunting: a global perspective. Matern Child Nutr. 2016 May;12 Suppl 1(Suppl 1):12-26. doi:
10.1111/mcn.12231. PMID: 27187907; PMCID: PMC5084763.
Pencegahan stunting

Pencegahan Primer (Promotif)

- Pemantauan pertumbuhan, pengukuran Panjang Badan atau Tinggi Badan (PB


atau TB) dan Berat Badan (BB) menggunakan alat dan metode pengukuran
standar
- Edukasi kepada orang tua/pengasuh mengenai pemberian ASI eksklusif dan
MPASI dengan kandungan gizi lengkap terutama protein hewani.
- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang mengandung protein hewani seperti
telur, ayam, ikan, daging, susu dan produk olahan susu.
- Jika didapatkan anak dengan PB atau TB berdasarkan usia dan jenis kelamin <-2
SD, BB/U <- 2 SD, atau weight faltering (kenaikan berat tidak memadai) dan
growth deceleration (perlambatan pertumbuhan linier), maka anak tersebut harus
dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau puskesmas

Kemenkes 2022
Pencegahan stunting
Pencegahan Sekunder

- Dokter melakukan konfirmasi pengukuran antropometrik sebelumnya dan penelusuran


penyebab potensial stunting
- Anak dengan berat badan rendah, weight faltering atau gizi kurang namun tidak berperawakan
pendek (PB/U atau TB/U ≥-2 SD) dapat diberikan Pangan untuk Keperluan Diet Khusus (PDK)
sesuai indikasi
o Pangan olahan yang termasuk dalam PDK adalah susu formula standar untuk usia 0-12 bulan
dan susu pertumbuhan untuk usia 1-3 tahun
o Kecukupan nutrisi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 30% lemak dan 10-15% protein.
o 4.5% dari total kebutuhan energi anak gizi kurang harus mengandung n-6 polyunsaturated
fatty acids (PUFAs) dan 0.5% dari n-3 PUFAs, dengan rasio asam linoleic/alpha-linolenic
berkisar antara 5-15.
- Pada kasus-kasus gizi buruk tanpa komplikasi dapat diberikan formula F-75 dan F-100 yang
berbahan dasar susu, gula, minyak dan mineral mix
- Tata laksana dengan PDK tidak menunjukkan respon yang adekuat selama 1 minggu, maka
anak dirujuk ke dokter spesialis anak di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
- Edukasi meliputi anjuran cara pemberian makan sesuai usia dan kondisi anak, cara menyiapkan
formula, petunjuk memilih jenis bahan makanan dan pelaksanaan aturan makan (feeding rules).
Kemenkes 2022
Pencegahan Tersier (Tata Laksana Stunting dan Risiko Stunting)
• Pada anak usia < 2 tahun nilai
pertambahan panjang badan (length
increment), sedangkan pada anak usia 2
tahun atau lebih dilakukan pemeriksaan
usia tulang
• Tentukan penyebab perawakan pendek
berdasarkan growth velocity dan bone
age
• Konseling diberikan untuk
menyampaikan informasi kepada orang
tua/pengasuh tentang pemeriksaan,
diagnosis penyerta, penyebab stunting
pada anak dan penerapan aturan makan
(feeding rules).

Kemenkes 2022
Algoritme
pencegahan dan
penanganan stunting

Kemenkes 2022
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai