Anda di halaman 1dari 17

DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah Hukum Pembangunan merupakan mata kuliah yang membahas Pedoman
pengadaan barang dan jasa untuk instansi pemerintah, tinjauan Undang Undang Jasa Konstruksi,
peran masyarakat dan pembinaan jasa konstruksi. Penyelenggaraan jasa konstruksi, tinjauan
tentang Internasional Standart of Condition of Contract, aspek perseroan, perbangkan,asuransi,
dan perpajakan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi, aspek agrarian dalam pembangunan
pengadaan tanah, pengelolaan sumber daya alam, aspek penataan ruang dan perijinan untuk
melaksanakan proyek pembangunan, arbitrase dan alternative penyelesaian sengketa dalam
penyenggaraan jasa konstruksi

RESUME
REGULASI TERKAIT PEKERJAAN KONSTRUKSI

Kondisi konstruksi dewasa ini berkembang dengan sangat pesat, keberadaannya sendiri
telah berlangsung cukup lama akan tetapi kemajuan dalam hal mutu produk belum dapat
diraskan secara optimal produk konstruksi yang dihasilkan acapkali menimbulkan banyak
permasalahan. Audit dan investigasi dari masyarakat, LSM, BPKP, dan pihak lain termasuk
aparat penegak hukum sering memberikan hasil yang kurang menggembirakan. Yang perlu
diperhatiakan dalam hal konstruksi adalah bagaimana mengamankan teknik pelaksanaannya.
Untuk itu diperlukan penekanan pada resiko kegagalan bangunan serta pelanggaran hukum
ketingkat yang serendah mungkin dan hal ini diperlukan penguasaan dimana saja adanya resiko,
dalam bentuk apa dan bagaimana tingkat kemungkinan terjadinya. Juga perlu dimengerti resiko
mana banyak menurunkan kepastian dan pada tingkat mana bisa menimbulkan akibat yang fatal.
Dengan mengenal karakter resiko, langkah kongkrit pencegahan kegagalan dapat diusahakan
sedini mungkin, dan berlangsung berkesinambungan disenua tahapan. Dari pertimbangan semua
segi (segi waktu, segi biaya, segi segi reputasi, segi kepercayaan, dan segi kerja sama),
pencegahan lebih baik dari penanggulanganya. Ini sejalan dengan pencegahan datangnya
dispute(perselisihan), datangnya claim, dan counter-claim antara pemilik proyek, konsultan,
kontraktor utama, kontraktor spesialis dan biro asuransi. Dengan demikian pada sekitar
konstruksi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana hasil dari peembangunan dibidang
konstruksi telah memenuhi aspek hukum dan aspek teknis. Adapun regulasi yang terkait dengan
kegiatan proyek konstruksi disemua tahapan (Studi Kelayakan, Perencanaan, Perancangan,
Pengadaan Barang Jasa, Pelaksanaan Konstruksi Operasional dan Pemeliharaan) antara lain
adalah regulasi dibidang:

1. Lingkungan Hidup termasuk Bumi, Air dan Udara

2. Pertanahan dan Tata Ruang

3. Kepurbakalaan

4. Jalan, Bangunan Gedung dan Sumber daya Air/irigasi

5. Perhubungan

6. Standarisasi Bahan dan Teknis yang berlaku (SKSNI, SNI, PBI dll)

7. Jasa Konstruksi

8. Pengadaan barang dan Jasa

9. Hukum Kontrak

10. Perpajakan

11 Asuransi

12. Ketenaga kerjaan

13. Paten (HAKI)

14. Perlindungan konsumen

15. Dll

HAL YANG DIATUR DALAM KONTRAK KONSTRUKSI

Pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum harus dituangkan dalam kontrak kerja
konstruksi. Hubungan kerja dalam kontrak kerja konstruksi menurut KUHPerdata dikategorikan
sebagai pemborongan pekerjaan. Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak
yang satu, si pemborong (penyedia jasa), mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan suatu
pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan (pengguna jasa) dengan menerima
suatu harga yang ditetapkan. (Pasal 1601 huruf (b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

Adapun yang merupakan unsur hubungan kerja:

a. melakukan pekerjaan

b. di bawah perintah

c. waktu tertentu

d. menerima upah

1. Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai :

a. Para pihak yang memuat secara jelas identitas para pihak yang meliputi :

1) akta badan usaha atau usaha orang perseorangan.

