Anda di halaman 1dari 10

HUKUM KONSTRUKSI,

PENGADAAN
BARANG DAN JASA
Nita Pulungan
Tahapan Persiapan Pemilihan Penyedia
 Persiapan pemilihan penyedia adalah tahapan awal dalam proses pengadaan barang jasa pemerintah yang bertujuan untuk
menentukan kebutuhan, sumber pembiayaan, metode pemilihan, dan dokumen pengadaan yang akan digunakan dalam
pemilihan penyedia. Ada 3 tahapan dalam Persiapan pemilihan penyedia yakni:
◦ 1. Identifikasi Kebutuhan
 Identifikasi kebutuhan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis, jumlah, spesifikasi, waktu, dan lokasi pengadaan barang jasa
yang dibutuhkan oleh pengguna barang jasa. Identifikasi kebutuhan dilakukan dengan cara:
1. Melakukan analisis kebutuhan berdasarkan rencana kerja, rencana anggaran, dan kebijakan strategis.
2. Melakukan studi kelayakan atau analisis biaya manfaat untuk menilai kelayakan dan manfaat dari pengadaan barang jasa.
3. Melakukan survei pasar atau benchmarking untuk mengetahui harga, kualitas, dan ketersediaan barang jasa di pasaran.
4. Melakukan konsultasi dengan pihak terkait, seperti stakeholder, ahli, atau penyedia potensial, untuk mendapatkan masukan
dan saran terkait kebutuhan pengadaan barang jasa.
 Hasil dari identifikasi kebutuhan adalah spesifikasi teknis dan gambaran umum pengadaan barang jasa yang akan digunakan
sebagai dasar dalam penyiapan dokumen perencanaan dan dokumen pengadaan.
Tahapan Persiapan Pemilihan Penyedia
◦ 2. Persiapan Dokumen Perencanaan
 Persiapan dokumen perencanaan adalah kegiatan untuk menyusun dokumen yang berisi rencana dan strategi pengadaan
barang jasa yang akan dilaksanakan oleh pengguna barang jasa. Penyiapan dokumen perencanaan dilakukan dengan cara:
1. Menyusun rencana pengadaan barang jasa yang berisi informasi tentang jenis, jumlah, spesifikasi, waktu, dan lokasi
pengadaan barang jasa, serta sumber pembiayaan, metode pemilihan, dan jadwal pemilihan penyedia.
2. Menyusun rencana anggaran biaya yang berisi estimasi biaya pengadaan barang jasa berdasarkan hasil survei pasar atau
benchmarking, serta memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi biaya, seperti inflasi, risiko, dan pajak.
3. Menyusun rencana manajemen risiko yang berisi identifikasi, analisis, evaluasi, penanganan, dan pemantauan risiko yang
dapat terjadi dalam pengadaan barang jasa, serta menetapkan mitigasi dan kontingensi untuk mengurangi dampak negatif
dari risiko tersebut.
 Hasil dari penyiapan dokumen perencanaan adalah dokumen rencana pengadaan barang jasa, dokumen rencana anggaran
biaya, dan dokumen rencana manajemen risiko yang akan digunakan sebagai pedoman dalam penyiapan dokumen pengadaan
dan pelaksanaan pemilihan penyedia.
Tahapan Persiapan Pemilihan Penyedia
◦ 3. Persiapan Dokumen Pengadaan
 Persiapan dokumen pengadaan adalah kegiatan untuk menyusun dokumen yang berisi persyaratan, ketentuan, dan prosedur
yang akan digunakan dalam pemilihan penyedia barang jasa. Penyiapan dokumen pengadaan dilakukan dengan cara:
1. Menyusun dokumen permintaan penawaran yang berisi undangan kepada penyedia untuk mengajukan penawaran, instruksi
kepada penyedia tentang cara penyampaian penawaran, kriteria kualifikasi penyedia, kriteria evaluasi penawaran, dan
format penawaran.
2. Menyusun dokumen kontrak yang berisi perjanjian antara pengguna barang jasa dan penyedia yang terpilih, yang mencakup
ruang lingkup pekerjaan, harga kontrak, jangka waktu pelaksanaan, jaminan pelaksanaan, syarat-syarat umum dan khusus,
serta hak dan kewajiban masing-masing pihak.
3. Menyusun dokumen lampiran yang berisi dokumen-dokumen pendukung yang relevan dengan pengadaan barang jasa,
seperti spesifikasi teknis, gambar teknis, daftar kuantitas, daftar harga satuan, analisis harga satuan, jadwal pelaksanaan, dan
lain-lain.
 Hasil dari penyiapan dokumen pengadaan adalah dokumen permintaan penawaran, dokumen kontrak, dan dokumen lampiran
yang akan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pemilihan penyedia.
Kontrak Pengadaan Jasa Konstruksi
◦ Defenisi Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi Pasal 1 Ayat 8, Kontrak Kerja Konstruksi
adalah keseluruhan dokumen kontrak yang mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
◦ Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) menyatakan bahwa perikatan lahir karena suatu persetujuan atau
karena undang-undang. Jadi perikatan dapat terjadi karena undang-undang maupun karena persetujuan. Selanjutnya pembahasan di
sini adalah perikatan yang terjadi karena persetujuan. Sedangkan persetujuan yang kita temui dalam Pasal 1313 KUHPerdata
disebutkan bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain
atau lebih.
◦ Perjanjian diartikan sebagai kesamaan pemahaman dan kemauan antara dua pihak atau lebih tentang akibat yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban masing-masng atas fakta atau kinerja di masa lalu ataupun di masa akan datang.
◦ Secara singkat perjanjian/persetujuan menimbulkan perikatan. Perikatan itu kemudian disebut sebagai kontrak apabila memberikan
konsekuensi hukum yang terkait dengan kekayaan dan mengikat para pihak yang saling mengikatkan diri dalam perjanjian.
◦ Maka dapat disimpulkan bahwa:
◦ 1. Persetujuan sama dengan perjanjian;
◦ 2. baik persetujuan/perjanjian, perikatan (maupun kontrak) melibatkan setidaknya 2 (dua) pihak atau lebih.
◦ 3. Dasar hukum persetujuan/perjanjian, perikatan maupun kontrak, mengacu pada KUHPerdata.
Kontrak Pengadaan Jasa Konstruksi
◦ Perjanjian antara dua pihak dalam pelaksanaan konstruksi bangunan maupun infrastruktur biasa disebut
sebagai Kontrak Konstruksi. Tetapi Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 mengatur hubungan kerja
antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus dituangkan dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Maka
selanjutnya perjanjian di bidang konstruksi yang disebut sebagai Kontrak Konstruksi adalah Kontrak
Kerja Konstruksi.
◦ Kontrak konstruksi sering juga disebut dengan perjanjian pemborongan. Dalam KUH Perdata,
Perjanjian Pemborongan dijelaskan di Pasal 1601b yang berbunyi: Perjanjian pemborongan kerja ialah
suatu persetujuan bahwa pihak kesatu, yaitu pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan bagi pihak lain, yaitu pemberi tugas, dengan harga yang telah ditentukan
◦ Perjanjian pemborongan memiliki cakupan yang lebih luas dari pada kontrak kerja konstruksi. Dalam
perjanjian pemborongan dapat berarti bahwa yang diperjanjikan untuk dikerjakan bukan hanya
konstruksinya saja namun dapat juga termasuk pengadaan barang/material bangunannya.
Syarat-syarat
◦ Syarat-syarat kontrak kerja konstruksi diatur dalam pasal 47 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa konstruksi:
◦ a. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
◦ b. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan
batasan waktu pelaksanaan;
◦ c. masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa;
◦ d. hak dan kewajiban yang setara, memuat hak Pengguna Jasa untuk memperoleh hasil Jasa Konstruksi dan kewajibannya untuk
memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta hak Penyedia Jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta
kewajibannya melaksanakan layanan Jasa Konstruksi;
◦ e. penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan tenaga kerja konstruksi bersertifikat;
◦ f. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa dalam melakukan pembayaran hasil layanan Jasa
Konstruksi, termasuk di dalamnya jaminan atas pembayaran;
◦ g. wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana diperjanjikan;
Syarat-syarat
◦ h. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
◦ i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi yang timbul akibat tidak
dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
◦ j. keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak yang
menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
◦ k. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa atas Kegagalan Bangunan
dan jangka waktu pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
◦ l. pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta
jaminan sosial;
◦ m. pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa
yang menimbulkan kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
◦ n. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan;
◦ o. jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau
akibat dari Kegagalan Bangunan; dan
◦ p. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
Unsur & Bentuk kontrak kerja konstruksi
◦ Unsur-unsur yang harus ada dalam kontrak kerja konstruksi adalah
◦ 1. Adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa;
◦ 2. Adanya objek, yaitu konstruksi yang berhubungan dengan konstruksi bangunan dan perwujudan fisik lainnya
◦ 3. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa, yaitu Kontrak Kerja Konstruksi
keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi sesuai pasal 47 UU No.2/2017

