Pembimbing:
dr. Kholiatun Nur
RSUD TONGAS
Definisi
Leukemia merupakan keganasan hematologik
yang terjadi akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai
tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi
ekspansi progresif dari kelompok (clone) sel ganas
tersebut dalam sumsum tulang, yang kemudian beredar
secara sistemik
leukemia mieloblastik akut adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan transformasi neoplastik dan
gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
myeloid
Leukemia akut merupakan keganasan yang
paling sering ditemukan pada anak, yaitu mencapai
30-40% dari seluruh keganasan dan merupakan 97%
dari semua leukemia pada anak
Insidens rata-rata leukemia akut yaitu 4-4,5
kasus/tahun/100.000 anak dibawah usia 15 tahun dan
lebih banyak ditemukan pada anak kulit putih
dibandingkan anak kulit hitam
Sementara itu, leukemia mieloblastik akut
(LMA) lebih sering ditemukan pada dewasa dan
berjumlah 18% dari seluruh kasus leukemia akut
pada anak dengan insidensi yang tetap dari lahir
hingga usia 10 tahun, meningkat sedikit pada masa
remaja.
1 Cacat genetik.
Anak-anak dengan cacat genetik (Trisomi 21, sindrom
Bloom, anemia Fanconi dan ataksia telangiektasi) mempunyai resiko
lebih tinggi untuk menderita leukemia. Pasien dengan sindrom down
mempunyai resiko 10 sampai 18 kali lebih tinggi untuk terkena
leukemia baik LLA maupun LMA
2 Radiasi ionik.
Radiasi dosis tinggi merupakan leukemogenik, seperti
dilaporkan di Hiroshima dan Nagasaki sesudah ledakan bom atom.
Namun hal ini masih menjadi perdebatan. Pemeriksaan X-ray
abdomen selama trimester I kehamilan menunjukkan peningkatan
kasus LLA sebanyak 5 kali.
3 Infeksi virus atau bakteri
Menurut Greaves ada 2 langkah mutasi pada sistem imun.
Pertama selama kehamilan atau awal masa bayi dan kedua selama
tahun pertama kehidupan sebagai konsekuensi dari respons
terhadap infeksi pada umumnya
4. Kondisi perinatal.
Beberapa kondisi perinatal merupakan factor resiko
terjadinya leukemia pada anak, seperti yang dilaporkan Cnattingius
dkk (1995). Faktor-faktor tersebut adalah penyakit ginjal pada ibu,
penggunaan suplemen oksigen, asfiksia, berat badan lahir > 4.500
gram, dan hipertensi saat hamil. Sedangkan Shu dkk (1996)
melaporkan bahwa ibu hamil yang menkonsumsi alkohol
meningkatkan resiko terjadinya leukemia pada bayi, terutama LMA.
5. Paparan elektomagnetik.
Kontroversi tentang paparan bidang elektromagnetik masih
tetap ada. Beberapa studi tidak menemukan peningkatan, tetapi
studi terbaru menunjukkan peningkatan 2 kali diantara anak-anak
yang tinggal di jalur listrik tegangan tinggi, namun tidak signifikan
karena jumlah
6. Paparan benzene.
Paparan dengan benzene kadar tinggi dapat menyebabkan
aplasi sumsum tulang, kerusakan kromosom dan leukemia. Paparan
benzene ini meningkatkan resiko LLA maupun LMAanak yang
terpapar sedikit
klasifikasi FAB (France, American and British) dan sampai
saat ini masih menjadi diagnosis dasar LMA
M-0 Leukemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal
M-1 Leukemia mielositik akut tanpa maturasi
M-2 Leukemia mielositik akut dengan maturasi
M-3 Leukemia promielositik hipergranuler
M-4 Leukemia mielomonositik akut
M-5 Leukemia monositik akut
M-6 Leukemia eritroblastik (eritroleukemia)
M-7 Leukemia megakariositik akut
Leukemia sebenarnya merupakan istilah untuk
beberapa jenis penyakit yang berbeda dengan manifestasi
patofisiologis yang berbeda pula. Mulai dari yang berat
dengan penekanan sumsum tulang yang berat pula seperti
pada leukemia akut sampai kepada penyakit dengan
perjalanan yang lambat dan gejala yang ringan seperti pada
leukemia kronik.