Yang boleh dilakukan oleh perseorangan selaku pelaksana konstruksi adalah pekerjaan
konstruksi yang:

– berisiko kecil

– berteknologi sederhana

– berbiaya kecil

Sedangkan pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau berteknologi tinggi dan/atau yang
berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badna usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau
badan usaha asing yang dipersamakan.

2) nama wakil/kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan usaha atau sertifikat
keahlian kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi usaha orang perseorangan, dan

3) tempat kedudukan dan alamat badan usaha atau usaha orang perseorangan.

Para pihak dalam kontrak kerja konstruksi terdiri dari:

 pengguna jasa konstruksi (yang memborongkan pekerjaan)


 penyedia jasa konstruksi (yang menerima pekerjaan)

b. Rumusan pekerjaan yang meliputi :

1) pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan

2) volume atau besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan

3) nilai pekerjaan dan ketentuan mengenai penyesuaian nilai pekerjaan akibat fluktuasi harga
untuk kontrak kerja konstruksi bertahun jamak

4) tata cara penilaian hasil pekerjaan dan pembayaran,dan

5) jangka waktu pelaksanaan.

c. Pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi:

1) jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan dengan
pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak
ketiga dan kegagalan bangunan

2) pertanggungan memuat:

 nilai jaminan

 jangka waktu pertanggungan

 prosedur pencairan. dan

 hak dan kewajiban masing-masing pihak;

Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi,
pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasa
sebagai kompensasi pemenuhan kewajiban penyedia jasa.

d. Tenaga ahli yang meliputi :

1) persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli

2) prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli yang dipekerjakan, dan
3) jumlah tenaga ahli sesuai dengan jenis pekerjaan

e. Hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak kerja konstruksi meliputi :

1) hak dan kewajiban pengguna jasa, dan

2) hak dan kewajiban penyedia jasa.

f. Cara pembayaran memuat:

1) volume/besaran fisik

2) cara pembayaran hasil pekerjaan

3) jangka waktu pembayaran

4) denda keterlambatan pembayaran, dan

5) jaminan pembayaran.

g. Ketentuan mengenai cidera janji yang meliputi :

1) bentuk cidera janji:

a) oleh penyedia jasa yang meliputi:

– tidak menyelesaikan tugas

– tidak memenuhi mutu

– tidak memenuhi kuantitas, dan

– tidak menyerahkan hasil pekerjaan

b) oleh pengguna jasa yang meliputi :

– terlambat membayar;

– tidak membayar, dan

– terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan, dan


Dalam hal terjadi cidera janji yang dilakukan oleh penyedia jasa atau pengguna jasa, pihak yang
dirugikan berhak untuk memperoleh kompensasi, penggantian biaya dan atau perpanjangan
waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan atau pemberian ganti rugi.

h. Penyelesaian perselisihan memuat:

1) penyelesaian di luar pengadilan melalui alternatif penyelesaian (mediator dan konsiliator) dan
sengketa, atau arbitrase, dan

Mediator: fasilitator, mempertemukan, membimbing mengatur jadwal pertemuan.