◦ Bentuk-bentuk kontrak kerja konstruksi


◦ 1. Aspek Perhitungan Biaya
◦ 2. Aspek Perhitungan Jasa
◦ 3. Aspek Cara Pembayaran
◦ 4. Aspek Pembagian Tugas
◦ 1. Aspek Perhitungan Biaya: Dalam memperkirakan biaya pekerjaan untuk kontrak harga pasti, penyedia jasa harus
mempertimbangkan kondisi terburuk yang mungkin mempengaruhi biaya yaitu yang dikaitkan dengan dengan harga untuk
memperoleh pekerjaan melalui proses penawaran terendah. Pengguna jasa akan membayar harga-harga pasti yang diduga
menjadi maksimum biaya yang dapat diantisipasi.
◦ 2. Aspek Perhitungan Jasa: Jumlah imbalan pasti harus ditetapkaan sehubungan dengan tingkat kesulitan dalam pelaksanaan
pekerjaan, biaya pekerjaan dan lamanya pelaksanaan. Tambahan lagi, definisi dari biaya-biaya yang akan dibayar dan terkait
dengan imbalan jasa serta biayabiaya yang sesungguhnya merupakan imbalan/jasa harus sudah dicermati sbelumnya.
Perubahan pekerjaan membutuhkan evaluasi detail yang akan berdampak pada imbalan.
◦ 3. Aspek Cara Pembayaraan: Di Indonesia lazimnya yang dipakai adalah cara pembayaran atas prestasi pekerjaan (stage
payment), namun ada juga yang memilih cara pembayaran bulanan (monthly payment), pembayaran atas seluruh hasil
pekerjaan setelah pekerjaan selesai 100% atau yang sering disebut pra pendanaan penuh dari penyedia jasa (contractor’s full
prefinanced)
◦ 4, Aspek Pembagian Tugas: Pembagian tugasnya sederhana saja yaitu pengguna jasa menugaskan penyedia jasa untuk
melaksanakan suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut sudah dibuat rencananya oleh pihak lain, tinggal melaksanakan sesuai
kontrak. Beberapa bagian pekerjaan dapat diborongkan kepada sub penyedia jasa. Sebagai pengawas biasanya pengguna jasa
menunjuk apa yang biasa disebut direksi pekerjaan atau pimpinan proyek.

Anda mungkin juga menyukai