Penelitian morfologik dan kinetika sel menunjukkan
bahwa pada leukemia akut terjadi hambatan pada proses
diferensiasi sel-sel seri myeloid maupun limfoid yang terhenti
pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi
blast di sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum
tulang akan menyebabkan gangguan hematopoesis normal
dan pada giliran akan mengakibatkan sindrom kegagalan
sumsum tulang (bone marrow failure syndrome). Sel-sel blast
yang terbentuk juga mempunyai kemampuan untuk migrasi
keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain
sehingga menimbulkan organomegali
Onset mendadak. Sebagian besar pasien datang dalam
3 bulan setelah onset gejala. Kira-kira 66% anak
dengan LLA mempunyai gejala dan tanda penyakitnya
kurang dari 4 minggu pada waktu diagnosis.
Gejala berkaitan dengan depresi sumsum tulang normal.
Gejala tersebut mencakup rasa mudah lelah, letargi,
pusing dan sesak yang terutama karena anemia;
demam yang mencerminkan infeksi akibat tidak
adanya leukosit matang; dan perdarahan (ptekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) akibat
trombositopenia.
Nyeri tekan dan nyeri pada tulang. Hal ini terjadi akibat
ekspansi sumsum tulang disertai infiltrasi
subperiosteum. Gejala ini lebih sering ditemuka pada
LLA dibandingkan LMA.
Limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali.
Ketiganya mencerminkan penyebaran sel leukemia;
Pada LLA, limfadenopati biasanya nyata dan
splenomegali dijumpai pada lebih kurang 66% kasus
namun hepatomegali jarang ditemukan. Sementara
pada LMA, hepatoslenomegali sering ditemukan dan
limfadenopati mungkin ada. Hipertrofi gingival atau
pembengkakan kelenjar parotis terkadang ditemukan
pada LMA.
Manifestasi susunan saraf pusat. Keadaan tersebut
mencakup nyeri kepala, muntah dan kelumpuhan saraf
akibat penyebarab ke meningen. Kondisi ini lebih
sering ditemukan pada LLA daripada LMA.
Keadaan hiperkatabolik. Keadaan ini ditandai dengan
kaheksia, keringat malam dan hiperurisemia
Gejala klinis dan pemeriksaan darah lengkap dapat dipakai
untuk menegakkan diagnosis leukemia. Namun untuk
memastikannya harus dilakukan pemeriksaan aspirasi sumsum
tulang dan dilengkapi dengan pemeriksaan radiografi dada, cairan
serebrospinal
Cara ini dapat mendiagnosis sekitar 90% kasus, sedangkan
sisanya memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu sitokimia,
imunologi, sitogenetika dan biologi molekuler
Enzim
a. TdT +
b. Serum Lysozime + (Monositik)
Imunofenotipe
Penanganan leukemia meliputi penanganan
suportif dan kuratif. Penanganan suportif meliputi
pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia dan
pengobatan komplikasi antara lain berupa pemberian
transfusi darah/trombosit, pemberian antibiotik,
pemberian obat untuk meningkatkan granulosit, obat anti
jamur, pemberian nutrisi yang baik dan pendekatan
aspek psikososial
Terapi induksi dengan dikenalnya sitarabin (Ara-C) dan
antrasiklin. Dengan kombinasi obat yang berbeda, remisi
bisa berpengaruh pada 75-85% anak, namun terapi lebih
lanjut kebanyakan anak-anak relaps dalam 1 tahun.
Remisi mungkin terjadi dalam 2-3 minggu setelah terapi
dimulai tetapi juga memerlukan beberapa rangkaian
kemoterapi.
Pembengkakan Sendi - - - -
Pembesaran KGB
Aksiler - - - -
Axilla - - - -
Inguinal + + + +
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Darah Lengkap Tanggal (16-12-16)
RR: 18x/menit
N: 88x/menit
T: 36,4oC
- K/L: An +/+, Ikt -/-,
pembesaran KGB leher
(-)
- Thoraks: dbn
- Ekstremitas dbn