Konsiliator: menyusun dan menawarkan upaya penyelesaian kepada pra pihak yang bersengketa,

2) penyelesaian melalui pengadilan sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku.

i. Ketentuan pemutusan kontrak kerja konstruksi memuat:

1) bentuk pemutusan yang meliputi pemutusan yang disepakati para pihak atau pemutusan secara
sepihak, dan

2) hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa sebagai konsekuensi dari pemutusan
kontrak kerja konstruksi

j. Keadaan memaksa mencakup kesepakatan mengenai:

1) risiko khusus

2) macam keadaan memaksa lainnya, dan

3) hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa pada keadaan memaksa

k. Kewajiban para pihak dalam kegagalan bangunan meliputi:

1) jangka waktu pertanggungjawaban kegagalan bangunan, dan

2) bentuk tanggung jawab terhadap kegagalan bangunan

l. Perlindungan pekerja memuat:


1) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

2) bentuk tanggung jawab dalam perlindungan pekerja

m. Aspek lingkungan memuat :

1) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan undang-undang yang berlaku, dan

2) bentuk tanggung jawab mengenai gangguan terhadap lingkungan dan manusia.

2. Ketentuan tentang Hak (Atas) Kekayaan Intelektual

Kontrak kerja konstruksi harus memuat ketentuan tentang Hak (Atas) Kekayaan Intelektual yang
mencakup:

a. kepemilikan hasil perencanaan, berdasarkan kesepakatan, dan

b. pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki oleh
pemegang hak cipta dan hak paten yang telah dimiliki oleh pemegang hak paten sesuai undang-
undang tentang hak cipta dan undang-undang tentang hak paten.

3. Insentif

Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang insentif yang mencakup persyaratan
pemberian insentif, dan bentuk insentif.

4. Sub-Penyedia Jasa

Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa dan atau pemasok
bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan mengenai hal-hal:

a. pengusulan oleh penyedia jasa dan pemberian izin oleh pengguna jasa untuk sub penyedia
jasa/pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan.

b. tanggung jawab penyedia jasa dalam kaitan penggunaan sub penyedia jasa/pemasok terhadap
pemenuhan ketentuan kontrak kerja konstruksi. dan

c. hak intervensi pengguna jasa dalam hal :


1) pembayaran dari penyedia jasa kepada sub penyedia jasa/pemasok terlambat; dan

2) sub penyedia jasa/pemasok tidak memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi.

5. Bahasa Kontrak

– Pada kontrak kerja konstruksi dengan mempergunakan 2 (dua) bahasa harus dinyatakan secara
tegas hanya 1 (satu) bahasa yang mengikat secara hukum.

– Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia.

6. Sanksi

Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi:

a. Sanksi administratif dan/atau

b. Sanksi pidana

Sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada penyedia jasa berupa:

a. peringatan tertulis

b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi

c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi

d. pembekuan izin usaha dan/atau profesi

e. pencabutan izin usaha dan/atau profesi.

Sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada pengguna jasa berupa:

a. peringatan tertulis

b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi

c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi

d. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi


e. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi

f. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi

MACAM-MACAM KONTRAK KONSTRUKSI

Kontrak kerja konstruksi pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam
pekerjaan konstuksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan,
kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk
pekerjaan pengawasan.

Pengecualian: Dalam hal pekerjaan terintegrasi, kontrak kerja konstruksi dapat dituangkan dalam
1 (satu) kontrak kerja konstruksi.

Kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan:

a. Bentuk imbalan yang terdiri dari :

1) Lump Sum

2) harga satuan

3) biaya tambah imbalan jasa

4) gabungan Lump Sum dan harga satuan; atau

5) Aliansi.

b. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang terdiri dari :

1) tahun tunggal; atau

2) tahun jamak.

c. Cara pembayaran hasil pekerjaan:

1) sesuai kemajuan pekerjaan; atau

2) secara berkala.
Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum merupakan kontrak jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan
tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan merupakan kontrak jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti
dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume
pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-
benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Biaya Tambah Imbalan Jasa merupakan
kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis-jenis
pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan
berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan
lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan
merupakan gabungan Lump Sum dan atau harga satuan dan atau tambah imbalan jasa dalam 1
(satu) pekerjaan yang diperjanjikan sejauh yang disepakati para pihak dalam kontrak kerja
konstruksi.

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Aliansi merupakan kontrak pengadaan jasa
dimana suatu harga kontrak referensi ditetapkan lingkup dan volume pekerjaan yang belum
diketahui ataupun diperinci secara pasti sedangkan pembayarannya dilakukan secara biaya
tambah imbal jasa dengan suatu pembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan
ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya sebenarnya dan harga kontrak referensi

PERILAKU TIDAK ETIS DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Sektor konstruksi adalah sebagian dari sektor dunia usaha yang banyak diminati
dikalangan pengusaha baik pengusaha kesil, pengusaha menengah bahkan sampai pengusaha
besar. Akan tetapi seirng dengan pesatnya tingkat minat para pengusaha itu tidak diimbangi
dengan hal hal yang dapat memberikan hasil dari sektor usaha bidang konstruksi yang lebih baik
dari waktu ke waktu yang dikarenakan banyak prilaku tidak etis dalam dunia usaha tersebut.

Dengan diterbitkanya Undang Undang tentang jasa konstruksi, Keputusan Presiden dan
Peraturan Pemerintah yang berkenaan dengan sektor konstruksi perlu dijadikan pedoman pada
dunia jasa konstruksi untuk dapat meningkatkan mutu produk dan efektifitas sumber daya
manusia. Rendahnya tingkat kepatuhan dan tanggung jawab dari penyedia jasa dan pengguna
jasa juga menjadikan kendala akan terwujudnya hal tersebut serta aturan aturan yang dibuat
Pemerintah sekarang ini masih belum bisa mewujudkan kesejajaran kedudukan antara pengguna
jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban. Untuk itu perlu diwujudkanya dan dibudayakan
etika profesi serta mengoptimalkan kemitraan senergis baik untuk badan usaha jasa konstruksi
maupun untuk badan usaha jasa konstruksi dengan masyarakat.

Pelakasnaan disektor konstruksi yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan selain
melibatkan kontraktor juga melibatkan konsultan perencana dan konsultan pengawas.
Kontraktor / pemborong (penyedia jasa konstruksi) selama kurang lebih 35 tahun tidak dapat
dirasakan perkembanganya dikarenakan adanya kebijaksanaan institusi yang tidak jelas, juga
pada konsultan yang mempunyai permasalahan bahwa imbalan jasa yang diperoleh sangat kecil
sehingga sulit untuk mengembangkan usahanya

PENYEDIA DALAM PROSES PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang


dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah
terimahasil pekerjaan

Jenis pengadaan

 Barang

 Jasa konstruksi

 Pekerjaan konstruksi

 Jasa lainnya
Pelaku usaha dan penyedia

Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum Negara RI, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak.

Tanggung JawabPenyedia

 Pelaksanaan Kontrak

 Kualitas Barang/Jasa

 Ketepatan Perhitungan Jumlah / Volume

 Ketepatan Waktu Penyerahan

 Ketepatan Tempat Penyerahan

Prinsip pengadaan

 Efisien

 Efektif

 Transparan

 Terbuka

 Bersaing

 Adil

 Akuntabel
SYARAT KUALIFIKASI ADMINISTRASI/LEGALITAS PENYEDIA BARANG/JASA

a. Memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang- undangan, antara lain di bidang
pekerjaan konstruksi, perdagangan, jasa lainnya, atau jasa konsultansi sesuai dengan skala usaha
(segmentasi/klasifikasi),kategori/golongan/sub golongan/kelompok atau kualifikasi lapangan
usaha. b. Untuk usaha perorangan tidak diperlukan izin usaha.

c. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP) d. Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban
perpajakan tahun pajak terakhir (SPT tahunan).

e. Mempunyai atau menguasai tempat usaha/kantor dengan alamat yang benar, tetap dan jelas
berupa milik sendiri atau sewa. f. Dalam hal Peserta akan melakukan konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain harus mempunyai perjanjian konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain.

g. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diripada Kontrak yang dibuktikan
dengan:

1. Akta Pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya;

2. Surat Kuasa (apabila dikuasakan); dan

3. Kartu Tanda Penduduk.

h. Surat Pernyataan Pakta Integritasmeliputi:

1. Tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

2. Akan melaporkan kepada PA/KPA jika mengetahui terjadinya praktik Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme dalam proses pengadaan ini.

3. Akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan, dan profesional untuk
memberikan hasil kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

4. Apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam angka 1), 2) dan 3) maka bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan.
i. Surat pernyataan yang ditandatangani Peserta yang berisi:

1. yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, dan
kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan;

2. yang bersangkutan berikut pengurus badan usaha tidak sedang dikenakan sanksi daftar hitam;
3. yang bertindak untuk dan atas nama badan usaha tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;
4. pimpinan dan pengurus badan usaha bukan sebagai pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah atau pimpinan dan pengurus badan usaha sebagai pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang sedang mengambil cuti diluar tanggungan
Negara;

5. Pernyataan lain yang menjadi syarat kualifikasi yang tercantum dalam Dokumen Pemilihan;
dan

6. Data kualifikasi yang diisikan dan dokumen penawaran yang disampaikan benar, dan jika
dikemudian hari ditemukan bahwa data/dokumen yang disampaikan tidak benar dan ada
pemalsuan maka direktur utama/pimpinan perusahaan/pimpinan koperasi, atau kepala cabang,
dari seluruh anggota konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain bersedia
dikenakan sanksi administratif, sanksi pencantuman dalam daftar hitam, gugatan secara perdata,
dan/atau pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.

DOKUMEN KONTRAK

A. UMUM

Dokumen adalah segala sesuatu yang tertulis/ cetakan / naskah yang disimpan yang dapat
digunakan sebagai bukti atau keterangan.

ASPEK DOKUMEN KONTRAK

 Aspek teknis

 Aspek Hukum

 Aspek Administrasi
 Aspek keuangan/Perbankan

 Aspek perpajakan

 Aspek sosial ekonomi

ASPEK TEKNIS

 Lingkup Pekerjaan

 Waktu pelaksanaan

 Metode Pelaksanaan

 Jadwal Pelaksanaan

 Cara/methode pengukuran

ASPEK HUKUM

 Penghentian Sementara

 Pekerjaan Pengakhiran

 Perjanjian/Pemutusan

 Ganti Rugi Keterlambatan

 Penyelesaian Perselisihan

 Force Majeure

 Hukum Yang Berlaku

 Domisili

ASPEK KEUANGAN/PERBANKAN

 Nilai Kontrak/Harga Borongan


 Cara Pembayaran

 Jaminan-Jaminan

ASPEK PERPAJAKAN

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

 Pajak Penghasilan (PPh)

ASPEK PERASURANSIAN

 Contractor’s All Risk (CAR)

 Third Party Liability (TPL)

 BPJS Ketenagakerjaan

ASPEK SOSIAL EKONOMI

 Penggunaan tenaga Kerja

 Penggunaan Produksi Dalam Negri

 Dampak lingkungan

ASPEK ADMINISTRASI

 Keterangan Para Pihak

 Laporan Keuangan

 Korespondensi

 Hubungan Kerja para Pihak


IMPLEMENTASI TEORI MAKUL DI LAPANGAN
1. Memahami dan menerapkan regulasi kosntruksi sesuai dengan regulasi di lapangan

2. Pelaksanaan dijalankan sesuai dengan hal-hal yang telah diatur dalam kontrak konstruksi

3. Memahami macam-macam kontrak konstruksi

4. Menjaga perilaku sesuai dengan etika dalam pelaksanaan konstruksi

5. Bertanggung jawab dan selektif dalam proses pengadaan barang

6. Memahami dan mematuhi dokumen kontrak yang berlaku

Anda mungkin juga menyukai